Kelompok 6 :
4A FARMASI
KEMENTERIAN KESEHATAN
2023
I. JUDUL PERCOBAAN
B. Bahan
1. Tablet paracetamol
2. Etanol
3. Kertas saring
4. Air sulng
5. Paracetamol
V. CARA KERJA
25 Mg Paracetamol Standar
dilarutkan
25 ml aquadest
B. Pembuatan Larutan Intermediet (100ppm dalam 10ml)
Aquadest
Dibaca
ƛ maksimal
D. Analisis Sampel
Ditimbang sampel
Dilarutkan
Metanol
Ditambahkan
Aquades
Ad volume tertentu
3 kali replikasi
PERHITUNGAN
− PPM = mg/ L
= mg/ 1000ml
= 9,8 mg/ 10 ml
= 980 mg/ 1000 ml
= 980 ppm
b. Perhitungan Pengenceran
PERHITUNGAN KOREKSI
- Larutan Induk (100 ppm/ - Larutan Induk (100 ppm/
10ml) 10ml)
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 980 ppm = 10ml.100ppm 1ml . 980 ppm = 10ml.C2
10ml. 1000ppm 1ml . 980 ppm
V1= C2 =
980 ppm 10ml
= 1,02 ml ~ 1 ml = 98 ppm
- Konsentrasi 3 ppm - Konsentrasi 3 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 3ppm 0,3 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 3 ppm 0,3ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,300 ml ~ 0,3 ml = 2,99 ppm
- Konsentrasi 5 ppm - Konsentrasi ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 5ppm 0,3 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 5 ppm 0,5 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,510 ml ~ 0,5 ml = 4,90 ppm
- Konsentrasi 7 ppm - Konsentrasi 7 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 7ppm 0,7 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 7 ppm 0,7 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,700 ml ~ 0,7 ml = 6,86 ppm
- Konsentrasi 9 ppm - Konsentrasi 9 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 9ppm 0,9 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 9 ppm 0,9 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 0,900 ml ~ 0,9 ml = 8,82 ppm
- Konsentrasi 11 ppm - Konsentrasi 11 ppm
V1.C1 = V2.C2 V1.C1 = V2.C2
V1. 98 ppm = 10ml. 11ppm 1 ml. 98 ppm = 10ml. C2
10ml. 11 ppm 1,1 ml . 98 ppm
V1= C2 =
98 ppm 10ml
= 1,100 ml ~ 1 ml = 10,78 ppm
HASIL
x = 0,4414
2) Kelompok 2
y = bx+a
0,573 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,573 - 0,22085
0,35215
x = 0,0547
x = 6,4378
3) Kelompok 3
y = bx+a
0,886 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,886 - 0,22085
0,6651
x =
0,0547
x = 12,1599
4) Kelompok 1
y = bx+a
0,541 = 0,0547 x + 0,22085
0,0547 x = 0,541 - 0,22085
0,3201
x = 0,0547
x = 5,852
• Perhitungan % kadar paracetamol
𝑥 𝑣𝑜𝑙 𝑎𝑑
% kadar = 𝑚𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 x x Fp x 100 %
1000
1. Kelompok 1
0,4414 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
11,1 1000
= 3,976 %
2. Kelompok 2
6,437 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
9,6 1000
= 67,052 %
3. Kelompok 3
12,1599 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
9,4 1000
= 129,35 %
4. Kelompok 4
5,852 10 𝑚𝑙
% kadar = x x 100 x 100%
9,5 1000
= 61,6 %
Pada langkah kedua dilakukan pengukuran panjang gelombang, hal ini dilakukan
untuk mengetahui perubahan absorban untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar
pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum. Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini dilakukan dengan
mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang gelombang ultraviolet yaitu antara
panjang gelombang 200 nm – 400 nm. Dari hasil penelitian yang diperoleh panjang
gelombang maksimum adalah 249 nm. Secara teoritis serapan maksimum untuk
parasetamol adalah 244 nm, terjadi pergeseran karena pada parasetamol memiliki gugus
auksokrom yang terikat pada gugus kromofor. Hal ini bisa terjadi karena Auksokrom
terikat pada gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorbansi menuju ke
panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran batokromik) disertai dengan
peningkatan intensitas (hiperkromik).
Kemudian setelah didapat persamaan linier dilakukan penentuan kurva baku yang
diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan kosentrasi larutan standar yang
bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum. Kurva ini merupakan
hubungan antara absorbansi dengan kosentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi
maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan
persamaan garis yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx + a, Persamaan
ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Hasil yang didapat dari koefisien korelasi
pada percobaan ini adalah sebesar 0,9327, hasil ini menunjukan bahwa perubahan kadar
akan mempengaruhi nilai absorbansi secara linier dan nilai r yang didapat tidak
memenuhi persyaratan dan tidak sesuai dengan pernyataan oleh Anonim pada tahun 2013
bahwa “Tujuan pembuatan kurva baku adalah mengetahui hubungan antara konsentrasi
larutan dengan nilai absorbansinya. Kurva baku yang baik memiliki nilai linieritas r ≥
0,98” hal ini dikarenakan beberapa faktor kesalahan diantaranya, kesalahan pada
prosedur pengerjaan, ketidaktelitian pada proses pengenceran.
Berdasarkan hasil tersebut tidak ada yang memenuhi syarat karena Menurut
persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 “Bahwa besarnya kadar zat
aktif senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
110%”. Sedangkan yang konsentrasi lainya tidak memenuhi pesayaratan hal ini bisa
terjadi karena beberapa faktor seperti penggunaan pelarut yang digunakan dalam
pengujian yaitu etanol. Etanol termasuk dalam pelarut organik yang mudah menguap
sehingga sebelum pengukuran sampel dengan alat spketrofotometer dimungkinkan
sebagian zat aktif parasetamol dalam larutan sampel telah menguap bersama dengan
pelarut etanol tersebut yang menyebabkan hasil penyerapannya berkurang serta
kurangnya faktor pengocokkan sebelum larutan sampel hendak diukur juga
mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam pengujian, sebab larutan harus benar-benar
homogen agar didapatkan hasil yg maksimal dalam pengujian, serta dalam penimbangan
sampel tidak teliti, dan penggunaan alat yang tidak steril sehinga hasil kadar yang didapat
banyak yang tidak memenuhi persyaratan.
VIII. KESIMPULAN
1. Pada percobaan yang telah dilakukan metode yang digunakan adalah metode
spektrofotometri Uv
2. Semakin besar konsntrasi larutan maka semakin besar pula nilai panutaabsorbansi nya.
3. Berdasarkan hasil kadar paracetamol, tidak ada yang memenuhi syarat karena Menurut
persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 “Bahwa besarnya kadar zat
aktif senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
110%”.
3. Wulandari Sulistiyoningtyas
DOKUMENTASI