Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II


PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV

OLEH:
KELOMPOK 1
GOLONGAN II

I PUTU ARI ANGGARA CATUR PRATAMA (1808551043)


NOVI AMNA DAMAYANTI (1808551044)
MERLYN SANTA MAMARIMBING (1808551045)
NI MADE MARLINAWATI (1808551046)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PERCOBAAN II
PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV

1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan panjang gelombang maksimum parasetamol
2. Menentukan kurva kalibrasi
3. Menetapkan kadar tablet parasetamol dengan spektrofotometri UV
2. PRINSIP ANALISIS

Gambar 1. Struktur Kimia Parasetamol (Moffat et al, 2011).


Parasetamol dengan rumus molekul C8H9NO2 memiliki berat molekul 151,16
gram/mol. Parasetamol berbentuk hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
dan rasa pahit. Parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida. Tablet asetaminofen
mengandung asetaminofen, C8H9NO2 tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Adapun penyimpanan tablet
parasetamol yaitu dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya (Depkes RI,
1979). Parasetamol memiliki panjang gelombang maksimum 245 nm dengan 668a
pada suasana asam dan 257 nm dengan 715a pada suasan basa (Moffat et al, 2011).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dengan panjang
gelombang 190-380 nm serta sinar tampak dengan panjang gelombang 380-780 nm
dengan menggunakan instrumen yang disebut spektrofotometer. Adanya interaksi
senyawa organik dengan sinar ultraviolet dan sinar tampak dapat digunakan untuk
menentukan struktur molekul senyawa organik tersebut. Prinsip kerja

1
spektrofotometer yakni elektron ikatan dan elektron bebas akan berinteraksi dengan
sinar ultraviolet dan sinar tampak sehingga elektron akan tereksitasi dari keadaan
dasar ke tingkatan energi yang lebih tinggi. Eksitasi elekton ini kemudian akan
direkam dalam bentuk spektrum yang dinyatakan dalam panjang gelombang dan
absorbansi. Semakin mudah elektron tereksitasi pada panjang gelombang tertentu
maka nilai absorbansinya semakin tinggi (Putri, 2017; Suhartati, 2017).
Penetapan kadar tablet parasetamol dengan metode spektrofotometri UV-Vis
berdasarkan prinsip interaksi analit dengan radiasi elektromagnetik (REM). Apabila
energi yang diterima sama dengan energi yang dibutuhkan untuk tereksitasi, maka
terjadi absorbansi REM oleh analit. Struktur senyawa dengan pelarut tertentu
menimbulkan panjang gelombang maksimum yang berbeda-beda sebagai
parameter uji kualitaif. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan pengukuran
absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang telah didapat, sebab pada
panjang gelombang maksimum nilai absorptivitas molar (ε) bernilai konstan,
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi sangat jelas, dan Hukum
Lambert Beer berlaku.

A = ɛ. b. c

Keterangan :
A = absorbansi
ɛ = absorptivitas molar
b = tebal kuvet
c = konsentrasi komponen
(Day dan Underwood, 1981).
3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Persiapan Alat
Alat yang disiapkan untuk menimbang bahan-bahan adalah neraca analitik,
disiapkan pula pipet tetes, batang pengaduk, sendok tanduk, bulbfiller, pipet ukur,
kertas perkamen, mortir dan stamper, kertas saring, serta corong gelas. Kemudian,
alat-alat gelas yang digunakan adalah gelas bekear ukuran 100 mL; labu ukur 10

2
mL. 50 mL, dan 100 mL; serta disiapkan botol vial 10 mL sebanyak 10 buah.
Disiapkan alat Spektrofotometer dan kuvet.
3.2 Persiapan Bahan
a. Larutan Natrium Hidroksida 0,1 N
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan NaOH 0,1 N berupa NaOH yang
berbentuk padatan dan aquadest. Dalam praktikum ini diperlukan NaOH 0,1
N sebanyak 200 mL. Maka massa NaOH yang dibutuhkan adalah:
Diketahui:
BM NaOH = 40 g/mol (Depkes RI, 1997).
Normalitas = 0,1 N
Volume = 200 mL
NaOH  Na+ + OH- (ek = 1 grek/mol)
Ditanya: Berapa massa NaOH yang harus ditimbang?
Jawab:
N = M x val.
0,1 N = M x 1 grek/mol
M = 0,1 M
massa 1000 mL
M = X
40 gram/mol 200 mL
0,1 M x 40 gram/mol x 200 mL
massa =
1000 mL
g = 0,8 gram
Ditimbang massa NaOH sebanyak 0,4 gram, kemudian dimasukan ke
dalam gelas beaker, dilarutkan dengan NaOH sedikit demi sedikit
menggunakan aquadest dan diaduk dengan batang pengaduk. Larutan
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan
aquadest hingga tanda batas, dan digojog hingga homogen. Dilakukan
replikasi sekali lagi.
b. Larutan Stok Parasetamol 200 ppm
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan baku parasetamol 200
ppm berupa baku parasetamol berbentuk serbuk dan aquadest. Dalam

3
praktikum ini diperlukan larutan baku parasetamol 200 ppm sebanyak 25 mL.
Maka massa baku parasetamol yang dibutuhkan adalah :
Diketahui :
Konsentrasi larutan stok parasetamol (Cstok) = 200 ppm (200 mg/1000 mL)
Volume larutan stok parasetamol (Vstok) = 25 mL
Ditanya : Massa parasetamol yang diperlukan (mpct)…?
Jawab :
Cstok = 200 mg/ 1000 mL
200 mg/ 1000 mL = mpct/25 mL
mpct = 5 mg
Jadi, massa parasetamol untuk membuat larutan stok 200 ppm adalah 5
mg. kemuadian diencerkan dengan 5 ml NaOH 0,1 N dan di add aquadest
sampai 25 mL.
c. Larutan baku parasetamol 20 ppm
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan baku parasetamol
200 ppm dan aquadest. Dalam praktikum ini diperlukan larutan baku
parasetamol sebesar 20 ppm sebanyak 25. maka volume baku parasetamol
yang dibutuhkan adalah :
Diketahui :
Volume larutan baku parasetamol adalah (Vbaku) = 25 mL
Konsentrasi larutan stok parasetamol (Cstok) = 200 ppm
Konsentrasi larutan baku parasetamol = 20 ppm
Ditanya : volume larutan stok parasetamol yang digunakan?
Jawab =
Vstok x Cstok = Vbaku x Cbaku
Vstok x 200 ppm = 25 mL x 20 ppm
Vstok = 2,5 mL
Jadi, volume larutan stok yang dipipet adalah 2,5 mL. Kemudian larutan di
add akuades sampai batas 25 mL.

4
d. Larutan Seri Parasetamol
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan seri parasetamol berupa
larutan baku parasetamol 200 ppm dan aquadest. Dalam praktikum ini
diperlukan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi 3, 4, 6, 8, dan 11
masing sebanyak 10 mL. Maka volume stok parasetamol 200 ppm yang
dibutuhkan adalah :
Diketahui :
Volume larutan seri masing-masing konsentrasi (Vseri) = 10 ml
Konsentrasi larutan stok Parasetamol (Cstok) = 200 ppm
Seri konsentrasi larutan yang akan dibuat (Cseri) = (3, 4, 6, 8,
dan 11) ppm
Ditanya : Volume larutan stok yang digunakan untuk masing-masing seri
konsentrasi (Vstok)…?
Jawab :
1) Konsentrasi 7 ppm
Vstok x Cbaku = Vseri x Cseri
Vstok x 200 ppm = 10 mL x 3 ppm
Vstok = 0,15 mL
2) Konsentrasi 4 ppm
Vstok x Cbaku = Vseri x Cseri
Vstok x 200 ppm = 10 mL x 4 ppm
Vstok = 0,2 mL
3) Konsentrasi 6 ppm
Vstok x Cbaku = Vseri x Cseri
Vstok x 200 ppm = 10 mL x 6 ppm
Vstok = 0,3 mL
4) Konsentrasi 8 ppm
Vstok x Cbaku = Vseri x Cseri
Vstok x 200 ppm = 10 mL x 8 ppm
Vstok = 0,4 mL
5) Konsentrasi 11 ppm

5
Vstok x Cbaku = Vseri x Cseri
Vstokx 200 ppm = 10 mL x 11 ppm
Vstok = 0,55 mL
Jadi, volume larutan stok yang dipipet masing-masing adalah 0,15; 0,2;
0,3; 0,4; dan 0,55. Kemudian masing-masing larutan di add aquadest sampai
batas 10 mL.
e. Larutan Sampel
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan sampel parasetamol 20 butir,
NaOH 0,1 N dan aquadest. Menurut Farmakope Indonesia III tablet
parasetamol diserbukan dan ditimbang dengan seksama setara 150 mg.
kemudian ditambahkan 50 mL NaOH 0,1 N, diencerkan dengan air hingga
100 mL, di kocok dan di tambah air secukupnya 20 mL, campur dan di saring.
Diencerkan 10 mL filtrat dengan air hingga 100 mL. Lalu pipet 10 mL,
ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N dan diencerkan dengan air hingga 100 mL.
4. PROSEDUR KERJA
4.1 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)
Dimasukkan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi tengah yaitu 6 ppm
ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel
blanko). Selanjutnya, diukur absorbansi sel sampai relatif terhadap sel blanko
menggunakan spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dimulai dari 220 nm
sampai 350 nm. Dibuat garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot nilai
absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai absis) dan
ditentukan panjang gelombang maksimum parasetamol (Sayuthi, 2017; Gandjar
dan Rohman, 2007).
4.2 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Disiapkan lima macam deret
konsentrasi (3, 4, 6, 8 dan 11 ppm). Setelah itu, ditentukan absorbansinya pada ƛ
maks. Dibuat plot hukum Lambert-Beer pada kertas grafik antara absorbansi
(ordinat) terhadap konsentrasi (absis) dan ditentukan persamaan regresi linier serta
dihitung absorvitas jenis (a) pada absorvitas molar dari parasetamol (Kemenkes RI,
2014; Sayuthi, 2017; Gandjar dan Rohman, 2007).

6
4.3 Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet
Berdasarkan FI III penetapan kadar tablet Parasetamol dilakukan dengan
ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg, ditambahkan 50 mL NaOH
0,1 N, diencerkan dengan 100 mL aquadest, dikocok selama 15 menit, ditambahkan
aquadest secukupnya hingga 20 mL, dicampur, lalu disaring. Diencerkan 10 mL
filtrat dengan air secukupnya hingga 100 mL. Pada 10 mL ditambahkan 10 mL
NaOH 0,1 N lalu diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL. Diukur
serapan larutan pada panjang gelombang maksimum (Depkes RI, 1979).
5. SKEMA
5.1 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)
Dimasukkan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi tengah yaitu 6
ppm ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet lain berisi pelarut tanpa
bahan obat (sel blanko).

Diukur absorbansi sel sampai relatif terhadap sel blanko menggunakan


spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dimulai dari 220 nm
sampai 350 nm

Dibuat garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot nilai


absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai absis)

Ditentukan panjang gelombang maksimum parasetamol

5.2 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)


Disiapkan lima macam deret konsentrasi (3, 4, 6, 8 dan 11 ppm).

Ditentukan absorbansinya pada ƛ maks.

Dibuat plot hukum Lambert-Beer pada kertas grafik antara absorbansi


(ordinat) terhadap konsentrasi (absis)

7
Ditentukan persamaan regresi liner serta dihitung absorvitas jenis (a)
pada absorvitas molar dari parasetamol

5.3 Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet

Ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg pada kertas


perkamen dengan timbangan analitik, lalu dimasukkan ke dalam tabung
Erlenmeyer

Ditambahkan 50 mL NaOH 0,1 N, kemudian diencerkan dengan 100 mL


aquadest dan dikocok selama 15 menit

Ditambahkan aquadest secukupnya hingga 20 mL, dicampur, lalu


disaring.

Diambil 10 mL filtrat lalu diencerkan dengan air secukupnya hingga 100


mL

Diambil lagi 10 mL filtrate lalu ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N


kemudian diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL.

Diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum

6. HASIL PENGAMATAN
6.1. Hasil Scanning pada 250-350 nm Menggunakan Larutan Seri 6 ppm

Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

220 0,848

223 0,741

226 0,642

8
229 0,527

232 0,456

235 0,358

238 0,346

241 0,37

244 0,43

247 0,463

250 0,471

253 0,475

256 0,477

259 0,485

262 0,473

265 0,451

268 0,442

271 0,426

274 0,361

277 0,342

280 0,339

283 0,32

286 0,242

289 0,236

292 0,226

9
295 0,23

298 0,226

301 0,193

304 0,188

307 0,18

310 0,172

313 0,143

316 0,13

319 0,122

6.2. Hasil Pengukuran Larutan Seri Konsentrasi


Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Seri 1 3 ppm 0,237

Seri 2 4 ppm 0,391

Seri 3 6 ppm 0,462

Seri 3 6 ppm 0,464

Seri 3 6 ppm 0,469

Seri 4 8 ppm 0,586

Seri 5 11 ppm 0,795

6.3. Hasil Absorbansi Sampel Parasetamol


Sampel Absorbansi

Sampel 1 0,688

Sampel 2 0,690

Sampel 3 0,730

10
6.4 Panjang Gelombang Maksimum

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSUMUM


0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 50 100 150 200 250 300 350

6.4. Persamaan Regresi Linier Dengan 4 Seri (3, 6, 8, 11 ppm)

PERSAMAAN REGRESI LINIER DENGAN 4 SERI


(3,6,8,11 PPM)
0.9

0.8

0.7 y = 0.0693x + 0.0349


R² = 0.9989
0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12

11
7. ANALISIS DATA
7.1. Penentuan Persamaan Regresi Linier
Persamaan Regresi : Y = 0,0693X + 0,0349
R2 = 0,9989
Interpretasi : persamaan regresi tersebut sudah linear karena nilai R2 sudah
sesuai yaitu ≥ 0,98.
Y = 0,0693 X + 0,0349
Y - 0,0349
X=
0,0693

7.2. Akurasi dan Presisi Larutan Seri (6 ppm)


Seri Absorbansi
3 (I) 0,462
3 (II) 0,464
3 (III) 0,469
 Seri 3 (I)
Y – 0,0349
X =
0,0693
0,462 – 0,0349
=
0,0693

= 6,163 ppm
Kadar Terukur
% recovery = ×100%
Kadar Sebenarnya
6,163
= ×100%
6
= 102,717%
 Seri 3 (II)
Y – 0,0349
X =
0,0693
0,464 – 0,0349
=
0,0693

= 6,192 ppm
Kadar Terukur
% recovery = ×100%
Kadar Sebenarnya

12
6,192
= ×100%
6
= 103,199%
 Seri 3 (III)
Y – 0,0349
X =
0,0693
0,469 – 0,0349
=
0,0693

= 6,246 ppm
Kadar Terukur
% recovery = ×100%
Kadar Sebenarnya
6,246
= ×100%
6
= 104,401%
102,717%+103,199%+104,401%
% recovery rata-rata =
3
= 103,439%
Interpretasi : Penetapan kadar dinyatakan telah akurat karena memenuhi
nilai % recovery 95-105%

X ̅
𝒙 ̅)2
(𝒙– 𝒙
102,717 0,52128
103,199 103,439 0,0576
104,401 0,92544
∑(𝒙– 𝒙
̅)2 1,50433

Σ (x– x̅ )2
Standar Deviasi = √
n -1

1,50433
=√
2

= 0,867

13
Nilai Simpangan Baku Relatif (RSD) :
SD
RSD = × 100%

0,867
= × 100%
103,439

= 0,838 %
Interpretasi : penetapan dinyatakan sudah valid karena nilai RSD sudah
sesuai dengan persyaratan yaitu ≤ 2%.
7.3. Penetapan Kadar Parasetamol
Diketahui :
- Bobot setara = 150 mg
- Bobot timbang = 165 mg
- Bobot etiket = 500 mg
- Bobot tablet = 550 mg
- Volume awal = 770 mL
- Faktor Pengenceran = 100
 Sampel 1
Y – 0,0349
X =
0,0693
0,688 – 0,0349
=
0,0693

= 9,424 ppm
µg Bobot Tablet
Kadar Dalam Tablet = 9,424 ⁄mL ×fp ×Vol. Awal ×
Bobot Serbuk
µg 550 mg
= 9,424 ⁄mL ×100 ×170 mL ×
165 mg
µg
= 534040 ⁄mL = 534,040 mg
Kadar Terukur
% recovery = × 100%
Kadar Etiket
534,040 mg
= × 100%
500 mg

= 106,808%

14
534,040 mg
% b⁄b = × 100%
550 mg

= 97,0983 %
 Sampel 2
Y – 0,0349
X =
0,0693
0,690 - 0,0349
=
0,0693

= 9,453 ppm
µg Bobot Tablet
Kadar Dalam Tablet = 9,453 ⁄mL ×fp ×Vol. Awal ×
Bobot Serbuk
µg 550 mg
= 9,453 ⁄mL ×100 ×170 mL ×
165 mg
µg
= 535676 ⁄mL = 535,676 mg
Kadar Terukur
% recovery = × 100%
Kadar Etiket
535,676 mg
=
500 mg

= 107,135%
535,676 mg
% b⁄b = × 100%
550 mg

= 97,3956%

 Sampel 3
Y – 0,0349
X =
0,0693
0,730 - 0,0349
=
0,0693

= 10,030 ppm
µg Bobot Tablet
Kadar Dalam Tablet = 10,030 ⁄mL ×fp ×Vol. Awal ×
Bobot Serbuk
µg 550 mg
= 10,030 ⁄mL ×100 ×170 mL ×
165 mg
µg
= 568348 ⁄mL = 568,348 mg

15
Kadar Terukur
% recovery = × 100%
Kadar Etiket
568,348 mg
= × 100%
500 mg

= 113,677%
568,348 mg
% b⁄b = × 100%
550 mg

= 103,343%
106,808% + 107,135% + 113,677%
% recovery rata-rata =
3
= 109,207%
97,0983% + 97,3956% + 103,343%
% b⁄b rata-rata =
3
= 99,2788%
Interpretasi : Tablet parasetamol tidak sesuai dengan persyaratan karena
nilai % recovery berada di luar rentang, yaitu 95%-105%.
X x̅ (x– x̅)2
106,808 5,75481
107,135 109,207 4,29252
113,677 19,9788
∑(x– x̅)2 30,0262

Σ (x– x̅ )2
Standar Deviasi = √
n -1

30,0262
= √
2

= 3,87467
Nilai Simpangan Baku Relatif (RSD) :
SD
RSD = × 100%

3,87467
= × 100%
109,207

16
= 3,548 %
Interpretasi : penetapan dinyatakan tidak presisi karena nilai RSD lebih
besar dari 2%.
8. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, metode yang digunakan untuk penetapan kadar tablet
parasetamol adalah spektrofotometri UV. Tujuan dari penetapan kadar tablet adalah
untuk mengidentifikasi apakah dalam suatu tablet parasetamol terkandung
parasetamol sesuai dengan etiket atau tidak, karena kadar parasetamol dalam tablet
adalah tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105,0% (Depkes RI, 1979).
Prinsip kerja dari spektrofotometri UV yaitu jika suatu molekul tersebut
ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa penyerapan
(absorpsi) energi oleh molekul (Gandjar dan Rohman, 2007). Parasetamol
mempunyai panjang gelombang maksimum 257 nm dan absortivitas 715 a (Moffat
et al., 2004). Maka digunakan spektrofotometri UV untuk penetapan kadar
dikarenakan sinar ultraviolet (UV) memiliki panjang gelombang antara 200-400
nm. Selain itu, dikarenakan parasetamol memiliki gugus kromofor dan gugus
auksokrom. Gugus kromofor merupakan gugus yang dapat menyerap sinar uv dan
sinar tampak sedangkan gugus auksokrom merupakan gugus yang terikat pada
gugus kromofor dan memiliki pasangan elektron bebas yang dapat mengakibatkan
pergeseran pita absorpsi ke panjang gelombang yang lebih besar terkadang disertai
dengan peningkatan intensitas (Gandjar dan Rohman, 2013).
Pertama-tama dilakukan pembuatan larutan stok dengan konsentrasi 100 ppm
yang dimana parasetamol dilarutkan dengan larutan NaOH 0,1 N. Digunakannya
NaOH sebagai pelarut dikarenakan parasetamol dapat larut dalam larutan alkali
hidroksida dan NaOH termasuk alkali hidroksida. Dibuat larutan seri dari larutan
stok 100 ppm tersebut dengan variasi konsentrasi yakni 3 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8
ppm dan 11 ppm. Tujuan dari pembuatan larutan seri dengan variasi konsentrasi
adalah untuk membuat kurva kalibrasi serta untuk menetukan persamaan regresi
linear yang menunjukkan hubungan antara larutan seri dengan absorbansinya
sehingga konsentrasi dari larutan sampel dapat ditetapkan. Kurva kalibrasi adalah
metode standar untuk menentukan konsentrasi suatu sampel berdasarkan hukum

17
Lambert-Beer. Hal ini disebut dengan Multiple Point Calibration. Metode
merupakan cara kuantifikasi kadar analit dengan membuat berbagai konsentrasi
standar yang mencakup seluruh konsentrasi analit. Plot standar yang dihasilkan,
selanjutnya digunakan untuk menghitung konsentrasi analit dalam sampel. Namun,
metode ini hanya valid apabila semua konsentrasi analit tercakup dalam plot standar
yang dibuat (Chan et al., 2004). Berdasarkan hasil r2 yang didapatkan, koefisien
korelasi memberikan hasil yang linear jika memenuhi kriteria lebih besar atau sama
dengan 0,98 (Arikalang dkk., 2018; Kemenkes RI, 2014).
Analisis kualitatif yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum
karena pada panjang gelombang maksimum perubahan absorban untuk setiap
satuan konsentrasi adalah paling besar sehingga diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum (Rosalina, 2018). Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan
dengan mengukur salah satu larutan seri 3 (6 ppm) pada rentang panjang gelombang
220-320 nm karena seri ketiga dianggap sebagai dapat mewakili kelima seri larutan
tersebut yang mana konsentrasinya berada pada rentang konsentrasi seri 1 sampai
seri 5 yaitu tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat dengan nilai absorbansi berada
diantara nilai 0,2 sampai 0,8. Pembacaan dimulai dari 220 nm untuk menhindari
pembacaan absorbansi aquadest pada panjang gelombang 190 nm dan pada
pembacaan absorbansi NaOH pada panjang gelombang 225 nm serta untuk
menghindari terbentuknya banyak puncak yang akan menyebabkan terjadinya
kesalahan pembacaan panjang gelombang maksimum parasetamol (Moffat et al.,
2011; Gandjar dan Rohman, 2007). Berdasarkan hasil praktikum, panjang
gelombang maksimum yang diperoleh yaitu 259 nm, namun secara teoritis serapan
maksimum parasetamol adalah 257 nm dalam keadaan basa. Perbedaan ini dapat
terjadi dikarenakan adanya kondisi percobaan yang berbeda baik analisisnya,
peralatannya, tempatnya maupun waktunya atau dapat disebut dengan presisi antara
(Prabowo, 2012). Selain itu, beberapa faktor yang memengaruhi absorbansi suatu
zat antara lain sifat pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan
adanya zat pengotor (Moffat et al., 2011; Skoog et al., 1998).
Sebelum pengukuran absorbansi dilakukan kalibrasi alat yang bertujuan
untuk absorbansi pelarut menjadi nol sehingga tidak terbaca oleh detektor dan tidak

18
berpengaruh pada pembacaan absorbansi sampel yang digunakan (Gandjar dan
Rohman, 2007). Kalibrasi ini menggunakan larutan blanko yaitu larutan yang
mengandung semua komponen dalam larutan sampel kecuali analit dan pada
praktikum ini digunakan campuran antara NaOH dan aquadest. . Larutan blanko
merupakan suatu larutan yang digunakan untuk mengoreksi serapan yang
disebabkan oleh pelarut, pereaksi, sel ataupun pengaturan alat serta membuat
konsentrasi dari pelarut menjadi nol sehingga tidak terbaca penyerapan atau
absorbansinya agar memperkecil kesalahan pengukuran (Day dan Underwood,
1981).
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pengukuran absorbansi maksimum
yaitu 0,485 pada panjang gelombang 259 nm. Kemudian dilakukan pengukuran
absorbansi terhadap larutan seri dan larutan sampel pada panjang gelombang
maksimum 259 nm. Absorbansi dari masing-masing larutan seri berturut-turut yaitu
3 ppm; 4 ppm; 6 ppm; 6 ppm; 6 ppm; 8 ppm; 11 ppm adalah 0,237; 0,391; 0,462;
0,464; 0,469; 0,586; 0,795. Sedangkan absorbansi larutan sampel adalah 0,688;
0,690; 0,730. Dari hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi larutan standar parasetamol yang diukur maka semakin besar pula
absorbansi yang didapatkan. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang semakin
tinggi, sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Pembuatan kurva kalibrasi standar
dengan memplot larutan standar parasetamol (sumbu x) dan absorbansi (sumbu y),
kemudian titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus. (Rosalina, 2018).
Berdasarkan dari data absorbansi, diperoleh persamaan linier yaitu: y =
0,0693x + 0,0349. Berdasarkan persamaan regresi linier ini, koefisien korelasi (r2)
sebesar 0,9989, maka kurva absorbansi sudah linier karena mendekati 1 (lebih besar
atau sama dengan 0,98) yang dimana memenuhi hukum Lambert-Beer maka kadar
parasetamol dalam sampel dapat ditentukan. Persamaan regresi yang sudah linear,
maka artinya linearitas dari metode yang digunakan baik. Kadar suatu senyawa
dapat ditentukaan dengan memasukkan nilai absorbansi sampel pada persamaan
regresi linier. Kemudian, dari kadar tersebut dapat dihitung % recovery yang
diperoleh. Persentase recovery merupakan persentase perolehan kembali dengan
membandingkan konsentrasi parasetamol yang didapat dengan kadar dalam etiket.

19
Persentase recovery sampel 1; sampel 2; sampel 3 secara berturut-turut yaitu
106,808%; 107,135%; 113,677% dengan rata-rata 109,207%. Menurut Farmakope
Indonesia III, tablet parasetamol mengandung parasetamol tidak kurang dari 95%
dan tidak lebih dari 105%. Berdasarkan hasil praktikum tersebut, dapat dinyatakan
bahwa tablet parasetamol tidak memenuhi persyaratan. Nilai RSD bertujuan untuk
mengetahui presisi yaitu ukuran keterulangan metode analisis. Berdasarkan
persentase RSD yang diperoleh yaitu sebesar 3,548% maka presisinya dapat
dinyatakan kurang baik, karena tidak memenuhi rentang % RSD < 2%. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan pada saat kalibrasi baik dalam penggunaan alat dan pembacaan
skala kurang baik. Selain itu faktor pengenceran yang dilakukan sebelum dilakukan
analisis akan mempengaruhi konsentrasi yang diperoleh pula (Naschan dkk., 2017)
9. KESIMPULAN
9.1. Kesimpulan
1. Penentuan panjang gelombang maksimum parasetamol dapat menggunakan
metode spektrofotometri UV. Panjang gelombang pengukuran yang
diperoleh yakni memiliki absorbansi maksimum 0,485 pada panjang
gelombang maksimum 259 nm.
2. Pada praktikum ini kurva kalibrasi dibuat dengan memplot konsentrasi
sampel pada sumbu y serta nilai absorbansi pada sumbu x yang kemudian
diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,0693x + 0,0349 dengan nilai
r2 sebesar 0,9989.
3. Persentase recovery rata-rata yang sampel yang diperoleh yaitu 109,207%
dimana hasil tersebut tidak memenuhi rentang persentase yang ditentukan
pada Farmakope Indonesia Edisi III yaitu tidak kurang dari 95% dan tidak
lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket.
9.2. Saran
Praktikum penetapan kadar tablet parasetamol dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi karena keadaan alat
yang kurang baik sehingga praktikum masih belum berjalan maksimal sehingga
diharapkan kedepannya alat-alat yang tersedia di laboratorium disiapkan lebih baik
lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA
Arikalang, T. G., S. Sudewi, J. A. Rorong. 2018. Optimasi dan Validasi Metode
Analisis dalam Penentuan Kandungan Total Fenolik pada Ekstrak Daun Gedi
Hijau (Abelmoschus manihot L.) yang Diukur dengan Spektrofotometer. 7(3):
14-21
Chan, C. C., Lam, H., Lee, Y. C.,and Zang, X. M. 2004. Analytical Method
Validation and Instrument Performance Verification. New Jersey: John
Wiley & Sons.
Day, R. A., dan J.H. Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga. Hal. 382.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 772.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2013. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Moffat, A. C., M. D. Osselton, B. Widdop. 2004. Clarke's Analysis of Drugs and
Poisons 3rd edition. London: Pharmaceutical Press.
Moffat, A. C., M. D. Osselton, and B. Widdop. 2011. Textbook of Clarke’s Analysis
of Drugs and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmarceutical Press.
Naschan, M., A. T. Prasetya dan W. Sumarni. 2017. Uji Validitas Fe dalam
Sedimen Sungai Kaligarang dengan FAAS dan ICP-OES. Indonesian
Journal of Chemical Science. 6(1): 11-18.
Prabowo, M. H., Ari, W., dan Laily, F. 2012. Pengembangan dan Validasi Metode
Analisis Rif Ampicin Isoniazid-Pirazinamid Dalam Fixed Dose Combination
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 9(2): 1-12.
Putri, L. E. 2017. Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan
Metoda Spektroskopi UV Visible. NATURAL SCIENCE: Jurnal Penelitian
Bidang IPA dan Pendidikan IPA. 3(1): 391-398.
Sayuthi, M. I., dan P. Kurniawati. 2017. Validasi Metode Analisis dan Penetapa
Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri UV-
Visible. Prosiding Seminar Nasional Kimia FMIPA UNESA. Universitas
Isalm Indonesia, Yogyakarta.

21
Skoog, D.A., F.J. Holler, and S.R. Crouch. 1998. Principle of Instrumental
Analysis. Sixth Edition. California: Thomson Brooks/Cole.
Suhartati, Tati. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrometri
Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung :
AURA.
Rosalina, V. 2018. Analisis Kadar Sediaan Parasetamol Syrup Pada Anak Terhadap
Lama Penyimpanan dan Suhu Penyimpanan. Jurnal Para Pemikir. 7(2): 283-
287
Tulandi, G. P., S. Sudewi, dan W. A. Lolo. 2015. Validasi Metode Analisis untuk
Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri
Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi 4 (4): 168-178.

22

Anda mungkin juga menyukai