Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI


PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV

Oleh :
Kelompok 3
Golongan I

Pramana Kumala Putra (2008551012)


I Made Gede Ari Kusuma (2008551013)
Ni Kadek Ayu Murtini (2008551014)
Ni Made Indah Maryani (2008551015)
I Gst A A Gangga Samala Dewi (2008551016)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Menentukan panjang gelombang maksimum parasetamol
1.2 Menentukan kurva kalibrasi
1.3 Menetapkan kadar tablet parasetamol dengan spektrofotometer UV dengan
metode single point calibration dan multiple point calibration

II. PRINSIP KERJA


2.1 Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV merupakan pengukuran serap radiasi
elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati
monokromatik, yang diserap zat. Prinsip kerja spektrofotometri yaitu apabila
suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai
sehingga energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka
terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Pengukuran
serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 190 nm -
380 nm) atau pada daerah cahaya tampak (panjang gelombang 380 nm - 780
nm) (Depkes RI, 1979; Gandjar dan Rohman, 2007).
Adapun prinsip kerja alat spektrofotometer yakni terdapat suatu sumber
cahaya; dipancarkan melalui monokromator. Monokromator menguraikan
sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang
gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu, setiap gugus
kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari
monokromator tadi cahaya/energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu
larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang
diserap oleh larutan akan menghasilkan sinyal elektrik pada detektor, yang
mana signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan
tersebut. Besarnya signal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat
sebagai angka (Triyati, 1985).

1
Identifikasi zat secara spektrofotometri UV umumnya dilakukan dengan
menggambarkan spektrum serapan larutan zat dalam pelarut dan dengan kadar
seperti yang tertera dalam monografi untuk menetapkan letak serapan
maksimum atau minimum. Sedangkan penetapan secara kuantitatif dilakukan
dengan mengukur serapan larutan zat dalam pelarut pada panjang gelombang
tertentu. Dasar analisis kuantitatif senyawa obat dengan spektrofotometri UV
yaitu Hukum Lambert-Beer (Depkes RI, 1979; Gandjar dan Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak,
Ultra-violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh
suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan (Triyati, 1985). Berikut merupakan persamaan Hukum Lambert-Beer:

Keterangan:
A: absorbansi ε: absorptivitas molar
B: tebal kuvet (cm) c : konsentrasi (M)
(Gandjar dan Rohman, 2007)
2.2 Tablet Paracetamol

Gambar 2.1 Rumus Struktur Paracetamol


Parasetamol atau asetaminofen memiliki rumus molekul C8H9NO2 dengan
berat molekul 151,16 g/mol. Parasetamol memiliki bentuk serbuk hablur,
berwarna putih, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit. Senyawa parasetamol larut
dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N serta mudah larut dalam
etanol. Tablet Parasetamol mengandung Parasetamol C8H9NO2, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
(Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, penetapan kadar tablet
parasetamol dilakukan dengan metode spektrofotometri UV. Pada sinar

2
ultraviolet, absortivitas parasetamol dalam larutan asam pada panjang
gelombang maksimum 245 nm dengan A1% 1cm sebesar 668a sedangkan
absortivitas parasetamol dalam larutan alkali pada panjang gelombang
maksimum 257 nm dengan A1% 1cm sebesar 715a (Moffat et al., 2011).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
a. Mortir dan stamper i. Bulb filler
b. Spektrofotometer UV-Vis j. Pipet tetes
c. Neraca analitik k. Pipet ukur
d. Oven l. Batang pengaduk
e. Beaker glass m. Sendok tanduk
f. Labu ukur n. Kertas perkamen
g. Botol vial (10 mL) o. Kertas saring
h. Kuvet p. Sudip

3.2 Bahan
a. Tablet Paracetamol
b. Baku paracetamol
c. Larutan NaOH 0,1 N
d. Aquadest

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


4.1 Perhitungan Pembuatan Larutan
4.1.1 Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Diketahui :
- BM NaOH = 40 g/mol
- N NaOH = 0,1 N
- V NaOH = 250 mL
- Ek NaOH = 1 grek/mol
Ditanya : massa NaOH?

3
Perhitungan :
N = M x Ek
0,1 N = M x 1 grek/mol
M = 0,1 M
Dicari massanya dengan :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 𝑚𝐿
M = 𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑚𝐿)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 𝑚𝐿
M = 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 𝑥 250 𝑚𝐿
0,1 𝑀 𝑥 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 𝑥250 𝑚𝐿
Massa = 1000 𝑚𝐿

Massa = 1 gram
Jadi, massa yang NaOH yang diambil untuk membuat larutan NaOH 0,1 N
dalam 250 mL (sesuai labu ukur yang ada) adalah 1 gram.

4.1.2 Perhitungan Pembuatan Stok Paracetamol 1000 ppm


Dalam praktikum ini diperlukan larutan baku parasetamol 1000 ppm
sebanyak 500mL.
Diketahui :
Konsentrasi larutan stok parasetamol (Cstok) = 1000ppm (1 mg/mL)
Volume larutan stok parasetamol (Vstok) = 500 mL (0,5 L)
Ditanya : Massa parasetamol yang diperlukan?
Jawab :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑐𝑡
Cstok = 𝑉 𝑠𝑡𝑜𝑘
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑐𝑡
1 mg/mL = 500 𝑚𝐿

Massapct = 500 mg
Jadi, massa parasetamol yang dibutuhkan untuk membuat larutan stok
1000 ppm adalah 500 mg. Kemudian dilarutkan dalam 50 mL NaOH 0,1 N,
dan diencerkan dengan aquades sampai 500 mL untuk mendapatkan larutan
stok parasetamol 1000 ppm

4.1.3 Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Paracetamol 10 ppm

4
Dibuat larutan standar 10 ppm sebanyak 100 mL yang diambil dari
larutan stok 1000 ppm, larutan ini digunakan untuk mencari spektrum
panjang gelombang maksimal.
Diketahui:
- V baku = 100 mL
- C stok = 1000 ppm
- C baku = 10 ppm
Ditanya: V Stok = …. ?
Jawab:
VStok x Cstok = Vbaku x Cbaku
VStok x 1000 ppm = 100 x 10 ppm
VStok = 1 mL
Jadi, volume larutan stok yang dipipet adalah 1 mL. Kemudian larutan
ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas 100 mL.

4.1.4 Perhitungan Pembuatan Larutan Seri


Dalam pembuatan larutan seri parasetamol, bahan yang disiapkan
yaitu larutan baku parasetamol 10 ppm dan aquades. Dalam praktikum ini
diperlukan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10
masing-masing sebanyak 10 mL.
Maka volume baku parasetamol 10 ppm yang dibutuhkan adalah:
Diketahui:
- Volume larutan seri masing-masing konsentrasi (Vseri) = 10 ml
- Konsentrasi larutan baku Parasetamol (Cbaku) = 10 ppm
- Seri konsentrasi larutan yang akan dibuat (Cseri) = (2, 4, 6, 8, 10) ppm
Ditanya:
Volume larutan baku yang digunakan untuk masing seri konsentrasi
(Vbaku)…?
Jawab:
Larutan Seri Parasetamol 2 ppm
Vbaku x Cbaku = Vseri x Cseri

5
Vbaku x 10 ppm = 10 mL x 2 ppm
Vbaku = 2 mL
Larutan Seri Parasetamol 4 ppm
Vbaku x Cbaku = Vseri x Cseri
Vbaku x 10 ppm = 10 mL x 4 ppm
Vbaku = 4 mL
Larutan Seri Parasetamol 6 ppm
Vbaku x Cbaku = Vseri x Cseri
Vbaku x 10 ppm = 10 mL x 6 ppm
Vbaku = 6 mL
Larutan Seri Parasetamol 8 ppm
Vbaku x Cbaku = Vseri x Cseri
Vbaku x 10 ppm = 10 mL x 8 ppm
Vbaku = 8 mL
Larutan Seri Parasetamol 10 ppm
Vbaku x Cbaku = Vseri x Cseri
Vbaku x 10 ppm = 10 mL x 10 ppm
Vbaku = 10 mL
Sehingga volume larutan standar 10 ppm yang dipipet pada masing-masing
larutan seri adalah sebesar 2 mL, 4 mL, 6 mL, 8 mL dan 10 mL.

4.2 Prosedur Kerja


4.2.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Siapkan bahan dan ditimbang massa NaOH sebanyak 1 gram. Dimasukkan
ke dalam gelas beaker dan dilarutkan NaOH sedikit demi sedikit menggunakan
aquades dan diaduk dengan batang pengaduk. Dimasukkan ke dalam labu ukur
250 mL hingga tanda batas dan ditutup. Gojog hingga homogen serta beri label.
4.2.2 Pembuatan Larutan Stok Paracetamol
Timbang seksama bahan obat paracetamol lebih kurang 500 mg yang telah
dikeringkan pada suhu 105оC selama 1 jam. Larutkan dengan 50 ml NaOH 0,1 N

6
dalam labu takar dan encerkan dengan aquades sampai 500 ml (larutan stok 200
ppm).
4.2.3 Pembuatan Larutan Sel Blanko
Sel blanko dibuat dengan cara masukkan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1 mL
ke dalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan aquades hingga tanda batas serta digojog
hingga homogen dan diberi label.
4.2.4 Pembuatan Larutan Baku dan Seri (2, 4, 6, 8, dan 10)
Dipipet larutan paracetamol stok 1000 ppm sebanyak 1 mL untuk membuat
larutan standar dengan konsentrasi 10 ppm. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL. Selanjutnya, encerkan larutan dengan aquadest hingga tanda batas 100 mL dan
digojog hingga homogen. Siapkan lima macam deret konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10
ppm dengan memipet larutan standar paracetamol 10 ppm masing-masing 2 mL, 4
mL, 6 mL, 8 mL, dan 10 mL. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas
labu ukur 10 mL dan digojog hingga homogen.
4.2.5 Penentuan Spektrum Absorbsi (Panjang Gelombang Maksimum)
Dipipet 1 ml larutan stok dan encerkan dengan aquades sampai 100 ml dalam
labu takar diperoleh larutan 10 ppm. Masukkan larutan standar kedalam kuvet (sel
sampel) dan kuvet lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blangko).
Selanjutnya, ukur absorbansi sel sampai relatif terhadap sel blangko
menggunakan spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat
pembacaan setiap interval 5 nm, dimulai dari 220 nm sampai 350 nm.
Buatlah garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot nilai absorbansi
(sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai absis) dan tentukan panjang
geolmbang maksimum parasetamol.
4.2.6 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Menggunakan Multiple Calibration)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Disiapkan lima macam deret
konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm). Setelah itu, tentukan absorbansinya pada
ƛmaks. Dibuat plot hukum beer pada kertas grafik antara absorbansi (ordinat)
terhadap konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan regresi liner serta hitung
absorptivitas jenis (a) pada absorbvitas molar dari parasetamol.

7
4.2.7 Penentuan Kadar Paracetamol dalam Sediaan Tablet (Farmakope
Indonesia III)
Timbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg, tambahkan
50 mL NaOH 0,1 N, encerkan dengan 100 mL akuades, kocok selama 15 menit,
tambahkan aquades secukupnya hingga 20 mL, campur, saring. Encerkan 10 mL
filtrat dengan air secukupnya hingga 100 mL. Pada 10 mL tambahkan 10 mL NaOH
0,1 N encerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL. Ukur serapan larutan pada
panjang gelombang maksimum.

V. SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Ditimbang saksama 1 gram NaOH dalam gelas beaker dengan neraca analitik.
Tambahkan aquades secukupnya pada NaOH dalam gelas beaker dan diaduk
dengan batang pengaduk

Dimasukkan NaOH ke dalam labu ukur 250 mL lalu ditambahkan aquades


hingga tanda batas

Digojog campuran hingga homogen lalu diberi label

5.2 Pembuatan Larutan Stok Paracetamol 1000 ppm

Ditimbang saksama bahan obat parasetamol 500 mg yang telah dikeringkan


pada suhu 105oC selama 1 jam

Dilarutkan parasetamol dengan 50 mL NaOH 0,1 N dalam labu ukur 500 mL


lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas

Digojog campuran hingga homogen lalu diberi label ‘Larutan baku


parasetamol 1000 ppm’

8
5.3 Pembuatan Larutan Blanko

Dimasukkan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur 5 mL

Ditambahkan aquades hingga tanda batas. Gojog hingga homogen dan


diberikan label

5.4 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)

Dipipet 1 mL larutan stok parasetamol ke dalam labu ukur 100 mL lalu


ditambahkan akuades hingga tanda batas (larutan baku 10 ppm)

Dimasukkan larutan standar ke dalam kuvet (sampel) dan dimasukkan pelarut


tanpa bahan obat ke dalam kuvet lainnya (blangko) sebanyak 5 mL

Diukur dan dicatat absorbansi sel sampai relatif terhadap sel blangko
menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 220 nm – 350
nm dengan interval 5 nm

Dibuat garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot nilai absorbansi
(ordinat) terhadap panjang gelombang (absis) dan ditentukan panjang
gelombang maksimum parasetamol.

5.5 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)

Disiapkan 5 macam deret konsentrasi (2, 4, 6, 8, dan 10 ppm) dari larutan baku
parasetamol

Ditentukan absorbansi masing-masing konsentrasi larutan baku dalam


spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum

Dibuat plot hukum beer pada kertas grafik antara absorbansi (ordinat) terhadap
konsentrasi (absis)

Ditentukan persamaan regresi linier serta dihitung absorvitas jenis (a) pada
absorvitas molar dari parasetamol

9
5.5 Penentuan Kadar Paracetamol dalam Sediaan Tablet

Ditimbang dan digerus sampai halus tidak kurang dari 20 tablet

Ditimbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg

Ditambahkan serbuk dengan 50 mL NaOH 0,1 N dan diencerkan dengan 100


mL akuades lalu dikocok selama 15 menit

Ditambahkan akuades secukupnya kemudian dicampur dan disaring

Diencerkan 10 mL filtrat dengan air secukupnya hingga 100 mL

Diambil 10 mL hasil pengenceran lalu ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N dan


diencerkan kembali dengan akuades hingga 100 mL

Diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang maksimum dan ditentukan


kadar parasetamol dalam tablet

VI. HASIL PENGAMATAN


6.1 Hasil Penimbangan Tablet Paracetamol
Tabel 6.1 Bobot Penimbangan Tablet Paracetamol
Tablet Penimbangan
1 0,603 gram
2 0,603 gram
3 0,603 gram
4 0,605 gram
5 0,602 gram
6 0,598 gram
7 0,605 gram

10
8 0,599 gram
9 0,604 gram
10 0,599 gram

6.2 Hasil Pengukuran Larutan Seri Konsentrasi Paracetamol


Tabel 6.2 Nilai Absorbansi Larutan Seri Konsentrasi Paracetamol
Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Seri 1 2 ppm 0,1910
Seri 2 4 ppm 0,2845
Seri 3 6 ppm 0,5085
Seri 4 8 ppm 0,6964
Seri 5 10 ppm 0,8037

6.3 Hasil Absorbansi Sampel Paracetamol


Tabel 6.3 Nilai Absorbansi Larutan Sampel Paracetamol
Larutan Absorbansi
Sampel 1 0,6483
Sampel 2 0,5812
Sampel 3 0,5676

VII. ANALISIS DATA


7.1 Penetuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang makimum pada praktikum ini ditentukan menggunakan
larutan seri 10 ppm. Kemudian didapatkan hasil yaitu panjang gelombang maksimu
sebesar 254 nm.
7.2 Penentuan Kurva Kalibrasi
Dari data nilai absorbansi larutan seri konsentrasi parasetamol yang didapat,
dibuat kurva kalibrasi dengan memplot absorbansi (sebagai ordinat) terhadap
konsentrasi (sebagai absis) sehingga didapatkan persamaan regresi linier serta nilai
linieritas. Kurva kalibrasi larutan seri konsentrasi parasetamol dibuat menggunakan

11
5 pilihan seri konsentrasi untuk memperoleh persamaan regresi yang linier yaitu
seri 1 (2 ppm), seri 2 (4 ppm), seri 3 (6 ppm), seri 4 (8 ppm) dan seri 5 (10 ppm).

Kurva Kalibrasi Larutan Seri Paracetamol


0,9
0,8
0,7
0,6
Absorbansi

0,5
y = 0,0819x + 0,0056
0,4 R² = 0,9829
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ppm)

Berdasarkan data kurva kalibrasi, diperoleh nilai a adalah 0,0056, nilai b adalah
0,0819x dan nilai R2 = 0,9829. Sehingga persamaan regresi linier y = bx + a yang
diperoleh adalah y = 0,0819x + 0,0056.
Interpretasi: Persamaan regresi dinyatakan linier karena nilai R2 telah sesuai
dengan syarat ketentuan, yaitu R2 > 0,98 (Kemenkes RI, 2020).
7.3 Penetapan Kadar Paracetamol dalam Tablet
Diketahui :
- Absorbansi larutan sampel 1 = 0,6483
- Absorbansi larutan sampel 2 = 0,5812
- Absorbansi larutan sampel 3 = 0,5676
- Persamaan regresi linier parasetamol (y) = 0,0819x + 0,0056
- Bobot kesetaraan = 150 mg
- Bobot etiket = 500 mg
- Bobot tablet 1 = 603 mg
- Bobot tablet 2 = 603 mg
- Bobot tablet 3 = 603 mg
- Volume awal = 170 mL
- Faktor pengenceran = 100x

12
Ditanya :
- Kesetaraan bobot serbuk yang diambil?
- Konsentrasi sampel?
- Nilai SD dan RSD?
- % Recovery?
Perhitungan :
a. Rata-rata bobot tablet
Total rata-rata 3 tablet :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
= 3
0,603 𝑔 +0,603 𝑔 +0,603 𝑔
= 3

= 0,603 gram
b. Kesetaraan Bobot Serbuk yang Diambil
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
=
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
𝑥 603 𝑚𝑔
=
150𝑚𝑔 500 𝑚𝑔
603 𝑚𝑔 ×150 𝑚𝑔
X= 500 𝑚𝑔

X = 180,9 mg
Jadi, bobot serbuk yang ditimbang agar setara dengan kandungan paracetamol 150
mg adalah 180,9 mg.
c. Perhitungan Konsentrasi Sampel
• Sampel 1 (y = 0,6483)
y = 0,0819x + 0,0056
0,6483 = 0,0819x + 0,0056
0,6483 – 0,0056 = 0,0819x
0,6427 = 0,0819x
x (sampel 1) = 7,847
• Sampel 2 (y = 0,5812)
y = 0,0819x + 0,0056
0,5812 = 0,0819x + 0,0056

13
0,5812 – 0,0056 = 0,0819x
0,5756 = 0,0819x
x (sampel 2) = 7,028
• Sampel 3 (y = 0,5676)
y = 0,0819x + 0,0056
0,5676 = 0,0819x + 0,0056
0,5676 – 0,0056 = 0,0819x
0,562 = 0,0819x
x (sampel 3) = 6,862
(𝑥1+𝑥2+𝑥3)
• Rata-rata ketiga sampel (𝑥̅ ) = 3
21,737
(𝑥̅ ) = 3

= 7,246

d. Perhitungan SD dan RSD


Tabel x. Hasil Perhitungan Nilai untuk data SD dan RSD
Sampel 𝒙 ̅
𝒙−𝒙 ̅) 𝟐
(𝒙 − 𝒙
1 7,847 0,601 0,361201
2 7,028 -0,218 0,047524
3 6,862 -0,384 0,147456

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2 0,556181

Dari data tabel di atas, maka didapatkan nilai SD ketiga sampel sebagai berikut :
∑(𝑥− 𝑥̅ )2
SD =√ 𝑛−1

0,556181
=√ 3−1

= √0,2780905
= 0,527
Sedangkan untuk nilai RSD ketiga sampel adalah sebagai berikut :

14
𝑆𝐷
RSD = x 100%
𝑥̅
0,527
= 7,246 x 100%

= 7,273%
Interpretasi: Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai RSD sebesar 7,273%
dan penetapan kadar dinyatakan tidak presisi karena nilai RSD lebih besar dari
ketentuan, yaitu ≤2% (Harmita, 2004).

e. Perhitungan Recovery (%)


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
% Recovery = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡

• Kadar terukur = Konsentrasi rata-rata x Faktor Pengenceran


= 7,246 x 100
= 724,6
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
• Kadar etiket = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
150 𝑚𝑔
=
170 𝑚𝐿

= 0,88 mg/mL
= 880 ppm
Sehingga nilai %recovery-nya adalah :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
% Recovery = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
724,6
= x 100%
880

= 82,34%
Interpretasi : Persentase perolehan kembali (Recovery) yang didapat yaitu 82,34%,
maka penetapan kadar paracetamol dalam tablet dinyatakan tidak memenuhi
standar karena kurang dari rentang yang baik yaitu tidak kurang dari 95% dan tidak
lebih dari 105% (Depkes RI, 1979).

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar parasetamol menurut
farmakope Indonesia edisi III 1979 dengan menggunakan metode spektrofotometri

15
UV. Spektrofotometri UV merupakan suatu metode analisis kualitatif maupun
kuantitatif berdasarkan pengukuran serapan radiasi elektromagnetik panjang
gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik, yang diserap zat
(Depkes RI, 1979; Gandjar dan Rohman, 2007). Adapun tujuan dari dilakukannya
praktikum kali ini adalah menentukan panjang gelombang maksimum paracetamol,
menentukan kurva kalibrasi dan menetapkan kadar tablet paracetamol dengan
spektrofotometer UV. Tujuan dilakukannya penetapan kadar paracetamol adalah
untuk quality control yakni dengan mengidentifikasi apakah dalam suatu tablet
parasetamol terkandung parasetamol sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket
atau tidak, dimana kadar parasetamol dalam tablet adalah tidak kurang dari 95%
dan tidak lebih dari 105,0% (Depkes RI, 1979). Berdasarkan pustaka, penetapan
kadar parasetamol dengan spektrofotometri UV didapatkan absortivitas senyawa
parasetamol pada λ max 245 nm dalam larutan asam dengan nilai A1%1 cm sebesar
668a sedangkan absortivitas dalam larutan basa atau alkali absortivitasnya dengan
nilai A1%1cm sebesar 715a pada λmax 257 nm (Moffat et al., 2005).
Panjang gelombang maksimum (λ maks) merupakan panjang gelombang
dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Oleh
karena itu, digunakan metode spektrofotometri UV untuk penetapan kadar
parasetamol karena panjang gelombang maksimum tersebut berada di daerah sinar
ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang antara 200-400 nm (Tulandi dkk.,
2015). Adapun prinsip dari spektrofotometri UV dalam menentukan kadar
parasetamol dalam sediaan tablet yaitu berdasarkan pengukuran serapan radiasi
elektromagnetik (REM) yang diserap oleh zat pada panjang gelombang daerah
ultraviolet (Depkes RI, 1979).

Gambar 8.1 Struktur Senyawa Parasetamol dengan letak kromofor dan


auksokromnnya (Depkes RI, 1979)

16
Pada paracetamol terdapat gugus auksokrom yang terikat pada gugus
kromofor yang mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada kromofor tersebut,
baik panjang gelombang maupun intensitasnya (Gandjar dan Rohman, 2013).
Penyerapan (absorbansi) sinar ini dapat terjadi akibat gugus kromofor yang dapat
menyerap sinar uv dan sinar tampak. Kromofor ini adalah suatu gugus fungsional
yang bersifat tak jenuh kovalen dalam suatu senyawa yang berperan dalam absorpsi
sinar, sedangkan auksokrom adalah gugus fungsional yang berikatan langsung
dengan kromofor yang tidak bertanggung jawab dalam penyerapan sinar tetapi
mampu meningkatkan intensitas penyerapan sinar dan ditandai dengan adanya
pasangan elektron bebas (Sylvia dkk., 2018; Retnani dkk., 2010). Dalam praktikum
ini penetapan kadar tablet paracetamol menggunakan spektrofotometri UV teknik
multiple point calibration karena struktur kimia parasetamol memiliki kromofor dan
auksokrom yaitu berupa satu cincin benzena dan gugus karbonil. Spektrofotometri
UV teknik multiple point calibration ini merupakan teknik dengan menggunakan
seri konsentrasi standar yang dapat mengcover semua kadar obat tersebut dengan
responnya harus linear sehingga diperoleh persamaan regresi untuk menentukan
kadar obat. Sesuai dengan praktikum kali ini yakni dilakukan pembuatan 5 larutan
seri konsentrasi (2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm). Selain itu juga terdapat
metode single point calibration merupakan metode pengembangan dan validasi
yang menggunakan hanya satu konsentrasi standar.
Pada praktikum ini pertama dilakukan pembuatan pelarut untuk melarutkan
paracetamol yakni digunakan pelarut NaOH 0,1 N sebanyak 250 mL.
Digunakannya NaOH karena didasarkan dari kelarutan zat aktuf paracetamol itu
sendiri yakni yaitu mudah larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida
(NaOH) 1 N, serta mudah larut dalam pelarut etanol (Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan hasil perhitungan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 250 mL diperlukan
sejumlah 1gram padatan NaOH. Padatan NaOH kemudian dimasukan kedalam
gelas beaker dan dilarutkan dengan aquades secukupnya lalu diaduk dengan batang
pengaduk. Larutan tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL,
dan dilakukan penambahan aquades hingga tanda batas, kemudian labu ukur ditutup
dan digojog hingga homogen setelah itu diberi label NaOH 0,1 N. Larutan NaOH

17
0,1 N yang dibuat ni akan digunakan sebagai pelarut serbuk paracetamol dalam
pembuatan larutan stok paracetamol dan preparasi sampel paracetamol yang akan
dianalisis.
Selanjutnya tahap kedua dilakukan pembuatan larutan stok paracetamol
1000 ppm sebanyak 500 mL, yang mana dari larutan ini nantinya akan diambil
untuk pembuatan larutan standar parasetamol. Pertama dilakukan penimbangan
bahan yang digunakan yakni 500 mg serbuk paracetamol yang telah dikeringkan
pada suhu 105°C selama 1 jam. Setelah itu, dilarutkan dengan 50 mL NaOH 0,1 N
dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai 500 mL, kemudian
digojog hingga homogen dan diberi label. Kemudian, dari larutan stok tersebut
tersebut dibuat larutan standar paracetamol dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak
100 mL dengan cara memipet 1 mL larutan stok kemudian diencerkan dengan
akuades dalam labu takar 100 mL, digojog hingga homogen dan diberi label.
Pembuatan larutan standar ini bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan
variasi larutan seri, dikarenakan jika konsentrasi stok yang digunakan terlalu tinggi
maka akan sulit dilakukan pemipetan karena volume stok yang dibutuhkan untuk
membuat 5 seri konsentrasi juga kecil. Kemudian dibuat larutan seri dengan 5
konsentrasi berbeda yakni 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm dengan
memipet masing-masing 2 mL, 4 mL, 6 mL, 8 mL dan 10 mL dari larutan stok yang
telah dibuat sebelumnnya, lalu dimasukan kedalam masing-masing labu takar
ukuran 10 mL, diencerkan dengan akuades dan digojog hingga homogen. Tujuan
dari pembuatan larutan seri dengan variasi konsentrasi tersebut adalah karena dalam
penetapan kadar parasetamol sesuai FI III digunakan metode multiple point
calibration. Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan blanko, larutan ini adalah
larutan yang tidak berisi analit atau larutan tanpa sampel. Larutan blanko dibuat
dengan melarutkan NaOH 0,1 N dan akuades dengan memipet NaOH 0,1 N
sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur 5 mL yang diencerkan dengan akuades. Tujuan
digunakan larutan blanko adalah untuk mengoreksi serapan yang disebabkan oleh
pelarut, pereaksi, sel ataupun pengaturan alat serta membuat konsentrasi dari
pelarut menjadi nol sehingga tidak terbaca penyerapan atau absorbansinya agar
memperkecil kesalahan pengukuran (Day dan Underwood, 1981).

18
Panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada praktikum ini adalah
254 nm dengan absorbansi 0,837. Panjang gelombang maksimum tersebut
menunjukkan bahwa serapan parasetamol berada pada daerah UV karena masuk
rentang panjang gelombang 200–400 nm. Secara teoritis serapan maksimum untuk
parasetamol adalah 244 nm (Tulandi, dkk, 2015). Adanya ketidaksesuaian ini
dikarenakan adanya pergeseran pita penyerapan pada parasetamol. Pergeseran pita
penyerapan tersebut karena pada struktur molekul parasetamol memiliki gugus
auksokrom yang terikat pada gugus kromofor. Apabila gugus auksokrom terikat
pada gugus kromofor maka akan mengakibatkan pergeseran merah (batokromik)
yang mana pergeseran pita absorbansi menuju ke panjang gelombang yang lebih
panjang sehingga masih masuk dalam rentang 200-400 nm. Panjang gelombang
maksimum digunakan pada metode spektrofotometri karena pada panjang
gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal dan perubahan absorbansi
untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar atau jelas, disekitar
panjang gelombang maksimal, dan bentuk kurva absorbansi datar sehingga hukum
Lambert Beer akan terpenuhi, serta jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil
sekali (Gandjar dan Rohman, 2007).
Setelah mendapatkan panjang gelombang maksimum kemudian akan
digunakan untuk mengukur absorbansi pada prosedur selanjutnya yaitu pembuatan
kurva kalibrasi dan penetapan kadar sampel. Dalam pembuatan kurva baku
kalibrasi pada praktikum ini menggunakan metode Multiple Point Calibration.
Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorbansi
dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang
gelombang maksimum.
Suatu kurva menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer maka akan memperoleh kurva kalibrasi garis
lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan persamaan garis yang diperoleh
dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx +a, dimana persamaan ini akan
menghasilkan koefisien korelasi (r2).

19
Koefisien korelasi merupakan koefisien yang menggambarkan kedekatan
hubungan antara dua atau lebih variabel. Besar kecilnya koefisien korelasi tidak
menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, namun
hanya menggambarkan hubungan linier antar variabelnya. Korelasi juga berguna
dalam mengukur tingkat kekuatan hubungan antara dua atau lebih variabel dalam
rentang tertentu. Tingkat keeratan hubungan pada korelasi ini terletak antara
rentang 0 hingga 1. Adapun persamaan regresi linier memenuhi syarat linieritas dari
variasi konsentrasi yaitu nilai r2 ≥ 0,98 (Kemenkes RI, 2014).
Larutan baku dengan konsentrasi 10 ppm digunakan untuk pembuatan seri
konsentrasi. Dibuat larutan seri dengan 5 variasi konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6
ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Pembuatan larutan seri konsentrasi pada spektrofotometri
UV diharapkan dapat menghasilkan nilai absorbansi pada 0,2 - 0,8. Pembuatan
larutan seri 5 variasi berbeda bertujuan memperoleh kurva kalibrasi yang baik
(linearitas) sehingga meminimalkan kesalahan dalam menentukan konsentrasi
senyawa uji. Dalam pembuatan kurva kalibrasi, didapatkan nilai absorbansi dari
masing-masing larutan seri berturut-turut yaitu 2 ppm; 4 ppm; 6 ppm; 8 ppm; 10
ppm yaitu 0,1910; 0,2845; 0,5085; 0,6964; dan 0,8037. Sementara nilai absorbansi
larutan sampel yang direplikasi 3 adalah 0,6483; 0,5812; dan 0,5676. Berdasarkan
data absorbansi yang diperoleh, dapat dihitung persamaan regresi linear yaitu y =
0,0819x + 0,0056, dimana y adalah absorbansi dan x merupakan konsentrasi (ppm).
Berdasarkan persamaan regresi linier ini diperoleh koefisien korelasi r2 sebesar
0,9829, sehingga persamaan persamaan regresi linier memenuhi syarat linieritas
dari variasi konsentrasi yaitu nilai r2 ≥ 0,98 (Kemenkes RI, 2014).
Melalui persamaan regresi linier yang diperoleh, maka kadar suatu senyawa
dalam sampel dapat ditentukan dengan mensubstitusikan nilai absorbansi sampel
ke dalam persamaan regresi linier. Pada praktikum kali ini diperoleh kadar sampel
sebesar 724,6 mg. Presisi yang diperoleh yaitu sebesar 7,273% sehingga penetapan
kadar dinyatakan tidak presisi karena melebihi nilai RSD yang baik, yaitu ≤ 2%
(Harmita, 2004).
Persentase perolehan kembali yang diperoleh adalah 82,34%. Persentase
perolehan kembali untuk parasetamol dalam tablet adalah tidak kurang dari 95%

20
dan tidak lebih dari 105% terhadap etiket (Depkes RI, 1979). Berdasarkan
perolehan yang didapat, maka penetapan kadar dinyatakan tidak memenuhi standar
karena melebihi rentang yang baik yaitu tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari
105% (Depkes RI, 1979). Perolehan kadar yang tidak sesuai dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti kalibrasi penggunaan alat, pembacaan skala yang kurang
tepat, dan juga faktor pengenceran yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi
yang diperoleh (Naschan dkk., 2017). Selain itu ketidaksesuaian ini dapat
diakibatkan karena terjadinya kesalahan dalam pemilihan panjang gelombang
maksimum. Panjang gelombang maksimum akan mempengaruhi sedikit perubahan
absorbansi sehingga akan mempengaruhi perhitungan (Gandjar dan Rohman,
2007).

IX. KESIMPULAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum penetapan kadar tablet
parasetamol dengan metode spektrofotometri UV yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan :
1. Panjang gelombang maksimum dari larutan paracetamol 10 ppm dengan pelarut
NaOH 0,1 N adalah 254 nm dengan nilai absorbansi 0,837.
2. Berdasarkan larutan seri dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan
10 ppm, maka diperoleh kurva baku antara absorbansi dan konsentrasi yang
dapat dinyatakan dengan persamaan regresi y = 0,0819x + 0,0056 dengan R2 =
0,9829
3. Berdasarkan analisis data praktikum, diperoleh rata-rata persentase recovery
adalah 82,34%. Hasil recovery tersebut menunjukkan bahwa sampel tidak
memenuhi syarat yang ditentukan pada Farmakope III, yakni perolehan kembali
parasetamol tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% sesuai yang tertulis
dalam etiket.

21
8.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu dalam praktikum selanjutnya
adalah diperlukannya ketelitian praktikan pada proses penimbangan bahan dan
pemipetan suatu larutan. Penyempurnaan prosedur kerja juga perlu diperhatikan
seperti pada pembuatan larutan stok, larutan baku, larutan seri, larutan sampel, dan
larutan blangko yang nantinya diuji dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Dengan
penyempurnaan prosedur kerja tersebut, diharapkan untuk memperoleh hasil yang
lebih akurat dalam penetapan kadar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A., dan J.H. Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indoneisa.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmita. 2004. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA
Universitas Indonesia.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta Aplikasi
da,am Oseanologi. Oseana, Volume X, Nomor 1 : 39 - 47.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia. Edisi VI. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Moffat, A. C., M. D. Osselton., and B. Widdop. 2011. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons in Pharmacuticals, Body Fluids and Postmortem Material.
London: Pharmaceutical Press.
Naschan, M., A. T. Prasetya dan W. Sumarni. 2017. Uji Validitas Fe dalam
Sedimen Sungai Kaligarang dengan FAAS dan ICP-OES. Indonesian
Journal of Chemical Science. 6(1): 11-18
Retnani, N.I.D., Utami, P.I. dan Setiawan, D. 2010. Analisis Kuantitatif Tablet
Levofloksasin Merk dan Generik dalam Plasma Manusia Secara In Vitro
dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel. Journal Pharmacy.
7(1): 119-127.
Sylvia, D., Gantina, A. dan Rusdiana, N. 2018. Analisis Sibutramin Hidroklorida
pada Jamu Pelangsing di Kecamatan Curug dengan Spektrofotometri UV.
Journal Farmagazine. 5(2): 1-5.

23
Tulandi, G.P., Sudewi, S. dan Lolo, W.A. 2015. Validasi Metode Analisis untuk
Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara
Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi. 4(4): 168-178.

24
LAMPIRAN

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai