Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM I

IDENTIFIKASI SENYAWA BKO PADA SEDIAAN JAMU DENGAN METODE KLT

1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi senyawa Bahan
Kimia Obat (BKO) yang terkandung dalam sediaan jamu dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).

2. Dasar Teori
Jamu merupakan warisan budaya bangsa Indonesia berupa ramuan bahan
tumbuhan obat yang telah digunakan secara turun temurun lebih dari tiga generasi
yang terbukti aman dan mempunyai manfaat bagi kesehatan. Faktor yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan jamu adalah keamanan, dimana jamu yang beredar
di masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya tidak boleh
mengandung bahan-bahan kimia obat (BKO). BKO yang ditambahkan oleh pembuat
jamu untuk menambah khasiat jamu dan memberikan efek jamu yang lebih instan
dibandingkan jamu yang tidak mengandung bahan kimia obat, hal ini dapat
membahayakan kesehatan. Berdasarkan hasil pengawasan dan pemeriksaan yang
dilakukan BPOM tahun 2016, BKO yang terdapat pada jamu pegal linu diantaranya
adalah parasetamol.
Parasetamol atau yang biasa disebut dengan acetaminofen meupakan obat
golongan analgetik dan antipiretik yang diindikasikan untuk nyeri ringan sampai sedang,
nyeri sesudah operasi. Parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik
yang banyak digunakan khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, karena
selain harganya yang terjangkau juga memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi
sistem saraf pusat secara selektif dan relatif aman dengan penggunaan dosis terapi.
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, parasetamol merupakan serbuk hablur
putih, tidak berbau, dan memiliki rasa sediki pahit. Parasetamol larut dalam 1:70 air
dingin, 1:20 air mendidih, 1:7 etanol, 1:13 aseton, 1:40 gliserol, 1:9 propilen glikol serta
larut dalam metanol, dimetil formalmida, etil diklorida, dan dalam larutan alkali
hidroksida. Parasetamol memiliki titik leleh 168-172ºC dan pH 5,3-6,5.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan suatu teknik kromatografi yang
digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. KLT dilakukan pada
selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan
adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida, atau selulosa. Lapisan tipis adsorben
diketahui sebagai fase stasioner (fase diam). Setelah sampel diaplikasikan pada plat,
suatu pelarut atau campuran pelarut (dikenal sebagai fase gerak) dialirkan ke atas
melalui plat berdasarkan gaya kaliparitas. Oleh karena analit yang berbeda mengalir
menaiki plat KLT dengan laju yang berbeda, maka terjadilah pemisahan komponen
dalam analit tersebut.
Dalam KLT, hasil-hasil yang diperoleh digambarkan dengan mencantumkan nilai
Rf nya yang merujuk pada migrasi relatif analit terhadap ujung depan fase gerak atau
eluen, dan nilai ini terkait dengan oefisien distribusi komponen. Maka nilai Rf
didefinisikan sebagai berikut.

Jarak yang ditempuh fase diam


Rf =
Jarak yang ditempuh fase gerak

Nilai Rf dapat digunakan sebagai cara untuk analisis kualitatif.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Batang pengaduk
 Cawan porselin
 Corong gelas
 Erlenmeyer 100ml
 Glass chamber
 Gelas ukur 5ml, 10 ml dan 100 ml
 Lampu UV 254 dan 366 nm
 Lempeng KLT
 Penangas air
 Pipa kapiler
 Timbangan analitik
 Vial 10 ml

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Aluminium foil
 Amonia
 Aquades
 Etanol
 Etil asetat
 Kertas saring
 Kloroform
 Metanol
 Paracetamol baku
 Sampel jamu pegal linu

4. Cara Kerja
a. Pembuatan larutan uji
 Sampel jamu ditimbang sebanyaak 500 mg.
 Masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 10 ml etanol.
 Dikocok dan diaduk selama 30 menit kemudian disaring.
 Filtrat diuapkan di atas penangas air hingga kering.
 Sisa penguapan dilarutkan dengan 5 ml etanol.
b. Pembuatan larutan kontrol
 Timbang sampel jamu sebanyak  500 mg, masukkan ke dalam erlenmeyer.
 Tambahkan 30 mg parasetamol baku, kemudian tambahkan 10 ml etanol
 Diaduk dan dikocok selama 30 menit, kemudian disaring.
 Filtrat diuapkan dengan penangas air hingga kering.
 Sisa penguapan dilarutkan dengan 5 ml etanol.
c. Pembuatan baku pembanding parasetamol 0,1% b/v dalam etanol
 Timbang parasetamol baku 100 mg.
 Masukkan kedalam labu ukur, dilarutkan dengan etanol hingga 100,0 ml
etanol, lalu dihomogenkan.
d. Pembuatan fase gerak (eluen) etil asetat:etanol:amonia (85:10:5)
 Diukur 4,5 ml etil asetat, 5 ml etanol dan 2,5 ml amonia.
 Dicampurkan ketiganya kemudian dimasukkan ke dalam glass chamber.
 Jenuhkan eluen dengan menggunakan kertas saring.
e. Penyiapan fase diam (lempeng KLT)
 Plat KLT diaktifkan selama 30 menit di dalam oven dengan suhu 120˚C.
 Beri garis menggunakan pensil dengan jarak 0,5 cm dari tepi atas dan 1 cm dari
tepi bawah.
 Lakukan penotolan untuk larutan uji, larutan kontrol dan larutan baku pada
lempeng KLT dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian angin-anginkan.
 Skala masing-masing untuk tempat penotolan larutan uji adalah 1,5 cm.
f. Pengerjaan KLT
 Masukkan lempeng KLT kedalam glass camber yang berisi eluen yang sudah
dijenuhkan. Tunggu hingga eluen mencapai batas atas.
 Amati bercak pada lempeng KLT di bawah sinar UV 254 dan 366 nm.
 Hitung Nilai Rf

5. Tabel Pengamatan
Jarak Penampakan Penampakan
Spot
Jenis Sampel Rambat Bercak pada lampu Bercak pada lampu
Bercak
(cm) UV 254 nm UV 366 nm
Baku Parasetamol 1

Jamu A 2

Jamu B 2

PRAKTIKUM II
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penetapan kadar paracetamol
dengan metode Spektrofotometri UV-Vis.

2. Dasar Teori
Parasetamol atau yang biasa disebut dengan acetaminofen meupakan obat
golongan analgetik dan antipiretik yang diindikasikan untuk nyeri ringan sampai sedang,
nyeri sesudah operasi. Parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik
yang banyak digunakan khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, karena
selain harganya yang terjangkau juga memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi
sistem saraf pusat secara selektif dan relatif aman dengan penggunaan dosis terapi.
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, parasetamol merupakan serbuk hablur
putih, tidak berbau, dan memiliki rasa sediki pahit. Parasetamol larut dalam 1:70 air
dingin, 1:20 air mendidih, 1:7 etanol, 1:13 aseton, 1:40 gliserol, 1:9 propilen glikol serta
larut dalam metanol, dimetil formalmida, etil diklorida, dan dalam larutan alkali
hidroksida. Parasetamol memiliki titik leleh 168-172ºC dan pH 5,3-6,5.
Spetrofotometri UV-Vis merupakan satu teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak
(380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Batang pengaduk
 Botol semprot
 Erlenmeyer
 Gelas kimia
 Kuvet
 Lumpang dan Alu
 Pipet tetes
 Spektrofotometer UV-Vis
 Sudip/Pengorek
 Timbangan Analitik

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Aquades
 Etanol
 Paracetamol baku
 Tablet paracetamol
4. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Blanko
 Pipet etanol sebanyak 5 ml kedalam gelas kimia.
 Add aquades hingga 100 ml.
b. Pembuatan Larutan Standar
 Timbang serbuk parasetamol murni masing-masing 1, 2, 3, 4 dan 5 gram.
 Masing-masing serbuk tersebut ditambahkan etanol 5 ml.
 Masing-masing ditambahkan aquades, add hingga 100 ml dan diaduk.
 Pipet latutan dan masukkan kedalam kuvet.
 Ukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer visible (310 nm).
 Buatlah persamaan regresi linear (y = bx + a).
c. Pembuatan Larutan Sampel
 Timbang serbuk tablet parasetamol yang telah digerus sebanyak 0,1 gram.
 Tambahkan etanol 5 ml, kemudian add aquades hingga 100 ml, diaduk.
 Pipet larutan dan masukkan kedalam kuvet.
 Ukur absorbansi dengan spektrofotometer visibel (310 nm).
 Perlakukandiulangsebanyak 3 kali
g. Hitung kadar paracetamol dalam sampel.
h. Simpulkan apakah kandungan paracetamol sesuai standar atau tidak.

5. Tabel Pengamatan

Pengamatan Kadar
Sampel Absorbansi
(Konsentrasi)
1
Parasetamol 2
Baku/Murni
3

Rata-rata
1
Produk 2
Parasetamol
3

Rata-rata

PRAKTIKUM III
PENETAPAN KADAR ASAM ASKORBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penetapan kadar Asam Askorbat
dengan metode Spektrofotometri UV-Vis.

2. Dasar Teori
Vitamin C atau biasa disebut dengan asam askorbat merupakan antioksidan yang
larut dalam air. Vitamin C merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap
senyawa oksigen reaktif dalam plasma sel. Sumber vitamin C adalah sayuran seperti
brokoli, bayam, cabai dll, dan buah seperti jambu biji, nanas, jeruk, tomat, mangga dll.
Berdasarkan Farmakope Indonesia V pada monografi vitamin C yaitu Pemerian
hablur atau serbuk; putih atau agak kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi
berwarna gelap. Dalam keadaan kering, stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Melebur pada suhu lebih kurang 190°. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen. Asam Askorbat BPFI.
Tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Spetrofotometri UV-Vis merupakan satu teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak
(380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Gelas ukur
 Kertas saring
 Labu takar
 Lumpang dan Alu
 Penangan air
 Pipet tetes
 Spektrofotometer UV-Vis
 Sudip/Pengorek
 Timbangan analitik

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Aquades
 Sediaan tablet Vitamin C
 Serbuk Vitamin C
4. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Induk
 Ditimbang serbuk Vitamin C dengan seksama sebanyak 1,25 mg.
 Larutkan kedalam labu takar 50 ml dengan aquades.
b. Pembuatan Kurva Baku
 Buat larutan baku dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm yang diambil dari
larutan induk.
 Amati serapannya pada panjang gelombang 260 nm menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis.
 Buatlah persamaan regresi linear (y = bx + a).
c. Penetapan Kadar Vitamin C pada Sampel
 Timbang seksama serbuk tablet Vitamin C yang sudah digerus sebanyak 250
mg.
 Larutkan dengan aquades kedalam labu takar 50 ml hingga tanda.
 Ambil 4 ml kemudian dilarutkan 1 hingga volume 10 ml.
 Amati serapannya pada panjang gelombang 260 nm.
 Hitung kadar Vitamin C dengan memasukkan ke persamaan regresi linear.
 Perlakuandilakukansebanyaktiga kali

5. Tabel Pengamatan

Pengamatan Kadar
Sampel Absorbansi
(Konsentrasi)
1

Vitamin C 2
Baku/Murni
3

Rata-rata
1

2
Produk Vitamin C
3

Rata-rata

PRAKTIKUM IV
IDENTIFIKASI AMILUM, GLUKOSA, PROTEINDAN LEMAK PADA MAKANAN

1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kandungan Amilum,
Glukosa dan Protein yang ada pada makanan.

2. Dasar Teori
Di dalam bahan makanan terkandung banyak zat makanan seperti amilum,
protein, lemak, vitamin dan garam mineralyang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak
dan protein merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan vitamin
dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil.
a. Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O yang dibentuk dalam proses
fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Golongan karbohidrat antara laingula, tepung,
dan selulosa. Menurut ukuran molekul, karbohidrat dibedakan menjadi beberapa
golongan yaitu Monosakarida, meliputi glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
b. Lemak tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O yang merupakan senyawa majemuk.
Lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol. Pada satu molekul lemak terdapat satu
molekul gliserol dan tiga buah molekul asam lemak. Sumber lemak dibagi menjadi
dua macam, yaitu hewani dan nabati. Lemak tidak dapat larut dalam air tetapi larut
dalam eter, benzene, dan kloroform. Lemak terdiri atas 2 komponen, yaitu asam
lemak dan gliserol. Setiap 3 molekul asam lemak berikatan dengan molekul gliserol
membentuk trigliserida. Asam lemak yang dibuat oleh tubuh disebut asam lemak
nonesensial, sedangkan asam lemak yang diperoleh dari makanan disebut asam
lemak esensial. Adapun fungsi lemak sebagai berikut:
 Sebagai penghasil energi
 Pembangun bagian-bagian sel tertentu
 Pelarut beberapa vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K
 Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah
c. Protein merupakan senyawa majemuk yang terdiri atas unsure-unsur C, H, O, N, dan
kadang-kadang terdapat unsure P dan S. Molekul protein tersusun dari sejumlah
asam amino sebagai bahan dari dasar. Sifat-sifat suatu protein ditentukan oleh :
 Macam asam amino yang terdapat dalam molekul protein
 Jumlah tiap macam asam amino
 Susunan asam amino dalam molekul protein

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Gelas Kimia
 Lumpang dan alu
 Pembakar spiritus
 Penjepit tabung reaksi
 Pipet
 Rak tabung reaksi
 Spatula/pengaduk
 Tabung reaksi 15 buah

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Bayam
 Belimbing wuluh
 Cabe rawit
 Kacang kedelai
 Keju
 Kertas perkamen/buram/puyer
 Larutan benedict (fehling A + B)
 Larutan biuret
 Larutan lugol

4. Cara Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan di uji
b. Bahan makanan ditumbuk menggunakan lumpang porselin sebelum di uji coba.
Untuk kacang kedelai, sebaiknya di rebus terlebih dahulu.
c. Masukkan ke tabung reaksi, masing-masing 1 bahan makanan tiap 1 tabung reaksi.
d. Uji Amilum
 Masukkan bahan makanan bayam, kacang kedelai, keju, belimbing wuluh dan
cabe rawit yang sudah di tumbuk kedalam masing-masing tabung reaksi.
 Tambahkan 2 tetes larutan lugol di setiap tabung reaksi yang berisi bahan
makanan untuk uji amilum.
 Amati hasil perubahan warna yang terjadi.Jika positif mengandung amilum,
terjadi perubahan warna biru hingga biru kehitaman.
 Lakukan langkah-langkah tersebut pada semua jenis bahan makanan.
e. Uji Glikosida
 Masukkan bahan makanan bayam, kacang kedelai, keju, belimbing wuluh dan
cabe rawit yang sudah di tumbuk kedalam masing-masing tabung reaksi.
 Masukkan fehling A + fehling B (benedict) dengan perbandingan 3 : 1.
 Panaskan tabung reaksi di atas pembakar spiritus.
 Masukkan data kedalam tabel. Bila positif, akan menghasilkan warna merah
bata.
 Lakukan langkah-langkah tersebut pada semua jenis bahan makanan.

f. Uji Protein
 Masukkan bahan makanan bayam, kacang kedelai, keju, belimbing wuluh dan
cabe rawit yang sudah di tumbuk kedalam masing-masing tabung reaksi.
 Tambahkan beberapa tetes larutan biuret di setiap tabung reaksi yang berisi
bahan makanan untuk uji protein.
 Kocok hingga terjadi perubahan warna, amati perubahan warna yang terjadi.
 Masukkan data kedalam tabel. Bila positif, akan menghasilkan warna ungu atau
lembayung.
 Lakukan langkah-langkah tersebut pada semua jenis bahan makanan.
g. Uji Lemak
 Siapkan kertas buram dengan jumlah sesuai dengan jumlah bahan makanan
yang akan di uji.
 Ambil potongan tiap masing-masing bahan makanan.
 Oles atau gosok-gosokkan bahan makanan tersebut ke kertas buram yang
berbeda tiap makanan.
 Amati noda transparan yang muncul pada kertas buram. Skala dari angka 1
untuk tidak transparan sama sekali dan angka 4 untuk hasil sangat transparan.

5. Tabel Pengamatan

No Bahan Makanan Uji Amilum Uji Glukosa Uji Protein Uji Lemak

1 Bayam

2 Belimbing Wuluh

3 Cabe Rawit

4 Kacang Kedelai

5 Keju

Keterangan: (+)  Terdapat kandungan


(-)  Tidak terdapat kandungan
(1)  Tidak transparan
(2)  Agak transparan
(3)  Transparan
(4)  Sangat Transparan

PRAKTIKUM V
PENETAPAN KADAR ASAM ASKORBAT PADA BUAH-BUAHAN DENGAN METODE
IODOMETRI

1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penetapan kadar asam
askorbatpada buah-buahan dengan metode Iodometri.

2. Dasar Teori

Titrasi adalah salah satu teknik analisis yang memungkinkan penentuan secara
kuantitatif substansi spesifik (analit) yang terlarut di dalam sebuah sampel. Teknik ini
menggunakan reaksi kimia lengkap antara analit dan reagen (titran) dengan konsentrasi
yang diketahui yang ditambahkan ke sampel. Terdapat berbagai jenis metode titrasi,
diantaranya adalah titrasi redoks, iodometri, iodimetri, permanganometri,
kompleksometri, argentometri dan titrasi asam basa.
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-
iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4.5H2O. Pada
iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan
menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat.
Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Buah-buahan merupakan salah satu bahan makanan selain sayur-sayuran yang
menjadi sumber vitamin. Dengan sering mengkonsumsi buah-buahan dapat membantu
untuk memenuhi kebutuhan vitamin oleh tubuh perharinya. Salah satunya adalah
vitamin C, atau dengan nama lain asam askorbat. Vitamin C atau asam askorbat
merupakan antioksidan yang larut dalam air. Vitamin C merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma sel. Sumber vitamin
C adalah sayuran seperti brokoli, bayam, cabai dll, dan buah seperti jambu biji, nanas,
jeruk, tomat, mangga dll.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Buret
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Pipet
 Statif

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Aquades
 Indikator kanji
 Iodium
 Natrium tiosianat
 Sampel buah-buahan

4. Cara Kerja
a. Standarisasi Larutan Iodium
 Siapkan larutan iodium 0,1 N
 Siapkkan buret untuk titrasi standarisasi larutan iodium menggunakan natrium
tiosianat.
b. Uji Vitamin C pada Makanan
 Membuat indikator kanji
 Siapkan alat buret untuk dilakukan titrasi.
 Timbang sampel sebanyak 500 mg dengan seksama.
 Larutkan sampel dengan campuran aquades 100 ml dan asam sulfat encer 25
ml ke dalam erlenmeyer.
 Lakukan titrasi dengan menggunakan iodium 0,1 N yang telah distandarisasi,
titrasi menggunakan indikator kanji.
 Hasil akhir terjadi perubahan warna pada kanji menjadi warna biru.
 Tentukan kadar vitamin C dalam sampel.

5. Tabel Pengamatan

Pengamatan
Sampel Berat / Volume Volume Titrasi
Titik Awal Titik Akhir

PRAKTIKUM VI
IDENTIFIKASI BTM ZAT PEWARNA SINTETIK PADA PRODUK MAKANAN

1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi bahan
tambahan makanan (BTM) zat pewarna sintetik yang terkandung dalam produk
makanan.

2. Dasar Teori
Bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk
memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. Tujuan
penggunaan bahan tambahan makanan adalah untuk meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi, dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih
mudah dihidangkan, serta mempermudah preperasi bahan pangan.
Namun, terdapat BTM yang tidak diizinkan untuk digunakan. Bahan Tambahan
Pangan yang tidak diizinkan atau dilarang digunakan dalam makanan menurut
Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999, bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan. Salah satu diantaranya adalah
BTM zat pewarna sintetis Rodhamin B (pewarna merah).
Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki
penampilan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa
tujuan diantaranya adalah untuk memberikan kesan menarik bagi konsumen,
menyeragamkan dan menstabilkan warna serta untuk menutupi perubahan warna yang
terjadi karena akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Pewarna sintetis
mempunyai keuntungan yang nyata jika dibandingkan dengan pewarna alami, yaitu
mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan
biasanya lebih murah.
Rhodamin B adalah pewarna sintetik penghasil warna merah. Bentuk Rhodamin
B adalah kristal dengan warna merah, cokelat, atau hijau. Rumus empirisnya adalah
C28H31ClN2O3 (nama IUPAC Rhodamine B yaitu [9 - (2 -carboxyphenyl) -6 -
diethylamino -3 -xanthenylidene]-diethylammonium chloride). Dengan berat molekul
479.02 , Rhodamin B dapat larut dalam air dengan solubilitas ~50 g/L, dan dalam
larutan asam asetat (30 vol%) solubilitasnya ~400 g/L. Memiliki suhu leleh 210-211⁰C,
yang akan menyebabkan dekomposisi dan berujung ke rusaknya materi Rhodamin
tersebut.

Analisis zat warna Rhodamin dapat dilakukan dengan metode spot tetes.Prinsip
metode ini adalah adanya reaksi khas antara zat warna buatan denganbeberapa
pelarut. Secara umum, prinsip penentuan zat warna dalam produk pangan akan
melibatkan proses ekstraksi zat warna dalam produk pangan tersebut. Proses ekstrasi
zatwarna buatan dilakukan dengan mendidihkan sampel yang telah diasamkan yang di
dalamnyadimasukkan benang wool atau bulu domba. Selama proses pendidihan
tersebut, benang woolatau bulu domba akan menyerap zat warna. Selanjutnya benang
wool tersebut dibagi menjadibeberapa bagian dan ditetesi dengan HCl pekat, H2SO4
pekat, NaOH 10%, dan NH4OH 12%.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Batang pengaduk
 Erlenmeyer
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Gunting
 Kaki tiga
 Neraca analitik
 Pembakar spiritus
 Pipet tetes
 Plat tetes

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Aquades
 Asam asetat 10%
 Benang wol
 NaOH 10%
 HCl pekat
 H2SO4
 NH4OH 12%
 Sampel makanan (produk saos)

4. Cara Kerja
a. Didihkan benang wol kedalam air selama 30 menit, selanjutnya ditiriskan dan
dikeringkan.
b. Masukkan sampel makanan yang sudah dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml
kedalam gelas kimia.
c. Asamkan larutan sampel dengan menambahkan 5 ml asam asetat 10%
d. Masukkan benang wol yang sudah di didihkan kedalam larutan sampel yang sudah
diasamkan, kemudian di didihkan kembali.
e. Tiriskan benang wol dan cucui dengan aquades.
f. Potong benang wol menjadi 4 bagian, kemudian masukkan ke dalam plat tetes.
g. Teteskan beberapa tetes HCl pekat, H2SO4, NaOH 10% dan NH4OH 12 % ke
masing-masing potongan benang wol.
h. Amati perubahan warna yang terjadi.
i. Jika positif mengandung zat pewarna sintetis (rhodamin B), warna yang dihasilkan
dari penetesan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NH4OH 12% secara berurut
ialah warna Orange, Kuning, Agak Kebiruan dan Kebiruan.

5. Tabel Pengamatan

Hasil
Sampel Pereaksi Perubahan Warna
(+ / -)
Sampel 1 HCl pekat

Sampel 2 H2SO4 pekat

Sampel 3 NaOH 10%

Sampel 4 NH4OH 12%

Keterangan: (+) mengandung Rhodamin B


(-) tidak mengandung Rhodamin B

PRAKTIKUM VII
IDENTIFIKASI BTM ZAT PENGAWET PADA PRODUK MAKANAN

1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi bahan
tambahan makanan (BTM) zat pengawet yang terkandung dalam produk makanan.
2. Dasar Teori
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang
mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat memperlambat proses fermentasi,
pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Akan tetapi, tidak jarang
produsen menggunakan pada pangan yang relatif awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya.
Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi
tidak efektif untuk mengawetkan pangan lainnya karena pangan mempunyai sifat yang
berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga
berbeda. Pada saat ini masih banyak ditemukan makanan yang menggunaan bahan-
bahan pengawet yang dilarang untuk digunakan dalam pangan dan berbahaya bagi
kesehatan, seperti senyawa boraks.
Boraks dengan dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai natrium tetraborate
decahydrate. Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium
tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industri non pangan. Boraks
merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan
tekstur yang bagus misalnya ditemukan pada makanan bakso, kerupuk bahkan mie
basah yang berada di pasaran. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan
oleh senyawa aktif asam borat.
Boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O2(H2O)10 dengan berat molekul 381,43
dan mempunyai kandungan boron sebesar 11,34 %. Boraks bersifat basa lemah dengan
pH (9,15–9,20). Boraks umumnya larut dalam air, kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L
pada suhu 25°C dan kelarutan boraks dalam air akan meningkat seiring dengan
peningkatan suhu air dan boraks tidak larut dalam senyawa alkohol.
Analisis Kualitatif senyawa boraks pada sampel produk makanan salah satunya
dilakukan dengan uji nyala. Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk
mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala
karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala sampel dibandingkan
dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api
berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka sampel
dinyatakan positif mengandung boraks.

3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
 Cawan porselin
 Gelas ukur 10 ml
 Lumpang dan alu
 Pipet tetes
 Pematik
 Sendok tanduk
 Timbangan analitik

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


 Etanol
 H2SO4
 Kertas perkamen
 Sampel produk makanan (bakso dan sosis)
 Senyawa boraks murni

4. Cara Kerja
a. Haluskan sampel produk makanan yang akan diidentifikasi kandungan pengawet di
dalamnya (senyawa boraks).
b. Tambahkan  5 gram sampel kedalam cawan porselin.
c. Tambahkan 2 ml H2SO4 dan 4 ml etanol ke dalam sampel.
d. Sulutkan api kedalam cawan porselin dan amati warna nyala api yang dihasilkan.
e. Jika positif mengandung senyawa pengawet makanan (senyawa boraks), warna
nyala api akan menghasilkan warna hijau. Bandingkan dengan warna hijau yang
dihasilakn dari pembakaran senyawa boraks murni.
f. Lakukan perlakuan yang sama pada sampel produk makanan yang lain.

5. Tabel Pengamatan

Hasil
Sampel Warna Nyala Api
(+ / -)
Senyawa boraks murni

Sampel 1

Sampel 2

Keterangan: (+) mengandung Boraks


(-) tidak mengandung Boraks

Anda mungkin juga menyukai