Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

“PENENTUAN KANDUNGAN PARACETAMOL SECARA


SPEKTROFOTOMETER UV”

Dosen Pengampu : apt. Pramita Yuli Pratiwi, M.Sc

apt. Septiana Laksmi R, M.Sc

Achmad Ridlo, M.Sc

Kelompok 6 :

1. Tika Lupi Wardany (P27241021101)


2. Vita Nur Azizah (P27241021102)
3. Wulandari Sulistiyoningtyas (P27241021103)
4. Zahra Putri Salima (P27241021104)

4A FARMASI

Kamis, 13 April 2023

PROGRAM D III FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

KEMENTERIAN KESEHATAN

2023
I. JUDUL PERCOBAAN

Penentuan Kandungan Paracetamol Secara Spektrofotometer UV

II. TUJUAN PERCOBAAN

a. Dapat melakukan preparasi sampel dalam analisis kandungan paracetamol


menggunakan spektrofotometer UV

b. Dapat menentukan kandungan paracetamol menggunakan sprektrofotometer


UV dalam sampel tablet

III. DASAR TEORI

Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental


yang menggunakan dasar interaksi energy dan materi. Spektrofotometri dapat
dipakai untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan
pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah
panajang gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum.
Salah satu prinsip kerja spektrofotometri didasarkan pada fenomena
penyerapan sinar oleh spese kimia tertentu didaerah ultra violet dan sinar
tampak (visible). Pada spektrofotometer, yang penting untuk diperhatikan ialah
perbedaan antara spektrofotometer sinar tunggal dan spektrofotometer sinar
ganda. Spektrofotometer sinar tunggal biasanya dipakai untuk kawasan
spectrum ultraungu dan cahaya yang terlihat. Spektrofotometer sinar ganda
dapat dipergunakan baik dalam kawasan ultraungu dan cahaya yang terlihat
maupun dalam kawasan inframerah.

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible


adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram
merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten
mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 °C) dibanding logam lainnya.
karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang
dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini
menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visibleOleh karena
itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan
senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya
bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa
berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Day & Underwood, 1999).

Analisis kuantitafif dapat diketahui dengan menggunakan


spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang gelombang maksimum yang
digunakan dalam pengukuran absorbansi larutan standar maupun larutan
sampel ditentukan dengan mengukur nilai absorbansi maksimum konsentrasi
larutan standar. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum
pengukuran absorbansi dilakukan pada rentang panjang gelombang 265-280
nm. Hasil pengamatan untuk absorbansi maksimum adalah pada Panjang
gelombang 280 nm kemudian dilakukan penentuan nilai absorbansi pada
delapan larutan standar (Sumarauwdkk, 2013).

Parasetamol (asetaminofen) adalah obat analgesik (penahan rasa sakit


atau nyeri) dan anti-piretik (penurun panas atau demam) yang aman, efektif,
dapat ditoleransi dengan baik, dan murah dengan efek samping yang relatif
sedikit bila digunakan pada dosis terapeutik yang dianjurkan. Parasetamol
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1955 untuk aplikasi klinisnya dalam
menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri, kemudian sejak saat itu
mulai banyak digunakan secara luas hampir di seluruh dunia (Ibrahim, dkk,
2013). Parasetamol sering sekali di resepkan dalam bentuk campuran dengan
obat lain. Obat ini dapat ditemukan dalam berbagai macam sediaan seperti
tablet, kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk.

Pada industri farmasi, pengawasan mutu merupakan salah satu bagian


dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian
bahwa produk mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya,
agar hasil produksi yang dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB. Pada
persyaratan ini perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet,
yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Besarnya kadar zat aktif
parasetamol dalam sediaan obat tablet yaitu 500 mg (Werner, dkk, 2010).
Kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu
senyawa obat akan mempengaruhi efek terapi yang diharapkan dan dapat
menimbulkan hal-hal buruk, baik ditunjukan dengan timbulnya efek samping
yang tidak diinginkan ataupun timbulnya efek toksisitas yang dapat
membahayakan bagi konsumen obat tersebut. Oleh karena itu, penetapan kadar
parasetamol sangat penting dilakukan untuk mengetahui ketepatan kadar
parasetamol dalam sediaan tablet tersebut.

IV. ALAT DAN BAHAN

A. Alat 8. Neraca analitik


1. Spektrofotometri UV 9. Mortar stamfer
2. Labu ukur 50 ml, 100 ml, 250
ml, 500 ml
3. Pipet ukur 1 ml, 5 ml, dan 10
ml
4. Pipet tetes
5. Beaker glass
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Cawan porselen

B. Bahan
1. Tablet paracetamol
2. Etanol
3. Kertas saring
4. Air sulng
5. Paracetamol

V. CARA KERJA

A. Pembuatan larutan baku (1000ppm)

25 Mg Paracetamol Standar

dilarutkan

25 ml aquadest
B. Pembuatan Larutan Intermediet (100ppm dalam 10ml)

Larutan Baku Paracetamol


Diambil, dilarutkan hingga tanda
batas, dengan

Aquadest

C. Pembuatan Kurva Baku

Larutkan Paracetamol 100 ppm

Dibuat 5 kadar bertingkat

Kadar 3ppm, 5ppm, 7ppm, 9ppm, 11ppm

Dibaca

ƛ maksimal
D. Analisis Sampel

Ditimbang sampel
Dilarutkan

Metanol

Ditambahkan

Aquades

Ad volume tertentu

Diukur serapan pada ℷ max 244 nm dan aquades sebagai


blanko

3 kali replikasi

VI. HASIL PERCOBAAN

PERHITUNGAN

a. Perhitungan Paracetamol Standart

Berat kertas Berat kertas + Berat kertas +


Berat Zat
kosong bahan sisa
237, 5 mg 247,9 mg 238,1 mg 9,8 mg

− PPM = mg/ L
= mg/ 1000ml
= 9,8 mg/ 10 ml
= 980 mg/ 1000 ml
= 980 ppm
b. Perhitungan Pengenceran

PERHITUNGAN KOREKSI
- Larutan Induk (100 ppm/ - Larutan Induk (100 ppm/
10ml) 10ml)
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 980 ppm = 10ml.100ppm 1ml . 980 ppm = 10ml.C2
10ml. 1000ppm 1ml . 980 ppm
V1= C2 =
980 ppm 10ml
= 1,02 ml ~ 1 ml = 98 ppm
- Konsentrasi 3 ppm - Konsentrasi 3 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 3ppm 0,3 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 3 ppm 0,3ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,300 ml ~ 0,3 ml = 2,99 ppm
- Konsentrasi 5 ppm - Konsentrasi ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 5ppm 0,3 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 5 ppm 0,5 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,510 ml ~ 0,5 ml = 4,90 ppm
- Konsentrasi 7 ppm - Konsentrasi 7 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 7ppm 0,7 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 7 ppm 0,7 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,700 ml ~ 0,7 ml = 6,86 ppm
- Konsentrasi 9 ppm - Konsentrasi 9 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 9ppm 0,9 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 9 ppm 0,9 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,900 ml ~ 0,9 ml = 8,82 ppm
- Konsentrasi 11 ppm - Konsentrasi 11 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 11ppm 1 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 11 ppm 1,1 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 1,100 ml ~ 1 ml = 10,78 ppm

HASIL

• Penimbangan serbuk paracetamol


No Berat Berat Berat Zat Absorbansi
kertas kertas + kertas (mg)
(mg) zat + sisa
(mg) (mg)
1 241,2 251,3 240, 11,1 0,245
2
2 244,8 254,6 245 9,6 0,573
3 249,7 259,6 250, 9,4 0,886
3
4 249,7 259,0 249, 9,5 0,541
5
5 240,0 250,9 240, 10,9 0,817
4
6 244,5 254,6 244, 9,9 0,502
7

− PPM kel 6 = mg/ L


= mg/ 1000ml
= 9,9 mg/ 10 ml
= 990 mg/ 1000 ml
= 990 ppm
• Tabel sampel paracetamol
Kelompok Absorbansi
1 0,245
2 0,573
3 0,886
4 0,541
5 0,817
6 0,502

• Tabel kurva baku (Panjang gelombang paracetamol)


Konsentrasi Absorbans A = 0,22085
(ppm) i b = 0,0547
2,940 0,370 r = 0,9327
4,900 0,468 y = bx+a
6,860 0,674 y = 0,0547 x
8,820 0,659 + 0,22085
10,780 -

• Perhitungan Persamaan Regresi Linear


1) Kelompok 1
y = bx+a
0,245 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,245 - 0,22085
0,02415
x = 0,0547

x = 0,4414
2) Kelompok 2
y = bx+a
0,573 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,573 - 0,22085
0,35215
x = 0,0547

x = 6,4378
3) Kelompok 3
y = bx+a
0,886 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,886 - 0,22085
0,6651
x =
0,0547

x = 12,1599
4) Kelompok 1
y = bx+a
0,541 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,541 - 0,22085
0,3201
x = 0,0547

x = 5,852
• Perhitungan % kadar paracetamol
𝑥 𝑣𝑜𝑙 𝑎𝑑
% kadar = 𝑚𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 x x Fp x 100 %
1000

Ket : Fp = faktor pengenceran

1. Kelompok 1
0,4414 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
11,1 1000

= 3,976 %
2. Kelompok 2
6,437 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
9,6 1000

= 67,052 %
3. Kelompok 3
12,1599 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
9,4 1000

= 129,35 %
4. Kelompok 4
5,852 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
9,5 1000

= 61,6 %

• Kurva Baku Paracetamol


x y
(ppm) (Abs)
2,940 0,370
4,900 0,468
6,860 0,674
8,820 0,659
VII. PEMBAHASAN

Spektrofotometri adalah salah satu analisis instrumental yang berhubungan dengan


segala sesuatu tentang interaksi sinar dengan molekul. Hasil interaksi tersebut dapat
menimbulkan satu atau lebih peristiwa seperti pemantulan, pembiasan, penyerapan,
fluoresensi, fosforesensi, dan ionisasi. Dalam analisis karakteristik zat kimia dalam
bahan, oeristiwa penyerapan atau absorbs merupakan dasar dari metode spektrofotometri
karena proses tersebut bersifat spesifik untuk setiap zat kimia.

Pada percobaan ini dilakukan metode yang digunakan adalah metode


spektrofotometri Uv, dimana penggunaan metode ini memiliki tujuan sendiri yaitu untuk
menentukan kadar yang tergkandung dalam tablet paracetamol dengan menggunakan
spektrofotometri Uv. Spektrofotometri Uv dapat menentukan konsentrasi senyawa-
senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah
sinar tampak (400 – 800 nm). Penentuan kadar parasetamol dilakukan dengan metode
Spektrofotometri UV-Vis karena pada struktur parasetamol terdapat gugus kromofor
berupa benzene yang mampu menyerap sinar UV dan secara struktural diketahui
bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom yang
menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi 11 fpada daerah ultraviolet.
Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana asam pada panjang
gelombang 245 nm. Analisis ini dapat digunakan dengan penentuan absorbansi dari
larutan sampel berupa paracetamol yang diukur.

Spektrofotometer Uv mempunyai prinsip dimana penyerapan sinar tampak untuk


ultraviolet dengan suatu molekul dapat menyebabkan eksitasi molekul dari tingkat energi
dasar (ground state) ke tingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian
sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumna menghasilkan eksitasi
electron bonding, akibatnya Panjang absorbansi maksimum dapat dikolerasikan dengan
jenis ikatan yang ada didalam molekul.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah parasetamol, karena
parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik yang banyak digunakan
khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, Pada industri Farmasi,
pengawasan mutu merupakan salah satu bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk mempunyai mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil produksi yang dipasarkan memenuhi
persyaratan CPOB. Pada persyaratan ini perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol
dalam tablet, yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995
yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. Pada percobaan ini dilakukan
pengukuran panjang gelombang, kurva baku,, serta kadar paracetamol pada
spektofotometri uv.

Hal yang pertama dilakukan adalah pembuatan larutan intermediet dengan


konsentrasi 100 ppm dalam 100 ml ethanol pro analisis. Pemilihan pelarut etanol pa ini
dikarenakan paracetamol mudah larut dengan pelarut ethanol sehingga pemilihan pelarut
ethanol dirasa tepat. Hal ini telah sesuai dengan pernyataan Ditjen POM tahun 1995
bahwa “Parasetamol mudah larut dalam air mendidih, sangat mudah larut dalam
kloroform, larut dalam etanol, metanol, dimetil formamida, aseton dan etil asetat,praktis
tidak larut dalam benzene”. Selain itu etanol relatif tidak toksik dibandingkan dengan
aseton dan metanol, biaya murah, dapat digunakan pada berbagai metode ekstraksi, serta
aman untuk ekstrak yang akan dijadikan obat-obatan dan makanan.

Pada langkah kedua dilakukan pengukuran panjang gelombang, hal ini dilakukan
untuk mengetahui perubahan absorban untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar
pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum. Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini dilakukan dengan
mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang gelombang ultraviolet yaitu antara
panjang gelombang 200 nm – 400 nm. Dari hasil penelitian yang diperoleh panjang
gelombang maksimum adalah 249 nm. Secara teoritis serapan maksimum untuk
parasetamol adalah 244 nm, terjadi pergeseran karena pada parasetamol memiliki gugus
auksokrom yang terikat pada gugus kromofor. Hal ini bisa terjadi karena Auksokrom
terikat pada gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorbansi menuju ke
panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran batokromik) disertai dengan
peningkatan intensitas (hiperkromik).

Pada langkah selanjutnya dilakukan penentuan persamaan Regresi Linier, Linieritas


menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang
sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran konsentrasi tertentu. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa konsentrasi larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya. Kurva kalibrasi merupakan metode standar
yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu analit berdasarkan hukum
Lambert-Beer. Pengukuran absorbansi larutan standar parasetamol pada panjang
gelombang maksimum dikarenakan pada daerah tersebut akan diperoleh titik serapan
terbesar untuk setiap larutan standar parasetamolnya. Hasil yang didapat sebagai berikut
pada konsentrasi 2,940 ppm didapat absorbasi 0,370 ; pada konsentrasi 4,900 ppm
didapat absorbansi 0,468 ; pada konsentrasi 6,860 ppm didapat absorbansi 0,674 ; pada
konsentrasi 8,820 ppm didapat absorbansi 0,659 ; hasil ini menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula absorbansi nya. Hal ini telah sesuai
dengan literatur bahwa konsentrasi yang semakin tinggi,tingkat kepekatan senyawa
parasetamol juga semakin tinggi. Selain itu, hukum Lambert-Beer menunjukkan bahwa
perubahan konsentrasi suatu sampel tertentu akan mengubah absorbansi pada tiap
panjang gelombang dengan suatu faktor yang konstan. Tetapi pada konsentrasi 8,820
ppm mengalami penurunan absorbansi, hal ini dapat terjadi karena beberapa fakor
kesalahan diantaranya, kesalahan pada prosedur pengerjaan, atau ketidaktelitian pada
proses pengambilan bahan.

Kemudian setelah didapat persamaan linier dilakukan penentuan kurva baku yang
diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan kosentrasi larutan standar yang
bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum. Kurva ini merupakan
hubungan antara absorbansi dengan kosentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi
maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan
persamaan garis yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx + a, Persamaan
ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Hasil yang didapat dari koefisien korelasi
pada percobaan ini adalah sebesar 0,9327, hasil ini menunjukan bahwa perubahan kadar
akan mempengaruhi nilai absorbansi secara linier dan nilai r yang didapat tidak
memenuhi persyaratan dan tidak sesuai dengan pernyataan oleh Anonim pada tahun 2013
bahwa “Tujuan pembuatan kurva baku adalah mengetahui hubungan antara konsentrasi
larutan dengan nilai absorbansinya. Kurva baku yang baik memiliki nilai linieritas r ≥
0,98” hal ini dikarenakan beberapa faktor kesalahan diantaranya, kesalahan pada
prosedur pengerjaan, ketidaktelitian pada proses pengenceran.

Pada pengujian selanjutnya dilakukan uji selektivitas dimana sampel dengan


konsentrasi masing masing di tambah aquades sampai 10 ml. Uji selektivitas bertujuan
untuk mengetahui perubahan bentuk kurva maupun pergeseran panjang gelombang
parasetamol tersebut terhadap akibat penambahan senyawa yang ada dalam sampel
paracetamol.Menurut literatur bahwa “Hasil pengukuran spektrofotometri UV standar
dan sampel uji yang diperoleh dari penentuan selektivitas ini menunjukkan spektra UV
untuk standar parasetamol memiliki panjang gelombang 247 nm dengan aborbansi
sebesar 0,510”. Pada hasil ini serta spektra UV untuk tiap kelompok memiliki panjang
absorbansi yang berbeda untuk kelompok 1 sebesar 0,245 ; untuk kelompok 2 sebesar
0,573 ; untuk kelompok 3 sebesar 0,886 ; untuk kelompok 4 sebesar 0,541 ; untuk
kelompok 5 sebesar 0,817 ; untuk kelompok 6 sebesar 0,502. Adanya dua puncak spektra
UV yang berbeda dalam sampel tersebut dikarenakan dalam sampel uji mengandung
lebih dari satu jenis zat aktif obat yang didapat dalam pengambilan larutan intermediet
100 ppm. Berdasarkan hasil perbandingan kedua spektra UV menunjukkan kedekatan
hasil antara spektra UV sampel yaitu pada panjang gelombang 249 nm dengan spektra
UV standar pada panjang gelombang 244 nm. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel
mengandung parasetamol sehingga metode analisis memiliki selektivitas yang baik
dalam pengukuran Hasil yang diperoleh juga menunjukkan terjadinya pergeseran
panjang gelombang parasetamol dari 244 nm ke arah panjang gelombang yang lebih
besar yaitu 242 nm (pergeseran batokromik) yang disertai dengan kenaikan intensitas
serapan yang disebut dengan efek hiperkromik.

Pada percobaan selanjutnya kemudian dilakukan penentuan kadar paracetamol


Penentuan kadar parasetamol dilakukan dengan cara mengukur larutan sampel uji yang
diduga mengandung parasetamol pada panjang gelombang maksimum yaitu 249 nm
dengan menggunakan kadar ppm dengan penimbangan yang berbeda. Penetapan kadar
ini bertujuan untuk menjamin mutu serta keamanan suatu produk obat. Pada penetapan
kadar parasetamol ini digunakan Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi untuk
melihat kosentrasi terendah yang masih dapat terdeteksi oleh suatu alat. Hasil yang
didapat diperoleh sebagai berikut untuk Kelompok 1 dengan regresi linear 0,4414 didapat
kadar paracetamol sebesar 3,976%, Kelompok 2 dengan regrei linear 6,4378 didapat
kadar paracetamol sebesar 67,052%., Kelompok 3 dengan regresi linear 12,1599 didapat
kadar paracetamol sebesar 129.35%., Kelompok 4 dengan regresi linear 5,852 didapat
kadar paracetamol sebesar 61,6%,

Berdasarkan hasil tersebut tidak ada yang memenuhi syarat karena Menurut
persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 “Bahwa besarnya kadar zat
aktif senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
110%”. Sedangkan yang konsentrasi lainya tidak memenuhi pesayaratan hal ini bisa
terjadi karena beberapa faktor seperti penggunaan pelarut yang digunakan dalam
pengujian yaitu etanol. Etanol termasuk dalam pelarut organik yang mudah menguap
sehingga sebelum pengukuran sampel dengan alat spketrofotometer dimungkinkan
sebagian zat aktif parasetamol dalam larutan sampel telah menguap bersama dengan
pelarut etanol tersebut yang menyebabkan hasil penyerapannya berkurang serta
kurangnya faktor pengocokkan sebelum larutan sampel hendak diukur juga
mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam pengujian, sebab larutan harus benar-benar
homogen agar didapatkan hasil yg maksimal dalam pengujian, serta dalam penimbangan
sampel tidak teliti, dan penggunaan alat yang tidak steril sehinga hasil kadar yang didapat
banyak yang tidak memenuhi persyaratan.

VIII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa :

1. Pada percobaan yang telah dilakukan metode yang digunakan adalah metode
spektrofotometri Uv
2. Semakin besar konsntrasi larutan maka semakin besar pula nilai panutaabsorbansi nya.
3. Berdasarkan hasil kadar paracetamol, tidak ada yang memenuhi syarat karena Menurut
persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 “Bahwa besarnya kadar zat
aktif senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
110%”.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi,


Edisi I. Penerbit Andalas University Press : Padang.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi V.
Fakultas Kedokteran UI : Jakarta
Ermer, J., dan Miller, J.H.McB, 2005, Method Validation in Pharmaceutical
Analysis, A Giude to Best Practice, Weinheim: Wiley-VchVerlag
GmbH dan Co. KGaA. Halaman 253
Gandjar, I.G.,dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan II:
Yogyakarta.
Lusiana Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.
Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Salemba Medika: Surabaya.
Mulja, M., and Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University
Press: Surabaya.Hal 2,6,33-34.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Satiadarma, K. 2004. Azas Pengembangan Prosedur Analisis. Airlangga University
Press : Surabaya. Hal 300. 303.
Klaten, 26 April 2023
Mengetahui,
Praktikan,
Dosen Pengampu
1. Tika Lupi Wardany

2. Vita Nur Azizah

3. Wulandari Sulistiyoningtyas

(apt. Septiana Laksmi R, M.S) 4. Zahra Putri Salima


LAMPIRAN
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai