PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-buahan misalnya lemon dan jeruk.
Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan
mengenai senyawa asam dan basa, terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori
Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa asam
dan basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam dapat mengubah
lakmus biru menjadi berwarna merah, sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus merah
menjadi berwarna biru. Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat asam atau
basa dapat juga menggunakan indikator phenolphthalein. Jika setelah penambahan
phenolphthalein warna larutan berubah menjadi merah muda atau pink, maka larutan tersebut
bersifat basa.. Senyawa asam cenderung memiliki rasa masam, sedangkan senyawa basa
memiliki rasa agak pahit. Perbedaan lain yang dapat membedakan kedua senyawa ini yaitu
kemampuannya melarutkan zat lain. Senyawa asam bersifat korosif sehingga dapat melarutkan
beberapa logam aktif, sedangkan senyawa basa dapat melarutkan lemak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Kimia Anorganik II.
2. Untuk mengetahui berbagai teori asam basa.
3. Mengetahui dan memahami materi mengenai asam dan basa.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari asam dan basa?
2. Bagaimana memberi nama pada basa ?
3. Bagaimana mengidentifikasi asam basa ?
4. Bagaimana indikator asam basa ?
5. Bagaimana sifat-sifat dari asam dan basa?
6. Apa sajakah jenis-jenis asam dan basa?
7. Apa sajakah teori- teori yang menjelaskan tentang asam dan basa?
8. Apakah kekurangan dan kelebihan dari berbagai teori asam basa tersebut?
9. Bagaimana reaksi dari asam dan basa?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asam dan Basa
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai
zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam
okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr,
dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus
(asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur
klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida
ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian
ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa
semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion
dan kemudian merumuskan pengertian asam. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika
asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa
dihilangkan.
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat
utama dalam cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang
berasa pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap
ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan
untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat
tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi
larutan basa tersebut.
2
Secara umum :
Asam + Basa Garam + Air
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat
diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Keunggulan atau kelebihan dari teori asam basa Arrhenius yaitu mampu
menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Liebig menyatakan
bahwa setiap asam memiliki hidrogen (asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab
basa juga memiliki hidrogen.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat menjelaskan
reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum
mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion.
Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan
bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam,
sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti Na2CO3
memiliki karakteristik seperti basa.
Asam dan basa dapat dikelompokan menjadi asam basa monovalen dan asam basa polivalen.
Asam basa monovalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah satu.
Sedangkan asam basa polivalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah lebih dari
satu. Asam dan basa polivalen mengion secara bertahap dan tiap tahap memiliki nilai tetapan
kesetimbangan sendiri.
Contohnya : Asam sulfat
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-
3
Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa konjugasinya makin
kuat.
Ka x Kb = Kw
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam ke basa dan
membentuk asam dan basa konjugasi.
Asam kuat: basa konjugasi lemah
Basa kuat: asam konjugasi lemah
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2
Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa konjugasinya sedangkan basa
konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak daripada asam konjugasinya. Semua asam basa
Arrhenius adalah asam basa bronsted lowry
H2PO4- HPO42-
asam konjugasi basa konjugasi
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa,
yaitu:
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
4
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat
tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai
basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai
basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari
asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan
ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah
contoh reaksi zat amfoter.
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep yang telah disampaikan
Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak terbatas hanya pada pelarut air saja,
namun konsepnya dapat dengan jelas menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi asam
dan basa dalam pelarut air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan menggunakan pelarut
benzena. Reaksinya seperti ini :
5
HCl (benzena) + NH3 (benzena) -> NH4Cl(s)
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori Bronsted-Lowry
memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa dapat
terjadi tanpa adanya transfer proton dari yang bersifat asam ke yang bersifat basa.
Reaksi asam basa merupakan pemakaian bersama pasangan elektron (contohnya : pada ikatan
kovalen koordinasi) dan semua asam basa Arrhenius adalah asam basa Lewis
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki kelemahan yaitu
hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau oktet.
6
untuk meramalkan reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi dan proses pengolahan serta
perekayasaan mineral dan logam.
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu senyawa-senyawa
yang menjadi akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa yang bersifat basa yaitu senyawa-
senyawa yang menjadi pendonor ion oksida. Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2 (pasir)
yang terjadi pada suhu tinggi. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai persamaan berikut:
SO3(g) + H2O(l0 → H2SO4(aq)
SiO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida logam dan non logam
menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan logam.
Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas hanya pada senyawa-senyawa
yang memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat menjelaskan sifat kebasaan dan keasaman
suatu senyawa yang tidak memiliki ion oksida di dalamnya.
7
nol, elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam lemah
(contohnya : Ag+, Cd2+). Selain dari asam basa keras dan lunak, terdapat juga ligan dan ion
logam yang tidak termasuk pada golongan keras ataupun lunak, yaitu golongan intermediet. Di
bawah ini adalah tabel ligan dan ion logam yang tergolong asam basa keras, lunak, dan
intermediet.
Be2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Hg2+, Cd2+, Pd2+, Pt2+ Pb2+, Fe2+, Co2+, Ni2+,
Sn2+, Mn2+, Zn2+ Cu2+, Os2+
[VO]2+, [VO2]+
8
b. Bilangan oksidasinya rendah
c. Polaritasnya tinggi
d. Ekektronegatifitasnya rendah
9
Sedangkan basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut
tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut anion karakteristik
pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl terurai menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang
disebut AKP.
Kelebihan dari teori ini adalah sifat keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat
ditingkatkan karakteristiknya.
Kelemahan dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat atau mampu meningkatkan
karakteristik sifat keasaman ataupun kebasaan suatu senyawa.
Usanovich merupakan seorang ahli kimia Rusia. Teori Asam Basa Asam Usanovich tidak
diakui oleh dunia atau bisa dibilang bukan teorinya. Hal ini disebabkan teori yang diungkapkan
tersebut merupakan gabungan dari semua teori asam basa yang pernah diungkapkan ahli-ahli
kimia yang lain.
Mikhail Usanovich telah mengembangkan teori umum yang tidak membatasi keasaman
suatu senyawa yang hanya mengandung hidrogen saja, tetapi lebih umum dari teori asam basa
Lewis. Teori Usanovich dapat diringkas:
Asam didefinisikan sebagai spesies yang dapat menyumbangkan kation untuk kemudian
bergabung dengan (menerima) anion untuk menetralkan basa menghasilkan garam.
Basa didefinikasikan sebagai spesies yang dapat memberikan anion (elektron) untuk
bergabung dengan kation atau menetralkan asam kemudian menghasikan garam .
Definisi Usanovich ini telah mencakup semua definisi yang telah ada sebelumnya dan konsep
redoks (oksidasi-reduksi) sebagai kasus khusus dalam reaksi asam-basa.
Beberapa contoh reaksi asam-basa Usanovich:
Na2O (basa) + SO3 (asam) → 2 Na+ + SO42−
(yg dipertukarkan: anion O2−)
10
Jika larutan asam san larutan basa direaksikan maka terjadi reaksi penetralan, yaitu reaksi yang
saling meniadakan sifat asam dan basa yang menghasilkan garam dan air.
Contoh :
Asam + Basa Garam + Air
HnA + B(OH)m BnAm + H2O
Oksida asam akan bereaksi dengan larutan basa membentuk garam dan air
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan menghasilkan basa:
Na2O + H2O ---> 2 NaOH
K2O + H2O ---> 2 KOH
Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air
Na2O + H2SO4 ---> Na2SO4 + H2O
Fe2O3 + HNO3 ---> 2 Fe(NO3)3 + 3 H2O
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap tidak diuraikan).
Ba2+(aq) + 2Cl-(aq) + 2Na+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s) + 2Na+(aq) + 2Cl-(aq)
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
Ba2+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s)
11
d. Reaksi yang Menghasilkan Gas
a. Reaksi yang menghasilkan gas CO2
CaCO3(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(l) + CO2(g)
Na2CO3(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Kedua reaksi di atas sebenarnya menghasilkan H2CO3 akan tetapi segera terurai menjadi H2O(l)
dan CO2(g).
12
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah
B. Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih tanda minus (-)
disebelah atas belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat
sebagai berikut:
Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa lemah)
Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan elektrolit)
Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
Dapat mengemulsi minyak
b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan dalam air.
Contoh asam lemah:
Asam askorbat
Asam karbonat
Asam sitrat
Asam etanoat
Asam laktat
Asam fosfat
b. Basa Lemah yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan.
Amonia adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas ammonia tidak
mengandung ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion
amonium dan ion hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap
ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa
lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa
lemahnya (seperti halnya basa kuat).
Berikut ini contoh basa lemah :
gas amoniak (NH3)
besi hidroksida (Fe(OH)2)
Hydroksilamine (NH2OH)
Aluminium hidroksida (Al(OH)3)
Ammonia hydroksida (NH4OH)
Metilamin hydroxide (CH3NH3OH
Etilamin hydroxide (C2H5NH3OH)
14
Indikator asam - basa Warna yang dihasilkan
Larutan asam Larutan basa
Fenolftalein Bening Merah muda
Metil oranye Merah Kuning
Bromotimol biru Kuning Biru
Metil ungu Ungu Hijau
Bromokresol ungu Kuning Ungu
Fenol merah Kuning Merah
Timolftalien Bening Biru
Metil oranye Merah Kuning
15
G. Gambar Alat-alat Laboratorium
1. Gelas kimia
2. Rak kimia
3. Sendok kimia
4. Tabung kimia
16
5. Mortar kimia
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata pelajaran Kimia pada SMA Negeri 1 Meukek
dengan ini penulis mengangkat judul “Asam Basa”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
KELOMPOK IV
i20
DAFTAR ISI
21
ii