Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

“Penentuan Farmakokinetika Tablet Asetosal Dengan Data Urine Manusia Secara


Spektofotometri”

Nama Asisten :
Bu Lanny Hartanti

Nama Kelompok :

Fani Christina 2443016053


Yusanti Agustina 2443016099
Robbiatul Adawiyah 2443016161
Dwitya Tika 2443016225

Golongan Q / Kelompok F

PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019
BAB 1. LANDASAN TEORI

Farmakokinetika merupakan suatu ilmu yang menjabarkan mengenai absorpsi,


distribusi, metabolisme dan ekskresi obat di dalam tubuh. Fase farmokinetika
merupakan perjalanan obat mulai titik masuk obat ke dalam badan hingga
mencapai tempat aksinya. Obat harus mencapai tempat aksi dalam konsentrasi
yang cukup agar dapat menimbulkan respon atau untuk memberikan efek terapi
atau farmakologi. Proses ADME biasanya berjalan bersama waktunya secara
langsung atau tak langsung, biasanya meliputi perjalan obat melintasi sel
membran (Anief, 1990).

Data eksresi obat lewat urine dapat dipakai untuk memperkirakan


bioavailabilitas. Agar dapat diperkirakan yang sahih, obat harus dieksresi dengan
jumlah yang bermakna di dalam urine dan cuplikan urine harus dikumpulkan
secara lengkap. Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam urine secara langsung
berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi. Di dalam percobaan,
cuplikan urinedikumpulkan secara berkala setelah pemberian produk obat. Tiap
cuplikan ditetapkan kadar obat bebas dengan cara yang spesifik. Kemudian dibuat
grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang dieksresi terhadap jarak waktu
pengumpulan.Tetapan laju eliminasi, K, dapat dihitung dari data eksresi urine.
Dalam penghitungan ini, laju eksresi obat dianggap sebagai orde kesatu. Ke
adalah tetapan laju eksresi ginjal. Oleh karena eliminasi suatu obat biasanya
dipengaruhi oleh eksresi ginjal atau metabolism (biotransformasi), maka dapat
digunakan persamaan :

dDu/dt = KeDB

setelah diturukan maka diperoleh:

K = Km + Ke

Km adalah laju proses metabolisme orde kesatu dan Ke adalah laju proses eksresi
orde kesatu.
Laju eksresi obat lewat urine (dDu/dt) tidak dapat ditentukan melalui
percobaan segera setelah pemberian obat. Dalam praktek, urine dikumpulkan pada
jarak waktu tertentu dan konsentrasi obat di analisis. Kemudian laju eksresi urin
rata-rata dihitung untuk tiap waktu pengumpulan. Harga dDu/dt rata-rata
digambar pada suatu skala semilogaritmik terhadap waktu yang merupakan harga
tengah (titik tengah) waktu pengumpulan.
Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data ekskresi urin yang
sahih. Beberapa faktor tersebut adalah

1. Suatu fraksi yang bermakna dari obat tidak berubah harus diekskresi dalam
urin.
2. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus
tidak dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat yang mempunyai struktur
kimia yang serupa.
3. Diperlukan pengambilan cuplikan yang seringuntuk mendapatkan gambaran
kurva yang baik.
4. Cuplikan hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hamper semua obat
diekskresi. Suatu grafik dari kumulatif obat yang diekskresi vs waktu akan
menghasilkan kurva yang mendekati “asimtot” pada waktu yang tak
berhingga. Dalam praktek diperlukan kurang lebih 7 t1/2 eliminasi untuk
mengeliminasi 99% obat.
5. Perbedaan pH urin dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju ekskresi
urin yang bermakna. (Shargel et al ., 2005).

Asetosal

Pemerian : Hablur, umumnya setengah jarum atau lempengan tersusun, atau


serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah.
Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform
dan eter, agak sukar larut dalam eter mutlak. (FI V, p 144)
Farmakokinetik :
 Absorbsi : Diabsorbsi di lambung
 Distribusi : Keseluruh tubuh
 Vd : 170 ml/kg
 Metabolisme : Di liver, metabolit asam salisilat
 Ekskresi : Urine dalam bentuk asam salisilat, urine basa 30%, urine asam
2%
 % terikat protein : 80-90%
 T1/2 eliminasi : 2-3 jam
BAB 2. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
 Spektrofotometer
 Mikropipet
 Timbangan analitik
 Beaker glass
 Labu takar
 Pipet volume
 Filler

B. BAHAN
 Asam salisilat p.a
 Sediaan Tablet Asetosal
 Sediaan Tablet Antasida
 Etanol
 Aquadest
 Larutan pereaksi trinder (HgCl2, Fe(No3)3, HCl 1 N)

C. SUBYEK PERCOBAAN
Manusia
BAB 3. CARA KERJA

I. Pembuatan Kurva Baku

Menimbang 100 mg as.


salisilat

Melarutkan dalam 50 ml
aquadest (2000 ppm)

Memipet 0,5 ml Memipet 0,75 Memipet 1 ml Memipet 1,25 Memipet 1,5 ml


tambahkan ml tambahkan tambahkan ml tambahkan tambahkan
aquadest ad 10 aquadest ad 10 aquadest ad aquadest ad aquadest ad 10 ml
ml (100 ppm) ml (150 ppm) 10 ml (200 10 ml (250 (300 ppm)
ppm) ppm)

amati
II. Pembuatan Kurva Baku Rekovery
Buat konsetrasinya 5 X lebih besar dari konsentrasi kurva baku.

Larutan baku Induk


(2000 ppm)

Memipet 2,5 ml Memipet 7,5 ml


tambahkan aquadest ad tambahkan aquadest ad
10 ml (500 ppm) 10 ml (1500 ppm)

Memipet 3,75 ml Memipet 6,25 ml


tambahkan aquadest ad tambahkan aquadest ad
10 ml (750 ppm) 10 ml (1250 ppm)

Memipet 5 ml
tambahkan aquadest ad
10 ml (1000 ppm)

Ambil 0,2 ml
(larutan)+0,8 urine
blanko+5 ml reagen
trinder

amati

III. Sampel

Ambil 1 ml +5 ml reagen
trinder

amati
BAB 4. PERHITUNGAN

Pembuatan Baku induk


100 mg
=2000 ppm
0,05 L

0,5ml 1,25ml
P1: x 2000 ppm= 100 ppm P4: x2000 ppm= 250 ppm
10ml 10ml

0,75ml 1,5ml
P2: x 2000 ppm= 150 ppm P5: x 2000 ppm= 300 ppm
10ml 10ml

1ml
P3: x 2000 ppm= 200 ppm
10 ml

Baku Recovery:

2,75ml 6,25ml
R1: x 2000 ppm= 500 ppm R4: x 2000 ppm= 1250 ppm
10ml 10ml

3,75ml 7,5ml
R2: x 2000 ppm= 750 ppm R5: x 2000 ppm= 1500 ppm
10ml 10ml

5ml
R3: x 2000 ppm= 1000 ml
10 ml
BAB 5. HASIL

Konsentrasi Absorbansi Konsentrasi Absorbansi


% Recovery
Baku Baku Recovery Recovery
C1 100 0,218 133 0,276 133
C2 150 0,299 130,87 0,269 87,24666667
C3 200 0,405 163,76 0,377 81,88
C4 250 0,739 192,69 0,472 77,076
C5 300 0,819 221,61 0,567 73,87
Rata - Rata 90,61453333

Konsentrasi baku VS Absorbansi baku

a -0,1608
b 0,003284
r 0,967974636

Konsentrasi Recovery VS Absorbansi Recovery

a -0,160779169
b 0,003283997
r 0,999999996
METODE SMR

Ln
Ae. Ln
Na (Ae.
Wak Ku (Ae.
ma t Vol Ae Ae. Ku Ln.
tu A C(p m~- ae ~- Ae.
Sa (ja ume (mg Ku m~- Ae.
Sam bs pm) Ae. eks Ae. Res
mp m) (ml) ) m Ae. Res
pling Ku Eks
el Ku
m )
m)
1 09.51
-
1,4 0,2 112, 102, 102, 119, 4,78 3,4 1,24
2 11.19 695 115,87 -
7 65 61 111 111 3394 197 61 156
8369
-
2,6 0,2 22,1 6,99 109, 17,2 2,84 2,4 0,89
3 12.29 242 14,772 -
3 55 65 832 109 2839 656 554 829
9939
- - -
3,7 0,1 98,6 10,2 2,32 3,8 1,34
4 13.34 329 24,3 10,4 6,3760 -
2 13 657 3007 533 54 911
3 44 7442
- #N - #N
6,9 0,0 - 93,8 20,6 3,02
5 16.50 704 4,80 UM 20,673 UM
8 4 5,23 619 7364 886
38 ! 6369 !
#N - #N
8,3 0,0 0,81 94,6 25,4 3,23
6 18.10 352 1,78 UM 25,477 UM
2 7 747 794 7744 779
! 4379 !
#N - #N
10, 0,0 1,37 96,0 24,6 3,20
7 19.20 344 3,06 UM 24,659 UM
17 81 338 528 5997 518
! 9651 !
#N - #N
10, 0,0 80,7 27,6 123, 23,2 3,14
8 20.40 262 UM 23,286 UM
82 83 6 063 659 8659 788
! 5857 !
- #N #N
11, 0,2 27,2 3,73 127, 4,3197 1,46
9 21.18 105 4,31 UM UM
45 05 6 444 394 18183 319
972 ! !
- #N #N
12, 0,1 123, 53,9 181, 8,0541 2,08
10 22.03 335 8,05 UM UM
20 21 44 525 346 60993 619
416 ! !
- - - #N
12, 0,2 145,
11 22.41 650 42,1 35,7 62,0 UM
83 72 584
7 62 066 !
- - - #N
13, 0,0 119,
12 23.25 477 42,1 26,2 26,2 UM
57 12 339
7 44 442 !
Ln (Ae.
Kum~-
t (jam)
Ae.
Kum)
8,32 3,23779 a 3,508921
10,17 3,20518 b -0,03193
10,82 3,14788 r -0,90997

K eliminasi -0,03193

Persamaan

Y = 3,508921 + 0,03193x

K eliminasi = 0,03193
0,03193
T½: = 0,04
0,693
METODE TTA SHARGEL

Na Wa t Vol K.e
C Ln
ma ktu (j um Abso Ae Ae. (Ae/d l*A %
(p d Ae/ %T (%
Sa Sam a e rban (m Ku t)Ku e. TA TT
p t dt A TT
mp plin m (ml si g) m m Ku A
m) A)
el g ) ) m
09.5
1 0 0 0 0 0 0 0
1
-
11 102 102 1, 69, - 66, 183
11.1 1, 69,46 1737, 7,51
2 695 0,265 2,6 ,11 ,11 4 463 3,2 202 7,3
9 47 32 3767 609
1 1 1 7 2 604 8 8
2
-
22, 6,9 109 1, 6,0 - 72, 198
12.2 2, 75,49 1889, 7,59
3 242 0,255 16 983 ,10 1 330 3,4 012 9,8
9 63 63 8388 581
5 2 9 6 3 839 4 4
2
-
- - 98, 1, - - 62, 174
13.3 3, 65,91 1647, 7,46
4 329 0,113 24, 10, 665 0 9,5 3,1 764 7,1
4 72 5 1469 574
33 444 7 9 812 504 6 5
9
-
- - 93, 3, - - 61,
16.5 6, 64,44 1612, 171 7,44
5 704 0,04 5,2 4,8 861 2 1,4 2,9 444
0 98 15 5013 2,5 571
3 038 9 6 736 97 5
7
-
0,8 94, 1, 0,6 - 62, 172
18.1 8, 1,7 65,05 1627, 7,45
6 352 0,07 174 679 3 100 3,0 028 7,8
0 32 8 15 8261 462
7 4 4 5 231 4 3
7
-
10 1,3 96, 1, 0,7 - 62, 174
19.2 3,0 65,79 1646, 7,46
7 ,1 344 0,081 733 052 8 423 3,0 726 6,1
0 6 39 1574 517
7 8 8 5 7 67 9 6
7
-
10 27, 123 0, 42, - 104 283
20.4 80, 108,2 2737, 7,95
8 ,8 262 0,083 606 ,65 6 471 3,9 ,31 7,6
0 76 65 6074 072
2 3 9 5 2 484 7 1
5
-
11 3,7 127 0, 5,9 - 110 299
21.1 27, 114,1 2890, 8,00
9 ,4 105 0,205 344 ,39 6 276 4,0 ,12 0,0
8 26 93 0398 304
5 4 4 3 9 677 5 4
6
-
12 12 53, 181 0, 71, - 180 483
22.0 186,1 4732, 8,48
10 ,2 335 0,121 3,4 952 ,34 7 936 5,7 ,33 2,6
3 29 6804 316
0 4 5 6 5 6 904 9 8
7
-
12 - - 145 0, - - 124 337
22.4 129,3 3272, 8,12
11 ,8 650 0,272 42, 35, ,58 6 56, 4,6 ,71 2,9
1 64 9283 354
3 17 762 4 3 766 485 5 3
2
12 23.2 13 477 0,012 - - 119 0, - 93,89 - 90, - 246 7,80
5 ,5 42, 26, ,33 7 35, 85 3,8 088 2364, 4,2 962
7 17 244 9 4 465 105 2011
9

t (jam) Ln (%TTA)
a 0,4926128

b 2,3789321

1,47 0,3852624
r 0,9919295

2,63 0,96698385

3,72 1,31372367

y = 0,49261 + 2,3789x

K absorbsi : 2,3789

T ½ : 0,21
BAB 6. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian farmakokinetik asetosal yang


diberi antasida sebelumnya menggunakan data urine. Subyek uji melakukan puasa
terlebih dahulu selama 8 jam sebelum meminum obat. Kemudian, subyek diberi
antasida 30 menit sebelum menggunakan asetosal. Data urine diambil selama
kurang lebih 21 jam terhitung setelah pemberian asetosal.
Asetosal akan terurai dalam tubuh menjadi asam salisilat dan asam asetat yang
kemudian akan terionisasi dalam saluran cerna. Asetosal merupakan senyawa
asam lemah yang akan lebih mudah larut dan terabsorpsi dalam suasana asam.
Adanya penambahan antasida tentunya akan merubah kondisi saluran cerna,
khususnya lambung menjadi sedikit lebih basa. Hal ini tentunya akan
menyebabkan terjadinya penurunan absorpsi asetosal dalam tubuh. Selain itu,
asetosal juga mengiritasi lambung karena merupakan obat golongan NSAID yang
tidak selektif. Salah satu tujuan ditambahkan antacid yaitu melindungi lambung
dari perlukaan akibat pemberian asetosal.
Kadar asetosal ditetapkan melalui pembacaan kadar asam salisilat yang
tereksresi pada urine menggunakan bantuan larutan Trinder. Larutan Trinder akan
bereaksi dengan asam salisilat membentuk kompleks warna yang dapat terdeteksi
pada pembacaan menggunakan spetrofotometri Vis.
Hasil dari analisis sampel urine menggunakan metode Sigma Minus Residual,
didapatkan persamaan y = 3,5089 + 0,03193x dari regresi t vs ln (Aekum~-
Aekum) dengan tetapan laju eliminasi (K) sebesar 0,03193 dan waktu paruh 0,04
jam. Sementara dengan metode %TTA Shargel diperoleh persamaan regresinya y
= 0,4926 + 2,3789x dengan K absorbsi sebesar 0,2378 dan waktu paruh 0,21 jam.
Dari semua data yang ada, dapat dilihat bahwa nilai waktu paruh yang diperoleh
yakni 0,04 pada metode SMR dan 0,21 pada metode %TTA Shargel tidak sesuai
dengan literatur yaitu 2-3 jam.
Kesalahan disebabkan waktu cuplikan yang jelek dikarenakan pengambilan
sampel tiap selang waktu yang tidak teratur sehingga mempengaruhi data.
Kemungkinan lain, konsumsi makanan pada saat puasa.
BAB 7. KESIMPULAN

- Penambahan antasida akan menurunkan absorpsi asetosal


- Waktu paruh asetosal yang diperoleh sebesar 0,04 jam dengan metode analisis SMR,
0,21 jam dengan metode %TTA Shargel
- Mengkonsumsi makanan pada saat puasa, mempengaruhi hasil data.

DAFTAR PUSTAKA

Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi
kedua, Airlangga University Press, Surabaya. 167 – 187.

Anief, M., 1990, Ilmu Meracik Obat, 52, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai