Anda di halaman 1dari 19

ILMU BIOMEDIK DASAR

“Mekanisme Fisiologi Tubuh Manusia dalam Mempertahan”

Dosen Pembimbing:
Erni Rohmatus., M.Pd

M. Gilang Aditiya Saputra (29)


S1 Keperawatan
1B

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI HUSADA
MULIA MADIUN
2021/2022
1. Konsep asam dan basa
Asam dan basa adalah dua golongan zat kimia yang sangat umum ditemukan
di sekitar kita. Sebagai contoh, cuka, asam sitrun, dan asam dalam lambung tergolong
asam, sedangkan kapur sirih dan soda api tergolong basa. Asam dan basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda. Pada mulanya, asam dan basa dibedakan berdasarkan
rasanya, di mana asam terasa masam sedangkan basa terasa pahit dan licin seperti
sabun. Namun, secara umum zat-zat asam maupun basa bersifat korosif dan beracun
khususnya dalam bentuk larutan dengan kadar tinggi sehingga sangat berbahaya jika
diuji sifatnya dengan metode merasakannya.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembedaan asam dan
basa pun dapat dilakukan dengan menggunakan indikator seperti kertas lakmus dan
indikator universal ataupun instrumen pH meter. Larutan asam akan memerahkan
kertas lakmus biru, sedangkan larutan basa akan membirukan kertas lakmus merah.
Pada pengujian zat dengan pH meter, larutan asam akan menunjukkan pH lebih kecil
dari 7, sedangkan larutan basa akan menunjukkan pH lebih besar dari 7. Larutant
dengan pH sama dengan 7 disebut netral. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pembedaan asam dan basa pun dapat dilakukan dengan menggunakan
indikator seperti kertas lakmus dan indikator universal ataupun instrumen pH meter.
Larutan asam akan memerahkan kertas lakmus biru, sedangkan larutan basa akan
membirukan kertas lakmus merah. Pada pengujian zat dengan pH meter, larutan asam
akan menunjukkan pH lebih kecil dari 7, sedangkan larutan basa akan menunjukkan
pH lebih besar dari 7. Larutant dengan pH sama dengan 7 disebut netral.
2. Teori asam basa
 Teori asam basa Arrhenius
Teori asam basa Arrhenius dikemukakan oleh Swedia Svante
Arrhenius pada tahun 1884 menjadikannya teori pertama yang
mengklasifikasikan senyawa menjadi asam dan basa. Dilansir dari Chemguide,
menurut Arrhenius, asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+)
dalam larutan sedangkan basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida
(OH-) dalam larutan. Asam dan basa dapat bereaksi menghasilkan air dan
senyawa ionic garam, reaksi tersebut disebut dengan reaksi netralisasi.
Misalnya reaksi asam sulfat (H2SO4) dan kalium hidroksida (KOH) yang
menghasilkan air dan senyawa ionic garam kalium sulfat (K2SO4).

Asam memiliki sifat melepaskan ion H+, berasa yang asam, tajam, menyengat,
dan mengubah kertas lakmus menjadi merah. Adapun basa memiliki sifat
melepaskan ion OH-, berasa yang pahit, bau khas yang tidak tajam menyengat,
dan mengubah kertas lakmus menjadi warna biru.
Reaksi ionisasi yang terjadi pada asam dan basa  Arrhenius secara umum
dituliskan sebagai berikut.
HxZ(aq) → xH+  +  Z–  (asam)
M(OH)y(aq) → Mx++  +  xOH– (aq)  (basa)
Berikut ini beberapa contoh asam basa Arrhenius dan reaksi ionisasinya
Reaksi ionisasi Asam Arrhenius

Reaksi ionisasi Basa Arrhenius

 Teori Asam Basa Bronsted – Lowry


Pada tahun 1923 Johannes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry
mengajukan konsep asam basa berdasarkan pemindahan proton (H+)
Berikut ini asam basa menurut Bronsted-Lowry:
o Asam adalah spesi yang dapat memberikan proton atau donor proton
(H+)
o Basa adalah spesi yang dapat menerima proton atau akseptor proton
(OH–)
Contoh : NH3  + H2O  ↔ NH4+  +  OH–
NH3 bertindak sebagai basa setelah menerima prtoton berubah menjadi ion
NH4+ yang bertindak sebagai asam dengan meyerahkan proton kepada OH-.
H2O bertindak sebagai asam setelah menyerahkan proton kepada NH3 berubah
menjadi OH–.
OH– bertindak sebagai basa setelah menerima proton dati ion NH4+.
Pasangan asam basa setelah terjadi serah terima proton dinamakan asam basa
konjugasi.
Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang
disebut dengan basa konjugasi dari asam tersebut. Spesi tersebut merupakan
suatu basa karena dapat meneyerap proton dan membentuk kembali asam
semula.
Sama halnya seperti asam, basa juga dapat membentuk spesi yang
dinamakan asam konjugasi dari basa tersebut. Spesi tersebut adalah suatu
karena dsapat melepas satu proton dan membentuk kembali basa semula.
Contoh :
HCl(aq)  +  H2O(l) ↔ H3O+(aq)  +  Cl–(aq)
Maka HCl(aq)  ↔  H+           +        Cl(aq)
         Asam         proton              Basa konjugasi
          H2O(l)   +      H+        ↔        H3O(aq)
          Basa            proton            Asam konjugasi
Dalam suatu reaksi kimia asam basa Bronsted-Lowry dapat
membentuk dua pasang asam basa konjugasi. Pasangan yang terdiri dari asam
dengan basa konjugasinya.
Secara umum dituliskan sebagai berikut.

Didapatkan pasangan asam basa konjugasi HCO3– dan H2CO3 serta H2O dan


OH-, dengan H2CO3 sebagai asam konjugasi dan OH– sebagai basa konjugasi.
Beberapa ketentuan dari asam basa sebagai berikut.
1. Sifat asam basa zat ditentuka oleh pelarutnya.
2. Semakin mudah melepaskan proton, keasamannya semakin kuat dan
semakin mudah mengikat proton, kebasaannya semakin kuat.
Konsep asam basa Bronsted–Lowry lebih luas dari pada konsep Asam
basa Arrhenius. Hal ini terjadi karena.
a. Konsep asam bassa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam perlarut aiar, akan
tetapi juga menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
b. Asam basa dari Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, akan tetapi
juga dapat berupa kation dan anion.
Konsep asam basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan misalnya sifat
asam dari NH4 Dimana dalam NH4Cl yang bersifat asam adalah NH4+ karena
NH4Cl dalam air dapat melepaskan proton.
Konsep asam basa Bronsted-Lowry dapat menunjukan kelemahan
konsep asam basa Arrhenius, diantaranya sebagai berikut.
 Defininisi asam basa Arrhenius terlalu sempit, karena harus mengandung
ion H+ dan ion OH–, kenyataanya tidak semua asam basa memilikinya.
 Pelarut harus air
Berdasarkan konsep asam basa Bronsted-Lowry, air dapat besifat
sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton).
Zat seperti ini memiliki sifat amfirprotik (amfoter), artimya dapat bertindak
sebagai basa dan dapat bertindak sebagai asam.
Contoh :

        
 Teori Asam Basa Lewis
Pada  tahun 1923 G.N. Lewis, seorang ahli kimia dari Negeri Paman
Sam, Amerika Serikat memperkenalkan teori asam dan basa. Teori ini tidak
melibatkan transfer proton, melainkan melibatkan penyerahan dan penerimaan
pasangan elektron bebas.
Perhatikan reaksi berikut :

Pada reaksi di atas ion yang dilepas kan H2O dapat terikat oleh
molekul NH3 , kemampuan mengikat proton ini karena mempunyai pasangan
elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordiansi ,
artinya pasangan elektron bebas pada NH3 digunakan besama-sama dengan
ion H+
Berdasarkan serah terima pasangan elektron, lewis mendefinisikan
asam basa sebagai berikut.
 Asam adalah spesi yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron
(akseptor elektron)
 Basa adalah spesi yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron
(donor elektron)
Pada persamaan tersebut molekul NH3 adalah suatu basa karena HN3
dapat memberi pasangan elektron, sedangkan ion H+ merupakan suatu asam,
karena dapat menerima pasangan elektron.
Kelebihan teori asam basa Lewis adalah sebagai berikut.
1. Teori asam basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam dan basa dalam pelarut
lain atau pun tidak memiliki pelarut.
2. Teori asam dan basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam basa molekul atau
ion yang memiliki pasangan elektron bebas, atau yang dapat menerima
pasangan elektron bebas. Contohnya adalah pembentukan senyawa
komplek.
3. Dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam basa lain dalam fase padat, gas dan
medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton.
Kekurangan teori asam basa Lewis adalah sebagai berikut
1. Teori asam dan basa Lewis ini memiliki kesulitan dalam menggambarkan
reaksi asam-basa, seperti reaksi antara ion Fe3+ dan ion CN–. Karena
keduanya tidak melibatkan ion H+ atau ion OH–.
2. Teori  asam basa Lewis  juga sulit untuk menentukan kekuatan asam atau
basa dari reaksi yang terjadi.
3. Konsep PH
Istilah “pH” berasal dari kata Jerman “potenz,” yang berarti “pangkat” ,
dikombinasikan dengan H, simbol unsur untuk hidrogen, jadi pH adalah singkatan
dari “pangkat hidrogen.”
Pengertian pada umumnya, pH (Power of Hydrogen) adalah skala yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Skala dari pH terdiri dari angka 1 hingga 14.
Skala pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen [H+] dalam larutan. Nilai pH
larutan dihitung menggunakan nilai konsentrasi molar ion hidrogen yang larut dalam
larutan.
Pada pengukuran skala pH, terdapat tiga jenis parameter yaitu pH asam, netral, dan
basa.
 Suatu larutan dikatakan asam jika terdapat ion H+ yang lebih banyak daripada
ion OH–. Asam memiliki pH<7
 Bersifat netral jika jumlah ion H+ dan OH– sama dalam larutan. LArutan netral
memiliki pH 7
 Dan larutan basa jika terdapat jumlah ion OH– lebih banyak dibanding H+. Basa
memiliki pH>7
Derajat keasaman suatu zat dalam larutan dinyatakan dalam pH (potensi hidrogen)
yang secara matematis bernilai:

Sementara itu untuk derajat kebasaan digunakan konsep pOH (potensi hidroksida)
yang secara matematis bernilai:
Hubungan antara pH dan pOH adalah :
pH + pOH = pKw
dimana Kw adalah konstanta disosiasi air (menghasilkan H+ dan OH−) yang
bernilai 10-14, sehingga persamaan di atas menjadi
pH + pOH = 14
Suatu larutan akan bersifat asam bila jumlah H+ lebih besar dari jumlah OH−, sehingga
pada kondisi netral, pH = pOH = 7.
Maka dalam penerapan konsep ph:
 Larutan bersifat basa pada pH > 7
 Larutan bersifat asam pada pH < 7.
2. Konstanta Disosiasi Asam (Ka) dan Basa (Kb)
Seperti diketahui suatu asam akan bereaksi dengan air di dalam larutannya sebagai
berikut (misal asam diberi nama HA)
HA(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + A−(aq) pada asam kuat terjadi disosiasi sempurna,
sehingga sebagai contoh HCl dengan konsentrasi 0,01 M:

Maka, pH larutan ini adalah


pH = −log[H+]
= −log10-2
=2
sementara pada asam lemah akan terjadi reaksi kesetimbangan karena disosiasi hanya
sebagian:
HA(aq) + H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + A−(aq)
maka kita mempunyai tetapan kesetimbangan disosiasi asam, diberi
lambang Ka sebagai berikut:

bila diasumsikan [H3O+] = [A−]


misalkan asam asetat CH3COOH memiliki konsentrasi 2,5 M dengan Ka=10-5 akan
mempunyai:

dan sebaliknya untuk suatu basa lemah (dilambangkan dengan XOH)


XOH(aq) + H2O(l) ⇌ OH−(aq) + X+(aq) + H2O(l), dengan penurunan yang sama
didapat:

Reaksi Asam Basa


Secara umum reaksi asam dan basa akan menghasilkan garam dan air. Pada reaksi
asam kuat dan basa kuat, apabila jumlah (mol) keduanya sama-sama habis akan
dihasilkan larutan bersifat netral.
Sementara pada reaksi antara asam kuat dan basa lemah maupun basa kuat dan asam
lemah terdapat beberapa skenario yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
1. Apabila spesi kuat tersisa maka perhitungan pH mengikuti sisa konsentrasi
spesi tersebut (baik asam maupun basa)
2. Apabila hanya spesi lemah tersisa maka akan terbentuk larutan buffer
3. Apabila kedua spesi pereaksi habis maka akan mengikuti perhitungan
hidrolisis
Perhitungan larutan penyangga dan hidrolisis akan dibahas pada materi selanjutnya
Indikator Ganda
Supaya mudah untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam, basa atau netral
digunakan suatu indikator. Sebagai contoh indikator yang terkenal adalah kertas
lakmus.
Lakmus merah adalah suatu indikator basa, yang akan berubah warna menjadi biru
bila terpapar larutan basa, dan sebaliknya untuk lakmus biru.
Selain kertas lakmus, indikator yang sering digunakan adalah dalam bentuk larutan.
Larutan indikator asam basa adalah larutan senyawa organik yang bersifat asam atau
basa, dengan satu warna pada konsentrasi hidrogen tinggi dan warna lain pada
konsentrasi hidrogen rendah.
Berikut ini indikator yang umum digunakan beserta trayek perubahan warnanya

Selain indikator larutan, indikator pH universal dalam bentuk kertas yang dapat
berubah warna juga sering digunakan, range perubahan warnanya sebagai berikut:
4. Larutan Buffer
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH
larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam
atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau
dapar.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan
reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem
biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat
bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika
enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka
enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem
yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini
terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang
terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH
sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.
Fungsi Lautan Penyangga
Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan
mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses
seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit,
sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan
penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh
turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH
darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat
(H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama
dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga
dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga
H2PO4−/HPO42− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH
mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.
Komponen Larutan Penyangga
 Larutan penyangga asam
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7).
Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain,
asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi
(CH3COO−).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,
yakni reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena
OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata
lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah
(CH3COOH).
 Larutan penyangga basa
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan
buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya
(BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,
yakni reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang karena
H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O. Dengan kata
lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah
(NH3).
Pada penambahan basa (OH−) kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain,
basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi
(NH4+).
pH Larutan Penyangga
 Larutan penyangga asam
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−,
terdapat kesetimbangan:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan


larutan penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch
sebagaimana persamaan berikut ini:

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V =
volum larutan penyangga,

 Larutan penyangga basa


Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat
kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V =
volum larutan penyangga,

5. Gangguan Kesetimbangan Asam Basa


 Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
8 yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit
berat yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi
bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika
keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor
(penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam
beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu;
atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal
berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun
proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Biasanya
diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi
dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan
kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada
penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu
diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
 Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi
asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam
dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam
darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal
juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih 9 banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa
terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat adalah:
1. Kelebihan produksi asam. Pada asidosis diabetik atau asidosis
laktak, produksi asam dapat melebihi kemampuan ginjal untuk
absorbsi dan ekskresi H+ 2.
2. Kurangnya cadangan dapar. Kehilangan ion HCO3 yang
terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
3. Kurangnya ekskresi asam. Dapat terjadi pada penyakit ginjal
kronik dimana ginjal gagal mengekskresikan asam yang
diproduksi secara normal.
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih
dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak
memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan
yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan.
Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan
syok, koma dan kematian.
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk
mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida
dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang
tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes
yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa
asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis.
Kadang-kadang 10 dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu
dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena, tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan
dapat membahayakan.
 Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan
dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya
makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat
farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan
untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari dilakukan, ketika
diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase
pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga membran mukosa
tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen
suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik, yang digunakan secara
waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi
mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk 11 mencegah alkalosis dan
kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat.
Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding
dada.
 Alkolisis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi
jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan
sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang
yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan
natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan
ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolic
a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah
tersinggung), otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila
terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme
(kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan
elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium
klorida secara intravena
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Nirwan. (2021).Teori Asam basa.Diakses pada 11 Desember 2021, di Studio Belajar
website https://www.studiobelajar.com/teori-asam-basa/ and https://www.studiobelajar.com
/larutan-penyangga/

Nurul, Utami, Silmi (2021).Teori asam basa pengertian para ahli dan sifatnya. Diakses pada
11 Desember 2021, di Kompas Website
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/03/120000169/teori-asam-basa--pengertian-
para-ahli-dan-sifatnya

Konsep Asam Basa.(2021). Diakses pada 11 Desember 2021, di Gurubagi Website


https://gurubagi.com/konsep-asam-basa-pengertian-perkembangan-dan-contohnya/

Modul ,Rumus, dam soal konsep PH.Diakses pada 15 Desember 2021,di wardaacollege
website https://www.wardayacollege.com/belajar-kimia/larutan/asam-basa/konsep-ph/

Anda mungkin juga menyukai