PENDAHULUAN
1
2. Apa yang dimaksud dengan titrasi ?
3. Jelaskan prinsip-prinsip titrasi !
4. Sebutkan jenis-jenis titrasi !
5. Jelaskan faktor yang mempengaruhi indikatornya !
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asam basa.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan titrasi.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip titrasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis titrasi.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi indikatornya.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
Positif yg dibentuk atas penambahan sebuah Ion Hidrogen (Proton) pada sebuah
Molekul Air.
Namun tidak semua Senyawa Hidrogen itu Asam misalnya Etanol yang
mempunyai Rumus Kimia C2H5OH, walaupun didalam Etanol terdapat Unsur H
namun Etanol bukanlah Asam. Kemudian Asam berdasarkan Kekuataannya
menurut Svante August Arrhenius ini terdiri dari Asam Kuat dan Asam Lemah,
sedangkan jika dilihat dari Jumlah Ion H+ yang dilepaskannya maka dibedakan
menjadi Asam Monoprotik, Asam Diprotik dan Asam Triprotik.
Lalu Teori Asam Basa Menurut Arrhenius ini bahwa Asam adalah
senyawa yg dalam Air mampu menghasilkan Ion Hidroksida (OH-) dan Basa
berdasarkan pada Ion OH- yang dilepaskan tersebut pada reaksi Ionisasi Basa
maka dibedakan menjadi dua macam yang antara lain Basa Monohidrolik dan
Basa Polihidroksi.
2. Teori bronsted Lowry
Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry ini merupakan sebuah Teori yang
melengkapi dari kekurangan Teori Asam dan Basa Arrhenius karena tak semua
Senyawa itu bersifat Asam ataupun Basa dapat menghasilkan sebuah Ion H+ atau
OH- jika dilarutkan didalam Air.
Teori Asam Basa Menurut Bronsted – Lowry bahwa Asam ialah Senyawa
yg bisa menyumbang proton yakni Ion H+ ke Senyawa atau Zat Lain. Sedangkan
Basa ialah Senyawa yg bisa menerima Proton, yakni Ion H+ dari Senyawa
ataupun Zat Lain. Lalu menurut Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin
Lowry bahwa Zat mampu berperan baik sebagai Asam ataupun Basa, jika Zat
tertentu lebih mudah melepas Proton dan Zat tersebut akan berperan sebagai
Asam dan Lawannya berperan sebagai Basa.
Sebaliknya jika Suatu Zat lebih mudah menerima Proton maka Zat
tersebut akan berperan sebagai basa dan dalam suatu Larutan Asam dalam Air,
Air tersebut berperan sebagai Basa. Namun didalam Teori Asam – Basa Bronsted
Lowry ini memiliki kelemahan yakni tak dapat memperlihatkan Sifat Asam
maupun Sifat Basa suatu senyawa jika tidak terdapat proton yang terlibat didalam
Reaksi.
4
3. Teori Asam Basa Lewis
Gilbert Newton Lewis merupakan Ilmuwan Kimia berasal dari Amerika
Serikat yang lahir pada 23 Oktober 1875 dan meninggal pada 23 Maret 1946 yang
terkenal dengan penemuan – penemuannya seperti Ikatan Kovalen, Struktur Lewis
dan Asam Basa Lewis. Menurut Gilbert Newton Lewis bahwa Teori Asam – Basa
merupakan masalah dasar yg harus diselesaikan dengan landasan Teori Struktur
Atom, bukan berdasarkan oleh hasil percobaan.
Adapun Teori Asam Basa Menurut Lewis bahwa Asam ialah Zat yang
dapat menerima Elektron dan menurut Lewis bahwa Basa ialah Zat yang bisa
mendonorkan Pasangan Elektron. Semua Zat yg didefinisikan sebagai Asam
didalam Teori Asam – Basa Arrhenius juga merupakan Asam di dlm Kerangka
Teori Lewis ini karena Proton ialah Aksepator Pasangan Elektron dan didalam
Reaksi Netralis Proton dapat membentuk ikatan koordinat dengan Ion Hidroksida.
5
Yang terdiri dari kation dan Ion sehingga membentuk endapan
4. Titrasi pengompleksan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor-donor pasangan
elektron
Mn+ + :L [M : L]n+
Yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion kompleks
Titrasi asam-basa merupakan suatu proses penentuan kadar/konsentrasi
suatu larutan basa dengan larutan standar asam yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Proses tritrasi dikenal dengan istilah titik
ekivalen dan titik akhir titrasi. Penambahan larutan standar dilakukan sampai
mencapai titik eekivalen, yaitu suatu keadaan pada saat asam dan basa tepat habis
bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan menggunakan suatu indikator
yang harus berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik pada saat perubahan
warna indikator itu terjadi disebut titik akhir titrasi.
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila
dilarutkan di dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya
adalah sebagai berikut:
HCl H+ + Cl-
Asam klorida ion klorida
CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam asetat ion asetat
Basa di definisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya
ion negatif. Hidroksida-hidroksida yang larut seperti natrium hidroksida atau
kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer.
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
6
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
dengan akseptor proton.
7
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai. Misalnya pada larutan
HCl dan larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan
NaCl yang terbentuk juga tidak berwarna. Untuk mengetahui bahwa titik
ekuivalen pada titrasi telah dicapai, maka digunakan indikator atau penunjuk.
Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator
asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau
basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH
tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam basa. Lakmus merah
berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Lakmus biru
berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam. Terdapat beberapa
indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan
berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning,
dan bromtimol biru
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang
bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu
ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna
ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam
basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya
murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna
merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:
8
Terdapat berbagai jenis indicator yang dapat digunakan untuk melakukan
titrasi asam basa, diantaranya adalah:
NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIFAT)
Biru timol 1,2-2,8 merah – kuning asam
Kuning metil 2,9-4,0 merah – kuning basa
Jingga metil 3,1 – 4,4 merah – jingga basa
Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning – biru asam
Merah metil 4,2-6,3 merah – kuning basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning – ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning – biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 kuning – merah asam
Ungu kresol 7,9-9,2 kuning – ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. – merah asam
Timolftalein 9,3-10,5 t.b. – biru asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning – ungu basa
Contohnya : titrasi HCl menggunakan NaOH dapat menggunakan
indicator yang mempunyai pH sekitar 7 misalnya fenol merah atau fenolftalein.
HCl bereaksi dengan NaOH akan membentuk NaCl dan H2O yang bersifat netral.
Contoh lain titrasi asam asetat menggunakan larutan NaOH dapat menggunakan
indicator dengan pH sesuai garam Natrium Asetat yaitu pH 9-10 dapat
menggunakan indicator pp.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah jika menggunakan
sistem ekuivalen, sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang
dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar
dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik
akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa
9
organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N=Normalitas
V = Volume.
Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan
reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
10
2.4 Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang
dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk
karakteristik dari kurva yang berbeda-beda menggambarkan perbedaan
konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya,berikut ini merupakan jenis titrasi
asam basa beserta kurva titrasinya :
1. Asam kuat - Basa kuat
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi
pada titik ekuvalen PH adalah netral.
11
Gambar 2.2.2 Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
Titrasi Asam lemah-basa kuat contohnya adalah titrasi CH3COOH
sebagai asamlemah dengan NaOH sebagai basa kuat sehingga membentuk
garam yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
12
Jika Ka > Kb kelarutan bersifat asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
5. Asam kuat - Garam dari asam lemah
Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi
HCl sebagai asam kuat dengan NH4BO2 yang bersifat sebagai garam dari
asam lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
HCl + NH4BO2→ HBO2+ NH4Cl
Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2-→ HBO2
6. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan
dari kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini
adalah titrasi NaOH yang bersifat basa kuat dengan CH3COONH4 yang
merupakan garam dari basa lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4-→ NH4OH
13
BAB III
APLIKASI TITRASI ASAM BASA
14
dengan tepat sebanyak 15 mL HCl 0,1 N ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian
menitrasinya dengan larutan NaOH 0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi).
Mencatat pH (diukur dengan pH meter) pada setiap kali penambahan 1 mL NaOH
0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi), hingga penambahan 20 mL, kemudian
menggambarkan data dalam bentuk grafik. Untuk proses titrasi dengan indikator
ekstrak pekat daun jati, memipet dengan tepat sebanyak 15 mL HCl 0,1 N ke
dalam erlenmeyer 250 mL.
Kemudian menambahkan 3 tetes indikator zat warna ekstrak pekat daun
jati kedalam larutan dan menitrasinya dengan larutan NaOH 0,1 N (atau sesuai
hasil standarisasi). Mencatat volume NaOH dan mengulangi titrasi sebanyak 5
kali. Melakukan pengulangan pada proses titrasi dengan menggunakan indikator
phenol pthalein. Pada titrasi CH3COOH dengan NaOH, pembuatan kurva titrasi
dilakukan dengan cara memipet dengan tepat sebanyak 15 mL CH3COOH 0,1 N
ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian menitrasinya dengan larutan NaOH 0,1
N (atau sesuai hasil standarisasi). Mencatat pH (diukur dengan pH meter) pada
setiap kali penambahan 1 mL NaOH 0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi), hingga
penambahan 20 mL, kemudian menggambarkan data dalam bentuk grafik. Untuk
proses titrasi dengan indikator ekstrak pekat daun jati, memipet dengan tepat
sebanyak 15 mL CH3COOH 0,1 N ke dalam erlenmeyer 250 mL.
Kemudian menambahkan 3 tetes indikator zat warna ekstrak pekat daun
jati kedalam larutan dan menitrasinya dengan larutan NaOH 0,1 N (atau sesuai
hasil standarisasi). Mencatat volume NaOH dan mengulangi titrasi sebanyak 5
kali. Melakukan pengulangan pada proses titrasi dengan menggunakan indikator
phenol pthalein. Pada titrasi NH4OH dengan HCl, pembuatan kurva titrasi
dilakukan dengan cara memipet dengan tepat sebanyak 15 mL NH 4OH 0,1 N ke
dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian menitrasinya dengan larutan HCl 0,1 N
(atau sesuai hasil standarisasi). Mencatat pH (diukur dengan pH meter) pada
setiap kali penambahan 1 mL HCl 0,1 N (atau sesuai hasil standarisasi), hingga
penambahan 20 mL, kemudian menggambarkan data dalam bentuk grafik. Untuk
proses titrasi dengan indikator ekstrak pekat daun jati, memipet dengan tepat
sebanyak 15 mL NH4OH 0,1 N ke dalam erlenmeyer 250 mL.
15
Kemudian menambahkan 3 tetes indikator zat warna ekstrak pekat daun
jati kedalam larutan dan menitrasinya dengan larutan HCl 0,1 N (atau sesuai hasil
standarisasi). Mencatat volume HCl dan mengulangi titrasi sebanyak 5 kali.
Melakukan pengulangan pada proses titrasi dengan menggunakan indikator
bromothymol blue.
16
dan 25 setelah penambahan asam askorbat. Pada Gambar 1. terlihat bahwa
penambahan asam askorbat akan menurunkan absorbansi ekstrak pekat daun jati.
Penurunan absorbansi ekstrak pekat daun jati juga berbanding lurus terhadap
kadar asam askorbat yang ditambahkan. Sema- kin besar kadar asam askorbat
yang ditambah- kan, maka semakin besar pula penurunan absorbansi dari ekstrak
pekat daun jati.
17
Gambar 2. Ekstrak pekat daun jati sebelum ditambahkan dengan FeCl3 (kiri) dan
setelah penambahan FeCl3 (kanan)
Ekstrak daun jati yang berwarna merah darah telah diindikasikan
mengandung pelargonidin. Pelargonidin merupakan salah satu kelompok
antosianin, yang keberadaannya banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan.
Setelah dilakukan pengamatan pada panjang gelombang 500 hingga 550,
dihasilkanlah data yang tercantum pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3.
diketahui absorbansi dari ekstrak pekat daun jati meningkat dari 0,317 pada 500
ppm, hingga diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm.
Kemudian setelah diperoleh serapan maksimum, absorbansi ekstrak pekat daun
jati tersebut kemudian berangsur-angsur turun hingga pada panjang gelombang
550 diperoleh serapan sebesar 0,027.
Gambar 3. Panjang gelombang versus absorbansi dari ekstrak pekat daun jati
Sebelum digunakan untuk titrasi, perlu diketahui daerah perubahan pH
pada ekstrak pekat daun jati. Ekstrak pekat daun jati di teteskan pada larutan
dengan pH 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13. Warna ekstrak daun jati
tersebut kemudian diamati pada tabung reaksi seperti yang terlihat pada Gambar
4.
18
Gambar 4. Warna ekstrak pekat daun jati pada pH 1-13, secara berurutan dari kiri
ke kanan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, seperti pada Gambar 4. larutan
pH yang sebelumnya tak berwarna, setelah ditetesi dengan 3 tetes indikator
ekstrak pekat daun jati, larutan tersebut menjadi berwarna. Warna larutan pada pH
1-7 berubah menjadi orange, sedangkan pada pH 8-13, warna larutan berubah dari
tak berwarna menjadi hijau. Terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau
pada ekstrak pekat daun jati.
Uji aplikasi indikator ekstrak pekat daunjati pada titrasi asam-basa
dilakukan pada variasi titrasi asam kuat (HCl) dengan basa kuat (NaOH), dengan
indikator phenol ptalein (pp) sebagai indikator pembanding. Titrasi asam lemah
(CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH), dengan indikator phenol ptalein (pp)
sebagai indikator pembanding. Titrasi basa lemah (NH 4OH) dengan asam kuat
(HCl), dengan indikator bromothymol blue (BTB) sebagai indikator pembanding.
Tabel 2. Perbandingan volume titran, pH dan % kesalahan titrasi pada titrasi HCl
dengan NaOH menggunakan indikator pp dan ekstrak pekat daun jati
Volume Indikator pp Indikator Daun Jati
HCl NaOH pH Kesalahan NaOH pH Kesalahan
(mL) Titrasi (%) (mL) Titrasi (%)
15,10 8,13 +0,0025 15,10 8,07 +0,0022
15,10 8,13 +0,0025 15,10 8,10 +0,0024
15 mL 15,10 8,09 +0,0023 15,10 8,06 +0,0022
15,20 8,15 +0,0027 15,10 8,07 +0,0022
15,10 8,11 +0,0024 15,10 8,13 +0,0025
Rata-rata 15,12 8,12 +0,0025 15,10 8,09 +0,0023
Rata-rata persentase kesalahan titrasi pada penggunaan ekstrak daun jati
adalah sebesar +0,0023%, lebih kecil 0,0002% jika dibandingkan dengan rata-rata
kesalahan titrasi pada penggunaan indikator pp untuk titrasi asam kuat-basa kuat.
19
Tanda positif menunjukan ke- lebihan titran pada saat titrasi dengan persen
kesalahan untuk titik ekivalen yang terlewati adalah sebesar harga tersebut.
Tabel 3. Perbandingan volume titran, pH dan % kesalahan titrasi pada titrasi C
H3COOH dengan NaOH menggunakan indikator pp dan ekstrak pekat daun jati
Volume Indikator pp Indikator Daun Jati
HCl NaOH pH Kesalahan NaOH pH Kesalahan
(mL) Titrasi (%) (mL) Titrasi (%)
15,40 8,24 -0,0287 15,30 8,13 -0,0387
15,50 8,22 -0,0304 15,30 8,17 -0,0348
15 mL 15,40 8,26 -0,0271 15,30 8,16 -0,0357
15,40 8,27 -0,0263 15,30 8,14 -0,0377
15,50 8,22 -0,0304 15,30 8,14 -0,0377
Rata-rata 15,44 8,24 -0,0286 15,30 8,15 -0,0369
Rata-rata persentase kesalahan titrasi pada penggunaan ekstrak daun jati
adalah sebesar -0,0369%, lebih kecil 0,0083% jika dibandingkan dengan rata-rata
kesalahan titrasi pada penggunaan indikator pp untuk titrasi asam kuat-basa kuat.
Akan tetapi pada hubungannya dengan titik ekivalen, kesalahan titrasi pada
penggunaan indikator daun jati jauh lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
indikator pp yang hanya sebesar -0,0286%. Tanda negatif menunjukkan
kekurangan titran pada saat titrasi dengan persen kesalahan untuk titik ekivalen
yang yang belum tercapai adalah sebesar harga tersebut.
Tabel 4. Perbandingan volume titran, pada titrasi NH4OH pH dan % kesalahan
titrasi dengan HCl menggunakan indikator BTB dan ektrak pekat daun jati
Volume Indikator pp Indikator Daun Jati
HCl NaOH pH Kesalahan NaOH pH Kesalahan
(mL) Titrasi (%) (mL) Titrasi (%)
15,5 5,90 -0,0413 15,50 6,96 -0,04987
15,8 5,88 -0,0392 15,50 6,95 -0,04874
15 mL 15,8 5,91 -0,0424 15,60 6,99 -0,05346
15,8 5,95 -0,0469 15,50 6,93 -0,04655
15,7 5,92 -0,0435 15,60 7,01 -0,05592
Rata-rata 15,76 5,91 -0,0427 15,54 6,97 -0,05090
Rata-rata persentase kesalahan titrasi pada penggunaan ekstrak daun jati
adalah sebesar -0,5090%, lebih kecil 0,4663% jika dibanding- kan dengan rata-
rata kesalahan titrasi pada penggunaan indikator bromothymol blue untuk titrasi
basa lemah-asam kuat. Akan tetapi pada hubungannya dengan titik ekivalen,
kesalahan titrasi pada penggunaan indikator daun jati jauh lebih besar
dibandingkan dengan penggunaan indikator bromothymol blue yang hanya
20
sebesar -0,0427%. Tanda negatif menunjukkan keku- rangan titran pada saat
titrasi dengan persen kesalahan untuk titik ekivalen yang yang belum tercapai
adalah sebesar harga tersebut.
Setiap indikator memiliki masa waktu batas penggunaan atau dapat
disebut sebagai batas kadaluarsa penggunaan. Indikator ekstrak pekat daun jati ini
setelah 5 bulan penyimpanan dan digunakan kembali pada masing-masing titrasi
asam-basa, telah menunjukkan penurun- an stabilitas yang sangat jauh. Ketika
digunakan kembali pada titrasi asam kuat-basa kuat, indikator ini menunjukkan
perubahan warna pada titik akhir titrasi pada pH 10,84, pada titrasi asam lemah-
basa kuat, indikator ini menunjukkan perubahan warna pada titik akhir titrasi pada
pH 10,32 dan pada titrasi asam kuat-basa kuat, indikator ini menunjukkan
perubahan warna pada titik akhir titrasi pada pH 2,11. Perubahan warna pada pH
yang sangat jauh tersebut akan menunjukkan persen kesalahan yang jauh lebih
besar pula.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perendaman selama 24 jam menghasilkan ekstrak pekat yang lebih baik
dibandingkan dengan perendaman selama 16, 20 dan 28 jam. Dengan pengamatan
berturut-turut selang lima hari setelah hari pertama selama 25 hari, menunjukkan
bahwa semakin besar kadar asam askorbat yang tercampur ke dalam ekstrak pekat
daun jati, semakin besar pula pengaruh pada stabilitas ekstrak tersebut, yaitu
semakin besar penurunan absorbansi indikator ekstrak pekat daun jati yang diukur
pada panjang gelombang maksimalnya. Trayek pH perubahan warna indikator
ekstrak pekat daun jati terjadi pada tepat peralihan kondisi asam ke basa, yaitu
dari pH 7 ke pH 8, perubahan warna indikator ekstrak pekat daun jati dimulai
pada pH 7 ke 7,1, dari warna orange ke warna hijau. Indi- kator ekstrak pekat
daun jati, menunjukkan persen kesalahan sebesar +0,002295% pada titrasi HCl -
NaOH (asam kuat - basa kuat), -0,03689% pada titrasi CH3COOH – NaOH (asam
lemah - basa kuat), dan -0,50897% pada titrasi NH4OH - HCl (basa lemah - asam
kuat).
4.2 Saran
Untuk kemajuan makalah ini kedepannya, apabila terdapat kesalahan yang
terjadi, maka penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun guna kelengkapan dan kebutuhan makalah ini kedepannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23