Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

SPEKTROSKOPI-KROMATOGRAFI

PRAKTIKUM 2

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL PADA SEDIAAN TABLET


GENERIK DAN MERK DENGAN METODE
SPEKTROPOTOMERTRI ULTRAVIOLET VISIBEL

Disusun oleh :

NAMA : SITI SALMA HANIYYAH


NIM :1908010178
KELAS :4C
GOLONGAN :C6
ASISTEN :IRNA NURFAHLA DAN WILDA

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
PRAKTIKUM II

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL PADA SEDIAAN TABLET


GENERIK DAN MERK DENGAN METODE SPEKTROPOTOMERTRI
ULTRAVIOLET VISIBEL
I. TUJUAN
Agar Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar paracetamol pada sediaan
tablet generik dan merk dengan metode spektrofotometer ultraviolet visible.
II. DASAR TEORI

Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Dalam proses pembuatan
obat dibutuhkan bahan atau campuran bahan zat aktif lain yang apabila digunakan
dapat menciptakan khasiat farmakologi atau efek langsung dalam diagnosis,
penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk
memengaruhi struktur dan fungsi tubuh
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2011).

Parasetamol (asetaminofen) adalah obat analgesik (penahan rasa sakit atau


nyeri) dan anti-piretik (penurun panas atau demam) yang aman, efektif, dapat
ditoleransi dengan baik, dan murah dengan efek samping yang relatif sedikit bila
digunakan pada dosis terapeutik yang dianjurkan. Parasetamol pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1955 untuk aplikasi klinisnya dalam menyembuhkan
demam, sakit kepala dan rasa nyeri, kemudian sejak saat itu mulai banyak digunakan
secara luas hampir di seluruh dunia
(Ibrahim, dkk, 2013).
Parasetamol sering sekali di resepkan dalam bentuk campuran dengan obat
lain. Obat ini dapat ditemukan dalam berbagai macam sediaan seperti tablet, kaplet,
kapsul, sirup, dan serbuk. Pada industri farmasi, pengawasan mutu merupakan salah
satu bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan
kepastian bahwa produk mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya,
agar hasil produksi yang dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB. Pada persyaratan
ini perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet, yang menurut
persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari
90% dan tidak lebih dari 110%. Besarnya kadar zat aktif parasetamol dalam sediaan
obat tablet yaitu 500 mg
(Werner, dkk, 2010).
Kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu
senyawa obat akan mempengaruhi efek terapi yang diharapkan dan dapat
menimbulkan hal-hal buruk, baik ditunjukan dengan timbulnya efek samping yang
tidak diinginkan ataupun timbulnya efek toksisitas yang dapat membahayakan bagi
konsumen obat tersebut. Oleh karena itu, penetapan kadar parasetamol sangat
penting dilakukan untuk mengetahui ketepatan kadar parasetamol dalam sediaan
tablet tersebut. Metode yang digunakan untuk penetapan kadar parasetamol dalam
penelitian ini yaitu metode spektrofotometri UV-Visible. Spektrofotometri UV-
Visible merupakan suatu metode yang tidak baku. Oleh karena itu, sebelum metode
yang digunakan untuk penetapan suatu kadar diterapkan dalam suatu pengujian
laboratorium, terlebih dahulu dilakukan validasi. Validasi metode analisis adalah
suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan
laboratorium, untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan
untuk penggunaannya
(Tetrasari, 2003).
Metode analisis dapat memberikan data yang dipercaya jika memenuhi
beberapa parameter validasi yang telah disyaratkan, yaitu ketelitian (presisi),
kecermatan (akurasi), linieritas, batas deteksi (LOD), batas kuantitasi (LOQ),
selektivitas, dan ketangguhan metode.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbn suatu


sampel sebagai fungsi panjang gelombang sedangkan panjang pengukuran
menggunakan spektrofotometer. Metode yang digunakan disebut sebagai
spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorpsi
radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai pajang gelombang dialirkan oleh
suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda
(saputra, 2009).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu


sampel sebagai suatu fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu. Tergantung pada senyawa atau warna yang
terbentuk. Fitur penting pada spektrofotometer adalah spektrum bandwich dan
berbagai linier pengukuran daya serap atau kemampuan memantulkan cahaya dari
sebuah objek (cairns, 2009)

kalibrasi spektrofotometer uv terlihat dilakukan untuk mengoptimalkan


kinerjanya. Metode kalibrasi normal dan plot ringbom-ayre digunakan untuk
mengkonfirmasi atau memastikan ketepatan dari sampel yang akan diukur. Dari hasil
tersebut, diamati bahwa kurva untuk kalibrasi normal memberikan hasil dengan
menggunakan model kalibrasi dengan nilai kuadrat terkecil yaitu (R2), model linier
memberikan sedikit R-kuadrat (0,997) yang minimal membandingkan jumlah
rentang sisi sehingga mengkonfirmasi keakuratan hasil
(adeeyinma,2013).

Pengukuran mengunakan alat spektrofotometri uv-vis ini didasarkan pada


hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang di transmisikan atau yang di
absorbsi dengan cuplikan dan konsentrasi dari komponen penyerap. Berdasarkan
inilah maka untuk dapat mengetahui konsentrasi sampel berdasarkan data serapan
(A) sampel, perlu dibuat suatu kurva kalibrasi yang menyatukan hubungan antara
berkas radiasi yang diarbsobsi (A) dengan konsentrasi (C) dari serangkaian zat
standar yang telah diketahui
(henry, 2002).

Spektrofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk


menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didassarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan
dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visibel, uv atau inframerah. Sedangkan materi dapat berupa atom dan
molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi
(sutopo, 2006).
III. PRINSIP KERJA
Adanya interaksi antara radiasi pada rentang panjang gelombang 200-800 nm
yang dilewatkan terhadap suatu senyawa elektron- elektron pada ikatan dalam
molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi
dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut.
Semakin longgar elektron tersebut ditahan didalam ikatan molekul. Maka semakin
panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap
(watson,2005)
IV. CARA KERJA
1) Pembuatan larutan stok larutan baku parasetamol 100 µg/ml

Menimbang 10 mg parasetamol baku

Memasukkan ke dalam labu ukur 10 ml larutkan dengan alkohol sampai


garis tanda.

Memipet 1 ml larutan stok dimasukkan ke dalam labu ukur 10 m1


diencerkan dengan alkohol sampai garis tanda.
2) Penetapan panjang gelombang maksimal

Mengambil 0,2 ml larutan stok parasetamol baku 100 µg/ml

Memasukkan ke dalam labu 10 m1 kemudian ditambah alkohol sampai


garis tanda dan diperoleh konsentrasi 2 µg/ml,

Memvortek selama 10 detik dan discan dengan spektrofotometer Uv-Vis


pada panjang gelombang 200 – 400 nm.

Berdasarkan spektrum yang diperoleh ditentukan panjang gelombang


maksimal.

3) Penetapan kurva baku

Pipet sebanyak 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6 ml larutan stok parasetamol baku 100
µg/ml.

masing-masing dimasukkan ke labu ukur 10 ml dan ditambahkan alkohol sampai


garis tanda.

Diperoleh konsentrasi 2;3; 4; 5; dan 6 µg/ml.

Masing masing divortek selama 10 detik lalu

diukur serapannya pada panjang gelornbang maksimum hasil dari poin 3) di atas
(yaitu sekitar 262 nm).
4) Penetapan kadar parasetamol

Ambil 20 tablet parasetamol.

Ditimbang satu per satu.

Dihitung bobot rata-rata tablet.

Dua puluh tablet digerus hingga halus dan homogen.

Serbuk tablet ditimbang seksama sejumlah setara dengan 10 mg parasetamol,

masukkan ke dalam labu takar 10 m1 lalu larutkan dengan alkohol sampai garis
tanda.

Ambil 1 ml, dimasukkan ke dalam labu 10 ml diencerkan kembali dengan alkohol


sampai garis tanda.

Ambil 0,5 ml, masukkan dalam labu ukur 10 m1 ditambahkan alkohol sampai garis
tanda,

divortek 10 detik lalu diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.


Prosedur ini dilakukan untuk semua tablet parasetamol uji dan dibuat replikasi 3x.
V. WORKSHEET
Hasil
a. Penentuan panjang gelombang maksimal

Panjang gelombang maksimal adalah 248,00 ppm


b.Kurva baku
Konentrasi
abs y y-y (y-y)^(2)
(ppm)
8 0,459 0,483 -0,103 0,0107
10 0,523 0,5228 -0,064 0,0041
12 0,598 0,5626 -0,024 0,0006
16 0,645 0,6422 0,056 0,0031
20 0,709 0,7218 0,135 0,0183
Rata-
0,586 jumlah 0,037
rata

0.8
y = 0,019x + 0,323
0.7 R² = 0,973
0.6

0.5
absorbansi

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25
standar paracetamol

a = 0,323
b = 0,019
R^2 = 0,973
Y =bx + a
Y = 0,019x + 0,3238
>Linearitas br = 0,973
Linearitas ditentukan dari koefisien korelatif atau nilai Rsquare, dari kurva baku
diketahui nilai R square adalah 0,9485 dimana nilai tersebut menunjukan bahwa
mwtode belum linear, kerana nilai linearitas yang baik menurut Farmakope Indonesia
Edisi V adalah R square lebih dari sama dengan0,98
y8 = 0,019(8) + 0,3238 =_0,483
y10 = 0,019(10) + 0,3238 = 0,522
y12 = 0,019(12) + 0,3238 = 0,562
y16 = 0,019(16) + 0,3238 = 0,642
y20 = 0,019(20) + 0,3238 = 0,721
*SB
SB = √Ʃ (Y-Y)² / N-2
SB = √ 0,037/ 5-2
SB = √ 0,0367/ 3
SB = √ 0,0122
SB = 0,1104
*LOD dan LOQ
>LOD
LOD=3.SB/b
LOD=3.0,1104/0,019
LOD=17,431
>LOQ
LOQ=10.SB/b
LOQ=10.0,104 /0,019
LOD=58,105
Maka konsentrasi terkecil dari analit yang masih bisa terdeteksi (LOD) 17,431 dan
batas teratas yang masih dapat memberikan kurva untuk analit(LOQ) 58,105

Presisi
Rep Abs X (X-X) (X-X)^2
1 0,514 10,052 0,237 0,056
2 0,532 11 1,185 1,403
3 0,528 10,789 0,974 0,948
4 0,487 8,631 -1,184 1,403
5 0,518 10,263 0,448 0,200
6 0,478 8,157 -1,658 2,750
Rata-
9,815 Jumlah 6,761
rata

𝑦−𝑎
x=
𝑏
𝑦−𝑎 0,514−0,323
x1= = = 10,052
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,532−0,323
x2= = = 11
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,528−0,323
x3= = =10,789
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,487−0,323
x4= = =8,631
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,518−0,323
x5= = =10,263
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,478−0,323
x6= = =8,157
𝑏 0,019

*SD
SD = √Ʃ (x-x)² / N-1
SD = √ 6,761/ 6-1
SD = √ 6,761/ 5
SD = √ 1,352
SD = 1,162
*RSD
%RSD = SD / X . 100%
%RSD = 1,162 / 9,815 . 100%
%RSD = 11,839%

Maka RSD yang diperoleh kurang teliti dikarenakan >2% yaitu 11,839% sedangkan
parameter RSD yang baik adalah <2%

Akurasi
Rep Sampel + baku Sampel - baku
1 0,568 0,502
2 0,573 0,476
3 0,689 0,505
Persamaan kurva baku
Y= b x +a
X= y – a / b
x= y - 0,3238 / 0,019

*kadar sampel baku


𝑦−𝑎 0,568−0,323
x1= = = 12,894 ppm
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,573−0,323
x2= = = 13,157 ppm
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,689−0,323
x3= = = 19,263 ppm
𝑏 0,019
rata-rata(x) = 12,894 + 13,157 + 19,263 / 3
= 15,104 ppm
*faktor pengenceran
=10mg/0,5ml

*kadar non sampel baku

𝑦−𝑎 0,502−0,323
x1= = = 9,421 ppm
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,476−0,323
x2= = = 8,052 ppm
𝑏 0,019
𝑦−𝑎 0,505−0,323
x3= = = 9,578 ppm
𝑏 0,019
rata-rata (x) = 9,421 + 8,052 + 9,578 / 3
= 9,017 ppm
*kadar terukur = rata-rata kadar baku – rata-rata kadar non baku
= 15,104 ppm - 9,017 ppm
= 6,087 ppm
*kadar sebenarnya
= konsentrasi analit/fokus pengeceran
= (100mg/10ml) / (10 ml/0,5ml)=0,05 mg/ml=50 ppm
*% recovery = kadar terukur / kadar sebenarnya . 100%
= 6,087 ppm/50 .100%
= 12,174%

Jadi hasil % recovery yang didapat 12,174% adalah dan hasilnya tidak memenuhi
syarat karena syarat % recovery yang baik adalah 90-110%.
>Penentuan Kadar
Penimbanga sampel tablet paracetamol dan penggerusan sampel tablet
Kekuatan sediaan tablet paracetamol : 500 mg
Hasil Penimbangan:
Bobot
Tablet
(Mg)
1 0,609
2 0,509
3 0,667
4 0,567
5 0,609
6 0,546
7 0,678
8 0,587
9 0,621
10 0,556
11 0,512
12 0,670
13 0,509
14 0,677
15 0,654
16 0,509
17 0,667
18 0,678
19 0,699
20 0,655
rata-
0,609
rata
SD 0,067
RSD 11,011
(%)

Bobot serbuk tab= jumlah yg diminta/kekuatan sediaan x rata2 bobot tab


= 10/500 x 0,6094=0,012188

Bobot Rata-Rata Tablet : 609,4 mg

Bobot Penimbangan :12,917mg

Bobot Dietiket : 500 mg

mg/tab
Replikasi Generik x (x-x) (x-x)^2
generik
1 0,638 15,788 0,117 0,014 157,684
2 0,644 16,090 0,419 0,176 160,781
3 0,625 15,135 -0,536 0,287 151,188
rata-
rata-rata 15,671 jumlah 0,477 156,551
rata
SD 4,896
SD^2 23,968

Generik
0,638−0,3238
x1 = = 15,788
0,0,0199
0,644−0,3238
x2 = = 16,090
0,0199
0,625−0,3238
x3 = =15,135
0,0199
15,788+16,090+15,135
rata-rata x = = 15,671
3

𝑥 × 𝑣𝑝 ×𝑓𝑝
mg/tab = × bobot rata-rata tablet
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×1000
Generic:
15,78 × 10 ×20
x1:mg/tab = × 609,4 = 157,633 mg/tab
12,197 ×1000
16,09 × 10 ×20
x2:mg/tab = × 609,4 = 160,781 mg/tab
12,197 ×1000
15,13 × 10 ×20
x3:mg/tab = × 609,4 = 151,188 mg/tab
12,197 ×1000
rata-rata= 156,551 mg/tab

Mg/tab = (rata-rata x vp x fp ) x bobot rata rata tablet


( bobot penimbangan x1000)

= (15,671 x 10 x 20) x 609,4


(12,197 x 1000)

= 3.132x 609,4 = 156,594


12.197

% = mg/tab x 100%
Bobot dietiket

= 156,594 x 100%
500
= 31,318 %

Merk
Replikasi Merk X (x-x) (x-x)^2 mg/tab merk
1 0,615 14,633 -0,754 0,568 146,192
2 0,628 15,286 -0,101 0,010 152,687
3 0,647 16,241 0,854 0,730 162,680
rata-
rata-rata 15,387 1,308 153,720
rata
SD 8,094
SD^2 65,507

0,615−0,3238
x1 = =14,633
0,0199
0,628−0,3238
x2 = =15,286
0,0199
0,647−0,3238
x3 = =16,241
0,0199
14,633+15,286+16,241
rata-rata x = = 15, 386
3

14,63× 10 ×20
x1:mg/tab = × 609,4= 146,192 mg/tab
12,197 ×1000
15,28 × 10 ×20
x2:mg/tab = × 609,4 = 152,687 mg/tab
12,197 ×1000
16,24 × 10 ×20
x3:mg/tab = × 609,4 = 162,680 mg/tab
12,197 ×1000
rata-rata= 153,720 mg/tab

Mg/tab = (rata-rata x vp x fp ) x bobot rata-rata tablet


( bobot penimbangan x1000)
= (15,386 x 10 x 20) x 609,4
(12,197 x 1000)

= 3.0767x 609,4
12.197

= 153,746

% = mg/tab x 100%
Bobot dietiket

= 153,746 x 100%
500
= 30,749 %

Jadi persen kadar antara paracetamol generik dan merk tidak memenuhi syarat, yakni
31,318 % (generik) 30,749 % (merk) karena parameter % kadar yang baik adalah 80-
120%

*uji T Sampel test


1. rata-rata
Generik = 156,551
Merk = 153,719
2. SD
Generik = 4,896
Merk = 8,094
3. s²=sd²
Generik = 23,968
Merk = 65,507
4. simpangan baku gabungan
(𝑛1−1)𝑠12 +(𝑛2−1)𝑠22 (3−1)4,8962+(3−1)8,0942 (2)23,968+(2)65,507
S= √ (𝑛1+𝑛2−2)
= √ =√ =
(3+3−2) 4

√44,7375 = 𝟔, 𝟔𝟖𝟖
5.T hitung
𝑥̅ 1− 𝑥̅ 2 156,551 − 153,719 2,832
T= = = = 𝟎, 𝟓𝟏𝟖
1
𝑠.√𝑛1+𝑛2
1 1 1
6,688√3+3 5,457

6.Derajat bebas
n1+n2-2 = 3+3-2
=4
7.α = 0,05 -> untuk taraf 95% -> Probabilitas
8.T tabel = 0,550
Kesimpulan, jika t hitung > t table artinya ada perbedaan signifikan antara
dua variasi obat paracetamol tersebut.
9.Thitung : Ttabel
0,518:0,550
VI. PEMBAHASAN
Pada Praktikum ke 2 ini yang berjudul “Penetapan Kadar Parasetamol Pada
Sediaan Tablet Generik Dan Merk Dengan Metode Spektropotomertri Ultraviolet
Visibel” yang mana bertujuan agar Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar
paracetamol pada sediaan tablet generik dan merk dengan metode spektrofotometer
ultraviolet visible.

Spektrofotometer uv-vis merupakan teknik analisa spektroskopis dengan


menguunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tambah dengan
menggunakan instrumen. Prinsip kerjanya spektrofotometer uv-vis didasarkan pada
hukum lambert-beer, dimana apabila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media
maka sebagian cahaya tersebut ada yang diserap (Ia) sebagi pantulan (Ir) dan
sebagian dipancarkan.
Pada perlakuan yang pertama ialah Pembuatan larutan stok larutan baku
parasetamol 100 µg/ml berfungsi untuk bertujuan untuk menghindari penimbangan
yang berulang-ulang setiap kali membuat media. Disamping itu kadang-kadang
timbangan untuk menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak
tersedia di laboratorium, dengan cara meinimbang 10 mg parasetamol baku,
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml larutkan dengan alkohol sampai garis tanda.
Pipet 1 ml larutan stok dimasukkan ke dalam labu ukur 10 m1 diencerkan dengan
alkohol sampai garis tanda.

Lalu perlakuan yang selanjutnya adalah penetapan panjang gelombang


maksimal Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan karena panjang
gelombang suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang
berbeda. Panjang gelombang maksimum (λmaks) merupakan panjang gelombang
dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Tujuan
dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan
absorbansi untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada panjang
gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum
dengan cara kerja Ambil 0,2 ml larutan stok parasetamol baku 100 µg/ml,
masukkan ke dalam labu 10 m1 kemudian ditambah alkohol sampai garis tanda
dan diperoleh konsentrasi 2 µg/ml, divortek selama 10 detik dan discan dengan
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Berdasarkan
spektrum yang diperoleh ditentukan panjang gelombang maksimal.

Pada Gambar menunjukkan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum


parasetamol yang diperoleh adalah 248 nm. Panjang gelombang maksimum tersebut
menunjukkan bahwa serapan parasetamol berada pada daerah UV karena masuk
rentang panjang gelombang 200–400 nm. Secara teoritis serapan maksimum untuk
parasetamol adalah 244 nm . Ketidaksesuaian ini dikarenakan adanya pergeseran pita
penyerapan pada parasetamol. Pergeseran pita penyerapan tersebut karena pada
struktur molekul parasetamol memiliki gugus auksokrom yang terikat pada gugus
kromofor. Apabila gugus auksokrom terikat pada gugus kromofor maka akan
mengakibatkan pergeseran merah (batokromik) yaitu pergeseran pita absorbansi
menuju ke panjang gelombang yang lebih besar disertai dengan peningkatan
intensitas serapan yang disebut dengan efek hiperkromik.

Selanjutnya yaitu penetapan kurva baku yang bertujuan untuk kurva


hubungan antara konsentrasi paracetamol standar dan absorbansi pada panjang
gelombang maksimal), untuk menentukan persamaan regresi linier, dan untuk
menentukan kadar paracetamol dalam sediaan tablet menggunakan spektrofotometer
uv-vis.
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh
hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran
konsentrasi tertentu.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa
set larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Kurva kalibrasi merupakan
metode standar yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu analit
berdasarkan hukum Lambert-Beer. Penentuan kurva kalibrasi dilakukan dengan
menganalisis serangakaian konsentrasi larutan standar parasetamol diantaranya
adalah 8 ; 10 ; 12 ; 16 ; dan 10 ppm. Larutan dengan seri konsentrasi tersebut diukur
masing-masing serapannya pada panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu
248 nm. Pengukuran absorbansi larutan standar parasetamol pada panjang
gelombang maksimum dikarenakan pada daerah tersebut akan diperoleh titik serapan
terbesar untuk setiap larutan standar parasetamolnya.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan


standar parasetamol yang diukur maka semakin besar pula absorbansi yang
diperoleh. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang semakin tinggi, tingkat
kepekatan senyawa parasetamol juga semakin tinggi. Selain itu, hukum Lambert-
Beer menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi suatu sampel tertentu akan
mengubah absorbansi pada tiap panjang gelombang dengan suatu faktor yang
konstan. Pembuatan kurva kalibrasi standar dilakukan dengan memplot larutan
standar parasetamol (sumbu x) dan absorbansi (sumbu y), kemudian titik tersebut
dihubungkan dengan garis lurus. Berikut merupakan kurva kalibrasi standar Kurva
pada Gambar dapat dikatakan linier jika nilai koefisien korelasi yang diperoleh telah
memenuhi persyaratan yaitu ≤ 0,9970 yaitu 0,973. Berdasarkan hasil pengukuran
serapan larutan parasetamol dengan berbagai konsentrasi tersebut memberikan
persamaan linier y = 0,019x + 0,323 dengan nilai koefisien korelasinya (R) adalah
0,986 dan nilai koefisien determinasi (R2 ) yang diperoleh sebesar 0,973. Nilai
koefisien korelasi yang diperoleh tersebut merupakan hubungan antara konsentrasi
parasetamol dengan absorbansinya yaitu telah memenuhi kriteria (parameter) linier.
Nilai range linier yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam kurva kalibrasi tersebut
berlaku hukum Lambert-Beer, sehingga persamaan garis tersebut dapat digunakan
untuk menentukan validasi metode penentuan kadar parasetamol dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Visible.

Dimana pada data terdapat konsentrasi 8 ; 10 ; 12 ; 16 ; dan 10 ppm yang masing-masing


absorbansinya abs 0,459; 0,523; 0,598; 0,645; dan 0,709 dimana telah ditemukan nilai a
yaitu 0,323, nilai b yaitu 0,019 kemudian nilai R^2 nya 0,973 dan dengan begitu dapat
dipeoleh kurva bakunya yang linier lalu nilai y = 0,019x + 0,323 setelah itu dapat
mementukan nilai y dari masing-masing konsentrasi dimana pada y (8) dengan perhitungan
0,019(8) + 0,3238 =_0,483, y(10) dengan perhitungan 0,019(10) + 0,3238 = 0,522, y(12)
dengan perhitungan 0,019(12) + 0,3238 = 0,562, y(16) dengan perhitungan 0,019(16) +
0,3238 = 0,642, y(20) dengan perhitungan 0,019(20) + 0,3238 = 0,721 kemudian rata-
ratanya diperoleh 0,586 kemudian mencari nilai y-y(bar) hasilnya secara berurutan ialah -
0,103; -0,064; -0,024; 0,056 dan 0,135 bertujuan agar dapat menghasilkan nilai (y-
y(bar)^2) untuk mencari nilai SB, lalu hasil dari nilai(y-y(bar)^2) seacra berurutan
0,0107; 0,0041; 0,0006; 0,0031 dan 0,0183 dengan jumlah 0,037 lalu menghitung
nilai SB dengan rumus SB = √Ʃ (Y-Y)² / N-2 dan memperoleh 0,1104.
Selanjutnya Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Limit of
Detection (LOD) atau batas deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai
sebenarnya. Limit of Quantitation (LOQ) atau batas kuantitasi adalah jumlah analit
terkecil dalam sampel yang dapat ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian
dan ketepatan yang baik. Batas kuantitasi merupakan parameter pengujian kuantitatif
untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan
untuk menentukan adanya pengotor atau degradasi produk. Hasil dari penentuan nilai
LOD dengan rumus LOD=3.SB/b hasilnya 17,431 dan LOQ dengan rumus
LOQ=10.SB/b dengan hasil 58,105. Maka konsentrasi terkecil dari analit yang masih
bisa terdeteksi (LOD) 17,431 dan batas teratas yang masih dapat memberikan kurva
untuk analit(LOQ) 58,105.

Lalu setelah itu Penentuan Ketelitian (presisi) Ketelitian atau presisi adalah
ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur
melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara
berulang pada sampelsampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau
reproducibility (ketertiruan). Repeatability adalah keseksamaan metode jika
dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval
waktu yang singkat. Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan
pada kondisi yang berbeda. Pada data yang ada terdapat 6 replikasi dengan masing-
masing absorbansi 0,514; 0,532; 0,528; 0,487; 0,518 dan 0,478 lalu setelah itu kita
mencari nilai x dimana rumusnya x=y-a/b hasilnya secara berurutan adalah kemudian
setelah niali x diperoleh 10,052; 11; 10,789; 8,631; 10,263; dan 8,157 yang mana
rata-rata yang diperoleh 9,815 lalu mencari nilai (x-xbar) untuk nantinya
mendapatkan (x-xbar)^2 untuk menentukan nilai SD dan RSD dimana nilai yang
didapat (x-xbar) 0,237; 1,185; 0,974; -1,184; 0,448 dan -1,658 secara berurutan
adalah 0,056; 1,403; 0,948; 1,403; 0,200; 2,750dan nilai (x-xbar)^2 secara berurutan
dan sigma atau jumalh dari hasil (x-xbar)^ 6,761.

Nilai presisi dihitung menggunakan standar deviasi (SD) untuk menghasilkan


Relative Standard Deviasion (RSD) atau Coeficient Variation (CV). Kriteria seksama
diberikan jika metode memberikan nilai %RSD ≤2%. Semakin kecil nilai standar
deviasi yang diperoleh, maka makin kecil pula nilai koefisien variasinya Berdasarkan
data menunjukkan bahwa nilai standar deviasi yang diperoleh sebesar 1,162 dan nilai
% standar deviasi relative (%RSD) sebesar 11,839%. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa metode uji yang digunakan pada validasi metode penentuan
kadar parasetamol dalam sampel tablet obat dengan menggunakan spektrofotometri
UV Visible tidak memenuhi syarat nilai %RSD yang diterima. Nilai presisi tidak
dapat memberikan informasi bahwa metode ini dapat digunakan sebagai metode tetap
yang digunakan pada laboratorium.

Akurasi dari suatu metode analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh
dengan prosedur tersebut dari nilai yang sebenarnya. Akurasi merupakan ukuran
ketepatan prosedur analisis. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (%Recovery) analit yang ditambahkan. Pada data terdapat 3 replikasi yaitu
dengan masing-masing ada sampel baku dan sampel non baku, sampel baku replikasi
1 ; 2 dan 3 yaitu 0,568; 0,573 dan 0,689 lalu mencari kadar sampel baku dengan rumus
(persamaan kurva baku) dan mencari x sebagai replikasi dan y untuk sampel bakunya
dengan rumus X= y - 0,323 / 0,019 lalu hasil dari x1;x2 dan x3 ialah 12,894 ppm ;
13,157 ppm dan 19,263 ppm rata-ratanya 15,104 ppm dan selanjutnya mencari kadar
pada non sampel dimana pada replikasi 1; 2 dan 3 ialah 0,502; 0,476 dan 0,505 hasil
dari x1’x2dan x3 adalah 9,421 ppm ; 8,052 ppm dan 9,578 ppm rata-ratanya 9,017
ppm. Setelah di temukan kadar sampel baku dan non sampel baku beserta rata -
ratanya dapat menentukan kadar terukur dimana dengan (rata-rata kadar baku) –
(rata-rata kadar non baku) diperoleh 6,087 ppm setelah itu dapat mencari kadar
sebenernya dengan konsentrasi analit/faktor pengenceran dan konsentrasi analitnya
(100mg/10ml) / (10 ml/0,5ml)=0,05 mg/ml=50 ppm dari faktor pengenceran
diperoleh dari cara kerja yang diencerkan menghasilkan (10ml/0,5ml) hasil kadar
sebenarnya 50 ppm.

Tahap selanjutanya % recovery, dimana % Recovery merupakan proses


mengembalikan data dari kondisi yang rusak, gagal, atau tidak bisa ke kondisi awal
yang normal, dan berfungsi untuk memperoleh hasil yang yang baik atau tidak pada
kadar timbal pada air dengan rumus *% recovery = kadar terukur / kadar
sebenarnya . 100% dan hasil yang diperoleh 12,174 %, rata %recovery yang
diperoleh yaitu sebesar 12,174% . Menurut Harmita (2004), range nilai persen (%)
recovery analit yang dapat diterima adalah 90-110%. Range tersebut bersifat fleksibel
tergantung dari kondisi analit yang diperiksa berdasarkan jumlah sampel dan kondisi
laboratorium. Nilai %recovery yang diperoleh masuk dalam range yang dapat
diterima yaitu 90-110%, sehingga dapat dikatakan metode ini memiliki akurasi yang
baik.

Tahap selanjutnya adalah Penetapan kadar parasetamol dengan cara kerja


pada buku panduan yaitu a) Ambil 20 tablet parasetamol. Ditimbang satu per satu.
Dihitung bobot rata-rata tablet. b) Dua puluh tablet digerus hingga halus dan
homogen. Serbuk tablet ditimbang seksama sejumlah setara dengan 10 mg
parasetamol, masukkan ke dalam labu takar 10 m1 lalu larutkan dengan alkohol
sampai garis tanda. c) Ambil 1 ml, dimasukkan ke dalam labu 10 ml diencerkan
kembali dengan alkohol sampai garis tanda. d) Ambil 0,5 ml, masukkan dalam labu
ukur 10 m1 ditambahkan alkohol sampai garis tanda, divortek 10 detik lalu
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Prosedur ini dilakukan
untuk tablet parasetamol uji dan dibuat replikasi 3x.

Penentuan kadar parasetamol dilakukan dengan cara mengukur larutan


sampel uji yang diduga mengandung parasetamol pada panjang gelombang
maksimum yaitu 248 nm dengan pengulangan sebanyak 20 kali. Penetapan kadar ini
bertujuan untuk menjamin mutu serta keamanan suatu produk obat. Pada penetapan
kadar parasetamol ini digunakan Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi untuk
melihat kosentrasi terendah yang masih dapat terdeteksi oleh suatu alat.

Rata-rata bobot paracetamol yang diperoleh 609,4 mg, SD yang diperoleh


0,067, %RSD nya 11,011, bobot penimbanganya 12,917 mg, dan Bobot Dietiket 500
mg.pada obat generik dan merk itu terdapat 3 replikasi yang mana pada obat generik
hasil rata-rata atau hasil x seperti biasa yang mana di cari melalui rumus x=y-a/b dari
x1;x2 dan x3 adalah 15,788; 16,090 dan 15,135 rata-ratanya 15,671, kemudian
mencari (x-xbar)^2 dengan jumlah 0,477 . setelah itu kita menjadi mg/tab dari
masing-masing replikasi pada obat generik dengan rumus x.vp.fp/bobot
penimbangan. 1000 lalu dikalikan bobot rata-rata tablet, hasil x1; x2 dan x3 nya
adalah 157,633 mg/tab; 160,781 mg/tab dan 151,188 mg/tab dengan rata-rata 156,551
mg/tab lalu % dari mg/tab : bobot dietiket .100% adalah 31,318% kemudian dapat
mencari nilai SD yaitu 4,896 dan SD^2 nya 23,968.
Hal serupa dilakukan pada obat merk terdapat 3 replikasi yang mana pada
obat generik hasil rata-rata atau hasil x seperti biasa yang mana di cari melalui rumus
x=y-a/b dari x1;x2 dan x3 adalah 14,633; 15,286; dan 16,241 rata-ratanya 15, 386
kemudian mencari (x-xbar)^2 dengan jumlah 1,308. setelah itu kita menjadi mg/tab
dari masing-masing replikasi pada obat generik dengan rumus x.vp.fp/bobot
penimbangan. 1000 lalu dikalikan bobot rata-rata tablet, hasil x1; x2 dan x3 nya
adalah146,192 mg/tab; 152,687 mg/tab dan 162,680 mg/tab dengan rata-rata 156,594
mg/tab lalu % dari mg/tab : bobot dietiket .100% adalah 30,749 % kemudian dapat
mencari nilai SD yaitu 8,094 dan SD^2 nya 65,507. Jadi persen kadar antara
paracetamol generik dan merk tidak memenuhi syarat, yakni 31,318 % (generik)
30,749 % (merk) karena parameter % kadar yang baik adalah 90-110%.

Menurut Werner, dkk (2010) bahwa besarnya kadar parasetamol dalam


sediaan tablet yaitu 500. Hasil rata-rata kadar parasetamol yang diperoleh yaitu
kurang dari besarnya kadar yag seharusnya ada dalam obat sediaan tablet tersebut.
Sedangkan persentase kadar parasetamol yang diperoleh sebesar 31,318 % (generik)
30,749 % (merk) . Menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun
1995, bahwa besarnya kadar zat aktif senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak
kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.

Hasil yang diperoleh dari pengujian ini menunjukkan ketidaksesuaian antara


hasil pengujian dengan standar yang telah ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi
ketidaksesuain hasil pengujian yaitu bisa saja terdapat pada pelarut yang digunakan
dalam pengujian seperti metanol dan air 3;1. Metanol termasuk dalam pelarut organik
yang mudah menguap sehingga sebelum pengukuran sampel dengan alat
spketrofotometer dimungkinkan sebagian zat aktif parasetamol dalam larutan sampel
telah menguap bersama dengan pelarut metanol tersebut yang menyebabkan hasil
penyerapannya berkurang serta kurangnya faktor penggocokkan sebelum larutan
sampel hendak diukur juga mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam pengujian,
sebab larutan harus benar-benar homogen agar didapatkan hasil yg maksimal dalam
pengujian.

Lalu setelah itu kami masuk pada tahap selanjutnya yaitu uji T sampel test
dimana akan ada 9 point yang pertama ialah rata-rata generik yaitu 156,551 dan merk
153,719, selanjutnya nilai SD pada masing-masing sampel Generik = 4,896 dan
Merk = 8,094 kemudian masuk ke yang ketiga yaitu menentukan nilaiSD^2 yaitu
Generik = 23,968 dan Merk = 65,507, yang keempat yaitu mencari simpangan baku
gabungan dimana uji untuk mengukur seberapa statistik ukuran sebaran yang paling
lazim disini ialah kadar paracetamol hasil yang diperoleh 6,688, kemudian Thitung
mencari nilai hasilnya 0,518 yang mana akan dibandingkan dengan T tabel yang
dihitung secara sistem , kemudian mencari derajat bebas dengan rumus n1+n2 -2
hasilnya 4 dan nilai α = 0,05 -> untuk taraf 95% -> Probabilitas, T tabel yang
dihasilkan 0,550 Kesimpulan, jika t hitung > t table artinya ada perbedaan signifikan
antara dua variasi obat paracetamol tersebut. Terkahir perbandingan Thitung:Ttabel
0,518:0,550.
VII. KESIMPULAN
Pada Praktikum ke 2 ini yang berjudul “Penetapan Kadar Parasetamol Pada
Sediaan Tablet Generik Dan Merk Dengan Metode Spektropotomertri Ultraviolet
Visibel” yang mana bertujuan agar Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar
paracetamol pada sediaan tablet generik dan merk dengan metode spektrofotometer
ultraviolet visible. Kesimpulannya:
1. Panjang gelombang :
 Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum parasetamol
yang diperoleh adalah 248 nm. Panjang gelombang maksimum
tersebut menunjukkan bahwa serapan parasetamol berada pada
daerah UV karena masuk rentang panjang gelombang 200–400
nm. Secara teoritis serapan maksimum untuk parasetamol adalah
244 nm . Ketidaksesuaian ini dikarenakan adanya pergeseran pita
penyerapan pada parasetamol
2. Kurva baku :
 nilai y pada konsentrasi 8 ; 10 ; 12 ; 16 ; dan 10 ppm (0,483; 0,5228;
0,5626; 0,6422; 0,7218) ratanya 0,586
 Persamaan kurva bakunya Y=bx + a /Y=0,019x + 0,3238
 Jumlah nilai (y-ybar^2) adalah 0,037
 Nilai SB adalah 0,1104
 Nilai LOD 17,431 yaitu LOQ 58,105 yaitu konsentrasi terkecil
dari analit yang masih bisa terdeteksi (LOD) 17,431 dan batas
teratas yang masih dapat memberikan kurva untuk analit(LOQ)
58,105
3. Presisi:
 Nila x pada 6 replikasi yaitu (10,052; 11; 10,789; 8,631; 10,263 dan
8,157.rata-rata 9,815
 Jumlah dari (x-xbar)^2 yaitu 6,761
 Nilai SD nya yaitu 1,162
 Nilai RSD nya 11,839%
 Maka RSD yang diperoleh kurang teliti dikarenakan >2% yaitu
11,839% sedangkan parameter RSD yang baik adalah <2%
4. Akurasi
 Pada 3 replikasi kadar sampel baku dihasilkan dari perhitungan x
(12,894 ppm; 13,157 ppm dan 19,263 ppm) rata-ratanya 15,104 ppm
ppm.lalu kadar non sampelnya (9,421 ppm ; 8,052 ppm dan 9,578
ppm ) rata-ratanya 9,017ppm.
 Kadar terukur nya diperoleh 6,087 ppm
 Kadar sebenernya yaitu diperoleh 50 ppm
 %recovery diperoleh 12,174%
 Jadi hasil % recovery yang didapat 12,174% adalah dan hasilnya tidak
memenuhi syarat karena syarat % recovery yang baik adalah 90-
110%.
5. Penentuan kadar:
 Kekuatan sediaan tablet paracetamol : 500 mg
 Bobot Rata-Rata Tablet : 609,4 mg
 Bobot Penimbangan :12,917mg
 Bobot Dietiket : 500 mg
 Nilai SD nya 0,067
 Nilai RSD nya 11,011
 hasil x seperti biasa yang mana di cari melalui rumus x=y-a/b dari
x1;x2 dan x3 adalah 15,788; 16,090 dan 15,135 rata-ratanya
15,671.
 Nilai (x-xbar)^2 dengan jumlah 0,477
 Hasil mg/tab x1; x2 dan x3 nya adalah 157,633 mg/tab; 160,781
mg/tab dan 151,188 mg/tab dengan rata-rata 156,551 mg/tab lalu
% dari mg/tab : bobot dietiket .100% adalah 31,318% kemudian
dapat mencari nilai SD yaitu 4,896 dan SD^2 nya 23,968.
 Hasil x x1;x2 dan x3 adalah 14,633; 15,286; dan 16,241 rata-
ratanya 15, 386, (x-xbar)^2 dengan jumlah 1,308. setelah itu kita
menjadi mg/tab hasil x1; x2 dan x3 nya adalah146,192 mg/tab;
152,687 mg/tab dan 162,680 mg/tab dengan rata-rata 156,594
mg/tab lalu % dari mg/tab adalah 30,749 % kemudian nilai SD
yaitu 8,094 dan SD^2 nya 65,507.
 Jadi persen kadar antara paracetamol generik dan merk tidak
memenuhi syarat, yakni 31,318 % (generik) 30,749 % (merk)
karena parameter % kadar yang baik adalah 90-110%.
 Hasil yang diperoleh dari pengujian ini menunjukkan
ketidaksesuaian antara hasil pengujian dengan standar yang telah
ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi ketidaksesuain hasil
pengujian yaitu bisa saja terdapat pada pelarut yang digunakan
dalam pengujian.
6. Uji T:
 rata-rata
Generik = 156,551
Merk = 153,719
 SD
Generik = 4,896
Merk = 8,094
 s²=sd²
Generik = 23,968
Merk = 65,507
 simpangan baku gabungan hasilnya 6,688
 T hitung hasilnya diperoleh 0,518
 Derajat bebas hasilnya 4
 α = 0,05 -> untuk taraf 95% -> Probabilitas
 .T tabel = 0,550
Kesimpulan, jika t hitung > t table artinya ada perbedaan
signifikan antara dua variasi obat paracetamol tersebut.
 Thitung : Ttabel (0,518:0,550)
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Adeeyinwo,C.E, Okorie,N.N, I down, a.O.2013.Basic Calibration of Uv/Visible


Spectrofotometer.Akure:Department Of Chemistry

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), 2011, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor
HK.04.1.33.12.11.09937 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB), Jakarta: BPOM

Cairns.D.2009.Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua.Jakarta:EGC


Henry, Arthur, Suryadi MT dan Arry Tanuar.2002.Analisis Spektrofotometri Uv-Vis
Pada Obat Influenza dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier.
Jakarata: UI Press

Ibrahim, T., Agnihotri, S., Agnihotri, A.K., 2013, Paracetamol Toxicity-An


Overview. Emergency Med, Vol. 3: 158. International Conference on
Harmonization (ICH), 2005, Validation of Analytical Procedures: Text and
Methodology Q2(R1), tersedia di http://www.ich.org, diakses pada tanggal 12
April 2017.

Saputra, Y.E.2009.Spektrofotometri. Jakarta:EGC

Sutopo.2006.Kimia Analisis.Exakta:Solo.

Tetrasari dan Hermini., 2003, Validasi Metode Analisis. Pusat Pengkajian Obat dan
Makanan BPPOM. Tulandi, G. P., Sudewi, S., Lolo, W. S., 2015, Validasi
Metode Analisis untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet
Secara Spektrofotometri Ultraviolet, PHARMACON, Vol. 4, hal. 169-17.

Werner, D., Thuman, C., Maxwell, J., 2010, Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak
Ada Dokter (Where There Is No Doctor). Yogyakarta: C.V Andi Offset
(Penerbit Andi).

Anda mungkin juga menyukai