Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Anorganik

Judul Percobaan : Sintesis Kompleks Cu(II) dengan Ligan Asetilasetonato dan Oksalato
Tanggal Percobaan : 22 September 2020
Nama/NIM : Vienntiny Safrilianti Effendi/ 24820002

Tujuan:
Tujuan percobaan untuk mengetahui teknik dan proses pembuatan senyawa kompleks Cu(II) dengan ligan
asetilasetonato dan oksalato.

Teori Dasar:
Senyawa Kompleks yang akan disintesis pada percobaan kali ini adalah kompleks Cu(II) dengan
ligan asetilasetonato dan oksalato. Unsur logam transisi tembaga (Cu) dapat membnetuk senyawa dengan
tingkat oksidasi +1 dan +2, namun yang memiliki kestabilan tinggi pada tingkat oksidasi +2. Sering dijumpai
senyawaan kompleks dengan atom pusat Cu(II) berwarna biru.

Ligan asetilasetonato merupakan salah satu contoh ligan bidentat, yang dapat mendonorkan
dua pasang elektronnya untuk berikatan pada atom pusat. Asetilasetonato merupakan senyawa β-keton
yang dapat terionisasi sebagai asam lemak. Struktur ion asetilasetonato (acac-) dan kompleks Cu(II)
asetilasetonato [Cu(acac)2] dapat dilihat pada Gambar 1. berikut:

(a) (b)

Gambar 1. (a) Struktur Ion asetilasetonato (acac), (b) Kompleks [Cu(acac)2]

Prosedur sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan asetilacetonato, [Cu(acac)2] dilakukan dengan
mereaksikan larutan CuSO4 dengan asetilaseton dan NH3. Prosedur sintesis kompleks ini diadopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh [1] dan dari video [2]. Endapan yang dihasilkan kemudian direkristalisasi
dalam pelarut klorofoam untuk menghasilkan kristal [Cu(acac)2] yang murni untuk dilakukan analisis lebih
lanjut [3,4]. Kristal [Cu(acac)2] berwarna biru.

Ligan oksalato juga merupakan ligan bidentat, yang memiliki dua atom donor untuk diberikan
pada atom pusat Cu. Struktur ligan oksalato dapat ilihat pada Gambar 2. Prosedur sintesis kompleks Cu(II)
oksalat [Cu(ox)2] dibuat dengan mereaksikan garam CuSO4.5H2O dalam pelarut air dan Kalium oksalat
(K2C2O4) monohidrat dalam pelarut air, pencampuran dilakukan pada suhu 60°C untuk mempercepat
reaksi, sesuai dengan yang dilakukan oleh [5] dan [6]. Kristal kompleks [Cu(ox)2] berwarna biru dihasilkan
setelah campuran kedua larutan didinginkan dalam es. Prosedur sintesis kompleks [Cu(ox)2] dengan
mereaksikan larutan asam oksalat dalam air yang ditambah kalium karbonat, kemudian perlahan
ditambahkan Cu(II) oksida juga dapat dilakukan seperti pada [7].

Gambar 2. Ligan Oksalato

Bahan Kimia:
1. Larutan CuSO4
2. Larutan Asetilaseton (CH3COCH2COCH3)
3. Larutan Amonia (NH3)
4. Garam CuSO4.5H2O
5. Air
6. Kalium oksalat (K2C2O4)

Cara Kerja:
1. Sintesis Kompleks [Cu(acac)2]

2 mL NH3 25% 2 mL Hacac


25 mL Larutan CuSO4 0,2 M
- dicampurkan
NH4acac

- dicampurkan
- diaduk
- diatur pH 3-4 dengan meneteskan HCl atau NH3 encer
- diaduk terus selama 30 menit
- didiamkan hingga terbentuk endapan
- disaring
-

Endapan produk filtrat

- dicuci dengan sedikit akuades sebanyak 3 kali


- dikeringkan pada suhu 120°C selama 30 menit
- ditimbang, dihitung rendemennya

Kompleks [Cu(acac)2] berwarna biru keabuan


Massa = Rendemen = 95%
2. Sintesis Kompleks [Cu(ox)2]2-

3,1 g CuSO4.5H2O 5 g K2C2O4.H2O

- dilarutkan dalam 8 mL akuades - dilarutkan dalam 25 mL akuades


- dipanaskan hingga semua larut

- dicampurkan
- didiamkan hingga mencapai suhu ruang
- didinginkan dalam penangas es
- didiamkan hingga terbentuk endapan
- disaring

Endapan produk filtrat

- dicuci dengan air es, etanol, dan aseton


- dipindahkan ke kaca arloji
- dikeringkan pada suhu 40°C dalam oven
- ditimbang, dihitung rendemennya

Kompleks [Cu(ox)2]-2 berwarna biru


Massa = 1,23 g; Rendemen = 95%

3. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,1 N

25 mL K2Cr2O7 0,1 N 5 mL H2SO4 0,5 g KI

- dicampurkan

- ditambahkan
- ditambah beberapa tetes indikator amilum
- dititrasi dengan larutan Na2S2O3
- ditentukan titik akhir titrasi

Volume Na2S2O3 yang digunakan = 25 mL


4. Penentuan kadar Cu(II)

sampel kompleks* 0,5 g KI


- dilarutkan dalam 100 mL akuades
- diambil 25 mL ke dalam erlenmeyer
- ditambahkan 5 mL H2SO4

- ditambahkan
- ditambah beberapa tetes indikator amilum
- dititrasi dengan larutan Na2S2O3
- ditentukan titik akhir titrasi

Volume Na2S2O3 yang digunakan = 25 mL

*sampel kompleks = 0,83 g [Cu(acac)2] dan 1 g K2[Cu(ox)2]

Data Percobaan:
a. Lembar Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


Sintesis Kompleks [Cu(acac)2]
1 Dicampurkan 2 mL NH3 25% dan 2 mL Hacac Larutan NH4acac tidak berwarna
2 Ditambahkan NH4acac pada 25 mL CuSO4 0,2 M Larutan berwarna biru
Diaduk terus hingga 30 menit, diatur pH dengan pH larutan 3-4
3
menambahkan HCl atau NH3 encer
4 Didiamkan hingga terbentuk endapan Endapan terbentuk
Disaring, kemudian dicuci dengan sedikit akuades Endapan basah berwarna biru
5
sebanyak 3 kali
6 Dikeringkan pada suhu 120°C selama 30 menit Padatan serbuk kering berwarna biru keabuan
Ditimbang massa produk dan dihitung Massa = 1,23
7
rendemennya Rendemen = 95%
Sintesis Kompleks [Cu(ox)2]2-
1 Dilarutkan 3,1 g CuSO4.5H2O dalam 8 mL akuades Larutan berwarna biru (a)
Dilarutkan 5 g K2C2O4.H2O dalam 25 mL akuades, Larutan tidak berwarna (b)
2
dipanaskan hingga semua larut
3 Dicampurkan larutan (a) dan (b) Larutan berwarna biru susu
Didiamkan hingga mencapai suhu ruang, Endapan terbentuk
4 didinginkan dalam penangas es hingga terbentuk
endapan
Disaring, kemudian dicuci dengan air es, etanol, Endapan basah berwarna biru
5
dan aseton
6 Dikeringkan pada suhu 40°C dalam oven Padatan serbuk kering berwarna biru
Ditimbang massa produk dan dihitung Massa = 3,05 g
7
rendemennya Rendemen = 95%
Standarisasi Larutan Na2S2O3
1 Ditambahkan 25 mL K2Cr2O7 0,1 N dan 5 mL H2SO4 Larutan berwarna kuning
2 Ditambahkan 0,5 g KI Larutan berwarna kuning
3 Ditambahkan beberapa tetes indikator amilum Larutan berwarna biru
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga larutan Larutan tidak berwarna, volume Na2SO3 = 25 mL
4
tidak berwarna
Penentuan Kadar Cu(II)
Dilarutkan 0,83 g [Cu(acac)2] dan 1 g K2[Cu(ox)2] Larutan berwarna biru
1 dalam 100 mL akuades, diambil 25 mL ke dalam
erlenmeyer
2 Ditambahkan 5 mL H2SO4 dan 0,5 g KI Larutan berwarna cokelat
3 Ditambahkan beberapa tetes indikator amilum Larutan berwarna biru susu
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga larutan Larutan putih susu, volume Na2SO3 = 25 mL
4
tidak berwarna

b. Persamaan Reaksi
1) Sintesis Kompleks [Cu(acac)2]
NH3(aq) + Hacac(aq) → NH4acac(aq)
CuSO4(aq) + 2NH4acac(aq) → [Cu(acac)2](s) + (NH4)2SO4(aq)

2) Sintesis Kompleks [Cu(ox)2]2-

H2O
CuSO4.5H2O(s ) Cu2+(aq) + SO42-(aq)

H2O
K2C2O4.H2O (s ) 2K+(aq) + C2O42-(aq)

Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 2K+(aq) + 2C2O42-(aq) → K2[Cu(C2O4)2](s) + SO42-(aq)


3) Standarisasi Larutan Na2SO3
K2Cr2O7 + H2SO4 + KI
Oksidasi : 2 I- I2 + 2e- (x3)
Reduksi : Cr2O72- + 14 H+ + 6e- 2 Cr3+ + H2O (1x)
Redoks : Cr2O72- + 14 H+ + 6I- 2 Cr3+ + 3 I2 + H2O

Dititrasi dengan Na2SO3


Oksidasi : 2 S2O32- S4O62- + 2e-
Reduksi : I2 + 2e- 2 I-
Redoks : 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
4) Penentuan kadar Cu(II)
Cu(II) kompleks + KI
Oksidasi : 2 I- I2 + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- Cu
Redoks : Cu2+ + 2 I- Cu + I2
Dititrasi dengan Na2SO3
Oksidasi : 2 S2O32- S4O62- + 2e-
Reduksi : I2 + 2e- 2 I-
Redoks : 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-

Pengolahan Data:
1. Sintesis kompleks [Cu(acac)2]
a. Diketahui: NH3 25%, ρ = 0,7 g/L
% 𝑥 10 𝑥 ρ 25 𝑥 10 𝑥 0,7
M NH3 = = = 10, 29 M
𝑀𝑟 17
𝑚𝑜𝑙 20 𝑚𝑚𝑜𝑙
Diinginkan 20 mmol NH3, maka V NH3 = = = 1,9 mL ≈ 2 mL M NH3 : M Hacac
𝑀 10,29 𝑀
b. Diketahui: Hacac 99%, ρ = 0,97 g/L 1 : 0,9
% 𝑥 10 𝑥 ρ 99 𝑥 10 𝑥 0,97
M Hacac = = = 9,6 M
𝑀𝑟 100
𝑚𝑜𝑙 20 𝑚𝑚𝑜𝑙
Diinginkan 20 mmol Hacac, maka V Hacac = = = 2,08 mL ≈ 2 mL
𝑀 9,6 𝑀
NH3(aq) + Hacac(aq) → NH4acac(aq)
m: 20 mmol 20 mmol -
r: 20 mmol 20 mmol 20 mmol
s: 0 0 20 mmol
mol CuSO4 : mol NH4acac
c. Diketahui: 25 mL CuSO4 0,2 M
1:4
mol CuSO4 = 𝑉 𝑥 𝑀 = 25 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑀 = 5 𝑚𝑚𝑜𝑙
d. Perhitungan massa kompleks [Cu(acac)2] teoritis
CuSO4(aq) + 2NH4acac(aq) → [Cu(acac)2](s) + (NH4)2SO4(aq)
m: 5 mmol 20 mmol - -
r: 5 mmol 10 mmol 5 mmol 5 mmol
s: 0 10 mmol 5 mmol 5 mmol

CuSO4 sebagai pereaksi pembatas


massa kompleks [Cu(acac)2] = 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟 = 5 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑥 261,5 g/mol = 1,3 g
e. Massa kompleks [Cu(acac)2] hasil percobaan = 1,23 g
massa k𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑘𝑠 yang dih𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 1,23 𝑔
f. Rendemen = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 95%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑘𝑠 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1,3 𝑔

2. Sintesis Kompleks [Cu(ox)2]2-


a. Diketahui: 3,1 g CuSO4.5H2O; Mr = 249,5 g/mol
m𝑎𝑠𝑠𝑎 3,1 𝑔
mol CuSO4.5H2O = = = 0,01 mol
𝑀𝑟 249,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙
b. Diketahui: 5 g K2C2O4.H2O; Mr = 144 g/mol
m𝑎𝑠𝑠𝑎 5𝑔
mol K2C2O4.H2O = 𝑀𝑟
= 184 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,03 mol
c. Massa Kompleks [Cu(ox)2]2- teoritis
CuSO4(aq) + 2K2C2O4(aq) → K2[Cu(C2O4)2](s) + SO42-(aq)
m: 0,01 mol 0,03 mol - -
r: 0,01 mol 0,02 mol 0,01 mol 0,01 mol
s: 0 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol

massa kompleks K2[Cu(C2O4)2] = 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟 = 0,01 𝑚𝑜𝑙 𝑥 317,5 g/mol = 3,2 g


d. Massa kompleks K2[Cu(C2O4)2] hasil percobaan = 3,05 g
massa k𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑘𝑠 yang dih𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 2,75 𝑔
e. Rendemen = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 95%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑘𝑠 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 2,9 𝑔

3. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,1 N


V x N (K2Cr2O7) = V x N (Na2S2O3)
25 mL x 0,1 N = 25 mL x N Na2S2O3
N Na2S2O3 = 0,1 N = 0,1 M
4. Penentuan kadar Cu(II) dalam [Cu(acac)2]
Secara teoritis, kadar Cu(II) dalam [Cu(acac)2]
𝐴𝑟 𝐶𝑢
% Cu = 𝑀𝑟 Cu(acac)2 𝑥 100%
63,5
= 𝑥 100%
261,5
= 24,28%
Mol Cu(acac)2 = mol Na2S2O3
[Na2S2O3] = 0,1 M
V Na2S2O3 = 25 mL = 0,025 L
mol Cu2+ = V Na2S2O3 x M Na2S2O3
= 0,025 L x 0,1 mol/L
= 0,0025 mol
Massa Cu = mol Cu x Ar Cu
= 0,0025 mol x 63,5 gr/mol
= 0,2 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢
% Cu = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 Cu(acac)2
0,2 𝑔
= 𝑥 100%
0,83 𝑔
= 24 %
Sehingga, massa sampel yang diperlukan untuk titrasi adalah 0,83 g
5. Penentuan kadar Cu(II) dalam K2[Cu(ox)2]
Secara teoritis, kadar Cu(II) dalam K2[Cu(ox)2]
𝐴𝑟 𝐶𝑢
% Cu = 𝑥 100%
𝑀𝑟 𝐾2[Cu(ox)2]
63,5
=
317,5
𝑥 100%
= 20 %
Mol K2[Cu(ox)2]= mol Na2S2O3
[Na2S2O3] = 0,1 M
V Na2S2O3 = 25 mL = 0,025 L
mol Cu2+ = V Na2S2O3 x M Na2S2O3
= 0,025 L x 0,1 mol/L
= 0,0025 mol
Massa Cu = mol Cu x Ar Cu
= 0,0025 mol x 63,5 gr/mol
= 0,2 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢
% Cu = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾2[Cu(ox)2]
0,2 𝑔
= x 100% = 20 %
1𝑔
Sehingga, massa sampel yang diperlukan untuk titrasi adalah 1 g
Pembahasan:
Kesempatan kali ini percobaan yang dilakukan yaitu sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan
asetilasetonato (acac-) dan oksalato (ox2-). Kedua ligan merupakan ligan bidentat, yang memiliki dua atom
donor (atom O) untuk diberikan berikatan secara koordinasi pada atom Cu. Perbedaan dari kedua
kompleks ini, kompleks bis(asetilasetonato)tembaga (II), [Cu(acac)2] merupakan kompleks tidak
bermuatan, sedangkan kompleks bis(oksalato)tembaga (II), [Cu(ox)2]-2 merupakan kompleks anion
bermuatan -2, sehingga memerlukan kation yaitu K+ menjadi K2[Cu(ox)2]. Kompleks Cu(II) acac- dan Cu(II)
ox2- sama-sama membentuk kompleks segiempat (square planar), bedanya ligan acac- membentuk cincin
kelat lingkar-6 sedangkan ligan oksalato membentuk cincin kelat lingkar-5. Gambar struktur kedua
kompleks dapat dilihat pada Gambar 3.
-2

Cu

(a) (b)
Gambar 3. (a) Struktur Kompleks [Cu(acac)2] dan (b) Struktur Kompleks [Cu(ox)2]-2

Prosedur sintesis dan data hasil percobaan disampaikan pada perkuliahan secara daring pada
Selasa, 22 September 2020. Pada sintesis kompleks [Cu(acac)2], ligan acac- dari Hacac direaksikan terlebih
dahulu dengan NH3 untuk memberikan suasana basa, hal ini juga dilakukan oleh [4]. Pada persamaan
reaksi:
Astilasetonato (Hacac) ⇋ H+ + acac- Ka = 1,51 x 10-9 ,
nilai Ka yang kecil mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kiri, sulit bergeser ke kanan untuk
menghasilkan ion acac-. Oleh karena itu, ditambahkan NH3 agar Hacac terdeprotonasi menjadi acac-. H+
pada Hacac tertarik oleh NH3 sehingga kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan, membentuk ion acac-
untuk berikatan dengan atom logam Cu membentuk kompleks [Cu(acac)2]. Persamaan reaksi Hacac dan
NH3 yang terbentuk:
NH3(aq) + Hacac(aq) → NH4acac(aq) .
Pembentukan kompleks dengan ligan acac- sangat bergantung pada pH larutan. Jika pH terlalu
rendah, ion H+ akan berkompetisi dengan ion logam untuk mengikat ion acac- kembali. Jika pH terlalu
tinggi, akan menyebabkan terbentuknya endapan [8]. Maka dari itu, diperlukan pH optimum agar reaksi
berlangsung sempurna. Setelah terbentuk NH4acac (20 mmol), ditambahkan 25 mL larutan CuSO4 0,2 M
(5 mmol), CuSO4 sebagai pereaksi pembatas. Pengadukan sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
reaksi. Diatur pH 3-4 setelah pencampuran, dengan menambahkan HCl atau NH3 encer. Berikut
persamaan reaksi yang terjadi:

CuSO4(aq) + 2NH4acac(aq) → [Cu(acac)2](s) + (NH4)2SO4(aq) .

Pada reaksi tersebut dapat dilihat bahwa ligan acac- dapat mengikat logam Cu setelah berubah menjadi
NH4acac tidak dalam Hacac. Karena pada NH4acac lebih mudah memutuskan ikatannya menjadi NH4+ dan
acac-.

Endapan kompleks terbentuk setelah larutan dibiarkan beberapa saat, dipisahkan dari larutannya
kemudian endapan produk dicuci dengan sedikit akuades sebanyak tiga kali. Pencucian seperti ini
dilakukan untuk melarutkan pengotor yang ada di endapan produk (kemungkinan adanya ligan yang
berlebih), tetapi tidak sampai melarutkan produk. Endapan kompleks dikeringkan pada suhu 120°C selama
30 menit, sehingga diperoleh padatan kompleks [Cu(acac)2] berwarna biru keabuan. Produk padatan
kompleks [Cu(acac)2] dapat dilihat pada Gambar 4a, yang merupakan hasil sintesis oleh [2].

Sintesis kompleks K2[Cu(ox)2] menggunakan padatan CuSO4.5H2O sebagai sumber atom Cu, berbeda
dari sintesis kompleks [Cu(acac)2] yang menggunakan larutannya. Prosedur sintesis K2[Cu(ox)2] dilkaukan
dengan mereaksikan langsung 3,1 g CuSO4.5H2O dan 5 g K2C2O4.H2O dalam pelarut air. Tidak seperti pada
sintesis Cu(II) acac yang memerlukan NH3 untuk memperoleh ligan acac- , ligan ox2- pada sintesis Cu(II) ox
dapat diperoleh langsung dengan melarutkan K2C2O4.H2O dalam air, karena sifatnya yang ionik K2C2O4.H2O
mudah terionisasi menjadi ion-ionnya, seperti reaksi berikut:
H2O
K2C2O4.H2O (s ) 2K+(aq) + C2O42-(aq)

Pemanasan dilakukan agar semua padatan larut sempurna, mempercepat reaksi. Setelah kedua larutan
bercampur sempurna, didiamkan hingga mencapai suhu ruang terlebih dahulu, sebelum didinginkan
untuk memperoleh endapan. Jika langsung didinginkan dalam penangas es dikhawatirkan dapat merusak
kompleks karena adanya perubahan suhu yang ekstrim. Endapan kompleks K2[Cu(ox)2] terbentuk
sempurna dalam keadaan dingin atau pada suhu sekitar 0°C, sama dengan prosedur yang dilaporkan oleh
[5] dan [6]. Kompleks yang terbentuk merupakan senyawa ionik yang mudah larut dalam air, oleh karena
itu dicuci air dingin dulu untuk melarutkan pengotor, kemudian dicuci dengan etanol untuk melarutkan
sisa ion lainnya, dan terakhir dicuci dengan aseton (bersifat mudah menguap) untuk membantu
mengeringkan kompleks. Kemudian dikeringkan pada suhu 60°C dalam oven, ini menunjukkan kompleks
K2[Cu(ox)2] kurang stabil dibanding kompleks [Cu(acac)2] yang dapat dikeringkan hingga suhu 120°C.
Endapan kompleks yang terbentuk berwarna biru. Perbedaan secara fisik kompleks [Cu(acac)2] dan
K2[Cu(ox)2] dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4(a) diambil dari hasil percobaan yang dilakukan pada
[2], sedangkan Gambar 4(b) diperoleh dari [9].
(a) (b)

Gambar 4. (a) Kompleks [Cu(acac)2] dan (b) Kompleks K2[Cu(ox)2]

Massa kompleks [Cu(acac)2] yang terbentuk sebesar 1,23 g dengan rendemen 95%. Sedangkan
kompleks K2[Cu(ox)2] sebesar 3,05 dengan rendemen 95%. Salah satu cara untuk membedakan kedua
kompleks yang sama-sama berwarna biru ini adalah dengan menentukan kadar Cu(II) dalam masing-
masing kompleks.

Penentuan kadar Cu(II) dilakukan dengan cara titrasi iodometri. Titrasi iodometri merupakan
analisis titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat-zat yang bersifat oksidator seperti besi(II) dan
tembaga(II) dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang
terbentuk menggunakan larutan baku tiosufat. Normalitas larutan Na2S2O3 setelah dilakukan standasrisasi
dengan kalium dikromat sebesar 0,1 N. Dari hasil titrasi penentuan kadar Cu(II) volume Na2S2O3 sebanyak
25 mL. massa sampel [Cu(acac)2] sebanyak 0,83 g dan K2[Cu(ox)2] sebanyak 1 g diambil untuk dititrasi
secara iodometri. Kadar Cu(II) dalam [Cu(acac)2] sebesar 24% dan kadar Cu(II) dalam K2[Cu(ox)2] sebesar
20%.

Kesimpulan:
1. Kompleks Cu(II) dengan ligan asetilasetonato telah disintesis dengan mereaksikan larutan CuSO4
dengan asetilaseton dan NH3. Kompleks [Cu(acac)2] yang dihasilkan sebanyak 1,23 g dengan rendemen
90%, berbentuk serbuk berwarna biru keabuan.
2. Kompleks Cu(II) dengan ligan oksalato telah disintesis dengan mereaksikan garam CuSO4.5H2O dalam
dan Kalium oksalat (K2C2O4) monohidrat dalam pelarut air. Kompleks K2[Cu(ox)2] yang dihasilkan
sebesar 3,05 dengan rendemen 95%, berbentuk serbuk berwarna biru.
3. Penentuan kadar Cu(II) dalam kompleks [Cu(acac)2] dan K2[Cu(ox)2] dilakukan secara iodometri. Kadar
Cu(II) dalam kompleks [Cu(acac)2] sebesar 24% dan dalam kompleks K2[Cu(ox)2] sebesar 20%.

Daftar Pustaka:
1. Paramitha, L. D., Suhartana, dan Pardoyo. (2014): Pengaruh Pelarut pada Rendemen Sintesis Kompleks
Bis-Asetilasetonato tembaga (II), Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 17, 48-50,
https://doi.org/10.14710/jksa.17.2.48-50
2. Rhodanide. (Sutradara). (2018): Colorful Complexes Ep 2: Copper Acetylacetonate, diperoleh melalui
situs internet: https://www.youtube.com/watch?v=lSpTQ7oTsKA
3. Jones, M. M. (1959): A New Method of Preparing Some Acetylacetonate Complexes, Journal of the
American Chemical Society, 81, 3188-3189, https://doi.org/10.1021/ja01522a005
4. Budiyanti, R. R. (2017): Sintesis Dan Karakterisasi Kompleks Bis-Asetilasetonato tembaga (II),
[Cu(acac)2], Jurnal Sains dan Teknologi Kimia,
https://www.academia.edu/35435654/SINTESIS_DAN_KARAKTERISASI_Cu_acac_docx
5. Lancashire, R. J. (2015): Oxalate Complexes of Chromium(III) and Copper(II), diperoleh melalui situs
internet: http://wwwchem.uwimona.edu.jm/lab_manuals/c10expt15.html
6. Nugiasari, V. (Sutradara). (2018): Preparasi Senyawa Koordinasi: Kompleks Oksalat, diperoleh melalui
situs internet: https://youtu.be/50oJ4ISjbaM
7. Piece of Science. (Director). (2013): copper(II) oxalate complexe, diperoleh melalui situs internet:
https://www.youtube.com/watch?v=rBFVGiAkinY
8. Housecroft, C. E. dan Sharpe, A.G. (2012). Inorganic Chemistry, 4th Edition, Pearson Education Limited,
England.
9. Sasan. (2014): Oxalate Complexes, diperoleh melalui situs internet:
http://sciencemadness.org/talk/viewthread.php?tid=30660

Anda mungkin juga menyukai