Anda di halaman 1dari 21

IDENTIFIKASI BKO (BAHAN KIMIA

OBAT) GOLONGAN ANALGESIK


DAN NSAID DALAM JAMU
Nama Anggota Kelompok :
KELOMPOK 3

1. LIANA AGUSTIANI (201030700202)


2. MAULIDIA LESTARI (201030700171)
3. MIA ROHMATUDZAKIYYAH (201030700181)
4. NUR ANISSAH (201030700147)
5. PIPIT MUTIASIH (201030700228)
6. RIKA RAHMAWATI (201030700195)
7. SUSI SUSILAWATI (201030700173)
Definisi Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang


berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat (Menkes RI, 2012).
Kategori Obat Tradisional

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI tahun 2004 Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.

1. Jamu 2. Obat Herbal 3. Fitofarmaka


Bahan atau ramuan bahan yang Terstandar
Fitofarmaka adalah sediaan obat
berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan alam yang dapat disejajarkan
bahan mineral, sediaan serian Obat Herbal Terstandar (OHT)
adalah sediaan obat bahan alam dengan obat modern karena telah
(generik), atau campuran dari dibuktikan keamanan dan khasiatnya
bahan yang secara turun temurun yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah secara ilmiah dengan uji praklinik
telah digunakan untuk pengobatan pada hewan dan uji klinik pada
berdasarkan pengalaman dan dengan uji praklinik pada hewan
dan bahan bakunya telah di manusia, bahan baku dan produk
dapat diterapkan sesuai dengan jadinya telah di standarisasi.
norma yang berlaku di masyarakat. standarisasi.
Analisis Bahan Kimia Obat

Bahan kimia obat (BKO) merupakan zat-zat kimia yang


digunakan sebagai bahan utama obat kimiawi yang biasanya
ditambahkan dalam sediaan obat tradisional/jamu untuk
memperkuat indikasi dari obat tradisional tersebut.

Golongan analgesik memiliki mekanisme yaitu


mengaktivasi reseptor opioid pada SSP untuk mengurangi
rasa nyeri. Aktivasi dari obat tersebut diperantarai oleh
reseptor mu (µ) yang dapat menghasilkan efek analgesik di
SSP dan perifer (Nugroho, 2012).

NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase-1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) sehingga
menurunkan produksi prostaglandin (PGE2) dan prostasiklin (PGI2) yang merupakan mediator inflamasi
sehingga mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi.
Kenapa Jamu Tidak Boleh Ada BKO??

Jamu yang mengandung BKO sangat membahayakan bagi kesehatan apalagi jika
digunakan dalam waktu yang lama. Efek samping yang dapat terjadi antara
lain dapat menyebabkan tukak lambung, gagal ginjal dan gangguan hati (liver).

Tujuan Ditambahkan Bko???


Produsen menambahkan BKO yaitu semata-mata untuk meningkatkan nilai jual
produknya dan meraup keuntungan yang besar, karena sebagian besar konsumen
menyukai produk jamu yang memiliki efek farmakologis cepat pada tubuh (Wirastuti dkk,
2016).
METODE IDENTIFIKASI
GOLONGAN ANALGESIK

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


3. KLT-Densitometri

4. Kromatografi Gas (KG)


5. Spektrofotometri UV-VIS
Identifikasi Parasetamol Dalam Jamu Menggunakan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Bahan yang digunakan Sampe ljamu pegal linu, Parasetamol, silika gel GF254, etanol 96%, kloroform,
Bahan
kloralhidrat, kertas saring

Gerus parasetamol hingga homogen, ditimbang sebanyak 50 mg ditambahkan pelarut etanol 96% 10 ml,
Metode Pembuatan Pembanding
kocok hingga homogen kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan dimasukkan dalam
Parasetamol
vial

Pembuatan Larutan Uji Sampel jamu ditimbang ± 500 mg, ditambah 10 ml etanol 96%, disaring kemudian diuapkan

Diukur 9 ml etil asetat dan 1 ml kloroform untuk membuat fase gerak dengan perbandingan 9:1, lalu
Pembuatan Fase Gerak
masukkan etil asetat dan kloroform kedalam chamber tunggu hingga jenuh

Totolkan larutan sampel uji dan larutan sampel Parasetamol pada plat KLT yang sama, masukkan plat
KLT pada bejana/chamber kromatografi yang telah berisi larutan pengembang (eluen), amati titik noda
Uji KLT
pada plat KLT, hitung nilai Rf dan bandingkan nilai Rf dengan nilai Rf baku standar Bahan Kimia Obat
(BKO).

Bila nilai Rf larutan Uji dan larutan baku parasetamol sama, berarti sampel tersebut mengandung bahan
Analisis Data kimia obat (BKO) yaitu parasetamol. Karena Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0, Nilai Rf yang baik
menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8.
Penjelasan
Dari ketiga kali pengujian dengan menggunakan metode KLT pada sampel jamu
pegal linu di dapat hasil nilai rata-rata pada Sampel yaitu 1 yang menunjukkan
pada sampel tersebut positif mengandung parasetamol. Hal tersebut dapat dilihat
terdapat noda kuning pada hasil pengujian sampel dengan metode KLT.

Dari ketiga kali pengujian dengan menggunakan metode KLT


pada sampel jamu pegal linu di dapat hasil nilai rata-rata pada
Sampel yaitu 1 yang menunjukkan pada sampel tersebut positif
mengandung parasetamol. Hal tersebut dapat dilihat terdapat
noda kuning pada hasil pengujian sampel dengan metode KLT.
Identifikasi Antalgin Pada Jamu Pegal Linu
Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Bahan Antalgin, jamu pegal linu, methanol, aquades

Hasil KLT preparatif yang telah dikecok dilarutkan dalam fase gerak KLT preparatif, kemudian
Pembuatan Larutan Sempel
saring dan diupkan samapi habis, hasil penguapan ditambahkan fase gerak HPLC

Pelarut yang untuk fase gerak adalah campuran metanol dan aquades (75 : 25). Fase gerakdi
Pembuatan Fase Gerak
sonikator selama15 menit

Baku pembanding ditimbang seksama sejumlah 10 mg, dimasukkan kedalam labu takar 10 mL,
Pembuatan Larutan Baku Kerja &
dilarutkan dengan fase gerak sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 1000 μ
Penentuan Panjang Gelombang
Optimasi panjang gelombang menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Larutan baku konsentrasi
Maksim
20 μg/mL, discanning pada panjang gelombang 200-400 nm

Larutan sempel disaring dengan kertas saring, kemudian di sonikasi selama 5 menit. Larutan
sampel diinjeksikan sebanyak 20 μL ke HPLC dengan lajualir 1,0 mL/menit pada panjang
Penetapan Kadar
gelombang282 nm untuk penetapan kadar antalgin dan 238 nm untuk penetapan kadar
deksametason natriumfosfat.
Penjelasan
Metode HPLC yang memerlukan panjang gelombang maksimum untuk dapat membaca
kadar atau konsentrasi antalgin pada detector. Ntalgin memiliki gugus kromofor yaitu C=C
dan C=O, sedanfkan gugus auksokrom adalah N2SO3 sehingga dapat diketanui panjang
gelombang maksimum antalgin adala 282 nm. Kurva baku antalgindan deksametason
natrium fosfat memiliki linearitas yang baik. Hal ini dikerenakan nilai kisaran r2berada
pada rentang 0,9 ˂ R2˂ 1. Nilai r sebagai 0,999 menyatakan semua titik terletak pada garis
lurus yang lerengnya positif karena nilai berada pada -1 ≤ r ≤ 1.
Identifikasi Kandungan Paracetamol Pada Jamu
Metode KLT-Densitometri
Bahan Paracetamol, etanol 96 %, methanol, kloroform dan etil asetat

Pembanding Paracetamol ditimbang 10 mg kemudian dilarutkan dengan 10 mL methanol dengan


Pembuatan larutan baku
konsentrasi 1000 ppm. Dari konsentrasi 1000 ppm tersebut di pipet sebanyak 2,5 mL dan di
paracetamol
cukupkan hingga 5 mL metanol sehingga diperoleh konsentrasi 500 ppm.

Sampel jamu A, B, C, D dan E hasil meserasi masing-masing ditimbang sebanyak 10 mg


Pembuatan larutan sampel kemudian dilarutkan dengan 10 mL etanol 96%. Kemudian dipipet sebanyak 1 mL dan dilarutkan
dengan 10 mLetanol 96%

Disiapkan lempeng KLT dengan ukuran 12 x 10 cm, dengan tepi atas ditandai 0,5 cm dan tepi
bawah ditandai 1 cm. Dari larutan baku dengan konsentrasi 500 ppm, kemudian ditotolkan
dengan menggunakan mikropipet dengan variasi konsentrasi 1 µL, 2 µL, 3 µL, 4 µL, dan 5 µL.
Penentuan kadar paracetamol Kemudian ekstrak cair jamu A, B, C, D dan E ditotolkan dengan menggunakan mikropipet
pada sampel sebanyak 2 µL pada lempeng KLT yang sama. Lempeng di elusi dalam chamber yang berisi
kloroform : etil asetat (1 : 9). Noda yang terpisah diamati dengan lampu UV 254 nm dan diukur
dengan KLT-densitometri pada panjang gelombang maksimum 254 nm, dilakukan analisis
terhadap hasil scan
Penjelasan

Dari hasil menunjukkan bahwa sampel jamu A positif mengandung Paracetamol. Hal
ini didasarkan karena nilai Rf sampel jamu A dan nilai Rf baku pembanding
paracetamol sama. Adapun kadar paracetamol pada jamu A yaitu 475,421 µg/mL
dengan persentase 4,754%.
Identifikasi Metampiron Pada Jamu Pegal Linu
Metode Spektrofotometri UV-VIS
Sampel jamu pegal linu, asam asetat glasial, etil asetat, methanol, kertas
Bahan
Whatman dan akuades

Masukkan larutan asam asetat glasial 0,5 mL ke dalam labu ukur 100 mL + akuades hingga tanda
Pembuatan Larutan blanko
garis dan dihasilkan larutan encer 0,5% asam asetat glasial dalam akuades.

Pembuatan Larutan Induk 50 mg metampiron estándar > labu ukur 50 mL. Larutkan dengan larutan blanko hingga 50 mL,
Metampiron menghasilkan larutan dengan konsentrasi 1000 ppm.

Penentuan Panjang Gelombang 4 mL larutan induk metampiron > ke dalam kuvet, kemudian lakukan pengukuran pada daerah
Maksimum panjang gelombang UV rentang 200 – 400 nm.

Larutan induk metampiron dibuat kurva baku sebesar 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm.
Pembuatan Kurva Baku
Ambil masing-masing sebanyak 4 mL masukkan ke dalam kuvet dan diukur pada panjang
Metampiron
gelombang maksimum hasil scanning.

Sampel jamu pegal linu ditimbang sebanyak 50 mg, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
Tambahkan dengan larutan blanko hingga garis tanda lalu dikocok, sehingga menghasilkan
Pembuatan Larutan Sampel larutan dengan konsentrasi 1000 ppm. Vorteks larutan sampel tersebut selama 5 menit. Ambil
larutan sebanyak 4 mL dan masukkan ke dalam kuvet, diukur pada panjang gelombang
maksimum hasil scanning.
Penjelasan
Sampel jamu pegal linu tersebut dapat dikatakan positif karena menghasilkan harga faktor retensi yang
sama dengan baku pembanding yaitu sebesar 0,457. Bercak yang diamati menggunakan sinar UV
menghasilkan warna biru, begitu juga dengan bercak yang dihasilkan pada sampel 1. Untuk sampel yang
positif teridentifikasi mengandung BKO metampiron dilakukan pengukuran kadar menggunakan
spektrofotometri UV. Hasil yang diperoleh dari pengukuran menggunakan spektrofotometri UV yaitu
diperoleh kadar metampiron yang terdapat di dalam sampel 1 sebesar 1,263%.

Note : penambahan BKO tidak boleh dilakukan


walaupun kurang dari 1%. Hal ini dikarenakan
melanggar keputusan PERMENKES RI no. 007 Pasal
7 (1) tahun 2012,
Metode Identifikasi Golongan NSAID

01 Kromatografi Lapis Tipis

02 KLT-DENSITOMETRI
Identifikasi Natrium Diklofenak Dalam Jamu Pegal Linu
Metode Kromatografi Lapis Tipis
Bahan yang digunakan Jamu pegal linu, Natrium diklofenak baku pembanding, Toluen, Etil asetat, Asam
Bahan
asetat glasial, Metanol, Aquadest

Metode Pembuatan Ditimbang Natrium diklofenak sebanyak 10 mg dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, kemudian
Pembanding Parasetamol dilarutkan dengan metanol sampai garis tanda

Timbang sampel jamu lebih kurang 1 gram di masukkan ke dalam erlenmeyer, di tambahkan metanol 20
Pembuatan Larutan Uji ml, kemudian kocok selama 20 menit dan disaring. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali. Kemudian filtrat
diuapkan di atas penangas air pada suhu lebih kurang 70°C sampai volumenya ± 5 ml

Fase gerak yang di gunakan yaitu Toluen : Etil Asetat : Asam Asetat Glasial (60:40:1) dibuat dalam labu
Pembuatan Fase Gerak
ukur 100 ml kemudian di kocok hingga Homogen

Totolkan larutan sampel uji dan larutan sampel Parasetamol pada plat KLT yang sama, masukkan plat
KLT pada bejana/chamber kromatografi yang telah berisi larutan pengembang (eluen), amati titik noda
Uji KLT
pada plat KLT, hitung nilai Rf dan bandingkan nilai Rf dengan nilai Rf baku standar Bahan Kimia Obat
(BKO).
HASIL ANALISIS
Apabila selisih antara bercak sampel dengan bercak baku pembanding kurang
dari 0,05 maka sampel dinyatakan positif mengandung BKO dan apabila lebih
dari 0,05 maka sampel dinyatakan negatif mengandung BKO.
Identifikasi Ibuprofen Dalam Jamu Pegal Linu
Metode KLT-Densitometri
Bahan yang digunakan adalah lempeng aluminum KLT silika gel, senyawa, ibuprofen, pelarut etanol, kloroform,
Bahan
metanol, aseton, toluene, eter, dan sampel jamu pegel linu

Metode Pembuatan
Larutan baku dibuat dengan menimbang senyawa baku 62,5 mg dan melarutkannya dengan etanol hingga 10,0
Pembanding
ml sehingga diperoleh larutan induk
Parasetamol

Timbang 1/40 bobot kemasan jamu, lalu dimasukkan ke dalam labu 10 ml, dicukupkan
Pembuatan Larutan Uji volumenya dengan etanol. Didiamkan selama 10 menit hingga bagian tidak larut mengendap sempurna. Bagian
terlarut dari sampel diambil dengan spuit dan digunakan sebagai larutan sampel.

Fase gerak yang digunakan adalah salah satu dari campuran berikut: kloroform-aseton (4:1), toluen-etanol
Pembuatan Fase Gerak
(7:3), dan kloroform-etanol (7:1), yang dapat memisahkan paling baik ketiga senyawa pada rentang Rf 0,2-0,8

Larutan sampel, dan larutan baku ditotolkan pada lempeng KLT yang sama, dielusi dan dianalisis dengan
UJI KLT
metode yang diusulkan.

Identifikasi zat uji dilakukan dengan membandingkan kesesuaian nilai Rf dan spektrum serapan bercak dari
sampel dengan nilai Rf dan spektrum serapan bercak senyawa baku dari larutan sampel adisi dan larutan baku.
Analisis Data Banyaknya atau konsentrasi zat uji dalam sampel dihitung dari luas puncak bercak yang diperoleh. Masing-
masing sampel dianalisis tiga kali. Hasil yang
diperoleh merupakan rata-rata kandungan zat uji dalam satu dosis tunggal sampel.
HASIL ANALISIS
Identifikasi zat uji dilakukan dengan membandingkan kesesuaian nilai Rf dan spektrum
serapan bercak dari sampel dengan nilai Rf dan spektrum serapan bercak senyawa baku
dari larutan sampel adisi dan larutan baku. Banyaknya atau konsentrasi zat uji dalam
sampel dihitung dari luas puncak bercak yang diperoleh. Masing-masing sampel dianalisis
tiga kali. Hasil yan diperoleh merupakan rata-rata kandungan zat uji dalam satu dosis
tunggal sampel.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, and includes icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai