Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

Sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan asetilasetonato dan oksalato

Disusun Oleh:

Nama Mahasiswa : Allysa Pratiwi Putri


NIM : 24820007

PROGRAM STUDI MAGISTER PENGAJARAN KIMIA


FMIPA ITB 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Tujuan Percobaan
Mensintesis kompleks Cu(II) dengan ligan asetilasetonato dan oksalato

II. Teori Dasar


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Pada penelitian ini atom pusat yang digunakan
adalah tembaga dengan ligan asetilaseton dan tembaga dengan ligan oksalat.
Cu (II) merupakan salah satu ion logam transisi deret pertama yang
mempunyai orbital d yang terisi sebagian atau belum terisi penuh. Cu (II)
mempunyai konfigurasi electron 3d9 dengan satu electron tidak berpasangan. Cu
(II) memiliki stabilitas kompleks yang paling besar jika dibandingkan dengan
logam transisi derat pertama yang lain dan paling stabil jika dibandingkan dengan
bilangan oksidasi tembaga lain. Kebanyakan senyawa Cu (I) cukup mudah
teroksidasi menjadi Cu (II), pada umumnya Cu (II) membentuk kompleks dengan
bilangan koordinasi 4, 5, 6 dengan geometri square planar, square pyramidal atau
octahedral [1].
Asetilaseton (2,4-pentadion) merupakan suatu senyawa β -keton yang
dapat terionisasi sebagai asam lemah yang membentuk anion asetilasetonato yang
dapat membentuk kompleks bidentat cincin enam donor O, atom O yang
digunakan sebagai ligan organik dalam sintesis senyawa kompleks [2].
Ligan oksalat merupakan salah satu ligan jembatan yang banyak digunakan
karena keunikannya yang dapat menghasilkan struktur kompleks multidimensi (1,
2, atau 3 dimensi) [3].
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1 buah gelas kimia 250 mL NH4 25%
1 buah gelas kimia 100 mL Hacac
1 buah buret Akuades
3 buah labu erlenmeyer 250 mL CuSO4
1 buah pipet tetes K2C2O4.H2O
Neraca natrium tiosulfat
indikator amilum
Pemanas listrik
KI 10%
Penangas es HCl
NH3 encer

IV. Cara Kerja


A. Pembuatan larutan NH4acac
NH4 25% Hacac
2 mL 2 mL

- Ditempatkan dalam gelas kimia 50 ml


- Diaduk hingga tercampur

Larutan NH4acac

B. Sintesis Kompleks Cu(acac)2

Larutan NH4acac

- Ditambahkan 25 mL larutan CuSO4


- Diaduk menggunakan pengaduk magnet
Ditambahkan perlahan - Ditambahkan NH3 encer sampai pH 3-4
- Diaduk selama 30 menit
- Didiamkan hingga terbentuk padatan kompleks

dis
Padatan Kompleks

- Disaring dengan menggunakan corong biasa/corong buchner


- Dicuci dengan sedikit aquades sebanyak 3x
- Dikeringkan pada suhu 120oC selama 30 menit

Kompleks Cu(acac)2
C. Sintesis Kompleks [Cu(ox)2]2-

a) CuSO4.5H2O Akuades
3.1 g 8 mL

Disiapkan dalam gelas kimia 50 mL

- Dipanaskan hingga larut sempurna

Larutan a

b) K2C2O4.H2O Akuades
5g 25 mL

Disiapkan dalam gelas kimia 100 mL

- Dipanaskan hingga larut sempurna

Larutan b

- Ditambahkan larutan a
- Diaduk dengan menggunakan pengaduk
magnet
- Didiamkan sampai suhu ruang
- Didinginkan dalam penangas es

Endapan Kompleks

- Disaring dengan corong biasa atau


corong Buchner
- Dibilas dengan sedikit air es, etanol, dan
terakhir aseton
Endapan Kompleks hasil penyaringan

- Ditempatkan pada kaca arloji


- Dikeringkan pada suhu 40oC dalam oven

Kompleks [Cu(ox)2]2-
D. Pembakuan larutan Na2S2O3

Larutan natrium tiosulfat Akuades


40 mL 200 mL

Disiapkan dalam gelas kimia 500 mL

- Dipindahkan kedalam buret

Larutan natrium tiosulfat

K2Cr2O7
0,5157 g
-
- Dimasukan kedalam labu takar 100 mL
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas
- Diaduk hingga larut
- Dipipet 25 mL dan ditempatkan dalam
labu erlenmeyer 250 mL

Larutan K2Cr2O7
dalam labu erlenmeyer

- Ditambahkan 10 mL KI 10% dan HCl


1:1 serta sedikit aqua dm.
- Dititrasi dengan natrium tiosulfat hingga
warna orange kecoklatan
- Setelah warnanya sedikit memudar,
ditambahkan indikator amilum sebanyak
2 mL
- Ditirasi kembali hingga warna hitam
pekatnya (perlahan menjadi biru) hilang
dan muncul warna hijau.

Volume Na2S2O3 yang digunakan


E. Penentuan kadar tembaga dalam sampel Cu(acac)2

Cu(acac)2
0.77 g
-
- Dimasukan kedalam labu takar 100 mL
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas
- Diaduk hingga larut
- Dipipet 25 mL dan ditempatkan dalam
labu erlenmeyer 250 mL

Larutan Cu(acac)2
dalam labu erlenmeyer

- Ditambahkan 10 mL KI 10% dan H2SO4


3 M.
- Dititrasi dengan natrium tiosulfat yang
telah dibakukan hingga warna coklat
hampir hilang.
- Ditambahkan indikator amilum sebanyak
2 mL
- Ditirasi kembali hingga terlihat endapan
berwarna putih susu) hilang dan muncul
warna hijau.

Volume Cu(acac)2
yang digunakan sampai mencapai
titik ekivalen

Catatan :
penentuan kadar tembaga dalam sampel [Cu(ox)2]2- dengan titrasi iodometri
dilakukan dengan cara kerja yang sama dengan Penentuan kadar tembaga
dalam sampel Cu(acac)2 .
V. Data Pengamatan
A. Pembakuan larutan Na2S2O3
Bahan Perlakuan Warna Larutan
Sebelum penambahan Orange (Jingga)
pereaksi
Penambahan 10 mL
Larutan Merah anggur
larutan KI 10% dan HCl
(warna wine)
K2Cr2O7 1:1 serta sedikit aqua dm
Titrasi dengan Na2S2O3 Merah anggur encer
(0,5157 gr)
Penambahan indikator Hitam pekat
amilum 0,2 %
Titrasi kembali Hijau

Volume K2Cr2O7
Titrasi Volume Na2S2O3 yang digunakan
0,05 M
simplo 25 mL 27,6 mL
duplo 25 mL 27,4 mL

Rata-rata Volume Na2S2O3 27,5 mL

B. Penentuan kadar tembaga dalam sampel


berat awal sampel = 0.77 g
Bahan Perlakuan Warna Larutan
Sebelum penambahan Biru
pereaksi
Larutan
Penambahan 10 mL
Kuning Pekat (warna
Cu(acac)2 larutan KI 10% dan HCl
jamu kunyit asem)
1:1 serta sedikit aqua dm
Dan
Titrasi dengan Na2S2O3 Coklat susu
2-
[Cu(ox)2]
Penambahan indikator Hitam pekat
amilum 0,2 %
Titrasi kembali Terbentuk endapan
putih susu

Titrasi Volume Cu(acac)2 Volume Na2S2O3 yang digunakan

simplo 25 mL 28,3 mL
VI. Pengolahan Data
1. Sintesis Kompleks Cu(acac)2
Reaksi yang berlangsung :
CuSO4(aq) + 2 acac- (aq) Cu(acac)2 (s)
Diketeahui :
Volume CuSO4 = 25 mL
[CuSO4] = 0.2 M
BM CuSO4 = 159.6 g/mol
BM Cu(acac)2 = 261.5 g/mol
n CuSO4 =M = 0.2 M x 25 mL = 5 mmol
n acac- = 20 mmol
CuSO4(aq) + 2 acac- (aq) Cu(acac)2 (s)
M 5 mmol 20 mmol -
B 5 mmol 5 mmol 5 mmol
S - 15 mmol 5 mmol

-3
Massa Cu(acac)2 (teoritis) = 5 x 10 mol x 261 g/mol
= 1.3 g
Massa teoritis Cu(acac)2 sebesar 1.3 g, Dari hasil percobaan didapatkan massa
Cu(acac)2 sebesar 1,23 g.

% rendemen =

= 94.6 %
Nilai % rendemen yang didapatkan dari percobaan ini adalah 94.6 %
2. Sintesis Kompleks [Cu(ox)2]2-
Reaksi yang berlangsung :
CuSO4. 5H2O(aq) + 2 K2C2O4.2H2O (aq) K2[Cu (C2O4)2](s)
M 10 mmol 20 mmol -
B 10 mmol 20 mmol 10 mmol
S - - 10 mmol

-3
Massa K2[Cu (C2O4)2](s) (teoritis) = 10.10 mol x 317.5 g/mol
= 3.17 g
Massa teoritis K2[Cu (C2O4)2] sebesar 3.17 g, dan dari hasil percobaan didapatkan
massa K2[Cu (C2O4)2] sebesar 3.01 g.

% rendemen =

= 94.6 %
Nilai % rendemen yang didapatkan dari percobaan ini adalah 94.6 %

3. Penentuan kadar teoritis Cu2+ dalam sampel Cu(acac)2


Ar Cu = 63.5 gr/mol
Mr Cu(acac)2 = 261.5 gr/mol
Massa Cu(acac)2 = 0.77 gram
% Cu =

= 24.28 %
Massa Cu =

= 0.18 g
4. Penentuan kadar teoritis Cu2+ dalam sampel [Cu(C2O4)2]2-
Ar Cu = 63.5 gr/mol
Mr [Cu(C2O4)2]2- = 310 gr/mol
Massa [Cu(C2O4)2]2- = 0.77 gram
% Cu =

= 20.48 %
Massa Cu =

= 0.15 g

5. Pembakuan larutan Na2S2O3


Volume Na2S2O3 = 27.5 mL
Massa K2Cr2O7 = 0.5157 g
Mr K2Cr2O7 = 294 g/mol
volume K2Cr2O7 = 100 mL = 0,1 L
mol K2Cr2O7 = =

K2Cr2O7(aq) + 6KI(aq) + 14HCl(aq) -> 2CrCl3(aq) + 3I2(aq) + 7H2O(l) + 8KCl


Mol I2 = 3 mol K2Cr2O7…………..(1)
2Na2S2O3(aq) + I2(aq) -> Na2S4O6(aq) + 2NaI(aq)
Mol Na2S2O3 = 2 mol I2…………...(2)
Maka:
Mol Na2S2O3 = 2 mol I2 = 6 mol K2Cr2O7
Mol Na2S2O3 = 6 x 0,00175 mol
= 0,01052 mol
[Na2S2O3] =

= = 0,3841 M
6. Penentuan kadar tembaga dalam sampel Cu(acac)2 dan [Cu(C2O4)2]2-
2Cu2+ +4I- + H+ -> Cu2I2(s) + I2(aq)
2 Cu(acac)2 (aq) + 4KI(aq) -> Cu2I2(s) + I2(aq)
Mol Cu(acac)2 = 2 mol I2
2Na2S2O3(aq) + I2(aq) -> Na2S4O6(aq) + 2NaI(aq)
Mol Na2S2O3 = 2 mol I2

Sehingga:
Mol Cu(acac)2 = mol Na2S2O3
[Na2S2O3] = 0,3841 M
V Na2S2O3 = 28,3 mL = 0,0283 L
2+
Mol Cu = V Na2S2O3 x [Na2S2O3]
= 0,0283 L x 0,3841 mol/L
= 0,0108 mol
Massa Cu = mol Cu x Ar Cu
= 0,0108 mol x 63,5 gr/mol
= 0,6902 gram
% Cu = x 100%

= x 100%

= 89.63 %
VII. Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk mensintesis kompleks Cu(II) dengan
ligan asetilasetonato dan oksalato. Sintesis senyawa kompleks Cu(II) dengan ligan
asetilaseton menghasilkan senyawa kompleks bis- [Cu(acac)2] berwarna biru. Ion
tembaga (II) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ligan acac - membentuk
kompleks segi empat datar, dengan cincin kelat lingkar-6. Berikut struktur
kompleks [Cu(acac)2]

Gambar 1. struktur kompleks [Cu(acac)2]


Sumber : (Nasibulin, 2002)

Sedangkan Ion tembaga(II) dengan ion oksalato (ox2-) juga membentuk kompleks
segiempat datar, tetapi ligan oksalato membentuk cincin kelat dengan lingkar-5
sebagai berikut

Gambar 1. struktur kompleks [Cu(C2O4)2]2-


Diakses pada https://www.youtube.com/watch?v=eNENz-KlOcw

Pada pembentukan kompleks Cu(acac)2 ditambahkan sejumlah larutan NH3 yang


direaksikan dengan Hacac. Penambahan NH3 berfungsi untuk membuat
kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan (ke arah produk) dan membentuk ion
acac yang bermuatan negatif sehingga dapat bertindak sebagai ligan. Penambahan
ammoniak juga bertujuan untuk memberikan suasana basa dalam membantu
pembentukan ion acac. Pada proses ini dilakukan pula pemanasan yang bertujuan
untuk meningkatkan suhu sehingga energi kinetik partikel akan meningkat dan
pembentukan Cu(acac)2 menjadi lebih cepat. pH reaksi diatur pada 3-4
dikarenakan pembentukan senyawa kompleks lebih sempuna terbentuk pada
suasana asam.
Kemudian pada pembentukan kompleks [Cu(ox)2]2- terbentuk senyawa kompleks
bermuatan negatif dengan bentuk segi empat datar. Padatan kompleks yang
terbentuk dengan bantuan penangas es agar kelarutan kecil sehingga pembentukan
kristal lebih cepat. Senyawa kompleks Cu(II) dengan ligan asetilasetonato dan
ligan oksalat memiliki warna yang mirip yaitu biru keabuan. Maka dari itu untuk
membedakan antara logam Cu yang berasal dari senyawa kompleks Cu(acac)2 dan
senyawa kompleks [Cu(ox)2]2- dilakukan penentuan kadar Cu dengan titrasi
idometri. Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri
secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi. Pada titrasi iodometri
secara tidak langsung, natrium tiosulfat digunakan sebagai titran dengan indikator
larutan amilum. Natrium tiosulfat akan bereaksi dengan larutan iodin yang
dihasilkan oleh reaksi antara analit dengan larutan KI berlebih. Sebaiknya
indikator amilum ditambahkan pada saat titrasi mendekati titik ekivalen karena
amilum dapat memebentuk kompleks yang stabil dengan iodin [4]. Pada
percobaan titrasi idometri ini didapatkan kadar Cu dalam sampel Cu(acac)2 dan
[Cu(C2O4)2]2- adalah sebesar 89.63 %.

VIII. Kesimpulan
Sintesis kompleks Cu (II) dengan ligan asetilasetonato dan oksalato berhasil
dilakukan dengan % yield yang diperoleh adalah sebesar 94.6 %.
IX. Daftar Pustaka

1. Nasibulin, A. G., Richard, O., Kauppinen, E. I., Brown, D. P.,


Jokiniemi, J. K., & Altman, I. S. (2002). Nanoparticle Synthesis by
Copper (II) Acetylacetonate.
2. Kamrani, H. (2018) Synthesis and Characterization of Copper
Nanoparticles by Bis-(Acetylacetonato)-Copper (II) Using Nonionic
Surfactants and the Effect of Their Structures on Nanoparticles Size
and Yield.
3. Matelková, K., Kucková, L., Mašlejová, A., Moncoľ, J., Jorík, V., &
Kožíšek, J. (2016). Copper oxalate complexes: synthesis and
structural characterisation.
4. David Harvey, (2000).Modern Analytical Chemistry. Toronto: John
Wiley & Sons, 305.
5. https://www.youtube.com/watch?v=lSpTQ7oTsKA

Anda mungkin juga menyukai