PRAKTIKUM V
ANALISIS MAKANAN NATRIUM NITRIT PADA DAGING OLAHAN
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Golongan 1A
I. TUJUAN
Menganalisis dan menetapkan kadar natrium nitrit dengan menggunakan
metode spektrofotometri visible.
III.PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Pembuatan larutan pereaksi Griess
10 mg NaNO2
Diambil 3 ml Diambil 5 ml
Di ad 10 ml Di ad 10 ml
akuades akuades
Hasil
- Ditimbang seksama
- Ditambah dengan 50 ml aquades
- Diambil 10 mL larutan sampel dan ditambah 2mL
pereaksi griess
- Direplikasi 2 kali pada masing-masing sampel
- Diukur serapannya pada lambda maks. 546,5 nm dalam
rentanf operating time (6-18 menit)
Hasil
4. Pelarut standar
Bobot zat = mg
Vol. Larutan = ml
Konsentrasi = ppm
5. Pengenceran
6. Kurva baku
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
12 ppm 0,203
7. Penimbangan sampel
Sampel
Penimbangan
1 2
Wadah 25,696 g 23,804 g
Wadah + zat 49,352 g 48,719 g
Wadah + sisa 25,785 g 23,914 g
Zat 23,567g 24,805 g
Total sampel 1+2 48,372 g
=
3310,4 ( 100mcgml ) 1
1000
=
V. PEMBAHASAN
Analisis kadar natrium nitrit dalam praktikum ini dilakukan dengan metode
spektrofotometri visible. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi antara asam nitrit
(dari natrium nitrit dalam suasana asam) dengan amin aromatis primer (asam sulfanilat)
membentuk garam diazonium.
Senyawa azo yang terbentuk memiliki λ max = 520 nm dengan absorpsivitas spesifik
4,0.10-4 (Marczenko, 2000). Panjang gelombang 520 masuk dalam range panjang
gelombang 500-560 yang akan memberikan warna hijau dengan warna komplementer
ungu kebiruan (Sitorus, 2009). LOD metode Griess secara teoretis untuk nitrit harus pada
level koncentrasi 106M - 10-7 M (Trojanowicz, 2008). Jadi, warna ungu yang dihasilkan
senyawa azo dari reaksi diazotasi nitrit dengan pereaksi Griess dapat terukur dengan
spektrofotometer-Vis dengan λ max = 522 nm.
Pengukuran nitrat dan nitrit dengan metode ini digolongkan menjadi dua klasifikasi
analisis yaitu:
1.Range besar (0-4.5 mg NO3- N/L)
2. Range kecil (0-0.4 mg NO3- N/L)
(Zhang, 2007).
Metode Griess memiliki sensitivitas yang tinggi dan cukup spesifik hanya dengan
presisi yang baik. Namun metode ini memiliki kekurangan yaitu nitrat dengan reaksi ini
terlebih dahulu membutuhkan reduksi kimia atau enzimatik untuk mengubah nitrat
menjadi nitrit sebelum reaksi diazotasi.
Prinsip penetapan kadar natrium nitrit ini adalah reksi diazotasi antara asam nitrit
(dari natrium nitrit dalam suasana asam) dengan amin aromatis primer (asam sulfanilat).
Garam diazonium yang dihasilkan dari reaksi diazotasi ini selanjutnya direaksikan
(dikopling) dengan naftiletilendiamin membentuk senyawa berwarna yang dapat diukur
pada panjang gelombang 546,50 nm. Sampel daging olahan diambil dari 3 merk daging
olahan yang beredar di Swalayan Purwokerto. Sebanyak 48,372 gram sampel (daging
olahan) ditimbang secara seksama dan dihaluskan, kemudian dimasukkan dalam beker
gelas 100 mL. Sampel selanjutnya ditambah dengan 100 mL akuades yang dipanaskan
lalu diaduk dengan pengaduk kaca. Pelarut yang digunakan yaitu akuades yang
dipanaskan dengan bunsen. Tujuannya yaitu untuk mengendapkan protein yang terdapat
dalam daging olahan karena apabila protein tidak diendapkan maka akan mengganggu
pengukuran dalam spektrofotometer. Keuntungan lain dari akuades adalah tidak memiliki
sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
pengadukan dilakukan hingga sampel homogen. Sebanyak 5 mL larutan hasil
penyaringan dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas dan digojog hingga homogen. Setelah homogen larutan
sampel diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan akuades hingga 10 ml dan
digojog kemudian ditambah 2 mL pereaksi Griess. Penambahan pereaksi Griess
bertujuan untuk memperpanjang ikatan rangkap terkonjugasi, dimana asam nitrit
mengkopel sulfanilat dan naftiletilendiamin membentuk senyawa berwarna merah.
Perubahan warna ini juga menyebabkan terjadinya pergeseran absorbansi ke arah panjang
gelombang yang lebih panjang yang disebut pergeseran merah (pergeseran batokromik).
Setelah itu larutan sampel dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 522 nm dan
didapatkan absorbansi sebesar 0,28 A.
Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa kadar nitrit pada sampel kornet daging
sapi merk X yaitu 33 mg/kg, kadar tersebut masih memenuhi batas maksimum
penggunaan nitrit pasa produk olahan daging menurut Permenkes RI No
1168/Men/Per/1999 yaitu memiliki kadar sebesar 125 mg/kg. Walaupun kadar nitrit pada
sampel kornet masih berada di bawah batas maksimum menurut Permenkes RI No.
1168/Menkes/Per/X/1999 (Depkes RI, 1999), namun konsumsi produk olahan daging
yang mengandung nitrit yang beredar di pasaran tetap perlu diperhatikan karena nitrit
bersifat kumulatif dalam tubuh manusia.
Saat ini belum ditemukan bahan kimia lain yang dapat menggantikan fungsi nitrit
pada proses curing daging olahan. Oleh sebab itu, jalan yang dapat ditempuh untuk
mencegah terbentuknya senyawa nitrosamin adalah dengan mengurangi kadar nitrit
dalam produk daging olahan tetapi tetap menjaga agar bakteri Clostridium botulinum
tidak tumbuh. Caranya antara lain dengan mengurangi jumlah nitrit yang digunakan
sebagai bahan pengawet disertai dengan penambahan bahan anti-mikroba seperti sorbat
atau menambahkan vitamin C atau vitamin E ke dalam daging olahan yang merupakan
penghambat reaksi nitrosasi (Muchtadi, 1989).
Tanpa nitrit didalam produk daging olahan, risiko Clostridium botulinum akan
meningkat. Kombinasi pemakaian nitrit dan asam askorbat serta penyimpanan pada
temperatur dingin kira-kira 3°C akan memperpanjang masa simpan produk daging
olahan, seperti daging kornet sapi dan sosis daging sapi. Penggunaan bahan tambahan
lain dalam proses curing juga dapat memperpanjang masa simpan produk daging olahan.
Bahan tambahan tersebut antara lain gula, penyedap dan bumbu, garam dan merica,
bahan pemanis,bahan pengisi, bahan pengikat atau pengompak, bahan extender serta zat
padat susu kering tanpa lemak (Soeparno, 2009).
VI. KESIMPULAN
1. Pada praktikum ini, analisis kualitatif dan kuantitatif natrium nitrit pada
daging olahan dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri.
2. Hasil penentuan analisis dan kadar pada sampel daging olahan dengan
1kali replikasi ditemukan adanya natrium nitrit dalam larutan sampel
tersebut.
3. Kadar yang diperoleh dari sampel daging olahan adalah 33 mg/kg, kadar
tersebut masih dibawah batas maksimum yang diperbolehkan menurut
Permenkes RI no 1168/Men/Per/1999.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN