Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

REAKSI ASAM BASA

Disusun Oleh :

Nama : Rindiyani Anggun Lestari

NIM : 191810301018

Kelompok/kelas : 6/A

Nama Asisten : Anisatul Afifah

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam basa atau indicator pH merupakan senyawa halokromik yang


ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan
yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada
temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Nilai pH
dibawah 7.0 larutan tersebut dikatakan asam, dan di atas nilai diatas 7.0 larutan
tersebut dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan
makhluk hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagai asam Lewis),
umumnya asam karboksilat dan amina, sehingga indikator asam- basa banyak
digunakan dalam bidang biologi dan kimia analitik (Winarti, 2013).

Asam basa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya Natrium


Klorida (NaCL) sebagai garam dapur rumah tangga, asam asetat (CH3COOH)
sebagai pengatur keasaman makanan, ammonium hidroksida (NH4OH) sebagai
pembersih lantai rumah tangga, dan lain sebagainya. Penggunaan asam basa
dalam kehidupan manusia ini sudah menjadi hal yang wajar. Semua bahan yang
digunakan telah sesuai takaran dan mendapat izin sehingga tidak
membahayakan jika digunakan sesuai dengan fungsinya (Pettruci, 2011).

Percobaan kali ini yaitu mengidentifikasi sifat dari asam basa,


melakukan skala pengukuran pH, menentukan trayek indicator ekstrak
tumbuhan dan menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan. Percobaan
ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa. Diharapkan dapat
melakukan percobaan dengan benar.

latar belakangnya lebih baik hindari kata2 saran spt itu,


jelaskan secara singkat bagaimana proses percobaan
asambasa dilakukan
1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana mengidentifikasi sifat asam-basa senyawa dalam air.

1.2.2 Bagaimana menentukan skala pH dan melakukan pengukuran pH dengan


berbagai macam indicator.

1.2.3 Bagaimana menentukan trayek indicator ekstrak tumbuhan

1.2.4 Bagaimana menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan.

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mengidentifikasi sifat asam-basa senyawa dalam pelarut air

1.3.2 Memahami skala pH dan terampil melakukan pengukuran pH dengan


bermacam indicator.

1.3.3 Menentukan trayek indicator ekstrak tumbuhan.

1.3.4 Menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Asam-Basa

Teori Lewis yang mengatakan bahwa asam adalah senyawa yang dapat

jenis teori asambasa menerima pasangan elektron bebas dari senyawa lain. Asam merupakan salah isinya ini
nya langsung dibuat satu penyusun dari berbagai bahan makanan dan minuman, misalnya cuka, kan sma aja
subsubbab saja keju, dan buah-buahan. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air kayak d
pakek 2.1.1 dst poin@ jadi
akan melepaskan ion H+. Definisi modern menyatakan, asam adalah suatu zat mending d
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau jadikan
dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi subsubab
dn
dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Basa
djelaskan d
adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat melepaskan situ, tdak
ion hidroksida (OH-). Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu semua rumus kimia boros
basa umumnya mengandung gugus OH. Basa dalam keadaan murni, pada mengulang
kata2
umumnya berupa kristal padat dan bersifat kaustik. Beberapa produk rumah
tangga seperti deodoran, obat maag (antacid) dan sabun serta deterjen
mengandung basa. Berikut penjelasan asam basa menurut teori pakar kimia
(Chang, 2005).

a. Teori asam basa Arrhenius

Pengertian asam basa mula-mula dikemukakan oleh Arrhenius pada


tahun 1887. Menurut Arrhenius, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang bila
dilarutkan ke dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion
hidrogen (H+ ) sebagai satu-satunya ion positif. Basa didefinisikan zat yang spasi?
bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion-ion
hidroksil (OH- ) sebagai satu-satunya ion negatif.

Contoh :
Reaksi ionisasi asam :

HCl (aq) H + (aq) + CL– (aq) (2.1)

Reaksi ionisasi basa :

NaOH (aq) Na+ (aq) + OH– (aq) (2.2)

(Kaenan, 2001).

b. Teori asam basa Bronsted-Lowry

Teori asam basa yang dikemukakan Arrhenius ternyata memiliki


keterbatasan, yakni asam dan basa tidak hanya terdapat dalam pelarut air, tetapi
juga terdapat dalam pelarut bukan air. Fakta-fakta tersebut mendorong J.N
Bronsted dari Denmark dan T. Lowry dari Inggris membuat pengertian baru
mengenai asam dan basa. Bronsted dan Lowry mendefinisikan asam sebagai zat
yang dapat memberikan proton (proton donor), sedangkan basa adalah zat yang
dapat menerima proton (akseptor proton).

Contoh :

NH3(g) + H2O(l)  NH4 + (aq) + OH- (aq) (2.3)

Keterangan :

Basa + asam  asam konjugasi + basa konjugasi

(Oxtoby, 2001).

c. Teori asam basa Lewis

Teori asam basa yang lebih umum dikemukakan oleh GN. Lewis pada tahun
1923. Teori ini timbul dari kenyataan bahwa teori Bronsted dan Lowry masih
kurang luas jangkauannya, sebab kenyataannya ada beberapa reaksi asam basa
yang tidak melibatkan proton. Menurut konsep yang diajukan oleh Lewis, asam
didefinisikan sebagai spesi apa saja yang dapat menerima pasangan elektron,
sedangkan basa merupakan spesi yang dapat memberikan pasang elektron.

Contoh :

H3N(g) + H+(g) NH4+ (g) (2.4)

Dari contoh diatas H+ bertindak sebagai asam Lewis sedangkan NH3 bertindak
sebagai basa Lewis. Dimana NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan
elektron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan
elektron. Semua asam-basa Arrhenius maupun asam-basa Bronsted-Lowry
memenuhi pengertian asam-basa Lewis (Purnamami, 2011).

2.2. Indikator Asam Basa

Senyawa asam dapat dibedakan dari senyawa basa, salah satunya dengan
mencicipi rasanya. Senyawa-senyawa asam-basa dapat diidentifikasi secara
aman dengan menggunakan indikator. Indikator merupakan zat warna yang
warnanya berbeda jika berada dalam kondisi asam dan basa. Indikator yang
dapat digunakan adalah kertas lakmus, indikator asam-basa dan indikator alami.
Indikator asam basa merupakan suatu senyawa organik yang dapat berubah
warna dengan berubahnya pH, biasa digunakan untuk membedakan suatu
larutan bersifat asam atau basa dengan cara memberikan perubahan warna yang
berbeda pada larutan asam dan basa. Indikator alami dapat dibuat dari berbagai
tumbuhan yang berwarna, tetapi tidak semua tumbuhan berwarna dapat
memberikan perubahan warna yang jelas pada kondisi asam maupun basa, oleh
karena itu hanya beberapa saja yang dapat dipakai. Tumbuhan yang dapat
dipakai sebagai indicator asam basa misalnya bunga sepatu yang memberikan
perubahan warna merah pada suasana asam dan hijau pada suasana basa
(Lailatis, 2016).
a. Indikator Buatan
Indikator buatan merupakan indicator yang sudah dibuat di laboratorium
atau di pabrik yang menggunakan alat - alat kimia, sehingga dalam praktikum
tinggal menggunakannya saja. Mengidentifikasi sifat asam, basa, dan garam
biasanya menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus terdiri dari lakmus merah
dan lakmus biru. Indicator buatan lainnya adalah indicator universal, indicator
universal asam basa seperti fenolptalin dan metal jingga. Indikator ini selain
untuk menentukan sifat asam basa juga dapat digunakan untuk menentikan
derajat keasaman atau pH larutan.

Tabel 2.1 Indikator buatan asam basa


(Sumber : Petrucci, 2011)

b. Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan alam yang dapat berubah warnannya
dalam larutan yang sifatnya berbeda, asam, basa atau netral. Indicator alam
yang biasa digunakan untuk pengujian asam basa adalah bunga – bungaan,
umbi, kulit buah dan daun yang berwarna. Perubahan warna indicator
bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di
dalam asam berwarna merah dan di dalam basa berwarna hijau. Identifikasi
larutan asam dan basa menggunakan 7ndicator alami cara lain untuk
mengidentifikasi sifat asam atau basa pada suatu zat. Berbagai bunga yang
berwarna atau tumbuhan, seperti daun, mahkota bunga, kunyit, kulit manggis,
dan kubis ungu dapat digunakan sebagai 8ndicator asam basa. Ekstrak atau sari
dari bahan-bahan ini dapat menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan
asam basa (Tim penyusun, 2020).

Tabel 2.2 Indikator alami asam basa

(Sumber : Petrucci, 2011)

tambahkan teori tetapan kesetimbangan as. besi


2.3 Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk


menentukan suatu konsentrasi sebuah larutan. Titrasi dilakukan dengan cara
menetesi (menambahi sedikit demi sedikit) larutan yang akan dicari
konsentrasinya (analit) dengan sebuah larutan hasil standarisasi yang sudah
dapat diketahui konsentrasi dan volumenya (titrant). Titrasi Asam Basa
merupakan penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang ingin
diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan
basa yang ingin diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah larutan tersebut
yang volumenya terukur dapat diukur dengan suatu larutan lain yang telah
diketahui kadarnya (larutan standar) dan juga dilakukan secara bertahap. Titrasi
tempat terjadi perubahan pH, misalkan pada titrasi asam kuat oleh basa kuat,
maka pH akan meningkat sedikit demi sedikit hingga mendekati titik ekuivalen,
kemudian meningkat secara signifikan dan kembali meningkat secara perlahan
setelah melewati titik ekuivalen.
Tabel 2.3 Grafik titrasi asam basa

(Sumber : Chang, 2005)

Titik tengah dari garis signifikan tersebut merupakan titik ekuivalen, dimana
titrat bereaksi sempurna dengan titran. Pada aplikasinya digunakan 9ndicator
untuk mempermudah penentuan titik ekuivalen yaitu ditandai dengan
berubahnya warna 9ndicator. Titrasi dirumuskan sebagai berikut.

1. Rumus Titrasi Asam Basa Manovalen/Divalen :

Ma . Va = Mb . Vb (2.5)

2. Rumus Titrasi Asam Divalen dengan Basa Manovalen :

2Ma . Va = Mb . Vb (2.6)

3. Rumus Titrasi Basa Divalen dengan Asam Manovalen :

Ma . Va = 2Mb . Vb (2.7)

(Chang, 2005).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Labu ukur

- Buret

- Pipet tetes

- Pipet volume

- Erlenmeyer

- Tabung reaksi

3.1.2 Bahan

- Asam Cuka

- Larutan NaOH 0,1 M

- Larutan HCl

- H2SO4 0,1 M

- Indikator phenolfalein

- Indikator metil merah

- Indikator metil orange

- NH4OH 0,1 M

- CH3COONa 0,1 M
- NH4Cl 0,1 M

- H2CO3 0,1 M

- CH3COOH 0,1 M

- Tanaman

- Asam oksalat

Coba lihat diagram alir punya Nelly Agustin


3.2 Diagram Alir
a. Identifikasi sifat asam basa larutan

HCl NH4OH NaOH NH4Cl 0,1 H3PO4 0,1


0,1 M 0,1 M 0,1 M M M

H2SO4 NaCH3CO2 CH3COO


0,1 M 0,1 M 0,1 MH 0,1
M

-dimasukkan dalam pelat tetes

-diamati sifatnya melalui kertas

lakmus

-dikelompokkan berdasarkan sifat

asam basanya

Hasil
b. Menentukan Range kerja Indikator pH dari berbagai Indikatorr Alam

1). Membuat larutan pH 2-6

HCl 0,01 M

-dimasukkan dalam labu ukur 25 mL


-diencerkan sampai tanda batas

Akuades

-diulangi prosesnya secara berantai

Larutan pH 3, 4 5, dan 6

2). Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaCl 0,01M yang mempunyai pH 12

NaOH 0,01M

-diambil 2,5 mL
-dimasukkan dalam labu ukur 25 mL
-diencerkan sampai tanda batas

Akuades
-diulangi prosedur untuk membuat pH 8, pH 9, pH 10, pH 11

Larutan pH 8, 9 10, dan 11


3). Indikator Tumbuhan

Bunga, daun, umbi, dan batang

-dihaluskan dan dilarutkan

Alkohol
-diaduk rata dan disaring

-disimpan dalam tabung reaksi dan diberi label

-diisi pelat tetes yang telah diketahui pHnya.

-ditetesi masing-masing lubang dengan indicator

tumbuhan yang berbeda

-diamati perubahan warna yang terjadi

-diulangi prosedur untuk ekstak tumbuhan yang lain

-ditentukan pKind dan trayek perubahan indikator

Hasil
c. Titrasi Asam Basa
1). Standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat
NaOH 0,1 M

-dibilas buret dengan larutan NaOH

-diisi beret sampai skala nol

-disiapkan larutan stardart primer 10 mL

Asam Oksalat 0,005 M


-dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 mL

-ditambahkan beberapa tetes indicator phenolptalein

NaOH

-dititrasi sampai terjadi perubahan warna

-dikakukan duplo dan dihitung konsentrasinya

-diulangi dengan indicator bunga

Hasil
2). Penentuan Konsentrasi cuka dapur

CH3COOH

-dipipet 5 mL, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL

-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas


CH3COOH hasil
pengenceran
-dipipet 10 mL, dimasukkan dalam Erlenmeyer

-ditambahkan beberapa tetes indicator phenolfalein

NaOH

-dititrasi sampai terjadi perubahan warna.

-dihitung konsentrasi cuka dapur mula-mula

Hasil
3.3 Skema Kerja

a. Identifikasi sifat asam basa larutan

HCl 0,1 M, H2SO4 0,1 M, NH4OH 0,1 M, NaOH 0,1 M,


NaCH3COO 0,1M, NH4Cl 0,1M, H3PO4 0,1M, CH3COOH 0,1M

- diisi masing-masing lubang pada pelat tetes dengan larutan HCl


0,1 M , H2SO4 0,1 M , NH4OH 0,1 M, NaOH 0,1 M, NaCH3COO
0,1M, NH4Cl 0,1M, H3PO4 0,1M, CH3COOH 0,1M.
- diamati sifat masing-masing larutan dengan menggunakan kertas
lakmus
- dikelompokkan larutan tersebut yang bersifat asam dan basa.

Hasil

b. Penentuan Range kerja indicator pH dari berbagai indicator alam

1). Membuat larutan pH 2-6

HCl 0,01 M, akuades

- diambil 2,5 mL HCl 0,01 M yang mempunyai pH 2, dimasukkan


dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan akuades sampai
tanda batas
- diperoleh larutan pH 3
- diulangi prosedur tersebut untuk membuat pH 4 dari larutan pH 3,
pH 5 dan 6 secara berantai.

Hasil
2). Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang mempunyai pH
12
NaOH 0,01 M , Akuades

- dibuat larutan pH 11. Diambil 2,5 mL NaOH 0,01 M kemudian


dimasukkan dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas.
- dibuat larutan pH 10 dengan memipet 2,5 mL larutan pH 11 dan
dimasukkan dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan sampai tanda
batas. Diulangi prosedur tersebut untuk ph 9 dan 8 dibuat secara
bertingkat.
- disiapkan masing-masing larutan dari pH 2-12 diteteskan pada pelat
tetes.
- digunakan akuades untuk pH 7.
- ditetesi pada masing-masing lubang dengan indicator metil jingga,
diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pH.
- diulangi prosedur tersebut dengan indicator yang sama.
Hasil
3). Indikator Tumbuhan
Bunga, Daun, Umbi, atau Batang

- ditimbang kira-kira 1-2 gram tumbuhan (bunga, daun, umbi, atau


batang), kemudian dihaluskan dan dilarutkan dalam alcohol
sebanyak 5 mL. diaduk rata larutan tersebut dan disaring, disimpan
dalam tabung reaksi dan diberi label.
- diisi lubang pelat tetes dengan larutan yang telah diketahui pHnya
(pada prosedur 2.2), ditetesi masing-masing lubang yang telah
berisi larutan bermacam pH dengan indicator dari ekstrak tumbuhan
tersebut. Diamati perubahan warna yang terjadi.
- diulangi prosedur tersebut untuk ekstrak tumbuhan yang lain.
- ditentukan harga pH berdasarkan perubahan warna yang terjadi dan
ditentukan pKind dan trayek perubahan indicator.
Hasil
c. Titrasi Asam Basa

1). Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat

NaOH 0,1 M , Asam Oksalat

- disiapkan buret dan dibulas dengan larutan NaOH yang akan


digunakan.
- diisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M sampai skala nol.
- disiapkan larutan standart primer asam oksalat.
- dimasukkan 10 mL larutan asam oksalat 0,05 M dalam Erlenmeyer
100 mL, kemudian ditambahkan beberapa tetes indicator
phenolptalein.
- dititrasi dengan NaOH dampai terjadi perubahan warna. Dilakukan
duplo.
- dihitung konsentrasi NaOH.
- diulang dengan indicator bunga yang dipilih (konsultasi dengan
asisten).

Hasil
2). Penentuan Konsentrasi Cuka Dapur

CH3COOH, NaOH

- dipipet 5 mL cuka dapur kemudian dimasukkan dalam labu ukur


100 mL dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- dipipet 10 mL larutan cuka dapur hasil pengenceran dan
dimasukkan dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan beberapa
tetes indicator phenolftalein.
- dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi sampai
terjadi perubahan warna.
- dihitung konsentrasi cuka dapur mula-mula.

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Jilid 2.

Jakarta : Erlangga

Keenan, dkk. 2001. Kimia untuk Universitas. Bandung : Erlangga

Oxtoby. 2001. Prinsip Kimia Modern Jilid 2 Edisi 6. Jakarta : Erlangga

Petrucci.2011. Kimia Dasar Prinsip – Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi

Kesembilan Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Purnami, Wardana. 2005. Pengaruh Penggunaan Indikator tumbuhan terhadap

reaksi asam basa. Jurnal Rekayasa Mesin vol.6(1) Sastrohamidjojo,

Haryono. 2013. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: Universitas Gajah


Mada

Lailatis. 2016. Penentuan Trayek Asam Basa Melalui Metode Titrasi. Journal of

Chemistry Education vol. 5(3)

Tim Penyusun. 2020. Modul Praktikum Kimia Lanjutan 2020. Jember:

Universitas Jeember

Winarti, Dwi.2013.Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai