Anda di halaman 1dari 139

Konsep Asam-Basa, Kesetimbangan

Asam – Basa dan Kesetimbangan Ion


dalam Larutan
Oleh:
Dr. Deana Wahyuningrum, S.Si., M.Si.
Kimia FMIPA – ITB

• Teori dan Konsep Asam-Basa


• Kesetimbangan Asam-Basa
• Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
TEORI DAN KONSEP ASAM – BASA
Definisi Asam-Basa Arrhenius

• Asam: segala sesuatu yang menghasilkan ion hidrogen


dalam larutan air
– HCl(aq) → H+ (aq)+ Cl- (aq)
• Basa: segala sesuatu yang menghasilkan ion hidroksida
dalam larutan air.
– NaOH(aq) → Na+ (aq) + OH- (aq)
• Definisi Arrhenius hanya terbatas untuk larutan dalam air.

DW_Kimia ITB
Definisi Asam-Basa Brǿnsted Lowry
• Asam: donor proton
• Basa: akseptor proton
• Definisi ini menjelaskan bagaimana suatu zat seperti
amonia dapat bertindak sebagai basa.

DW_Kimia ITB
Definisi Asam-Basa Brǿnsted Lowry
• Asam dan Basa Kuat
– Dianggap mengion sempurna
HCl(aq) + H 2O(l ) → H 3O(+aq) + Cl(-aq)
NaOH (aq ) + H 2O(l ) → Na(+aq) + OH (-aq )

• Asam dan Basa Lemah


– Tidak mengion sempurna

CH3COOH (aq) + H 2O(l ) → CH3COO(-aq) + H3O(+aq)


+ + OH -
NH3(aq) + H 2O(l ) → NH (4aq ) (aq)

DW_Kimia ITB
Definisi Asam-Basa Brǿnsted Lowry
• Ketika suatu asam Brǿnsted Lowry dilarutkan dalam air,
air bertindak sebagai basa.
• H3O+(aq) disebut ion hidronium. Ion ini merupakan asam
terkuat yang dapat ditemukan dalam larutan air,
sedangkan ion OH- merupakan basa terkuat yang ada
dalam larutan air (aqueous).

HC2 H3O2(aq) + H 2O(l ) ⎯→ H O + + C H O 2-


⎯⎯⎯
3 (aq) 2 3 2(aq)
Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1

DW_Kimia ITB
Definisi Asam-Basa Brǿnsted Lowry
• Pasangan Asam-Basa Konjugasi
– Asam dan Basa yang berhubungan dengan hilangnya atau
diperolehnya H+ sebagai H3O+ dan H2O.
– Jika asamnya adalah asam kuat, maka basa konjugasinya
merupakan basa lemah; sebaliknya jika asamnya adalah asam
lemah, maka basa konjugasinya merupakan basa kuat.
– Jika basanya adalah basa kuat atau basa lemah, maka asam
konjugasinya adalah asam lemah atau asam kuat.

DW_Kimia ITB
DW_Kimia ITB
Sumber: Chang, 1998
Asam Kuat Asam Lemah

DW_Kimia ITB
Sumber: Chang, 1998
Definisi Asam-Basa Lewis
• Asam: akseptor elektron
• Basa: donor elektron
• Definisi ini bersifat lebih universal dan dapat berlaku
dalam sistem yang non-aqueous.

DW_Kimia ITB
Sumber: Chang, 1998
Beberapa Asam dan Basa

Asam Rumus Molekul Kemolaran*


Nitrat
Hidroklorida
Sulfat
Asetat

Basa
Amonia
Natrium hidroksida padat

*Pekat

DW_Kimia ITB
Beberapa Asam dan Basa

Asam Basa

DW_Kimia ITB
Hubungan antara Struktur Molekul dan Sifat Asam-Basa
H X H+ + X-
Semakin
Semakin kuat lemah
ikatannya asamnya

Sumber: Chang, 1998

HF << HCl < HBr < HI


HCl > H2S > PH3
Kekuatan Asam Biner
HI HBr HCl HF

Panjang ikatan 160.9 > 141.4 > 127.4 > 91.7 pm

Energi ikat 297 < 368 < 431 < 569 kJ/mol

Kekuatan asam 109 > 108 > 1.3106 >> 6.610-4

HF + H2O → [F-·····H3O+] F- + H3O+

Pasangan ion Ion bebas


Ikatan hidrogen
Hubungan antara Struktur Molekul dan Sifat Asam-Basa
d- d+
Z O H Z O- + H
+

Ikatan O-H akan bersifat lebih polar dan lebih mudah putus
jika:
• Z sangat elektronegatif, atau
• Z berada dalam tingkat oksidasi tinggi
Hubungan Antara Kekuatan Asam dan Keelektronegatifan

Sumber: Atkins dan Jones, 2004

Kesimpulan: semakin besar keelektronegatifan atom pusat, maka semakin


kuat asam okso tersebut
Hubungan antara Struktur Molekul dan Sifat Asam-Basa

• Untuk Asam Okso yang memiliki atom pusat (Z) berbeda


namun berasal dari satu golongan dengan bilangan
oksidasi yang sama, maka sifat asamnya akan bertambah
dengan bertambahnya kelektronegatifan Z.
• Contoh: Cl lebih elektronegatif daripada Br dan I, sehingga
kekuatan asam HClO3 > HBrO3 > HIO3
H-O-Cl H-O-Br
ENCl = 3,0 ENBr= 2,8
Ka = 2,910-8 Ka = 2,110-9
Hubungan antara Struktur Molekul dan Sifat Asam-Basa
• Untuk Asam Okso yang memiliki atom pusat (Z) sama
tetapi jumlah gugus oksigen yang terikat berbeda, maka
sifat asamnya bertambah dengan meningkatnya
bilangan oksidasi Z.
• Contoh: Keasaman HClO4 > HClO3 > HClO2 > HClO
Hubungan Antara Kekuatan Asam dengan Bilangan Oksidasi

Sumber: Atkins dan Jones, 2004

Kesimpulan: semakin tinggi bilangan oksidasi atom pusat, maka


semakin kuat asam okso tersebut
Beberapa Senyawa Oksida dari Unsur-unsur Utama
dalam Tingkat Oksidasi Tertingginya

CO2 (g) + H2O (l) H2CO3 (aq)

N2O5 (g) + H2O (l) 2HNO3 (aq)


Hubungan Antara Kekuatan Asam dengan Struktur Molekul
Kesimpulan:
1. Untuk asam biner H-A:
semakin polar ikatan H-
A → semakin asam
2. Untuk asam biner H-A:
semakin lemah ikatan
H-A → semakin asam
3. Untuk Asam-okso:
semakin banyak atom O
terikat pada atom pusat
→ semakin asam
4. Untuk asam-okso: Jika
atom O yang terikat
pada atom pusat
jumlahnya sama, maka
semakin besar
keelektronegatifan atom
pusat → semakin asam
5. Untuk asam karboksilat:
semakin besar
keelektronegatifan
gugus yang terikat pada
gugus karboksil →
semakin asam

Sumber: Atkins dan Jones, 2004


Perbandingan kekuatan asam okso yang beratom pusat
sama
O O

··
··
··
··
·· ·· ·· ··
H O S O H H O S O H
·· ·· ·· ·· ··

O
··
··
Ka 103 Ka =1,310-2

·· - ·· -
O O

··
··
··
··

·· 2+ ·· ·· + ··
H O S O H H O S O H
·· ·· ·· ·· ··
-
O
··
··

··
Kekuatan asam organik

H O H H

··
··
·· ··
H C C O H H C C O H
·· ··

H H H

Asam asetat etanol


Ka = 1,810-5 Ka =1,310-16
Faktor kestabilan anion mempengaruhi keasamaan
Ion Etoksida
H H

·· -
H C C O

··
··

H H
Ion Asetat

-
H O H O

H C C H C C
-
O O
H H
Pengaruh struktur terhadap keasaman asam organik

H O

Ka = 1,810-5
H C C

-
O
H
Ka = 1,310-5

H H H H H H H O

H C C C C C C C C

-
O
H H H H H H H
Pengaruh struktur terhadap keasaman asam organik

H O

H C C

-
O
H
Ka = 1,810-5
Cl O

H C C

-
O
H

Ka = 1,410-3
Kekuatan Amina sebagai Basa
H H

H N Br N
··

··
H H

ammonia bromamina

pKb = 4,74 pKa = 7,61


Kekuatan Amina sebagai Basa

H H H H H H

H C NH2 H C C NH2 H C C C NH2

H H H H H H

metilamina etilamina propilamina

pKb = 4,74 pKa = 3,38 pKb = 3,37


Pengaruh resonansi terhadap keasaman asam organik
Pengaruh induktif terhadap keasaman
asam organik
KESETIMBANGAN ASAM – BASA
Autoionisasi Air
 Air adalah zat amfoter, bisa bertindak sebagai asam
maupun basa:
CH3COOH (aq) + H 2O(l ) → CH3COO(-aq) + H 3O(+aq)
Basa
+ + OH -
NH3(aq) + H 2O(l ) → NH (4aq ) (aq)
Asam
 Autoionisasi: ketika molekul air bereaksi satu sama lain
membentuk ion-ionnya, dengan catatan bahwa [H2O]
adalah tetap dan telah tercakup dalam Kw.

DW_Kimia ITB
Tetapan Ionisasi Air, Kw
• Kw adalah tetapan kesetimbangan yang bergantung
pada suhu. Biasanya digunakan suhu 25 oC sebagai
standar.
• Kw adalah representasi perkalian antara Ka (tetapan
ionisadi asam) dan Kb (tetapan ionisasi basa).

DW_Kimia ITB
pH dan skala “p” yang lain
• Untuk mengukur dan menetukan keasaman dan kebasaan
pada trayek konsentrasi yang sangat besar, diperlukan suatu
skala yang disebut “p” (=power = poisson = kekuatan).
• pH didefiniskan sejak tahun 1909 untuk menentukan
keasaman/kebasaan dalam skala logaritma konsentrasi ion
H+/OH-

DW_Kimia ITB
Perhitungan pH dan pOH
• Tentukan nilai pH dari [H+] = 6,7 x 10-3 M;
– Jawab: pH = - log [H+] = 2,2
• Tentukan nilai pH dari [H+] = 5,2 x 10-12 M;
– Jawab: pH = 11,3
• Tentukan [H+] jika pH = 4,5.
– Jawab: [H+] = 3,2 x 10-5 M
• Tentukan pOH dari 1,7 x 10-4 M NaOH
– Jawab: pOH= 3,8; pH = 10,2
• Tentukan pOH dari 5,2 x 10-12 M H+
– Jawab: pH = 11,3 ; pOH = 2,7
• Tentukan [OH-] jika pH = 4,5
– Jawab: pOH = 9,5, jadi [OH-] = 3,2 x 10-10 M

DW_Kimia ITB
Skala pH

DW_Kimia ITB
pH Beberapa Material

Bahan

1 M HCl 0,0
Asam lambung 1,0 – 3,0
Jus lemon 2,2 – 2,4
Coke 2,5
Kopi 5,0
Air murni 7,0
Darah 7,35 – 7,45
Obat maag 10,5
Amonia pembersih 12,0
1 M NaOH 14,0

DW_Kimia ITB
Kekuatan Asam-Basa
• Untuk asam dan basa kuat, pH dan pOH dapat langsung
dihitung berdasarkan konsentrasi yang diketahui.
• Contoh: 0,15 M HCl menghasilkan 0,15 M H+
– pH = 0,82
– pOH = 14 – pH = 13,18
• 0,052 M NaOH menghasilkan 0,052 M OH-
– pOH = 1,28
– pH = 14 – pOH = 12,72
• Asumsi perhitungan pH di atas tidak berlaku untuk larutan
asam atau basa yang sangat encer (< 10-6 M)

DW_Kimia ITB
Tetapan Disosiasi Asam, Ka
• Ionisasi asam lemah dapat diberikan sesuai reaksi berikut:

• Kekuatan suatu asam lemah berhubungan dengan nilai


tetapan kesetimbangan, Ka.

DW_Kimia ITB
Kesetimbangan Asam Lemah
• Contoh: tentukan pH larutan asam benzoat 0,10 M pada 25 oC
jika Ka = 6,28 x 10-5.
• Jawab:

• Tahap pertama adalah menuliskan tetapan kesetimbangan


asam lemah:

DW_Kimia ITB
Kesetimbangan Asam Lemah
 Diasumsikan [Bz-] diabaikan terhadap [HBz]. Adanya kontribusi H3O+ dari
air pun diabaikan.

2
HBz H3O+ Bz- x
I Kons. Awal, M 0,10 0,00 0,00
Ka = 6, 28 x 10-5 =
0,10
C Perubahan, DM x x x
E Kons. Setimbang, M 0,10 – x x x x= ( 6,28 x 10 ) ( 0,10 )
-5

= 0,0025 M
[H3O+] = [Bz-] =x

pH = 2,60

DW_Kimia ITB
Sumber: Chang, 1998
Tetapan Disosiasi Basa, Kb
• Ionisasi basa lemah dapat dituliskan dengan persamaan
kesetimbangan:

• Kekuatan suatu basa lemah berhubungan dengan tetapan


kesetimbangan, Kb.

DW_Kimia ITB
Sumber: Chang, 1998
Nilai Ka dan Kb
• Untuk asam dan basa lemah, nilai Ka dan Kb selalu bernilai lebih kecil daripada 1.
• Secara umum, besarnya nilai Ka dan Kb menunjukkan kekuatan asam atau basa.
Semakin besar nilai Ka atau Kb, semakin besar kekuatan asam atau basanya.
• Untuk suatu pasangan asam basa konjugasi:
– pKa + pKb = 14 = pKw
• Beberapa tetapan ionisasi asam pada 25 oC

Asam

Asam asetat 4,77 9,23


Ion amonium 9,25 4,75
Asam Benzoat 4,19 9,81
Asam format 3,74 10,26
Asam laktat 3,86 10,14
Fenol 9,89 4,11

DW_Kimia ITB
Nilai Ka dan Kb
• Nilai Ka dan Kb saling berhubungan. Jika salah satu nilai besarnya
meningkat, maka nilai lainnya akan turun, yang menunjukkan hubungan
pasangan asam dengan basa konjugasinya atau sebaliknya.

DW_Kimia ITB
Hubungan Ka, Kb, dan Kw
• Secara umum, tetapan kesetimbangan reaksi total adalah
perkalian dari tetapan kesetimbangan dari masing-masing
tahap reaksi.
• Untuk contoh berikut: Kw = Ka.Kb

DW_Kimia ITB
Hubungan Ka, Kb, dan Kw
CH3CO2- + H2O CH3CO2H + OH-
basa asam
[NH3] [H3O+]
NH4+ + H2O NH3 + H3O+ Ka= =?
[NH4+]
asam basa

[NH3] [H3O+] [OH-] KW 1,010-14


Ka= = = = 5,610-10
[NH4+] [OH-] Kb 1,810-5

Ka Kb = Kw

Prentice-Hall © 2007 General Chemistry: Chapter 16 Slide 48 of 52


Untuk asam lemah:
+ -
→ + - [ H 3O ][ A ]
HA + H 2O H 3O + A
 Ka =
[ HA]
untuk basa konjugasinya :
-
- → - [ HA ][OH ]
A + H 2O HA + OH Kb =
[ A- ]
maka hasil kalinya menjadi:
[ H 3O + ][ A- ] [ HA][OH - ]
K a  Kb =  -
[ HA] [A ]
+ -
= [ H 3O ][OH ] = K w
Berapa pH larutan HF 0,5 M (pada 250C)?

[H+][F-]
HF (aq) H+ (aq) + F- (aq) Ka = = 7.1 x 10-4
[HF]

HF (aq) H+ (aq) + F- (aq)

awal (M) 0,50 0,00 0,00

berubah (M) -x +x +x

kesetimbangan (M) 0,50 - x x x

x2
Ka = = 7,1 x 10-4 Ka << 1 0,50 – x  0,50
0,50 - x

x2
Ka  = 7,1 x 10-4 x2 = 3,55 x 10-4 x = 0,019 M
0,50

[H+] = [F-] = 0,019 M pH = -log [H+] = 1,72

[HF] = 0,50 – x = 0,48 M


Kapan kita dapat gunakan nilai pendekatan berikut?

Ka << 1 0,50 – x  0,50

Yaitu ketika nilai x kurang 5% dari nilai konsentrasi awal

0,019 M < 5%
x = 0,019 x 100% = 3,8% Pendekatan ok.
0,50 M

Berapa pH larutan HF 0,05 M (pada 250C)?

x2
Ka  = 7,1 x 10-4 x = 0,006 M
0,05

0,006 M >5%
x 100% = 12%
0,05 M Pendekatan tidak ok.

Untuk kasus nilai x > 5%, maka penyelesaiannya harus


menggunakan persamaan kuadrat.
x2
Ka = = 7,1 x 10-4 x2 + 0,00071x – 3,55 x 10-5 = 0
0,05 - x

ax2 + bx + c =0 x= 
-b ± b2 – 4ac
2a

x = 0,0056 x = - 0,0056

HA (aq) H+ (aq) + A- (aq)

Awal (M) 0,05 0,00 0,00

Berubah (M) -x +x +x

Kesetimbangan (M) 0,05 - x x x

[H+] = x = 0,0056 M pH = -log[H+] = 2,25


Penentuan Nilai Ka Larutan Asam Lemah

Asam Butirat, HC4H7O2 (CH3CH2CH2CO2H) dapat digunakan


sebagai perisa dan aroma makanan. Sebanyak 0,250 M larutan
HC4H7O2 (aq) memiliki pH of 2,72. Tentukan nilai Ka asam butirat.
HC4H7O2 + H2O C4H7O2 + H3O+

Ka = ?
Jawab:
HC4H7O2 memiliki nilai Ka yang sepertinya lebih besar daripada KW,
sehingga autoionisasi air dapat diabaikan

HC4H7O2 + H2O C4H7O2 + H3O+

I 0,250 M 0 0
C -x M +x M +x M
E (0,250-x) M xM xM
HC4H7O2 + H2O C4H7O2 + H3O+

Log[H3O+] = -pH = -2,72

[H3O+] = 10-2,72 = 1,910-3 = x

[H3O+] [C4H7O2-] 1,910-3 · 1,910-3


Ka= =
[HC4H7O2] (0,250 – 1910-3)

Ka= 1,510-5 Periksa asumsinya: Ka >> KW.


Persen Ionisasi
• Persen ionisasi menyatakan kekuatan asam/basa, semakin
besar nilainya maka sifat asam/basa semakin kuat.

Konsentrasi asam/basa pada kesetimbangan


Persen Ionisasi = x100%
Konsentrasi awal asam/basa
 H + 
Persen Ionisasi = ,  HA 0 = konsentrasi asam awal
 0
HA
OH - 
Persen Ionisasi = ,  B0 = konsentrasi basa awal
 B0
• Contoh: Morfin adalah zat penenang yang merupakan basa
lemah. Berapakah Kb, pKb, dan persen ionisasi larutan
morfin 0,010 M dengan pH 10,10?
ANALISIS: Reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:

[ BH + ][OH - ]
B(aq) + H 2O(l ) BH + (aq) + OH - (aq) Kb =
[ B]
x2
A 0.010 0 0 =
0,010-x
U -x +x +x
K 0,010-x x x

Pada kesetimbangan, [OH-] = x = 10-pOH


JAWAB: Gunakan pOH = 14,00 – pH, lalu masukkan ke:

- - (14,00 -10,10)
[OH ] = 10
= 1,3  10-4 M , lalu
x2 (1,3 10-4 ) 2
Kb = =
0, 010 - x (0, 010 - 1,3 10 -4 )
-6
= 1, 6 10 maka pK b = 5,80, dan
x
% ionisasi = 100%
0, 010
= 1,3%
Cara analisis penyelesaian soal kesetimbangan
asam-basa

Sumber: Brady, 2012


• Dalam kesetimbangan asam-basa, jika perubahan
yang terjadi (“x”) nilainya kecil, maka pada
perhitungannya dapat diabaikan atau disederhanakan
• Untuk kasus larutan asam/basa lemah dalam air:
• Jika konsentrasi awal asam/basa minimal 400
kali lebih besar dari nilai tetapan ionisasi
asam/basa (Ka/Kb), maka konsentrasi awal
asam/basa dapat dianggap sama dengan
konsentrasi asam/basa pada kesetimbangan.
• Jika konsentrasi asam/basa terlalu kecil, atau
tetapan kesetimbangan terlalu besar, maka
digunakan persamaan kuadrat.
• Contoh: Hitung pH larutan dimetilamina 0,0010 M dengan
Kb=9,6x10-4.
ANALISIS: 400 x Kb > 0,0010 M, maka gunakan persamaan
kuadrat.
JAWAB: Tuliskan persamaan reaksi:

B (aq ) + H 2O(l ) BH + (aq ) + OH - (aq ) K b = 9, 6 10-4


[BH + ][OH - ]
A 0,0010 0 0 =
[B]
x2
U -x +x +x =
(0, 0010 - x)
K 0,0010 - x x x
Masukkan ke persamaan kesetimbangan kimia:
x2
Kb =
(0, 0010 - x)
(0, 0010 - x) K b = x 2
0 = x 2 + K b x - 0, 0010 K b = x 2 + 9, 6 10-4 x - 9, 6 10-7
Selesaikan persamaan kuadrat untuk memperoleh x:
Hanya yang bernilai positif yang digunakan:
-9, 6 10-4 + (9, 6 10-4 ) 2 - 4(1)( -9, 6 10 -7 )
x=
2(1)
= 6,110-4 M dan
[ BH + ] = [OH - ] = x = 6,110-4 M
[ B] = (0, 0010 - x) M = 3,9 10 -4 M
• Metode lain yang dapat digunakan adalah pendekatan
berurutan (successive approximations):

Sumber: Brady, 2012


• Metode ini dapat dicoba untuk menyelesaikan
soal yang diuraikan sebelumnya:

Dimulai dari persamaan kesetimbangan kimia:


x2
Kb = = 9, 6 10-4
(0, 0010 - x)
Pendekatan pertama, selesaikan nilai x:
x2 -4 -4
= 9, 6 10 atau x = 9,8 10
(0, 0010)
Pendekatan kedua, selesaikan nilai x:
x2 -4 -4
= 9, 6  10 atau x = 1, 4  10
(0, 0010 - 9,8 10-4 )
Lakukan pendekatan berulang-ulang dan
berhenti saat nilainya konstan:
Dugaan awal (semua nilai dalam satuan M ): x0 = 9,8 10-4
x1 = 1.4 10-4 x2 = 9,110-4 x3 = 3, 0 10-4 x4 = 8, 2 10-4
x5 = 4.110-4 x6 = 7,5 10-4 x7 = 4,9 10-4 x8 = 7, 0 10-4
x9 = 5.4 10-4 x10 = 6, 7 10-4 x11 = 5, 6 10-4 x12 = 6,5  10-4
x13 = 5.8 10-4 x14 = 6,3  10-4 x15 = 5,9  10-4 x16 = 6, 2  10-4
x17 = 6.0 10-4 x18 = 6, 2 10-4 x19 = 6, 0 10-4 x20 = 6, 2 10-4
x21 = 6.110-4 x22 = 6,110-4  hentikan, mulai konstan

Catatan: metode ini baik digunakan ketika dugaan awal “mendekati”


jawaban akhir. Pada kesetimbangan, basa terionisasi 61%, maka jika
dimulai dengan menduga persen terionisasi 0%, maka jawabannya
akan jauh berbeda dengan keadaan sebenarnya.
Hidrolisis
• Ion-ion dalam garam dapat bertindak sebagai asam ataupun basa
• Contoh, NH4+ adalah asam lemah dan NO2- adalah basa lemah
• Dalam garam, baik anion maupun kation dapat mempengaruhi pH:
• Kation:
– Kation yang merupakan asam konjugasi dari basa lemah
merupakan asam lemah
– Kation logam dengan kerapatan muatan tinggi (seperti Al3+, Fe3+,
dan Cr3+) menghasilkan larutan dalam air bersifat asam
• Anion:
– Anion dari asam kuat adalah basa yang terlalu lemah untuk
mempengaruhi pH larutan
– Anion dari asam lemah cenderung menghasilkan larutan basa
Hidrolisis
• Terdapat 4 kemungkinan perilaku garam dalam
larutan air:
1) Baik anion maupun kation tidak mempengaruhi PH dan
larutan bersifat netral. Contoh: NaCl
2) Hanya kation yang bersifat asam, sehingga larutan
menjadi asam. Contoh: NH4Cl
3) Hanya anion bersifat basa, sehingga larutan menjadi
basa. Contoh: NaNO2
4) Anion bersifat basa dan kation bersifat asam, sehingga
pH ditentukan oleh kekuatan asam/basa relatif. Contoh:
NH4NO2 menghasilkan larutan asam dan NH4OCl
menghasilkan larutan basa
Hidrolisis
• Sejumlah kecil kation dengan muatan sangat positif dapat
bertindak sebagai asam ketika mengalami hidrolisis
(bereaksi dengan air).

• Ion-ion logam ini dapat menarik elektron dari ikatan H-OH.


Jika tarikan cukup kuat, air akan terpisah.
• Molekul air lain di sekelilingnya akan mengambil ion H+
membentuk H3O+. Dengan demikian reaksi hidrolisis ion
logam bermuatan sangat positif akan menghasilkan larutan
dengan pH < 7.

By LB & DW_Kimia ITB


Hidrolisis
 Reaksi hidrolisis lainnya dapat terjadi pada
garam-garam yang berasal dari:
◦ Asam kuat – basa lemah, contoh: NH4Cl,
menghasilkan larutan dengan pH < 7.
◦ Basa kuat- asam lemah, contoh: CH3COONa,
menghasilkan larutan dengan pH > 7.
◦ Asam lemah – basa lemah, contoh: CH3COONH4
(NH4OAc), menghasilkan larutan dengan pH yang
sangat bergantung pada besarnya Ka dan Kb:
 Jika Ka < Kb, maka pH > 7; jika Ka > Kb, maka pH < 7; dan jika
Ka ≈ Kb, maka pH ≈ 7.

DW_Kimia ITB
Hidrolisis
• Hubungan nilai pH untuk reaksi hidrolisis
adalah sebagai berikut:
– Untuk reaksi hidrolisis garam yang berasal dari
asam lemah – basa kuat (BkA):
BkA → Bk+(aq) + A-(aq)
A-(aq) + H2O(l) ⇌ AH(aq) + OH-(aq)

Kw –
OH–  =  A 
Ka
pOH = 1 pK w - 1 pK a - 1 log  A- 
2 2 2

2 (
pH = 14 - pOH = 14 - 1 pK w - 1 pK a - 1 log  A- 
2 2 )
DW_Kimia ITB
Hidrolisis
– Untuk reaksi hidrolisis garam yang berasal
dari asam kuat – basa lemah (AkB):
AkB(aq) → Ak-(aq) + B+(aq)
B+(aq) + H2O(l) ⇌ BOH (aq) + H+(aq)

Kw
 H  =
+
 BOH 
Kb
pH = 1 pK w - 1 pK b - 1 log  BOH 
2 2 2

By LB & DW_Kimia ITB


Efek Ion Senama
• Ini adalah contoh Prinsip Le Chatelier:
– Efek ion senama: Pergeseran kesetimbangan
disebabkan oleh penambahan suatu ion yang
terbentukdari zat terlarut.
– Ion senama:
• yaitu suatu ion yang dihasilkan oleh lebih dari
satu zat terlarut dalam suatu sistem
kesetimbangan.
• Penambahan garam yang berasal dari asam
lemah ke dalam suatu larutan asam lemah
merupakan contoh ion senama.

DW_Kimia ITB
Efek Ion Senama
• Contoh: berapa konsentrasi ion hidrogen dalam larutan yang
terbentuk dari penambahan 0,097 mol natrium asetat ke dalam 1
liter 0,099 M asam asetat (HAc). (Asumsi volume larutan tidak
berubah ketika garam ditambahkan).

 Ac -   H + 
Ka = = 1, 7 x10-5
 HAc

DW_Kimia ITB
Efek Ion Senama
• Untuk dapat menyelesaikan nilai x, masukkan ke dalam
persamaan tetapan keseteimbangan.

HAc- Ac- H+
Kons. Awal, M 0,099 0,097 0,00
Perubahan, DM -x +x +x
Kons. Setimbang, M 0,099-x 0,097 + x x

x=
K a  HAc 
=
( )
1,7 x10-5 ( 0,099 - x )
 Ac - 
  ( 0,097 + x )
DW_Kimia ITB
Efek Ion Senama
• Jika asumsi x bisa diabaikan terhadap 0,099 dan 0,997, maka
persamaan bisa disederhanakan sebagai berikut:

x=
(1, 7 x10 -5
) ( 0, 099 )
( 0, 097 )
x = 1, 7 x10-5 =  H + 

• Catatan: ketika suatu larutan mengandung konsentrasi asam


lemah sama dengan konsentrasi basa konjugasinya, maka [H+] =
Ka

DW_Kimia ITB
Larutan Penyangga (Buffer)
• Yaitu larutan yang dapat menahan perubahan pH ketika
sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan.
• Terdapat dua tipe larutan buffer:
– Asam lemah dengan garamnya
– Basa lemah dengan garamnya
• Pada persamaan kesetimbangan berikut, penambahan OH-
akan menggeser kesetimbangan ke kanan, penambahan H3O+
menggeser kesetimbangan ke kiri (efek ion senama)

DW_Kimia ITB
Larutan Penyangga (Buffer)
• pH suatu larutan buffer tidak bergantung pada jumlah absolut pasangan
asam-basa konjugasi, namun bergantung pada rasio keduanya.
• Nilai pH larutan Buffer dapat dihitung menggunakan persamaan
Henderson-Hasseelbach.
– Untuk larutan buffer dari asam lemah dan basa konjugasinya:

– Untuk larutan buffer dari basa lemah dan asam konjugasinya:

By LB & DW_Kimia ITB


Contoh Perhitungan Larutan Penyangga/Buffer

Hitung pH larutan penyangga/buffer 0,30 M NH3/0,36 M NH4Cl. Hitung


pula pH larutan tersebut setelah penambahan 20,0 mL larutan NaOH 0,05
M ke dalam 80,0 mL larutan penyangga/buffer tersebut

NH4+ (aq) H+ (aq) + NH3 (aq)

[NH3] [030]
pH = pKa + log pKa = 9,25 pH = 9,25 + log = 9,17
[NH4+] [0,36]

Awal (mol) 0,029 0,001 0.024

NH4+ (aq) + OH- (aq) H2O (l) + NH3 (aq)


Akhir (mol) 0,028 0,0 0,025

Volume akhir = 80,0 mL + 20,0 mL = 100 mL

0,028 0,025 [0,25]


[NH4+] = [NH3] = pH = 9,25 + log = 9,20
0,10 0,10 [0,28]
16.3
Pengaruh penambahan asam atau basa
pada larutan Buffer
• Contoh: sejumlah 100 mL larutan total HCl 1,0 M diambil
sebanyak 10 mL dan ditambahkan ke dalam 100 mL
beberapa larutan berikut:
– Air murni, pH = 7
– Larutan yang mengandung 1,0 M HA, 1,0 M A- dengan
pKa = 7
hitunglah pH pada tiap kondisi di atas.

DW_Kimia ITB
Pengaruh penambahan asam atau basa
pada larutan Buffer

• Mula-mula untuk sampel air murni pada pH 7.


• Setelah penambahan 10 mL larutan HCl 1,0 M:
– [H3O+] = (10 mL)(1,0 M)/(110 mL) = 0,091
– pH = 1,04.
• Perhatikan bahwa terjadi perubahan pH yang sangat besar!

DW_Kimia ITB
Pengaruh penambahan asam atau basa
pada larutan Buffer
• Penambahan 10 mL larutan HCl 1,0 M ke dalam sistem buffer:
– Mula-mula terdapat masing-masing 0,1 mol asam dan basa konjugasinya.
– HCl dianggap akan bereaksi dengan basa konjugasi dan mengubahnya
menjadi asam
– Setelah penambahan, akan terdapat 0,09 mol basa konjugasi dan 0,11 mol
asam.
– Konsentrasi baru:  A- 
pH = pK a + log
 HA
0,09 mol
= 7,00 + log
0,11 mol
= 6,91
– Perhatikan: tidak terlalu banyak perubahan pH dalam larutan, hampir
sama dengan semula.

DW_Kimia ITB
Pengaruh penambahan asam atau basa
pada larutan Buffer
mL HCl yang pH
ditambahkan
Tanpa Buffer Buffer
0 7,00 7,00
10 1,04 6,91
20 0,78 6,82
30 0,64 6,73
40 0,54 6,63
50 0,48 6,52
60 0,43 6,40
70 0,39 6,25
80 0,35 6,05
90 0,32 5,72

DW_Kimia ITB
Pengaruh penambahan asam atau basa
pada larutan Buffer

buffer

Tanpa buffer

mL HCl yang ditambahkan

DW_Kimia ITB
Buffer dan Darah
• Untuk mengontrol pH dalam darah:
– Oksigen sebagian besar ditranspor oleh hemoglobin dalam sel darah
merah.
– CO2 ditraspor di dalam plasma dan dalam sel darah merah.
– Buffer yang berperan: asam karbonat/bikarbonat.

Bikarbonat adalah
buffer penting
untuk mengontrol
pH darah

By LB & DW_Kimia ITB


Indikator
• Indikator asam-basa adalah asam atau basa lemah yang
berwarna dan memiliki lebih dari satu warna transisi.
• Contoh: Thymol biru, mengalami transisi warna: merah –
kuning – biru.
• Fenoftalein memiliki transisi warna: tak berwarna - pink

HIndik ⇌ Indik-
Warna 1 Warna 2

DW_Kimia ITB
Perubahan Warna Indikator
• Indikator sering digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi
asam-basa.
• Indikator tidak boleh berubah warna sebelum satu satuan pH
setelah titik akhir titrasi tercapai.
• Trayek ideal indikator adalah pKa  1. Untuk sampel asam,
idealnya pKa indikator 1 poin di atas pKa asam, sedangkan
untuk basa, indikator memiliki pKb satu poin di bawah pKb
basa.

DW_Kimia ITB
Beberapa Indikator

Rentang Perubahan
Indikator Transisi pH Warna

6,2 – 7,6 kuning – biru


3,2 – 4,4 merah – kuning
4,8 – 6,0 merah – kuning
6,0 – 7,6 kuning – biru
7,4 – 9,0 kuning – ungu
8,2 – 10,0 tak berwarna – pink
9,4 – 10,6 tak berwarna – biru
10,0 – 12,0 kuning – merah

DW_Kimia ITB
Contoh Indikator

DW_Kimia ITB
Contoh Indikator

DW_Kimia ITB
Tabel Perubahan Warna Indikator

Sumber: Atkins dan Jones, 2004


Beberapa Indikator untuk Titrasi Asam Kuat
oleh Basa Kuat
Titrasi Asam-Basa
• Adalah metode penentuan konsentrasi
atau pH berdasarkan pengukuran
volume larutan.
– Jika konsentrasi asam diketahui, maka
jumlah basa dapat ditentukan
– Jika konsentrasi basa diketahui, maka jumlah
asam dapat ditentukan
• Buret adalah salah satu alat yang
digunakan dalam titrasi.

DW_Kimia ITB
Titrasi Asam-Basa

Perhatikan
perubahan
Warna yang
menunjukkan
‘titik akhir titrasi’
Telah tercapai

awal akhir

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi Asam-Basa
• Adalah aluran grafik antara pH dengan jumlah asam atau basa
yang ditambahkan selama proses titrasi berlangsung.

Overtitrasi
Transisi
indikator

Titik
Ekivalensi

Daerah Buffer

% titrasi atau mL penitrasi

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi
• Asam kuat dititrasi oleh basa kuat: 100 mL larutan HCl 0,1 M dititrasi
oleh larutan NaOH 0,1 M, diperoleh data:
mL Total mL [H3O+] pH
penitrasi
0 100 0,100 1,00
10 110 0,082 1,09
20 120 0,067 1,17
30 130 0,054 1,28
40 140 0,043 1,37
50 150 0,033 1,48
60 160 0,025 1,60
70 170 0,018 1,74
80 180 0,011 1,96
90 190 0,0053 2,28
DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi
• Pada titik ekivalensi, diperoleh pH = 7

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi
• Overtitrasi, yaitu kelebihan penitrasi yang harus diperhitungkan.

- 10 mL
[OH ] = 0,10 M x
210 mL
= 0,0048 M
pOH = 2,32
pH = 14,00 - 2,32 = 11,68

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi

mL penitrasi Total mL [OH-] pH

110 210 0,0048 11,68


120 220 0,0091 11,96
130 230 0,013 12,11
140 240 0,017 12,23
150 250 0,020 12,30
160 260 0,023 12,36
170 270 0,026 12,41
180 280 0,029 12,46
190 290 0,031 12,49
200 300 0,033 12,52

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi
 Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat

Sampel basa

Sampel asam

mL penitrasi

DW_Kimia ITB
Titrasi asam dan basa lemah
• Titrasi asam atau basa lemah oleh penitrasi kuat lebih
kompleks karena melibatkan pasangan asam/basa konjugasi
dan kesetimbangan asam/basa lemah.

Asam Basa

DW_Kimia ITB
Titrasi asam dan basa lemah
• Titrasi 0%:
– Jika sampelnya asam lemah, gunakan persamaan berikut untuk
menghitung pH, karena [H3O+] = [A-].

– Jika sampelnya asam lemah, gunakan persamaan berikut untuk


menghitung pH, karena [OH-] = [HA].

DW_Kimia ITB
Titrasi asam dan basa lemah
• Titrasi 5 -95%, gunakan persamaan Henderson-Hasselbach untuk
menghitung larutan buffer.
– Jika sampelnya asam:
 A - 
pH = pK a + log
HA 
atau jika dihitung dari % titrasinya:

% titrasi
pH = pK a + log
100 - % titrasi
– Jika sampelnya basa:

DW_Kimia ITB
Titrasi asam dan basa lemah
• Titrasi 100% - titik ekivalensi
– Pada titik ini, hitunglah pH dengan menggunakan
hubungan Ka dan Kb. Dalam hal ini sesuai dengan hitungan
pH hidrolisis. (Ingat: Ka + Kb = Kw)
• Overtitrasi (> 100%)
– Pada daerah ini, hitunglah jumlah asam kuat atau basa
kuat berlebih yang digunakan, dan hitunglah pH
berdasarkan jumlah asam atau basa kuat dalam larutan.

DW_Kimia ITB
Kurva Titrasi asam lemah oleh Basa
Kuat

% Titrasi

DW_Kimia ITB
Contoh titrasi asam lemah oleh basa kuat:
Sebanyak 100 mL larutan HNO2 0,10 M dititrasi dengan larutan NaOH 0,10
M. Tentukan pH pada titik ekivalensi
HNO2 (aq) + OH- (aq) NO2- (aq) + H2O (l)
Awal (mol) 0,01 0,01

Akhir (mol) 0,0 0,01


0,0 0,01
= 0,05 M
Final volume = 200 mL [NO2-] = 0,200

NO2- (aq) + H2O (l) OH- (aq) + HNO2 (aq)

I (M) 0,05 0,00 0,00

C (M) -x +x +x

E (M) 0,05 - x x x

[OH-][HNO2] x2
Kb = = = 2,2 x 10-11 pOH = 5,98
[NO2-] 0,05-x

0,05 – x  0,05 x  1,05 x 10-6 = [OH-] pH = 14 – pOH = 8,02


Asam Poliprotik
• Sejumlah asam memiliki lebih dari satu ion H+ yang bisa
diionisasi. Contoh: H3PO4 (asam fosfat), H2SO4 (asam sulfat);
H2C2O4 (asam oksalat) dan H2CO3 (asam karbonat).
• Tiap ion H+ yang dilepaskan memiliki nilai Ka tersendiri.
Contoh : H3PO4 memiliki 3 Ka.

H3PO4 + H2O H3O+ + H2PO4- Ka1 = 7,110-3

H2PO4- + H2O H3O+ + HPO42- Ka2 = 6,310-8

HPO42- + H2O H3O+ + PO43- Ka3 = 4,210-13

DW_Kimia ITB
Tetapan kesetimbangan Bertahap
H3PO4
• Ka1 >> Ka2
• Semua H3O+ terbentuk pada tahap ionisasi pertama.

• H2PO4- pada dasarnya tidak terionisasi lebih


lanjut.
• Asumsikan [H2PO4-] = [H3O+].

• [HPO42-]  Ka2 , berapapun konsentrasi


molar larutannya
DW_Kimia ITB
Sumber: Chang, 1998
Menghitung Konsentrasi Ion Poliprotik dalam Larutan
Untuk larutan H3PO4 3,0 M, hitunglah:
(a) [H3O+]; (b) [H2PO4-]; (c) [HPO42-] (d) [PO43-]

H3PO4 + H2O H2PO4- + H3O+

I 3,0 M 0 0
C -x M +x M +x M
E (3,0-x) M xM xM
H3PO4 + H2O H2PO4- + H3O+

[H3O+] [H2PO4-] x·x


Ka= = = 7,110-3
[H3PO4] (3,0 – x)

Asumsikan x << 3,0

x2 = (3,0)(7,110-3) x = 0,14 M

[H2PO4-] = [H3O+] = 0,14 M


H2PO4- + H2O HPO42- + H3O+

I 0,14 M 0 0,14 M
C -y M +y M +y M
E (0,14 - y) M yM (0,14 +y) M

[H3O+] [HPO42-] y · (0,14 + y)


Ka= = = 6,310-8
[H2PO4-] (0,14 - y)

y << 0,14 M y = [HPO42-] = 6,310-8


HPO4- + H2O PO43- + H3O+

[H3O+] [HPO42-] (0.14)[PO43-]


Ka= = = 4,210-13 M
[H2PO4-] 6,310-8

[PO43-] = 1,910-19 M
KESETIMBANGAN KELARUTAN DAN
HASIL KALI KELARUTAN
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Kelarutan (s), adalah konsentrasi maksimum zat
terlarut yang dapat larut pada sejumlah tertentu
pelarut pada suhu tertentu.
Contoh:
– Kelarutan AgCl dalam air adalah 1,3 × 10-5 M.
– Kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M adalah 1,7 × 10-9
M.
• Hasil Kali Kelarutan (Ksp), jika garam AxBy dilarutkan
dalam air, maka hasil kali kelarutan (Ksp) garam ini
didefinisikan sebagai:
AxBy(s) ⇌ xAy+(aq)+ yBx-(aq), Ksp = [Ay+]x[Bx+]y
Contoh:
– Ag2CO3(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CO32-(aq), Ksp = [Ag+]2[CO32-]
DW_Kimia ITB
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan
dapat dilihat pada contoh berikut:
– Hasil kali kelarutan perak sulfida Ag2S adalah 1,3x10-49.
Maka Kelarutan Ag2S adalah:

Ag 2 S ( s ) ⇌ 2 Ag + (aq ) + S 2- (aq )
s 2s s
Ksp Ag 2S = 4s3
1
 1,3 x10 -49
 3
s=  = 3,19 x10-17 M
 4 

DW_Kimia ITB
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Pengaruh ion senama
– Adanya ion senama dalam larutan garam yang
kelarutannya kecil dalam air akan mempengaruhi
kelarutannya yang mengakibatkan terjadinya pergeseran
kesetimbangan ke arah reaktan, yang berarti memperkecil
kelarutan garam tersebut.
– Contoh: Kelarutan AgCl dalam air adalah 1,3 × 10-5 M,
sedangkan kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M adalah
1,7 × 10-9 M.
– Ini disebabkan adanya penambahan [Cl-] dalam larutan
AgCl, sehingga reaksi bergeser ke kiri (ke arah
pembentukan AgCl(s)).
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
AgCl(s) ⇌ Ag+(aq) + Cl-(aq)
DW_Kimia ITB
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Berapakah kelarutan molar PbI2 dalam 0,1 M larutan KI? (Ksp
PbI2 = 7,1 x 10-9)

Jawab: KI(aq) → K+(aq) + I-(aq)


0,1 M 0,1 M 0,1 M
PbI2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2I-(aq)
s s 2s
Ksp PbI2= 7,1 x 10-9 =[Pb2+][I-]2=(s)(0,1+s)2
Jika nilai s dianggap kecil terhadap 0,1 M, maka s dapat
diabaikan, sehingga:
7,1 x 10-9 ≈(s)(0,1)2 = 0,01s
s= 7,1 x 10-7 M
Maka kelarutan PbI2 dalam larutan KI 0,1 M adalah 7,1 x 10-7 M.
Hal ini meunjukkan bahwa kelarutannya lebih kecil daripada
kelarutan PbI2 dalam larutan tanpa adanya KI (kelarutan PbI2
dalam air = 8,4 x 10-4)

DW_Kimia ITB
Keterbatasan Konsep Ksp
• Ksp biasanya terbatas untuk zat yang sangat
sedikit larut.
– Untuk zat yang lebih larut maka kita harus
menggunakan terminology aktivitas ion
– Aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil
daripada konsentrasi yang terukur.
• Efek Garam (atau efek ion tak sejenis/berbeda).
– Interaksi ion menjadi penting ketika suatu ion tidak
berpartisipasi jelas dalam kesetimbangan.
– Ion-ion tak sejenis cenderung meningkatkan
kelarutan.
Pengaruh Efek Ion Senama dan Efek Garam
terhadap Kelarutan Ag2CrO4

Kesimpulan:
1. Efek ion senama
(ion CrO42)
menurunkan
kelarutan Ag2CrO4
2. Efek Garam atau
Efek Ion Tak
Sejenis (garam
KNO3) menaikkan
kelarutan Ag2CrO4

Sumber: Petrucci, 2007


Disosiasi Tidak Sempurna
• Asumsi bahwa semua ion dalam larutan
terdisosiasi sempurna tidaklah valid.
• Pembentukan “Pasangan Ion” seringkali terjadi.
– Beberapa “molekul” zat terlarut terdapat di dalam
larutan.
– Pembentukan “Pasangan Ion” akan meningkat seiring
dengan meningkatnya muatan ion-ion.
Contoh: Data kelarutan garam CaSO4 adalah dalam satuan g/100
mL, sehingga Ksp (CaSO4) = 2,310-4
Menurut data di table kelarutan, nilai Ksp CaSO4 = 9,110-6
Hal ini terjadi karena terjadi pembentukan pasangan ion dalam
larutan
Efek Pasangan Ion

Sumber: Petrucci, 2007


Kesetimbangan Simultan
• Kesetimbangna lainnya yang terdapat dalam
larutan harus diperhitungkan:
– Contohnya kesetimbangan autoionisasi air, Kw ,
yang harus diperhitungkan jika kesetimbangan
keseluruhan terpengaruh oleh kesetimbangan
tersebut.
Kriteria Proses Pengendapan
AgI(s) Ag+(aq) + I-(aq)
Ksp = [Ag+][Cl-] = 8,510-17

Apabila kita mencampurkan larutan AgNO3(aq) dan KI(aq)


menghasilkan larutan yang mengandung ion Ag+ 0,010 M dan
ion I- 0,015 M, apakah larutan tersebut:
Jenuh, Lewat jenuh atau Tak Jenuh?

Q = [Ag+][Cl-] = (0,010)(0,015) = 1,10-4 > Ksp

Q Secara umum disebut sebagai ion product.

Q > Ksp → terjadi endapan.


Q = Ksp → Larutan tepat jenuh
Q < Ksp → tidak terjadi endapan

Kesimpulan: larutan tersebut Lewat Jenuh


Menentukan Kriteria Pengendapan Zat yang Sedikit Larut

Tiga tetes larutan KI 0,20 M ditambahkan ke dalam 100,0 mL larutan


Pb(NO3)2 0,010 M. Apakah PbI2 akan mengendap?
(1 tetes  0,05 mL)

PbI2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 I-(aq) Ksp= 7,110-9

Tentukan jumlah ion I- dalam larutan:

0,05 mL 1L 0,20 mol KI 1 mol I-


nI- = 3 tetes
1 tetes 1000 mL 1L 1 mol KI

= 310-5 mol I-
Tentukan konsentrasi ion I- dalam larutan:

[I-] = 3x10 mol I = 310-4 M I-


-5 -

0,1000 L

Terapkan kriteria pengendapan:

Q = [Pb2+][I-]2 = (0,010)(310-4)2
= 910-10
Q < Ksp = 7,110-9

Kesimpulan: tidak terbentuk endapan PbI2


Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Perubahan pH larutan dapat mempengaruhi kelarutan garam yang
sedikit larut, terutama ketika anion garam tersebut merupakan
basa konjugat dari suatu asam lemah. Contoh: Mg(OH)2 yang
digunakan sebagai obat sakit lambung merupakan gram sukar larut
dalam air, namun ketika pH diturunkan atau suasana asam (di
lambung) maka Mg(OH)2 akan larut.
Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2 OH-(aq) Ksp = 1,810-11

X2 OH-(aq) + H3O+(aq) H2O(aq) K = 1/Kw = 1,01014

2 OH-(aq) + 2 H3O+(aq) 2 H2O(aq) K' = (1/Kw)2 = 1,01028

Mg(OH)2 (s) + H3O+(aq) Mg2+(aq) + 2 OH-(aq)

K = Ksp(1/Kw)2 = (1,810-11)(1,01028) = 1,81017


Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Pengaruh pembentukan kompleks
– Adanya penambahan suatu senyawa yang dapat membentuk
senyawa kompleks dengan kation dari garam yang sulit larut
dalam air, dapat meningkatkan kelarutannya.
– Hal ini disebabkan kation tersebut bereaksi dengan suatu ligan
yang membentuk senyawa kompleks sehingga jumlah kation
dalam larutan berkurang, yang mendorong kesetimbangan
bergeser ke arah penguraian garam menjadi ion-ionnya.
– Contoh: senyawa AgBr dalam larutan NH3 akan lebih mudah
larut daripada kelarutannya dalam air.
AgBr(s) + 2NH3 ⇌ [Ag(NH3)2]+(aq) + Br-(aq)
– Proses ini melibatkan dua reaksi kesetimbangan, yaitu:
AgBr(s) ⇌ Ag+(aq) + Br-(aq), Ksp = 5 × 10-13
[Ag(NH3)2]+(aq) ⇌ Ag+(aq) + 2NH3(aq), K = 6 × 10-8

DW_Kimia ITB
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
• Contoh: Tentukan jumlah minimum amoniak yang diperlukan
dalam 1 L air untuk melarutkan 0,01 mol AgBr (Ksp = 5 x 10-13).
Jawab: AgBr(s) ⇌ Ag+(aq) + Br-(aq)
Ksp AgBr = [Ag+][Br-]= 5 x 10-13=[Ag+]x(0,01)
[Ag+] = 5 x 10-11 M, ini adalah ion Ag+ yang dapat bereaksi
dengan NH3 membentuk senyawa kompleks:
Ag+(aq) + NH3(aq) ⇌ Ag(NH3)2+,
Kf = 1/K = 1/(6x10-8) = 1,67 x 107

DW_Kimia ITB
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
 Ag ( NH 3 ) 2+ 
Kf =
 Ag +   NH 3 
2

 Ag ( NH 3 ) 2+  maksimal yang dapat terbentuk


adalah sama dengan [AgBr] = 0,01 M, jadi

K f = 1, 67 x107 =
( 0, 01)
( 5x10-11 ) ( NH 3 )2
 NH 3  = 3, 48M
• Jadi, untuk melarutkan AgBr, dibutuhkan sedikitnya 3,46 M NH3
dalam larutan. Karena 0,02 mol NH3 dibutuhkan untuk
pembentukan 0,01 mol ion [Ag(NH3)2]+, maka total NH3 yang
dibutuhkan adalah 3,48 M.

DW_Kimia ITB
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Contoh: Sebanyak 0,10 mol sampel AgNO3 dilarutkan dalam 1,00
L larutan NH3 1,00 M. Jika sebanyak 0,010 mol NaCl ditambahkan
ke dalam larutan ini, apakah akan terbentuk endapan AgCl(s)?
Asumsikan Kf sangat besar:

Ag+(aq) + 2 NH3(aq) ⇌ [Ag(NH3)2]+(aq)

I 0,10 M 1,00 M 0M
C -0,10 M -0,20 M +0,10 M
E (0) M 0,80 M 0,10 M
[Ag+] sangat kecil tetapi tidak bernilai 0, gunakan nilai Kf untuk
menghitung [Ag+]:
Ag+(aq) + 2 NH3(aq) ⇌ [Ag(NH3)2]+(aq)

I 0M 0,80 M 0,10 M
C +x M +2x M -x M
E xM 0,80 + 2x M 0,10 - x M

[Ag(NH3)2]+ 0,10-x 0,10


Kf = =  = 1,6107
[Ag+] [NH3]2 x(0,80 + 2x)2 x(0,80)2
0,10
x = [Ag+] = = 9,810-9 M
(1,6 107)(0,80)2

Bandingkan nilai Qsp dengan nilai Ksp kemudian tentukan apakah


pengendapan terjadi:

Qsp = [Ag+] [Cl-] = (9,810-9)(1,010-2) = 9,810-11

Ksp = 1,810-10

Qsp < Ksp

Kesimpulan: AgCl tidak mengendap.


Reaksi Oksida Logam dan Sulfida Logam dengan
Air dan Asam
• Biasanya reaksi padatan garam dengan
air diabaikan, namun jika anion garam
tersebut sangat basa, maka reaksi
dengan air tidak terhindarkan, sehingga
terjadi reaksi berikut:
+
Ag2O(s)  2 Ag (aq) + O(aq)
2-
Ksp
-
O2-
(aq) + H2O(l)  2 OH (aq) Kb
+ -
Ag2O(s) + H2O(l)  2 Ag (aq) + 2OH (aq) Knet
Reaksi Oksida Logam dan Sulfida Logam dengan
Air dan Asam
• Sulfida sangat basa sehingga dapat bereaksi dengan air:
Ag2S(s) ↔ 2Ag+(aq) + S2-(aq) Ksp
S2-(aq) + H2O ↔ OH-(aq) + HS-(aq) Kb
Ag2S(s) + H2O ↔ OH-(aq) + HS-(aq) + 2Ag+(aq) Knet
• Sulfida dan Oksida dapat bereaksi dengan asam, sehingga
penambahan asam digunakan untuk melarutkan garam
sulfida dan garam oksida yang kelarutannya kecil dalam air:

ZnS(s) ↔ 2Zn+(aq) + S2-(aq) Ksp


S2-(aq) + H+(aq) ↔ HS-(aq) 1/Ka2
HS-(aq) + H+(aq) ↔ H2S(aq) 1/Ka1
ZnS(s) + 2H+(aq) ↔ Zn2+(aq) + H2S(aq) Kspa
135
Contoh: Tentukan kelarutan molar BaCO3
dalam larutan HCl 3 M
BaCO3 Ksp = 5,0 × 10−9
H2CO3 Ka1= 4,3 × 10−7 Ka2 = 4,7 × 10−11

BaCO3(s) + 2H+(aq) ⇌ H2CO3(aq) + Ba2+(aq)


I N/A 3 0 0
C -x -2x +x +x
E N/A 3 - 2x x x
K sp 5.0  10-9
K net = = = 2.47  1010
K a1 K a 2 ( ) (
4.3  10-9  4.7  10-11 )
x2
= 2.47  1010
( 3 - 2x ) 2 Kelarutan molar BaCO3 = 1,50 M
136
Penyelesaian Soal yang Berhubungan dengan
Pengendapan Terfraksi

• Buatlah garis aksis dengan menuliskan


konsentrasi garam di sepanjang garis tersebut
• Tuliskan reaksi masing-masing ion
• Tentukan konsentrasi saat garam mulai
mengendap (ketika Qsp = Ksp)

Jenuh oleh A Jenuh oleh B


Keduanya tidak mengendap < Hanya A < Keduanya mengendap

Konsentrasi ion yang akan diendapkan


137
Berapa konsentrasi ion I- yang dibutuhkan untuk
mengendapkan salah satu ion dalam larutan yang mengandung
campuran ion Pb2+ 0,1 M dan Ag+ 0,1 M?
AgI(s) g+(aq) ⇌ A+ I-(aq) PbI2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2I-(aq)
Ksp = [Ag+][I-] = 8,3 × 10-17 Ksp = [Pb2+][I-]2 = 7,9 × 10-9
[I-] = 8,3 × 10-16 M [I-] = 2,8 ×10-4 M

[I-]

Pada pH berapa salah satu ion akan mengendap wdari larutan


yang mengandung campuran ion Mn2+ 0,1 M dan Fe3+ 0,1 M?

Fe(OH)3(s) ⇌ Fe3+(aq) + 3OH-(aq) Mn(OH)2(s) ⇌ Mn2+(aq) + 2OH-(aq)


Ksp = [Fe3+][OH-]3 = 1,6 × 10-39 Ksp = [Mn2+][OH-]2 = 1,6 × 10-13

Fe3+: pH = 1,40 Mn2+: pH = 8,10

pH

138
Referensi
• Atkins, P. dan Jones, L (2003), Chemical Principles: The Quest for
Insight, Oxford
• Brady, J. E., Jespersen, N. D. and Hyslop, A., Chemistry, 6th Ed., John
Willey & Sons, 2012
• Chang, R., (1998), Chemistry, 5th Edition, WCB/McGraw-Hill, New
York, ISBN 0‐07‐115221‐0,
• Chang, R., (2000), Essential Chemistry, 2nd Edition, McGraw Hill,
New York
• Petrucci, R.H., Harwood, W.S., Herring, G.E., Madura, J. (2007)
General Chemistry: Principles and Modern Application, 9th Edition,
Pearson
• Silberberg, M., dan Ameteis (2013), Chemistry: The Molecular
Nature of Matter and Change, 6th edition, McGraw Hill, New York

By DW_Kimia ITB

Anda mungkin juga menyukai