Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI

Nama / NRP : Fardiella Rahayu P / 2443010124 Ryan Djamiko Nurfika Meiyati / 2443011031 / 2443011087

Antonius Mardi T.P / 2443011155 Golongan : U/ B

Hari / tanggal : Rabu / 30 Oktober 2013 Materi Asisten : HPLC : Bu Senny

I.

Dasar Teori
HPLC ( high performance liquid chromatography ) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Menurut Adnan (1997), komponen utama HPLC adalah : a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasitergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwatempat pelrut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atauudara yang ada dalam pelarut b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile dengankecepatan dan tekanan yang tetap c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapatmenggunakan syringe.

d. Kolom krmatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 25 cm dan diameter 4,5 5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran 5-10 mikrometer dan terbuat dari logam atau stainlessteel. e. Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor dibutuhkan untuk mempunyai sinsitivitas yang tinggi, linear untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendekati eluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatografi. Saat ini, HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri- industri makanan. Kegunaan umum HPLC adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), analisis senyawa- senyawa mudah menguap (volatile), penentuan molekul- molekul netral, ionic,maupun zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah sekelumit (traceelements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses industry.HPLC merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Cupritabu, 2010).

II.

Alat dan Bahan


Alat : 1. HPLC 2. Spektrofotometri 3. Timbangan Analitis 4. Gelas beaker 5. Labu takar 6. Pipet mikro Bahan : 1. Bahan matriks 2. Fase gerak ( metanol : air) 3. Metanol 4. Parasetamol 5. Ibuprofen 6. Sampel

III.

Cara Kerja
1. Penentuan terpilih untuk pengamatan a. Larutan induk tunggal paracetamol dan ibuprofen untuk selektivitas b. Amati pada spektro c. Cari pengamatan 2. Selektifitas 50% Ibuprofen Paracetamol 8 14 75% 12 21 100% 16 28 125% 20 35 150% 24 42

A. Paracetamol Timbang 25 mg ad 25 metanol -> Dipipet 0,27 ml ad 10 ml fase gerak (16 ppm) B. Ibuprofen Timbang 25 mg ad 25 metanol -> Dipipet 0,15 ml ad 10 ml fase gerak ( 28 ppm) C. Campuran Paracetamol + Ibuprofen Di pipet paracetamol 0,27 ml + ibuprofen 0,15 ml ad 10 ml fase gerak D. Matrix Bahan Amylum Talk Laktosa Persen 8% 5% 87% 1R 12 mg 7,5 mg 130,5 mg 20R 72 mg 45 mg 783 mg

Timbang 25 mg ad 25 mg metanol -> saring dengan kertas saring -> pipet 0,56 ml ad 10 ml dengan fase gerak E. Campuran Paracetamol + Ibuprofen + Matrix Pipet masing masing 0,27 ml paracetamol + 0,15 ml ibuprofen + 0,56 matrix ad 10 ml fase gerak

F. Sampel 1) Timbang tablet rata rata -> gerus 2) Timbang 25 mg ad metanol pa 25 ml labu takar 3) Kocok kuat dan lama 4) Di saring dengan kertas saring 5) Pipet 0,56 ad 10 ml fase gerak 6) Saring holder, digest, inject

3. Linearitas Parasetamol : Timbang 43,75 mg ad 25 ml fase gerak -> buat 5 macam konsentrasi 1) Pipet 80 l ad 10 ml fase gerak 2) Pipet 120 l ad 10 ml fase gerak 3) Pipet 160 l ad 10 ml fase gerak 4) Pipet 200 l ad 10 ml fase gerak 5) Pipet 240 l ad 10 ml fase gerak Ibuprofen : Timbang 25 mg ad 25 ml fase gerak -> buat 5 macam konsentrasi 1) Pipet 80 l ad 10 ml fase gerak 2) Pipet 120 l ad 10 ml fase gerak 3) Pipet 160 l ad 10 ml fase gerak 4) Pipet 200 l ad 10 ml fase gerak 5) Pipet 240 l ad 10 ml fase gerak

4. Akurasi dan Presisi Bobot per tablet = 695,8 ml -> mengandung : 1) Parasetamol 2) Ibuprofen 3) Matrix = 350 mg = 200 mg = 145,8 mg timbang dan gerus ad homogen

Buat 5x replikasi : 25 mg ad 25 ml etanol -> pipet 0,56 ml ad 10 ml fase gerak 5. Penetapan kadar sampel 1. Timbang bobot rata rata sampel, gerus ad homogen 2. Di timbang 25 mg ad 25 ml metanol 3. Saring menggunakan kertas saring 4. Di pipet 0,56 ml ad 10 ml fase gerak 5. Saring holder, digest, inject

IV.

Hasil Pengamatan
Hasil Selektivitas Hasil fase gerak 1 metanol : air ( 50 : 50 )

RS =
Hasil fase gerak 2 metanol : air ( 63 : 37 )

RS =
Hasil yang terpilih adalah fase gerak 2 dan terpilih 222 nm

Hasil Linearitas Data penimbangan : Paracetamol 44,3 mg / ad 25 ml metanol pa = 1772 ppm Ibuprofen 25,5 mg / af 25 ml metanol pa = 1032 ppm

C parasetamol (ppm) 14,176 21,349 28,352 35,44 42,525

La paracetamol

C ibuprofen (ppm)

La ibuprofen

649.155 956.967 1.186.741 1.502.852 1.834.956

8,256 12,43 16,672 20,64 24,766

278.000 473.300 611.853 816.090 1.033.022

Paracetamol : a = 56870,757 b = 42117,1093 r = 0,9982

ibuprofen a = -99415,77 b = 44917,145 r = 0,9974

Hasil Akurasi dan Presisi Data penimbangan : 1. 24,7 mg 2. 27,6 mg 3. 26,5 mg 4. 26,4 mg 5. 25,8 mg 6. 25,8 mg Cobs = La P x caping Cobs P 21,98 25,91 25,99 Cobs I 17,41 19,49 20,22 Pc 80,78% 85,23% 89,03% 85,01% Ib 103,82% 104,00% 112,33% 106,72% % Recovery =

C pengamatan (ppm) Cp 27,21 30,40 29,9 Ci 16,77 18,74 18,00

Luas Area pengamatan La P 962.712 La I 682.721

1.125.013 776.184 1.178.511 808.952 Rata rata

Paracetamol SD = 4,13 KV = 0,048

Ibuprofen SD = 4,867 KV = 0,045

Hasil Sampel Hasil penimbangan : 1. 25,1 mg 2. 27,2 mg 3. 26,7 mg

C pengamatan (ppm) Cp 8,29 7,65 Ci 16,15 17,48

Luas Area Pengamatan La P La I

Cobs = La P x caping Cobs P 37,33 23,84 Cobs I 25,12 16,23

% Recovery =

Pc 131,95% 77,78% 104,86%

Ib 155,54% 92,79% 129,17%

1.595.720 1.028.890 1.039.620 629.569

Rata - rata

Paracetamol SD = 38,30 KV = 0,365

Ibuprofen SD = 44,37 KV = 0,357

V.

Pembahasan
Uji selektivitas dilakukan untuk menentukan keterpisahan analit satu sama lain sehingga pada saat penetapan kadarnya tidak saling mengganggu. Uji selektivitas campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet simulasi dilakukan pada 2 macam fase gerak yaitu metanol : air = (50 : 50) dan (63 : 37) dan dari kedua fase gerak tersebut di pilih fase gerak yang ke dua karena hasil nilai RS yang di dapat lebih besar daripada fase gerak yang pertama ( RS fase gerak 1 = 3,64 dan RS fase gerak 2 = 4,25) Uji linieritas merupakan uji kemampuan detektor untuk merespon hasil uji secara langsung atau perhitungan menurut hubungan matematis yang sebanding dengan konsentrasi analit. Pada penentuan linieritas ini digunakan lima macam konsentrasi yang bervariasi dengan konsentrasi parasetamol 14 - 42 ppm dan konsentrasi ibuprofen 8 - 24 ppm. Dari uji linieritas ini terlihat bahwa r hitung parasetamol dan ibuprofen (r paracetamol = 0,9982 dan r ibuprofen = 0,9974) lebih besar dari r tabel = 0,9590 , sehingga dapat disimpulkan adanya korelasi antara konsentrasi dengan area yang diperoleh. Sehingga persamaan regresi yang didapat dari kurva linier kedua senyawa tersebut bisa digunakan untuk perhitungan kadar.

Uji Presisi adalah menentukan besarnya presisi atau ketelitian dari suatu alat dengan mengukur derajat keterulangannya, yaitu dengan menyuntikkan satu sampel ke dalam KCKT sebanyak 3 kali. Hasilnya didapatkan harga koefisien variasi (KV) parasetamol 0,048 % dan ibuprofen 0,045 %, harga KV dari kedua senyawa sesuai persyaratan yaitu kurang dari 2 % (USP, 2008), sehingga dari hasil presisi yang diperoleh dari kedua senyawa tersebut dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan memiliki ketelitian yang baik. Uji Akurasi adalah akurasi atau ketepatan serta presisi dari metode, dengan membandingkan kadar yang diperoleh dengan kadar yang sebenarnya yang dinyatakan dengan persentase perolehan kembali (% recovery) serta menghitung besarnya koefisien variasi. Pada penentuan akurasi dan presisi ini digunakan 1 macam konsentrasi campuran parasetamol dan ibuprofen dalam matriks tablet simulasi dengan konsentrasi tersebut direplikasi sebanyak 3 kali. Akurasi metode KCKT ini diperoleh rata-rata persentase recovery untuk parasetamol sebesar 85,01% sedangkan rata-rata recovery untuk ibuprofen sebesar 106,72 %.

VI.

Kesimpulan
Hasil KV dan SD yang di dapat dari sampel adalah parasetamol SD = 38,30 dan KV = 0,365 , Ibuprofen SD = 44,37 dan KV = 0,357

Anda mungkin juga menyukai