Anda di halaman 1dari 5

TEORI LARUTAN ASAM DAN BASA

NAMA : Kevin antonius ngantung

NIM : 20101106021

KELAS : SISTEM INFORMASI (A)

Pengertian Asam Basa
Asam basa adalah jenis senyawa organik yang dapat memberikan pengaruh besar
pada proton (H) terhadap senyawa lainnya dengan penerima proton juga dari senyawa
lain yang dikenal dengan ekseptor proton. Oleh karena itulah untuk membedakan
senyawa asam dan basa dengan mudah dapat menggunakan bantuan kertas
lakmus dimana asam akan mengubah fungsi kertas lakmus biru menjadi merah ketika
dicelupkan dan memiliki rasa asam. Sedangkan basa memiliki sifat rasa pahit dan
mampu mengubah kertas lakmus merah menjadi biru (kebalikan dari asam).

Nilai keasaaman ataupun kebasaan suatu zat dapat ditentukan dengan parameter yang
disebut pH dimana untuk mengukurnya dapat digunakan berbagai macam alat seperti
pH indikator asam basa, pH meter, dan lain sebagainya.

Teori Asam Basa


Sejak pertama kali muncul, terdapat beberapa ahli yang menyatakan tentang definisi
asam maupun basa. Berikut ini penjelasannya;

Asam Basa Arrhenius


Arrhenius menyatakan bahwa asam adalah molekul yang ketika dilarutkan
dalam air akan melepaskan ion H+ atau menyumbangkan H+ atau dapat disebut donor
proton. Sedangkan basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan
melepaskan ion OH–.

Contoh asam Arrhenius yaitu HCl dimana dalam air akan terionisasi

HCl  H+ + Cl–

Keberadaan H+ menunjukkan bahwa HCl melepaskan ion H+ sehingga dikatakan


sebagai suatu asam. Adapun untuk contoh basa Arrhenius yaitu NaOH dimana dalam
air terionisasi, antara lain sebagai berikut;
NaOH  Na+ + OH–

OH– yang dilepaskan menunjukkan bahwa NaOH merupakan senyawa yang bersifat


basa menurut arrhenius.

Asam Basa Bronsted Lowry


Teori selanjutnya dikemukakan oleh Bronsted Lowry dimana pada dasarnya teori asam
basa Bronsted Lowry ini mirip seperti teori Arrhenius yang menyatakan bahwa asam
merupakan senyawa yang dilarutkan dalam air menghasilkan ion H + sedangkan basa
adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH –.

Satu hal yang membedakan teori Bronsted-Lowry dari teori Arrhenius adalah pada teori
Bronsted-Lowry melibatkan molekul air (H 2O) dalam reaksi ionisasi yang melepaskan
ion baik H+ maupun OH–.

Sebagai contoh asam HCl yang dilarutkan dalam air:

HCl + H2O H3O+ + Cl–

Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dengan teori Arrhenius dimana kita tidak
menemukan H+ pada reaksi tersebut, melainkan yang kita temukan adalah H 3O+ dimana
ion hidrogen telah bereaksi dengan molekul air menjadi ion H 3O+.

Sedangkan contoh basa yaitu NH3:

NH3  + H2O  NH4+ + OH–

Dalam pengertian reaksi kimia tersebut tidak ditemukan ion H3O+ seperti pada asam


sebelumnya, melainkan ditemukan ion OH – yang menunjukkan bahwa NH3 memiliki
sifat basa karena melepaskan OH– dalam air.

Asam Basa Lewis


Selanjutnya Lewis menerangkan konsepnya mengenai asam dan basa dimana pada
teorinya berbeda dengan dua definisi tentang asam basa yang ada sebelumnya, Lewis
melibatkan elektron dalam mendefinisikan molekul asam dan basa.

Menurut Lewis, asam adalah suatu senyawa yang melakukan akseptor elektron atau
menerima elektron sedangkan basa adalah senyawa yang melakukan donor elektron
atau memberikan elektron. Teori asam basa Lewis ini lebih spesifik dari teori
sebelumnya yang hanya mendefinisikan keberadaan ion H + dan ion OH–.
Teori Lewis ini diterapkan dalam reaksi yang melibatkan senyawa asam dan basa pada
satu reaksi sehingga kita dapat membedakan mana senyawa yang bersifat asam dan
mana yang bersifat basa.

Contohnya yaitu pada reaksi amonia dengan asam klorida:

NH3 + HCl  NH4+ + Cl–

Dari reaksi tersebut menggunakan teori Lewis kita dapat menentukan senyawa mana
yang bersifat asam maupun basa antara NH 4 dan juga HCl berdasarkan keberadaan
elektronnya. Jika kita lihat dengan struktur elektronnya dimana N dalam amonia
memiliki satu pasangan elektron bebas yang bereaksi dengan HCl dapat dilihat pada
gambar berikut:

Pasangan elektron bebas dari N diserahkan kepada H dari HCl sehingga dapat
dikatakan bahwa NH3 melakukan donor elektron sedangkan HCl menerima elektron dari
pemberian NH3. Dari hal tersebut sesuai definisinya dapat diketahui bahwa amonia
merupakan senyawa yang bersifat basa sedangkan HCl bersifat asam.

Penggolongan Jenis Asam dan Basa


Untuk menggolongkan jenis asam basa terdapat banyak parameter yang dapat
digunakan. Berikut penjelasannya;

Berdasarkan jumlah atom hidrogen


Berdasarkan jumlah H dalam satu molekul, asam dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu asam monoprotik dan asam poliprotik. Asam monoprotik merupakan senyawa
yang memiliki satu buah proton (H) sehingga hanya mampu melepaskan satu proton
saja.

Contoh asam monoprotik yaitu HCl, HBr, HCN. Sedangkan asam poliprotik adalah
senyawa yang memiliki dua atau lebih proton yang dapat dilepaskan. Contoh senyawa
asam poliprotik adalah H2SO4 dan H3PO4.

Berdasarkan Kekuatannya
Asam basa dapat dibedakan menjadi asam-basa kuat dan asam-basa lemah. Suatu
asam ataupun basa dikatakan kuat jika zat tersebut dalam air dapat terionisasi secara
sempurna atau memiliki derajat ionisasi 1. Sedangkan suatu senyawa dikatakan asam
atau basa lemah jika di dalam air senyawa tersebut tidak terionisasi secara sempurna
atau memiliki derajat ionisasi dibawah 1.

Contoh senyawa asam kuat yaitu HCl, HBr, H2SO4, HNO3

Contoh senyawa basa kuat yaitu NaOH, KOH, Ca(OH) 2, Mg(OH)2

Contoh senyawa asam lemah yaitu CH3COOH, H2CO3, HClO4

Contoh senyawa basa lemah yaitu NH3, Al(OH)3, Fe(OH)2, NH4OH

Senyawa Amfoter
Amfoter adalah suatu zat yang dapat bersifat sebagai asam maupun basa tergantung dari
kondisinya. Ketika kita menempatkan zat tersebut dengan senyawa asam, maka zat tersebut
akan berperan sebagai basa dan sebaliknya ketika kita menempatkan zat tersebut dengan basa,
maka zat tersebut akan bersifat sebagai asam.

Contohnya yaitu air yang dapat bertindak sebagai amfoter karena ketika bereaksi dengan HCl
air bertindak sebagai basa. Sedangkan ketika bereaksi dengan amonia, air berperan sebagai zat
yang bersifat asam.

Menentukan Asam Basa dalam Kimia


Adapun satu-satu hal yang dapat dipergunakan dalam membedakan dan menentuka
asam basa pada jenis zat kimia ialah;

1. Skala pH
Skala pH merupakan besaran yang digunakan untuk menentukan tingkat keasaman
atau kebasaan suatu larutan. Skala pH dinyatakan dalam angka 0 hingga 14 dimana
sebagian besar larutan yang ada di dunia memiliki rentang pH dalam angka tersebut
meskipun ada sebagian kecil yang berada dibawah 0 ataupun diatas 14.
Dalam skala pH, larutan yang memiliki pH dibawah 7 berarti larutan tersebut bersifat
asam sedangkan larutan dengan pH diatas 7 menunjukkan bahwa larutan tersebut
bersifat basa, dan untuk larutan dengan pH 7 maka larutan tersebut bersifat netral.
Cairan dengan pH 7 sebagai contohnya yaitu air yang merupakan senyawa netral.
Dalam tubuh manusia, sel memiliki pH sekitar 6,8 sedangkan darah manusia memiliki
pH 7,4 dimana keduanya mendekati pH netral. Jika nilai pH dalam tubuh manusia
berubah secara ekstrem diatas ataupun dibawah 7 maka dapat menyebabkan
kematian.
Namun dalam sistem pencernaan manusia khususnya pada lambung memiliki pH 1
hingga 2 dimana suasananya sangat asam karena berperan dalam melarutkan
makanan yang masuk. Namun larutan dengan pH sangat asam tersebut tentunya
dilapisi dengan dinding organ yang sangat kuat.
Namun dalam sistem pencernaan manusia khususnya pada lambung memiliki pH 1 hingga 2
dimana suasananya sangat asam karena berperan dalam melarutkan makanan yang masuk.
Namun larutan dengan pH sangat asam tersebut tentunya dilapisi dengan dinding organ yang
sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai