Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KUANTITATIF ASPIRIN DALAM TABLET

DENGAN TITRASI ASAM BASA


Emmy Sahara
Laboratorium Kimia Analitik-F MIPA-Kimia-Universitas Udayana
Disampaikan dalam Workshop Olimpiade Kimia pada 27 Januari 2011

I. DASAR TEORI

1.1 Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin
sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa ini kemudian dikembangkan oleh
perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Aspirin
adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat ini
diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Selain berfungsi sebagai analgetik, aspirin
juga digunakan sebagai antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja dengan
menghambat pembentukan tromboksan yang merupakan senyawa yang berperan dalam
pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan
darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat melancarkan aliran
darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi stroke, aspirin diberikan dalam dosis
rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan
terjadinya perdarahan yang tentunya akan memperparah kondisi pasien.
Aspirin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat pembekuan darah,
aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding
saluran cerna. Oleh karenanya, aspirin harus diminum sesudah makan agar tidak
mengiritasi lambung dan dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung
berat. Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakit asma karena
aspirin mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada saluran pernafasan)
yang dapat memperparah asma yang diderita pasien. Jadi, pasien asma yang mengalami
stroke dapat menggunakan antiplatelet lain, misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin,
atau silostazol dengan tetap memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping
dari masing-masing obat.
Aspirin mempunyai rumus molekul C9H8O4; Mr 180.157 g/mol; kerapatan
1,40 g/cm³; titik lebur 135 °C (275 °F); titik didih 140 °C (284 °F) serta kelarutan dalam
air sebesar 3 mg/mL (20 °C).
Reaksi sintesis senyawa ini adalah sebagai berikut:
O
COOH COOH
H3C C
O CH3COOH
H3C C O
OH O C CH3
O

Asam salisilat Asam asetat Anhidrid Aspirin (asam asetil salisilat)

Aspirin bersifat asam sehingga untuk mengetahui konsentrasi/kadar aspirin dapat


dilakukan dengan cara titrasi asam basa atau asidi alkalimetri (dengan NaOH atau KOH).
Gugus asetil dalam reaksi netralisasi ini lebih sukar lepas daripada gugus karbonil,
sehingga akan terjadi reaksi berikut:
COOH COONa

NaOH H2O
O O
O C CH3 O C CH3

Titrasi menggunakan indikator fenoltalein diakhiri saat terjadi perubahan warna


(dari tak berwarna menjadi merah muda) yang konstan selama kira-kira 15 detik. Jika
larutan basanya berlebih maka akan terjadi reaksi berikut:
COONa COONa

NaOH CH3COOH
O
O C CH3 O Na

1.2 Titrasi Asam Basa


Titrasi asam-basa adalah suatu titrasi dimana terjadi reaksi asam-basa/netralisasi
antara titran dan titrat. Jenis titrasi ini dapat dibedakan menjadi titrasi asidimetri, yaitu
titrasi basa dengan suatu asam sebagai titran dan titrasi alkalimetri, yaitu titrasi dengan
suatu basa sebagai titran.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Secara umum titrasi asidimetri-alkalimetri adalah titrasi yang menyangkut reaksi asam dan
basa, diantaranya: (1) asam kuat-basa kuat; (2) asam kuat-basa lemah; (3) asam lemah-
basa kuat; (4) asam kuat-garam dari asam lemah; dan (5) basa kuat-garam dari basa lemah.
Titik akhir titrasi ini mudah sekali dideteksi baik dengan indikator ataupun dengan
mengikuti perubahan pH dengan pH meter. Keasaman maupun kebasaan berbagai asam
dan basa organik dapat ditingkatkan dengan cara melakukan titrasi dalam pelarut bukan
air. Ini akan memberikan titik akhir yang lebih tajam dan juga memungkinkan titrasi
terhadap asam atau basa yang lebih lemah.
Indikator asam-basa pada umumnya adalah senyawa organik yang bersifat asam
atau basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut:
Hin H+ + In-
(bentuk asam) (bentuk basa)
Bila hanya salah satu bentuk-bentuk itu yang berwarna tertentu disebut indikator satu
warna, misalnya timolftalein (tak berwarna – biru), fenolftalein (tak berwarna – merah).
Bila kedua bentuk itu mempunyai warna yang berbeda disebut indikator dua warna,
misalnya metil orange (merah-orange), metil merah (merah-kuning) dan banyak lainnya.
Pada titrasi asam basa indikator yang dipilih harus dapat berubah warna tepat pada saat
titik ekivalen tercapai.

II. PEMBUATAN LARUTAN


a. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat
Timbang dengan teliti menggunakan neraca analitik sekitar 6,3470 gram asam oksalat
dihidrat dan larutkan dalam air suling pada labu ukur 1 liter sampai tanda batas. Hitung
normalitas larutan tersebut sampai 4 angka di belakang koma.
b. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,2 M
Timbang pada neraca teknis kira-kira 8 gram NaOH dan larutkan dalam 1 liter air
suling.
c. Indikator fenolftalein 1%
Larutkan 1 gram fenolftalein dalam 100 mL etanol 70%.

III. CARA KERJA


3.1 Pembakuan larutan NaOH
1. Pipet 10,0 mL larutan baku asam oksalat dengan pipet volume yang kering dan bersih,
kemudian masukkan larutan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 2 – 3 tetes indikator fenolftalein.
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak berwarna
menjadi merah muda.
4. Catat volume NaOH yang digunakan.
5. Ulangi pekerjaan di atas dua kali lagi.
6. Hitung molaritas rata-rata NaOH sampai empat angka di belakang koma.

3.2 Analisis Aspirin


1. Timbang satu tablet aspirin yang akan dianalisis dan masukkan ke dalam erlenmeyer
125 m, larutkan dengan 10 mL akuades.
2. Tambahkan 25 mL alkohol netral ke dalam erlenmeyer.
3. Goyang-goyangkan larutan selama 5 menit
4. Tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein (pp) ke dalam larutan
5. Titrasi dengan NaOH 0,2 M sampai timbul warna merah muda selama 1 menit.
6. Catat volume NaOH yang dihabiskan.
7. Ulangi titrasi 2 kali lagi.
8. Hitung kadar aspirin dalam tablet sebagai % (b/b).

Anda mungkin juga menyukai