Disusun oleh :
NIM : 19106030040
Prodi : Kimia
Kelompok/Shift : 3/B
Pernyataan Keaslian
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan secara jujur bahwa laporan yang saya buat
adalah hasil kerja sendiri, tidak menjiplak hasil kerja orang lain dan atau tidak memanipulasi
data. Jika terbukti ada hal-hal hasil menjiplak karya orang lain dan atau memanipulasi data,
maka saya siap menerima sanksi yang semestinya.
Selesai pada tanggal : 7 Desember 2020
Jam : 22.18 WIB Yang menyatakan,
Dewi Rachmawati
Fauziah Rofiq
LABORATORIUM KIMIA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020/2021
A. Tujuan
1. Memahami reaksi nitrasi
2. Memahami mekanisme reaksi nitrasi pada senyawa aromatis
B. Dasar Teori
1. Vanilin
Vanilin (C8H8O3) berasal dari bahasa Spanyol yaitu “Vania” yang berarti
selubung atau sarung dan “Illa” yang berarti kecil. Pada awalnya vanilin ini diperoleh
dari buah Vanilla planifolia, Andr. Tanaman ini termasuk famili orchicaceace dan
mengandung vanilin 2-3%. Vanilin juga terdapat pada kemenyan, perubalsem,
tolubalsem dan gula bit. Vanilin dapat disintesis dari bahan guaiakol,
protokhathekualdehid, eugenol, dan safrol. Vanilin banyak dipergunakan sebagai
bahan pewangi dalam sabun, kembang gula es krim dan bahan makanan lain. Selain
itu, vanilin juga digunakan untuk menutupi rasa bau yang tidak enak misalnya pada
karet, obat-obatan dan banyak yang digunakan sebagai bahan parfum (Jumina, et al,
2003).
Vanilin (4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida) dilihat dari struktur kimianya
merupakan senyawa fenolik tersubstitusi gugus metoksi pada posisi orto dan gugus
aldehid pada posisi para.
Gugus aldehida pada vanilin dapat dikenai reaksi lebih lanjut. Reaksi oksidasi
vanilin menyerang gugus aldehid menghasilkan senyawa turunan asam karboksilat
yaitu asam vanilat (Budimarwanti, C, 2007).
2. Reaksi Substitusi Aromatik Elektrofilik
Aromatisitas benzena menyajikan suatu kestabilan yang unik pada sistem pi dan
benzena tidak menjalani kebanyakan reaksi yang khas bagi alkena. Meskipun begitu,
benzena tidaklah sekali-kali lamban (inert). Pada kondisi yang tepat benzena mudah
mengalami reaksi substitusi aromatik elektrofilik: reaksi dalam mana suatu elektrofil
disubstitusikan untuk satu atom hidrogen pada cincin aromatik.
Gugus pada cincin aromatik akan mengarahkan substituen yang baru masuk
pada posisi orto, para atau meta sesuai dengan gugus mulanya. Gugus mula tersebut
yang disebut sebagai penentu orientasi. Gugus yang merupakan aktivator kuat adalah
gugus pengarah orto dan para (adisi elektrofilik mengambil tempat pada posisi orto
dan para bergantung pada aktivator). Orientasi ini terutama disebabkan oleh
kemampuan substituen pengaktif kuat untuk melepaskan elektron (gugus amino dan
gugus hidoksil merupakan gugus aktivator yang baik) (Fessenden, R. J., dan
Fessenden, J. S., 1986).
3. Reaksi Nitrasi
Nitrasi senyawa aromatik adalah salah satu proses yang telah lama ada di
industri kimia sejak abad ke-19, baik secara batch maupun kontinyu. Nitrasi benzena
adalah reaksi yang penting di industri, di mana nitro benzena merupakan bahan baku
untuk memproduksi zat-zat yang berguna seperti anilin, benzidine, kloronitrobenzena,
dan lain-lain. Nitrasi benzena pada skala industri biasanya dilakukan dalam fase cair
menggunakan asam campuran yang terdiri dari asam nitrat dan asam sulfat. Tujuan
utama dari asam sulfat adalah protonasi asam nitrat untuk membentuk ion nitronium
sebagai elektrofil, yang merupakan agen penitrasi. Selain itu, asam sulfat juga
berperan sebagai pengikat air dan peredam panas pada proses nitrasi yang merupakan
reaksi eksotermis (Agustriyanto, R. dkk, 2017)
Reaksi nitrasi adalah proses terjadinya reaksi kimia yang menggantikan atau
mensubstitusikan satu atau lebih gugus nitro (-NO2) ke dalam suatu molekul, beberapa
atom atau gugus, di mana molekul, atom atau gugus reaktannya merupakan senyawa–
senyawa organik (Sastrohamidjojo, Hardjono, 2011). Umumnya nitrasi yang banyak
dijumpai adalah nitrasi -NO2 menggantikan atom H (Warren, Stuart, 1995). Pada
proses nitrasi gugus nitro (NO2+) dapat terikat pada atom C sehingga membentuk
senyawa nitroaromatik atau nitroparafinik. Gugus nitro yang terikat pada atom O
membentuk senyawa nitrat ester sedangkan gugus nitro yang terikat pada atom N
membentuk senyawa nitroamina atau nitroamida (Manfaati, R, 2013).
D. Cara Kerja
Telah dilakukan reaksi nitrasi pada vanilin dengan cara sebanyak 1,5 g Ca(NO3)2
dilarutkan ke dalam 5 mL asam asetat hangat. Setelah Ca(NO3)2 larut, ditambahkan
sebanyak 1 g vanilin lalu campuran dipanaskan di dalam penangas air pada suhu > 80oC
selama 1 menit. Jangan terlalu lama dipanaskan karena dapat terjadi letupan (sebaiknya air
dipanaskan terlebih dahulu). Vanilin akan larut sempurna dan larutan akan berubah warna
kemudian segera dituangkan ke dalam 10 mL air es dan didiamkan dalam kulkas selama 2
jam. Setelah itu terbentuk padatan kuning yang kemudian dipisahkan dan dikeringkan.
Produk diukur titik lebur.
E. Pembahasan
Percobaan berjudul Reaksi Nitrasi pada Vanilin bertujuan untuk memahami reaksi
nitrasi dan memahami mekanisme reaksi nitrasi pada senyawa aromatis. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah metode sintesis berbasis green chemistry. Green
chemistry ialah penggunaan teknik dan metode secara kimia untuk mengurangi atau
mengeliminasi penggunaan bahan dasar, produk, produk samping, pelarut, pereaksi, yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan masalah lingkungan. Dengan demikian, tujuan
green chemistry adalah untuk mencegah atau mengurangi masalah lingkungan (Nurbaity,
2011). Sedangkan prinsip kerja yang digunakan dalam percobaan ini yaitu reaksi substitusi
aromatik elektrofilik melalui jenis reaksi nitrasi. Maksud reaksi nitrasi dalam percobaan
ini berarti merupakan salah satu jenis reaksi aromatik elektrofilik yang menggunakan
reagen Ca(NO3)2 dengan bantuan katalis CH3COOH melalui pembentukan ion nitronium
(-NO2+).
Percobaan ini diawali dengan mereaksikan Ca(NO3)2 ke dalam asam asetat glasial
hangat bersuhu 40-45oC. Sebelum Ca(NO3)2 dilarutkan, dilakukan penimbangan terlebih
dahulu karena ia bersifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau berikatan dengan molekul
air yang terdapat di dalam suatu bahan misalnya udara (Danar, Rio, H.K, dan Dasir, 2017).
Penggunaan pelarut asam asetat glasial hangat berfungsi untuk mempercepat proses
pelarutan Ca(NO3)2. Hal ini dikarenakan suhu dapat mempermudah proses larutnya zat
terlarut. Selain itu, digunakannya reagen Ca(NO3)2 dengan katalisator CH3COOH guna
mendapatkan sumber ion nitronium (-NO2+) untuk disubstitusikan pada vanilin. Ion
nitronium merupakan elektrofil yang kuat, yang dapat diserang oleh cincin aromatik
(benzena). Reaksi pembentukan elektrofil NO2+ sebagai berikut.
Larutan yang telah ditambahkan vanilin kemudian dipanaskan pada suhu > 80oC
selama satu menit agar reaksi dapat berjalan dengan cepat. Hal ini dikarenakan kalor atau
panas yang diberikan oleh suhu akan menambah energi kinetik partikel pereaksi sehingga
dapat meningkatkan laju reaksi dan energi aktivasi (S, Syukri, 1999). Fungsi campuran
yang telah dipanaskan segera dituangkan ke dalam air es dan didiamkan dalam kulkas
adalah supaya mempercepat pembentukan pengendapan secara maksimal. Proses inilah
yang digunakan sebagai penentu dalam reaksi nitrasi. Hal ini dikarenakan reaksi nitrasi
adalah reaksi yang sangat eksoterm sehingga pengendalian suhu (pendinginan) dan
pengadukan mutlak diperlukan (Manfaati, R, 2013). Diperoleh campuran suspensi yang
membentuk 2 lapisan, lapisan bawah berwarna kuning pucat dan lapisan atas berwarna
merah kecoklatan. Mekanisme reaksi nitrasi yang terjadi selama proses tersebut adalah
sebagai berikut.
F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi nitrasi merupakan salah satu jenis reaksi substitusi aromatik elektrofilik di mana
suatu elektrofil NO2+ dapat disubstitusikan dengan satu atom hidrogen atau atom/gugus
lainnya, seperti halida, sulfonat, dan asetil ke dalam suatu senyawa organik.
2. Mekanisme reaksi nitrasi pada senyawa aromatis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
pertama, pembentukan elektrofil ion nitronium (NO2+) yang berjalan secara lambat,
tahap kedua, terjadinya reaksi antara pengikatan ion nitronium pada salah satu cincin
benzena, dan tahap ketiga, pelepasan proton (H+) menghasilkan senyawa nitro benzena
yang berjalan secara cepat.
G. Daftar Pustaka
Agustriyanto, R. dkk. (2017, Februari 4). Pengaruh Rasio Asam Sulfat Terhadap Asam
Nitrat Pada Sintesis Nitrobenzena Dalam CSTR. Prosiding Seminar Inovasi dan
Aplikasi Teknologi di Industri (p. D14.1). Malang : ITN Malang .
Budimarwanti, C. (2007). Sintesis Senyawa Bibenzil dari Vahan Awal Vanilin Melalui
Reaksi Wittig dan Hidrogenasi Katalitik. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan, dan Penerapan MIPA (p. 35). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Danar, Rio, H.K, dan Dasir. (2017). Studi Berbagai Jenis Bahan Pengembang Terhadap
Reabsorpsi Tekwan Kering Ikan Bagus. Edible, 6, 41.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S. (1986). Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Hart, Harold. et al. (2012). Organic Chemistry: A Short Couse 13th Edition. Belmont
CA: Brooks/Cole Cengage Learning .
Jumina, et al. (2003). Sintesis 6-Nitro Veratril Alkohol dan 6-Nitro Veratraldoksim dari
Vanilin sebagai Senyawa Antara dalam Pembuatan Turunan Antibiotik C-9154.
Indonesian Journal of Chemistry, 3 (1), 14.
Manfaati, R. (2013). Optimasi Komposisi Campuran Asam HNO3 dan H2SO4 dan NIlai
R pada Sintesis α-Nitronaftalen. IRWNS, 274.
Nurbaity. (2011). Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi Dalam Pembelajaran
Kimia Berwawasan Lingkungan. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 1, 15.
Prabawati, Susy Yunita & A. Wijayanto. (2015). Penerapan Green Chemistry Dalam
Praktikum Kimia Organik (Materi Reaksi Nitrasi Pada Benzena). Intergrated
Laboratory ISSN 2089-3140, 3, 1-8.
S, Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB Press.
Sastrohamidjojo, Hardjono. (2011). Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: UGM Press.
Warren, Stuart. (1995). Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
H. Lampiran
I. Perhitungan
Diketahui
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 Ca(NO3)2.4H2O
Mol Ca(NO3)2.4H2O = 𝑀𝑟 Ca(NO3)2.4H2O
1.504 𝑔
= 236.15 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0.00637 mol
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑣𝑎𝑛𝑖𝑙𝑖𝑛
Mol Vanilin = 𝑀𝑟 𝑣𝑎𝑛𝑖𝑙𝑖𝑛
1𝑔
= 152.12 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0.00657 mol
Ca(NO3)2.4H2O
2 C8H8O3 2 C8H7NO5 Ca(OH)2
(Kalsium + ⇋ + + H2O
(Vanilin) (Nitro vanilin) (Kalsium Nitrat)
Nitrat)
M 0.00637 mol 0.00657 mol - -
R -0.00328 mol -0.00657 mol +0.00657 mol +0.00328 mol +0.00328 mol
S 0.00310 mol - +0.00657 mol +0.00328 mol +0.00328 mol
= 1.30 g
0.7911 g
= x 100%
1.30 𝑔
= 60.85 %
166 𝐶 − 172 𝐶
=| | x 100%
172 𝐶
9𝐶
= |175 𝐶| x 100%
= 3.5 %
= 100 % ‒ 3.5 %
= 96.5 %
II. Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Asam Asetat (CH3COOH)
NIM : 19106030040
Kelompok/Shift : 3/B
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami reaksi nitrasi
2. Memahami mekanisme reaksi nitrasi pada senyawa aromatis
1,5 g Ca(NO3)2
5 mL CH3COOH hangat
1 g vanilin
10 mL air es
diamkan dalam
kulkas selama 2
jam
padatan kuning
dipisahkan lalu
dikeringkan
Sinonim : 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida
Keadaan fisik dan penampilan : Padat
Bau : Aroma vanila
Berat Molekul : 152.15 g/mol
Warna : Putih kekuningan
Titik Didih : 285oC
Titik Lebur : 80oC
Sifat Mudah Terbakar : Mungkin mudah terbakar pada suhu
tinggi
Kelarutan : Larut dalam air dingin, dietil eter,
aseton, minyak
Sangat larut dalam benzena panas dan
Petroleum eter
Larut dengan bebas dalam kloroform,
asam astet glasial
Identifikasi Bahaya :
- Potensi efek kesehatan akut, berbahaya jika terjadi kontak mata (iritasi),
pencernaan, penghirupan. Sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit
(iritasi, permeator).
- Potensi efek kesehatan kronis, sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit
(sensitizer).
3. Kalsium Nitrat (Ca(NO3)2)