Dosen Pembimbing:
Erni Rohmatus., M.Pd
Asam memiliki sifat melepaskan ion H+, berasa yang asam, tajam, menyengat,
dan mengubah kertas lakmus menjadi merah. Adapun basa memiliki sifat
melepaskan ion OH-, berasa yang pahit, bau khas yang tidak tajam menyengat,
dan mengubah kertas lakmus menjadi warna biru.
Reaksi ionisasi yang terjadi pada asam dan basa Arrhenius secara umum
dituliskan sebagai berikut.
HxZ(aq) → xH+ + Z– (asam)
M(OH)y(aq) → Mx++ + xOH– (aq) (basa)
Berikut ini beberapa contoh asam basa Arrhenius dan reaksi ionisasinya
Reaksi ionisasi Asam Arrhenius
Teori Asam Basa Lewis
Pada tahun 1923 G.N. Lewis, seorang ahli kimia dari Negeri Paman
Sam, Amerika Serikat memperkenalkan teori asam dan basa. Teori ini tidak
melibatkan transfer proton, melainkan melibatkan penyerahan dan penerimaan
pasangan elektron bebas.
Perhatikan reaksi berikut :
Pada reaksi di atas ion yang dilepas kan H2O dapat terikat oleh
molekul NH3 , kemampuan mengikat proton ini karena mempunyai pasangan
elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordiansi ,
artinya pasangan elektron bebas pada NH3 digunakan besama-sama dengan
ion H+
Berdasarkan serah terima pasangan elektron, lewis mendefinisikan
asam basa sebagai berikut.
Asam adalah spesi yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron
(akseptor elektron)
Basa adalah spesi yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron
(donor elektron)
Pada persamaan tersebut molekul NH3 adalah suatu basa karena HN3
dapat memberi pasangan elektron, sedangkan ion H+ merupakan suatu asam,
karena dapat menerima pasangan elektron.
Kelebihan teori asam basa Lewis adalah sebagai berikut.
1. Teori asam basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam dan basa dalam pelarut
lain atau pun tidak memiliki pelarut.
2. Teori asam dan basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam basa molekul atau
ion yang memiliki pasangan elektron bebas, atau yang dapat menerima
pasangan elektron bebas. Contohnya adalah pembentukan senyawa
komplek.
3. Dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam basa lain dalam fase padat, gas dan
medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton.
Kekurangan teori asam basa Lewis adalah sebagai berikut
1. Teori asam dan basa Lewis ini memiliki kesulitan dalam menggambarkan
reaksi asam-basa, seperti reaksi antara ion Fe3+ dan ion CN–. Karena
keduanya tidak melibatkan ion H+ atau ion OH–.
2. Teori asam basa Lewis juga sulit untuk menentukan kekuatan asam atau
basa dari reaksi yang terjadi.
3. Konsep PH
Istilah “pH” berasal dari kata Jerman “potenz,” yang berarti “pangkat” ,
dikombinasikan dengan H, simbol unsur untuk hidrogen, jadi pH adalah singkatan
dari “pangkat hidrogen.”
Pengertian pada umumnya, pH (Power of Hydrogen) adalah skala yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Skala dari pH terdiri dari angka 1 hingga 14.
Skala pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen [H+] dalam larutan. Nilai pH
larutan dihitung menggunakan nilai konsentrasi molar ion hidrogen yang larut dalam
larutan.
Pada pengukuran skala pH, terdapat tiga jenis parameter yaitu pH asam, netral, dan
basa.
Suatu larutan dikatakan asam jika terdapat ion H+ yang lebih banyak daripada
ion OH–. Asam memiliki pH<7
Bersifat netral jika jumlah ion H+ dan OH– sama dalam larutan. LArutan netral
memiliki pH 7
Dan larutan basa jika terdapat jumlah ion OH– lebih banyak dibanding H+. Basa
memiliki pH>7
Derajat keasaman suatu zat dalam larutan dinyatakan dalam pH (potensi hidrogen)
yang secara matematis bernilai:
Sementara itu untuk derajat kebasaan digunakan konsep pOH (potensi hidroksida)
yang secara matematis bernilai:
Hubungan antara pH dan pOH adalah :
pH + pOH = pKw
dimana Kw adalah konstanta disosiasi air (menghasilkan H+ dan OH−) yang
bernilai 10-14, sehingga persamaan di atas menjadi
pH + pOH = 14
Suatu larutan akan bersifat asam bila jumlah H+ lebih besar dari jumlah OH−, sehingga
pada kondisi netral, pH = pOH = 7.
Maka dalam penerapan konsep ph:
Larutan bersifat basa pada pH > 7
Larutan bersifat asam pada pH < 7.
2. Konstanta Disosiasi Asam (Ka) dan Basa (Kb)
Seperti diketahui suatu asam akan bereaksi dengan air di dalam larutannya sebagai
berikut (misal asam diberi nama HA)
HA(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + A−(aq) pada asam kuat terjadi disosiasi sempurna,
sehingga sebagai contoh HCl dengan konsentrasi 0,01 M:
Selain indikator larutan, indikator pH universal dalam bentuk kertas yang dapat
berubah warna juga sering digunakan, range perubahan warnanya sebagai berikut:
4. Larutan Buffer
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH
larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam
atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau
dapar.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan
reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem
biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat
bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika
enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka
enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem
yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini
terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang
terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH
sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.
Fungsi Lautan Penyangga
Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan
mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses
seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit,
sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan
penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh
turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH
darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat
(H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama
dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga
dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga
H2PO4−/HPO42− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH
mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.
Komponen Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7).
Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain,
asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi
(CH3COO−).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,
yakni reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena
OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata
lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah
(CH3COOH).
Larutan penyangga basa
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan
buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya
(BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,
yakni reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang karena
H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O. Dengan kata
lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah
(NH3).
Pada penambahan basa (OH−) kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain,
basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi
(NH4+).
pH Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−,
terdapat kesetimbangan:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V =
volum larutan penyangga,
Susanto, Nirwan. (2021).Teori Asam basa.Diakses pada 11 Desember 2021, di Studio Belajar
website https://www.studiobelajar.com/teori-asam-basa/ and https://www.studiobelajar.com
/larutan-penyangga/
Nurul, Utami, Silmi (2021).Teori asam basa pengertian para ahli dan sifatnya. Diakses pada
11 Desember 2021, di Kompas Website
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/03/120000169/teori-asam-basa--pengertian-
para-ahli-dan-sifatnya
Modul ,Rumus, dam soal konsep PH.Diakses pada 15 Desember 2021,di wardaacollege
website https://www.wardayacollege.com/belajar-kimia/larutan/asam-basa/konsep-ph/