Disusun Oleh:
I. Tujuan Percobaan
Mensintesis Garam Mohr (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O(s)
Bagian IV Penentuan kadar Fe(II) dalam sampel garam Mohr dengan cara
Titrasi
1) Standarisasi KMnO4 dengan asam oksalat
Larutan asam oksalat 0,02 M dipipet 10 mL ke dalam labu Erlenmeyer,
ditambahkan 10 mL asam sulfat 3 M dan kemudian dipanaskan. Setelah
larutan mencapai sihu 50-60oC kemudian dititrasi menggunakan KMnO4
yang telah dibuat. Kemudian dicatat volume KMnO4 yang digunakan.
Titrasi ini dilakukan secara triplo.
1) Penentuan kadar Fe(II) dalam sampel garam Mohr
Larutan sampel garam Mohr yang telah dibuat, dipipet sebanyak 10 mL dan
dimasukkan dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan 10 mL asam sulfat 3 M
dan 2 mL asam fosfat. Kemudian dipanaskan. Setelah itu dititrasi
menggunakan KMnO4 yang telah distandarisasi. Titrasi dilakukan secara
triplo dan dicatat volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi.
V. Data Pengamatan
Pengamatan Hasil Pengamatan
• Pembuatan larutan H2SO4
10% v/v
Mengambil larutan H2SO4 97% larutan panas (eksoterm)
dengan konsentrasi 18,69 M.
Diencerkan 10 kali dengan
aquades
➢ FeSO4
a) Ditimbang serbuk Fe 3,5 g
b) Dimasukkan serbuk Fe
kedalam gelas beker
c) Ditambahkan 100 mL
larutan H2SO4 10%
d) Dipanaskan larutan sebentar
agar semua Fe larut
e) Disaring dalam keadaan
panas Volume sebelum pemanasan adalah 70
f) Filtrat dipanaskan dengan mL. Volume setelah pemanasan adalah
penangas air pada suhu 50 mL
1000C
g) Pemanasan dilakukan
sampai volume larutan
menjadi 60-75% volume
awal
c) Kristal ditimbang
a. Standarisasi KMnO4
Volume H2C2O4
Titrasi Volume KMnO4 yang digunakan
0,05 M
simplo 25 mL 27,5 mL
duplo 25 mL 27,4 mL
Rata-rata Volume KMnO4 27,45 mL
= 18,41 M
𝟏𝟎 × 𝝆 × %
M H2SO4 10% = 𝑴𝒓
10 ×1,86 ×10%
= 98
= 1,8 M
V1 M1 = V2M2
V1 x 18,41M = 225 mL x 1, 8 M
V1 = 21,99 mL = 22 mL
• FeSO4
Kelarutan FeSO4 dalam air
= 0,0639 mol
Gram FeSO4 = mol Fe2+ x Mr FeSO4
= 0,0639 mol x 152 gram/mol
= 9,723 gram
Masa FeSO4 adalah sebesar 9,723 gram, dengan kelarutan FeSO4 sebesar 25,6
gram/100 mL
9,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 25,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
𝑋 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟 100 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟
V air = 37,98 mL
Volume ini adalah volume tepat jenuh. Apabila volume larutan dibawah dari
37,98 mL maka akan terjadi pengendapan
• (NH4)2SO4
Kelarutan (NH4)2SO4 dalam air
Volume ini adalah volume tepat jenuh. Apabila volume larutan dibawah dari
15,86 mL maka akan terjadi pengendapan
= 40,25%
Nilai % rendemen yang didapatkan dari percobaan ini adalah 40,25%
= 7,22 %
VII. Pembahasan
Percobaan pada peraktikum ini bertujuan untuk membuat garam mohr dari
reaksi antara besi dengan asam sulfat dan larutan ammonia. Garam Mohr
merupakan garam rangkap yakni garam yang terdiri dari dua jenis atau lebih kation
dan anion. Garam terbentuk dari asam atau basa polivalen, dengan kata lain garam
rangkap terbentuk melalui kristalisasi dari campuran sejumlah ekivalen dua atau
lebih garam itu. Pada percobaan Garam Mohr dibuat dengan mencampurkan larutan
jenuh FeSO4 (Larutan I) dan larutan jenuh (NH4)2SO4 (Larutan II). Larutan jenuh
FeSO4 dibuat dengan melarutkan serbuk besi (Fe) dengan asam sulfat (H2SO4),
kemudian dipanaskan sampai besi larut sedangkan larutan jenuh (NH4)2SO4 dibuat
dengan menetralkan asam sulfat (H2SO4) 10 % dengan 25 % ammonia (NH3),
kemudian diuapkan sampai volume berkurang kira – kira setengahnya,. Larutan I
dan larutan II tersebut dicampurkan dan didinginkan sampai terbentuk hablur dari
besi dan lama kelamaan akan membentuk kristal.
Larutan I dengan cara melarutkan 3.5825 gram serbuk besi kedalam 100 ml asam
sulfat 10%, dimana H2SO4 merupakan pelarut yang mengandung proton yang dapat
diionkan dan bersifat asam kuat selain itu juga sebagai katalis pada serbuk besi Fe
agar terbentuk kristal. Penggunaan H2SO4 10 % karena jika dibawah tidak terbentuk
kristal sempurna sedangkan jika diatas Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Penggunaan
besi yang berbentuk serbuk bertujuan mempercepat reaksi, karena laju reaksi
berbanding lurus dengan luas permukaan zat. Pada saat direaksikan Antara serbuk
Fe dan H2SO4 larutan berwarna abu-abu tua dan semakin berubah warna menjadi
abu-abu muda dan lama kelamaan menjadi hujau muda. Reaksi Antara H2SO4 dan
serbuk besi juga menghasilkan gelembung gas karena pada reaksi tersebut
menghasilkan gas H2. Proses pelarutan Fe dalam H2SO4 dilakukan sambil diaduk.
Fungsi pengadukan ini untuk menghomogenkan larutan H2SO4 dengan serbuk besi.
Setelah itu larutan dipanaskan untuk menaikkan energi kinetic partikel partikel
dalam larutan sehingga electron electron yang ada dalam larutan tersebut saling
bertumbukan sehingga akan mempercepat pelarutan serbuk besi. Setelah
dipanaskan dan diaduk dilakukan penyaringan dalam keadaan panas. Adapun
tujuan dari penyaringan adalah untuk menghindari terbentuknya kristal pada suhu
yang rendah. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan pengotor serta besi yang
tidak bereaksi. Setelah disaring, filtrat dipanaskan dalam penangas air sampai
volume larutan menjadi 60-75 %. Penangas air berfungsi untuk menjaga panas yang
berlebihan. Pengurangan volume larutan bertujuan untuk menjenuhkan larutan dan
menguapkan senyawa senyawa yang tidak diinginkan dalam proses reaksi
selanjutnya. Pada percobaan, larutan jenuh FeSO4 dipanaskan hingga volume
larutan menjadi 70 mL . Adapun persamaan reaksinya adalah:
Kristal garam mohr panen I didapatkan adalah 9, 8634 gram dengan rendemen
40,25%. Dari perhitungan massa teoritis, garam mohr yang dihasilkan adalah 24.5
gram. Sedangkan pada percobaan rendemen yang dihasilkan kurang dari 60%.
Bentuk kristal yang dihasilkan pun relative kecil, tidak besar seperti bentuk kristal
yang diharapkan. Hal in disebabkan karena proses pembentukan kristal dipaksa
dengan menggoreskan batang pengaduk pada gelas kimia. Penggoresan ini memang
akan menstimulus terbentuknya kristal tapi akan membuat kristal yang dihasilkan
cenderung kecil dan jelek. Penggoresan batang pengaduk ini dilakukan karena
kristal garam mohr tidak kunjung terbentuk setelah lebih dari 1 minggu percobaan.
Hal ini disebabkan larutan campuran FeSO4 dan (NH4)2SO4 belum jenuh sehingga
memakan waktu yang lama untuk akhirnya menghasilkan kristal. Hasil titrasi
permanganometri terhadap garam Mohr menghasilkan volume KMnO4 sebanyak
12,7 ml dengan kadar Fe 7,22 %. Sebelum titrasi, ke dalam larutan garam Mohr
ditambahkan H3PO4 yang bertujuan untuk membantu memperjelas warna pada saat
titik ekivalen. H3PO4 bereaksi dengan Fe membentuk kompleks bening. Adapun
warna saat titik ekivalen ialah pink muda bening.
VIII. Kesimpulan
Sintesis Garam Mohr (NH4)2Fe(SO4)26H2O(s) berhasil dilakukan dengan % yield
yang diperoleh adalah sebesar 40,25% dengan massa kristal 9,8634 gram dengan
bentuk kristal yang diperoleh tidak beraturan (relative kecil).
Ngatin, Agustinus. 2012. Sintesis Garam Mohr. Bandung : Jurnal Penelitian Polban