i
LEMBAR REVISI
MODUL PANDUAN PRAKTIKUM
METODE PEMISAHAN NBAHAN ALAM (FF032029)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulisan buku Panduan Praktikum Metode
Pemisahan Bahan Alam (FF032029) ini dapat diselesaikan. Panduang praktikum
ini untuk digunakan di lingkungan Fakultas Farmasi universitas Bhakti Kencana
Bandung.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Penyusun ....................................................................................................... i
Lembar Revisi ......................................................................................................... ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Modul 1 Pembuatan Pereaksi Untuk Penapisan Fitokimia.................................. 2
Modul 2 Penapisan Fitokimia ............................................................................ 11
Modul 3 Ekstraksi & Pemekatan Ekstrak .......................................................... 25
Modul 4 Pemantauan Ekstrak ............................................................................ 39
Modul 5 Fraksinasi Metode Ekstraksi Car-Cair ................................................ 50
Modul 6 Pemantauan Fraksi .............................................................................. 59
Modul 7 SubFraksinasi Metode KCV & KK..................................................... 68
Modul 8 Pemantauan SubFraksi ........................................................................ 81
Modul 9 Pemurnian ........................................................................................... 90
Modul 10 Uji Kemurnian................................................................................... 101
Modul 11 Karakterisasi & Identifikasi .............................................................. 111
Lampiran ............................................................................................................ 121
iv
JADWAL PRAKTIKUM
METODE PEMISAHAN BAHAN ALAM (FF032029)
Nama
NPM
Kelas
No Kontak
TOPIK PRAKTIKUM*
1 Responsi
2 Pembuatan Pereaksi Penapisan Fitokimia
3 Penapisan Fitokimia
4 Ekstraksi
5 Pemekatan Ekstrak & Pemantauan Ekstrak
6 Fraksinasi 1 (Ekstraksi Cair-Cair)
7 Review & Diskusi Terstruktur
8 UTS
9 Pemantauan Fraksinasi Hasil ECC
10 Fraksinasi 2 (KVC & KK)
11 Pemantauan SubFraksi Hasil KCV & KK
12 Isolasi/Pemurnian
13 Isolasi/Pemurnian
14 Uji Kemurnian Secara Kromatografi Lapis Tipis
15 Karakterisasi & Identifikasi Isolat
(Spektrofotometer UV-Sinar Tampak & Infra Merah
16 Review & Diskusi Terstruktur
17 UAS
*)kepastian topik praktikum akan disampaikan ketika responsi
1
MODUL 1
PEMBUATAN PEREAKSI DAN PENYIAPAN BAHAN
UNTUK PENAPISAN FITOKIMIA
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu membuat perekasi yang diperlukan untuk penapisan
fitokimia
1.2 Tujuan Praktikum
Pembuatan pereaksi yang digunakan untuk skrining/penapisan fitokimia
metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin, saponin,
dan steroid/triterpenoid.
2. Prinsip
Melarutkan dan mencampurkan zat-zat untuk membuat pereaksi yang akan
digunakan dalam praktikum penapisan fitokimia.
Pembuatan pereaksi dikatakan berhasil, kalau sudah di uji terhadap contoh
sampel yang harus memberikan hasil uji positif terhadap reagen yang diujikan.
3. Pendahuluan
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan
senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Penapisan fitokimia atau
skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat dalam suatu sampel (simplisia, ekstrak, fraksi, subfraksi dan isolat),
meliputi pemeriksaan golongan alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, kuinon,
steroid/triterpenoid, kumarin dan senyawa lainnya.
2
4. Alat dan Bahan
Alat :
- Timbangan analitik - Tabung reaksi dan rak
- Spatel - Corong Pisah
- Botol timbang - Mortar dan stamper
- Kaca Arloji - Kompor listrik
- Beaker glass - Hot plate
- Erlenmeyer - Penjepit tabung reaksi
- Gelas ukur - Botol coklat (botol pereaksi)
- Pipet tetes
Bahan :
3
5. Prosedur Kerja
Prosedur Pembuatan Pereaksi
Untuk pembuatan pereaksi dan penyiapan bahan mahasiswa ditugaskan secara
mandiri untuk mencari prosedur pembuatan pereaksi yang akan digunakan
untuk kemudian disetujui oleh penanggung jawab praktikum atau asisten
praktikum.
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
Tuliskan prosedur pembuatan setiap Pereaksi yang dibuat (1-9) dalam bentuk
bentuk bagan alir
4
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
5
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
6
6. Hasil Praktikum
1. Tuliskan data penimbangan dan pengenceran yang dilakukan untuk pembuatan
setiap pereaksi yang dibuat (1-9)
7
2. Tuliskan hasil pengujian Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Mayer, Pereaksi
Wagner terhadap simplisa atau ekstrak kortek kina.
Pereaksi
Dragendorff
Pereaksi
Mayer
Pereaksi
Wagner
8
7. Diskusi dan Pembahasan
9
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New
York Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
10
MODUL 2
PENAPISAN FITOKIMIA
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi metabolit sekunder melalui
penapisan fitokimia
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mampu menjelaskan tujuan penapisan fitokimia
➢ Mampu menjelaskan tahap-tahap proses penapisan fitokimia untuk
suatu golongan senyawa
➢ Mampu menjelaskan reaksi yang terjadi pada proses penapisan
fitokimia suatu golongan senyawa
2. Prinsip
Pembentukan warna atau endapan sebagai hasil reaksi antara pereaksi
penapisan yang digunakan dengan senyawa metabolit sekunder.
3. Pendahuluan
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan
senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Penapisan fitokimia atau
skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat dalam suatu sampel (simplisia, ekstrak, fraksi, subfraksi dan isolat),
meliputi pemeriksaan golongan alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, kuinon,
steroid/triterpenoid, kumarin dan senyawa lainnya.
11
4. Alat dan Bahan
Alat :
- Timbangan analitik - Tabung reaksi dan rak
- Spatel - Corong Pisah
- Botol timbang - Mortar dan stamper
- Kaca Arloji - Kompor listrik
- Beaker glass - Hot plate
- Erlenmeyer - Penjepit tabung reaksi
- Gelas ukur - Corong saring
- Pipet tetes
Bahan :
- Daun singkong
- Akar kelembak Uji Saponin
- Buah rerak
Uji Tanin
- Simplia (sesuai tugas kelompok)
- FeCl 1%
- HCl 10%
Uji Steroid-Triterpenoid
- Pereaksi Dragendorff
- Pereaksi Liebermann-Buchard
- Pereaksi Mayer
- Pereaksi Wagner
Bahan lain
- Kertas saring
Uji Flavonoid
- Akuades
- Serbuk Mg
- HCl Pekat
- Amil alkohol
12
5. Prosedur Kerja
Pemeriksaan Golongan Alkaloid
1) Sebanyak 2 gram sampel dilembabkan dengan Amonia 25% digerus dalam
mortar.
2) Tambahkan kloroform 10 mL digerus kuat-kuat dan disaring. Filtrat
berupa larutan organik (kloroform) digunakan untuk percobaan
selanjutnya.
3) Sebanyak 2 tetes larutan oragnik diteteskan pada kertas saring dan ditetesi
pereaksi Dragendorff. Terbentuknya warna merah atau jingga pada kertas
saring menunjukkan adanya alkaloid.
4) Larutan organik sebanyak 10 ml diekstraksi (ECC) dua kali dengan larutan
asam klorida 10% (1:1). Fraksi air (HCl) digunakan untuk pengujian
berikutnya.
5) Sebanyak 5 mL larutan dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan merah bata menunjukan
hasil positif,
6) Sebanyak 5 mL larutan dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan putih menunjukan hasil positif.
7) Sebanyak 5 mL larutan dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Wagner. Terbentuknya endapan merah-coklat menunjukan hasil
positif.
13
Pemeriksaan Golongan Kuinon
1) Sebanyak satu gram sampel dalam 100 mL air panas dididihkan selama 5
menit dan disaring sehingga diperoleh filtrat.
2) Ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan beberapa tetes larutan natrium
hidroksida, jika terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.
14
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
15
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
16
6. Hasil Praktikum
Hasil Pemeriksaan Simplisia Pembanding (per gelombang)
Nama Nama Pemeriksaan Pereaksi Hasil Ket.
Bahan Simplisa Golongan Pengamatan (+/-)
Pereaksi
Dragendorff
Pereaksi
Mayer
Pereaksi
Wagner
Daun Flavonoid Serbuk Mg
singkong HCl
Amil Alkohol
Akar Kuinon
kelembak NaOH 1N
Pereaksi
Stiasny
Filtrat +Na
Asetat
+FeCl31%
Buah rerak Saponin Busa pada 0
menit
Busa pada 10
menit
Busa
+ HCl 2N
17
Hasil Pemeriksaan Simplisia Tugas Per Kelompok
Data Simplisia
Nama Sampel
(nama umum Indonesia)
Nama Simplisia
Nama Senyawa
(target yang akan diisolasi)
Pustaka ….
Golongan Senyawa
18
Hasil Penapisan Fitokimia
Pemeriksaan Pereaksi Yang Hasil Ket.
Golongan Digunakan Pengamatan (+/-)
Alkaloid
Flavonoid
Kuinon
Tanin
Saponin
Steroid/Triterpenoid
Ket :
+ = memberikan hasil uji positif
- = memberikan hasil uji negatif
19
Foto Hasil Pemeriksaan Penapisan Fitokimia
20
7. Diskusi dan Pembahasan
21
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New
York Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
22
Tugas Pendahuluan
Pertanyaan (dijawab sebelum praktikum dilaksanakan)
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi positif palsu?
2. Sebutkan senyawa-senyawa yang memberikan reaksi positif palsu dengan
pereaksi Mayer. Jelaskan
3. Jelaskan reaksi kimia yang terjadi pada penapisan fitokimia untuk golongan
senyawa:
a. Flavanoid
b. Steroid/Triterpenoid
c. Kuinon
d. Tanin
Jawaban
23
Jawaban
24
MODUL 3
EKSTRAKSI & PEMEKATAN EKSTRAK
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan pembuata ekstrak bahan alam
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mampu menjelaskan proses yang terjadi pada masing-masing metode
ekstraksi
➢ Mampu menjelaskan alasan pemilihan metode ekstraksi
➢ Mampu menjelaskan alasan pemilihan pelarut pengekstraksi
➢ Mampu menyiapkan dan memasang alat ekstraksi
➢ Mahasiswa mampu melakukan proses ekstraksi dari simplisia
2. Prinsip
Penarikan senyawa dalam simplisia melalui proses difusi dan osmosis oleh
cairan penyari sehingga diperoleh keadaan seimbang.
3. Pendahuluan
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat
yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan
yang mengandung zat yang ada dalam bahan. Simplisia ada yang lunak seperti
rimpang, daun, bunga, simplisia ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit
akar. Simplisia yang lunak mudah ditembus oleh cairan penyari, karena itu,
pada penyarian tidak perlu ditumbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia
yang keras, perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian.
Penyarian disamping memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat zat
aktifnya, harus juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat dalam
simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak dan gula. Proses penyarian dapat
dipisahkan menjadi; Pembuatan serbuk, Pembahasan, Penyarian dan
Pemekatan.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara ekstraksi cara panas dan cara dingin.
Ekstraksi cara panas (cara refluks, Soxhlet dll) dilakukan jika komponen
25
(senyawa) yang akan diekstraksi tahan panas (termostabil). Sedangkan
ekstraksi cara dingin (maserasi, perkolasi) digunakan untuk mengekstraksi
komponen (senyawa) yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi cara
dingin juga digunakan untuk simplisia yang belum diketahui komponennya,
sehingga belum diketahui kestabilan komponennya. Syarat pelarut
pengekstraksi melarutkan solut/ senyawa yang akan diekstraksi, selektif,
mudah diuapkan, tidak toksik, tidak korosif, relativ tidak mahal.
26
5. Prosedur Kerja
Ekstraksi dengan Cara Maserasi
1) Siapkan alat maserasi
2) Pasang kapas bebas lemak pada dasar alat maserasi
3) Masukan simplisia (X gram) ke dalam alat maserasi
4) Masukan pelarut pengekstraksi sampai simplisia terendam oleh pelarut
5) Biarkan selama 24 jam
6) Tampung ekstrak di penampung
7) Ulangi ekstraksi sampai diperoleh ekstrak cair yang tidak berwarna atau
proses ekstraksi ulangi minimum 3 kali (tahap 4-6)
8) Ekstrak cair yang diperoleh disatukan dan dipekatkan, diperoleh ekstrak
kental ( Y gram)
9) Hitung rendemen ekstrak (Y/X)
27
Ekstraksi Sinambung dengan Alat Soxhlet
1) Siapkan seperangkat alat Soxhlet
2) Lapisi tabung simplisia dengan kertas saring, sedemikian hingga dibuat
untuk menaruh simplisia
3) Masukkan simplisia (X gram) ke dalam tabung simplisia
4) Basahi simplisia dengan pelarut pengekstraksi
5) Masukkan pelarut ke dalam labu
6) Pasang alat Soxhlet dan pengangas
7) Alirkan air melalui kondensor
8) Pelarut akan mendidih, menguap mengembun pada waktu melalui
kondensor, menetes malalui simplisia dan menarik komponen dalam
simplisia. Tetesan pelarut yang berisi komponen yang terekstraksi jatuh ke
dalam labu
9) Lakukan ekstraksi sampai diperoleh ekstrak yang tidak berwarna
10) Ekstrak cair yang diperoleh disatukan dan dipekatkan, diperoleh ekstrak
kental (Y gram)
28
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
Bagan kerja dibuat untuk metode maserasi, refluks dan Sokhlet
29
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
30
6. Hasil Praktikum
Hasil Ekstraksi
Nama Sampel
(nama umum Indonesia)
Nama Simplisia
Nama Senyawa
(target yang akan diisolasi)
Bobot Simplisia
(yang akan diekstraksi)
g
Metode Ekstraksi
Ekstraksi ke-1 mL
Ekstraksi ke-2 mL
Ekstraksi ke-3 mL
31
Hasil Pemekatan Ekstrak
Nama Ekstrak
Pelarut Ekstrak
Jumlah Ekstrak
(total volume ekstrak akan
mL
yang dipekatkan)
Nama Alat
Pengaturan Alat
-
32
Foto Proses Ekstraksi
(Wajib cantumkan foto seperangkat alat maserasi, Soxhlet dan refluks disertai
dengan keterangan gambar dan proses ekstraksi yang terjadi)
33
Foto Proses Pemekatan Ekstrak
(Wajib cantumkan foto alat yang diguankan untuk pemekata ekstrak disertai
dengan keterangan gambar dan penjelaskan mekanisme kerja alat tersebut)
34
7. Diskusi dan Pembahasan
35
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan; Jakarta
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New
York Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
36
Tugas Pendahuluan
Pertanyaan (dijawab sebelum praktikum dilaksanakan)
1. Jelaskan proses yang terjadi pada metode ekstraksi berikut :
a. Maserasi
b. Ekstraksi sinambung dengan alat Soxhlet
2. Jelaskan syarat-syarat pelarut pengekstraksi
3. Jelaskan penggolongan metode ekstraksi
4. Jelaskan alasan pememilihan metode ekstraksi
5. Jelaskan alasan pemilihan pelarut pengekstraksi
6. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode refluks dan Soxhlet
7. Jelaskan Kelebihan dan kekurangan metode maserasi dan perkolasi
8. Terkait dengan simplisia yang akan saudara kerjakan, jelaskan metode
ekstraksi yang saudara pilih dan jelaskan alasan pemilihan tersebut
9. Jelaskan macam-macam ekstrak yang ada dalam Farmakope Indonesia
10. Jelaskan prinsip kerja alat Rotary Vaporator (alat penguap berputar hampa
udara)
Jawaban
37
Jawaban
38
MODUL 4
PEMANTAUAN EKSTRAK
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan analisis kandungan senyawa melalui
kromatografi planar
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemantauan ekstrak
➢ Mahsiswa mampu mengidentifikasi senyawa target pada ekstrak
➢ Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan mekanisme/proses
yang terjadi pada KLT dan kromatografi kertas
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan penggunaan Penampak bercak
spesifik dan umum dalam pemantauan ekstrak
2. Prinsip
Secara umum prinsip pemishan pada kormatografi didasarkan pada pemisahan
senyawa diantara fase diam dan fase gerak. Adsorpsi, desorpsi dan elusi solut
diantara fase diam dan fase gerak (KLT). Partisi solut diantara fase diam dan
fase gerak (Kkt)
3. Pendahuluan
Pemantauan ekstrak dilakukan untuk mengetahui komponen yang ada dalam
ekstrak. Pemantauan komponen ekstrak dilakukan dengan metode diantaranya
kromagtografi lapis tipis (KLT) dan atau kromatografi kertas.
39
kertas adalah lapisan tipis cairan yang ada pada penyangga. Fase gerak yang
digunakan pada kromatografi kertas antara lain BAW, Forestal dan asam
asetat dengan berbagai konsentrasi.
Bahan :
- Ekstrak/Fraksi - Pelarut
- Pembanding/standar - Penampak bercak spesifik
- Penampak bercak umum
40
5. Prosedur Kerja
Pematauan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
1) Siapkan bejana KLT (chamber)
2) Lapisi bejana dengan kertas saring
3) Siapkan eluen/fase gerak/pengembang (pelarut tunggal atau campuaran)
4) Masukkan eluen ke dalam bejana dan tutup rapat. Biarkan bejana jenuh
dengan uap eluen
5) Sejumlah ekstrak kental dilarutkan dalam beberapa mL pelarut, sampai
diperoleh ekstrak yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer
6) Totolkan ekstrak pada pelat dengan menggunakan pipa kapiler
7) Biarkan totolan ekstrak mongering (pelarut menguap)
8) Masukkan pelat yang sudah ditotolkan kedalam bejana. (Perhatian: tinggi
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
bercak, jangan sampai bercak sampel terendam oleh pengembang)
9) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir pelat
10) Angkat pelat, biarkan pelat mengering (pelarut menguap)
11) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak universal asam sulfat 10% dalam
methanol atau menggunakan penampak bercak spesifik.
41
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
bercak, jangan sampai bercak sampel terendam oleh pengembang)
7) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir kertas
8) Angkat kertas, biarkan kertas mongering (pelarut sudah menguap)
9) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak khusus/spesifik
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
42
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
43
6. Hasil Praktikum
Sebelum melakukan percobaan pemantauan ekstrak/fraksi mahasiwa harus
melaporkan data-data terkait pemantauan yang akan dilakukan kepada asisten,
data meliputi:
Nama Senyawa
Struktur senyawa
Pustaka:
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
Penampak Bercak
Pustaka Rujukan
(FHI, Jurnal, dll)
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
44
Hasil Pematauan
1. Wajib cantumkan foto/ gambar plat KLT/Kkt hasil pemantauan)
2. Perhitungan Nilai Rf dari senyawa yang akan diisolasi
45
7. Diskusi dan Pembahasan
46
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Gritter, J.Y., Bobbitt, M.J., Schwarting, E.A. 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan
ke-2. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
Sewell, A.P., Clarke, B., Chromatography Separation. John Wiley & Sons,
London: Published on behalf of ACOL, Thame Polythenic
47
Tugas Pendahuluan
Pertanyaan (dijawab sebelum praktikum dilaksanakan)
1. Jelaskan mekanisme/proses yang terjadi pada metode:
a. KLT
b. Kromatografi kertas
2. Apa yang dimaksud dengan :
a. Rf b. RRf c. hRf d. Rx
3. Suatu sistem KLT menggunakan fase diam silika gel G. Apa yang dimaksud
dengan silika gel G? apa bedanya dengan silika gel GF 245 dan silika gel H?
Jelaskan
4. Jelaskan cara menghitung kepolaran campuran fase gerak kloroform –
metanol (9:1)
5. Jika pada suatu sistem KLT, fase diam silika gel GF254, fase gerak etil asetat –
metanol (9:1), diperoleh harga Rf 0,8. Ganti komposisi fase gerak tersebut
agar diperoleh Rf 0,5
6. Jawab pertanyaan berikut
a. Penampak bercak yang manakan yang akan saudara gunakan pada
pemantauan ekstrak? Penampak barcak spesifik atau penampak bercak
universal?
b. Mengapa pada kromatografi kertas tidak boleh menggunakan penampak
bercak asam sulfat 10% dalam metanol?
7. Jelaskan peran dan fungsi pemantauan ekstrak (disimpulkan dari tugas isolasi
senyawa kelompok masing-masing)
Jawaban
48
Jawaban
49
MODUL 5
FRAKSINASI METODE EKSTRAKSI CAR-CAIR
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan metode fraksinasi pada
pemisahan senyawa metabolit sekunder
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan fraksinasi
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme/proses yang terjadi pada
ECC
➢ Mahasiswa mampu meyiapkan dan memasang alat untuk ECC
➢ Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi dengan metode ECC
2 Prinsip
Senyawa pada ekstrak dipisahkan berdasarkan kepolaran
3 Pendahuluan
Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan komponen dalam ekstrak
berdasarkan kepolaran, sehingga setelah diperoleh fraksi proses isolasi suatu
senyawa dapat dilakukan dengan lebih mudah. Fraksinasi dapat dilakukan
dengan metode ekstraksi cair-cair dan kromatografi.
50
kromatografi cair tekanan menengah (MPLC) dan kromatografi cair kinerja
tingg (KCKT). Hasil yang diperoleh dari fraksinasi ekstrak adalah fraksi.
Bahan :
- Ekstrak - n-heksana
- Etanol - Etil asetat
- Akuades -
5 Prosedur Kerja
Fraksinasi Metode Ekstraksi Cair-Cair (ECC)
1) Siapkan seperangkat alat ekstraksi cair-cair
2) Sejumlah ekstrak kental (x gram) dimasukkan ke dalam gelas kimia,
tambahkan pelarut Y (…mL) (sampel ini disebut rafinat), aduk
3) Masukkan larutan ekstrak tersebut ke dalam corong pisah
4) Tambahkan pelarut (z mL) (Pelarut yang digunakan sebagai
pengekstraksi disebut ekstraktan)
5) Lakukan pengocokkan secara perlahan dan teratur. (sekali-sekali kran
corong pisah dibuka untuk mengeluarkan gas pelarut, gas dibuang di
lemari asap)
6) Taruh corong pisah di atas ring, diamkan sampai kedua pelarut terpisah
sempurna
7) Tampung bagian ekstraktan
51
8) Ulangi tahap 3- 6 sampai bagian ekstraktan tidak berwarna atau
minimum dilakukan 3 kali
9) Fraksi yang diperoleh dipekatkan dan ditimbang
10) Lakukan pemantauan fraksi dengan KLT atau kromatografi kertas
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
52
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
53
6 Hasil Praktikum
Hasil Ekstraksi Cair-Cair (ECC)
Nama Ekstrak
Jumlah Ekstrak g
(yang akan di ECC)
Rafinat
(pelarut untuk melarutkan
ekstrak)
mL
Jumlah Rafinat
Ekstraktan Pertama
Pengulangan ke-1 mL
Pengulangan ke-2 mL
Pengulangan ke-3 mL
Ekstraktan kedua
Pengulangan ke-1 mL
Pengulangan ke-2 mL
Pengulangan ke-3 mL
Ekstraktan ketiga
Pengulangan ke-1 mL
Pengulangan ke-2 mL
Pengulangan ke-3 mL
2. Fraksi …… mL
3. Fraksi …… mL
4. Fraksi …… mL
54
Hasil Pemekatan Fraksi
1.
2.
Nama Fraksi
3.
4.
Metode Pemekatan Fraksi
Nama Alat
Pengaturan Alat
-
2.
3.
4.
55
Foto Proses Ekstraksi Cair-Cair
(Wajib cantumkan foto seperangkat alat ECC, disertai dengan keterangan gambar
dan proses ECC yang terjadi)
56
7 Diskusi dan Pembahasan
57
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
58
MODUL 6
PEMANTAUAN FRAKSI
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan analisis kandungan senyawa melalui
kromatografi planar
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemantauan fraksi
➢ Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa target pada fraksi
➢ Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan mekanisme/proses
yang terjadi pada KLT dan kromatografi kertas
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan penggunaan Penampak bercak
spesifik dan umum dalam pemantauan fraksi
2. Prinsip
Secara umum prinsip pemishan pada kormatografi didasarkan pada pemisahan
senyawa diantara fase diam dan fase gerak. Adsorpsi, desorpsi dan elusi solut
diantara fase diam dan fase gerak (KLT). Partisi solut diantara fase diam dan
fase gerak (Kkt)
3. Pendahuluan
Pemantauan ekstrak dilakukan untuk mengetahui komponen yang ada dalam
ekstrak. Pemantauan komponen ekstrak dilakukan dengan metode diantaranya
kromagtografi lapis tipis (KLT) dan atau kromatografi kertas.
59
Penyangga yang digunakan pada kromagtografi kertas untuk analitik adalah
kertas Whatman No. 1. Yang berperan sebagai fase diam pada kromatografi
kertas adalah lapisan tipis cairan yang ada pada penyangga. Fase gerak yang
digunakan pada kromatografi kertas antara lain BAW, Forestal dan asam
asetat dengan berbagai konsentrasi.
Bahan :
- Ekstrak/Fraksi - Pelarut
- Pembanding/standar - Penampak bercak spesifik
- Penampak bercak umum
60
5. Prosedur Kerja
Pematauan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
1) Siapkan bejana KLT (chamber)
2) Lapisi bejana dengan kertas saring
3) Siapkan eluen/fase gerak/pengembang (pelarut tunggal atau campuaran)
4) Masukkan eluen ke dalam bejana dan tutup rapat. Biarkan bejana jenuh
dengan uap eluen
5) Sejumlah ekstrak kental dilarutkan dalam beberapa mL pelarut, sampai
diperoleh ekstrak yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer
6) Totolkan ekstrak pada pelat dengan menggunakan pipa kapiler
7) Biarkan totolan ekstrak mongering (pelarut menguap)
8) Masukkan pelat yang sudah ditotolkan kedalam bejana. (Perhatian: tinggi
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
bercak, jangan sampai bercak sampel terendam oleh pengembang)
9) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir pelat
10) Angkat pelat, biarkan pelat mengering (pelarut menguap)
11) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak universal asam sulfat 10% dalam
methanol atau menggunakan penampak bercak spesifik.
61
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
bercak, jangan sampai bercak sampel terendam oleh pengembang)
8) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir kertas
9) Angkat kertas, biarkan kertas mongering (pelarut sudah menguap)
10) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak khusus/spesifik
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir) Tergantung metode yang digunakan KLT atau Kkt
62
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
63
6. Hasil Praktikum
Sebelum melakukan percobaan pemantauan fraksi mahasiwa harus melaporkan
data-data terkait pemantauan yang akan dilakukan kepada asisten. kalau hasil
pemantauan ekstrak fase gerak sudah memberikan pemisahan yang baik maka
fase gerak tesebut dapat digunakan untuk pemantauan fraksi:
Nama Senyawa
Struktur senyawa
Pustaka:
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
Penampak Bercak
Pustaka Rujukan
(FHI, Jurnal, dll)
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
64
Hasil Pemantauan
1. Sampel yang harus dipantau ekstrak awal, fraksi hasil ECC dan senyawa
pembanding
2. Wajib cantumkan foto/ gambar plat KLT/Kkt hasil pemantauan)
3. Perhitungan Nilai Rf dari senyawa yang akan diisolasi
4. Dari hasil pemantauan harus sudah dapat disimpulkan senyawa target yang akan
disolasi terdapat pada fraksi yang mana
65
5. Diskusi dan Pembahasan
66
6. Kesimpulan
7. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Gritter, J.Y., Bobbitt, M.J., Schwarting, E.A. 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan
ke-2. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
Sewell, A.P., Clarke, B., Chromatography Separation. John Wiley & Sons,
London: Published on behalf of ACOL, Thame Polythenic
67
MODUL 7
SUBFRAKSINASI METODE KCV & KK
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan metode fraksinasi pada
pemisahan senyawa metabolit sekunder
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan subfraksinasi
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme/proses yang terjadi pada
KCV, kromatografi kolom klasik (KK) dan MPLC
➢ Mahasiswa mampu meyiapkan dan memasang alat untuk fraksinasi
➢ Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi dengan metode KCV,
kromatografi kolom klasik (KK) dan MPLC
2. Prinsip
Secara umum prinsip dari fraksinasi adalah pemisahan senyawa berdasarkan
kepolaran
3. Pendahuluan
Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan komponen dalam ekstrak
berdasarkan kepolaran, sehingga setelah diperoleh fraksi proses isolasi suatu
senyawa dapat dilakukan dengan lebih mudah. Fraksinasi dapat dilakukan
dengan metode ekstraksi cair-cair dan kromatografi.
68
Metode kromagtografi yang biasanya digunakan untuk fraksinasi ekstrak
adalah kromatografi kolom klasik (KK), kromatografi cair vakum (KCV),
kromatografi cair tekanan menengah (MPLC) dan kromatografi cair kinerja
tingg (KCKT)i. Hasil yang diperoleh dari subfraksinasi fraksi adalah
subfraksi.
Bahan :
- Fraksi - n-heksana
- Etanol - etil asetat
- akuades - kapas bebas lemak
5. Prosedur Kerja
Kromatografi cair vakum (KCV)
1) Siapkan seperangkat alat KCV
2) Sejumlah fraksi/ekstrak kental ( y gram) dimasukkan ke dalam mortar,
tambahkan sedikit pelarut. Tambahkan sedikit serbuk adsorben (misal :
silika gel H) sambil diaduk (maksimum panambahan serbuk silika gel
untuk pembuatan serbuk ekstrak adalah 1:1), diperoleh serbuk ekstrak.
3) Siapkan macam-macam komposisi eluen yang akan digunakan (masing-
masing dalam botol bermulut lebar)
69
4) Masukkan dan ratakan serbuk adsorben (z gram) ke dalam kolom KCV
5) Jalankan alat vakum, atur ketinggian serbuk adsorben sampai diperoleh
sedemikian rupa tinggi adsorben dalam kolom lebih kurang 5 – 6 cm
6) Matikan alat vakum
7) Masukkan dan ratakan serbuk ekstrak di atas adsorben
8) Letakkan kertas saring di atas serbuk ekstrak
9) Jalankan alat vakum
10) Masukkan komposisi eluen yang pertama (jumlah volume eluen pertama
dilebihkan, karena digunkan untuk pembasahan fase diam).
Botol kosong bekas tempat eluen ditaruh dibawah kran, gunakan untuk
menampung eluen dan komponen yang terekstraksi
11) Biarkan eluen terkumpul pada kolom penampung, sampai tidak ada lagi
eluen yang menetes
12) Matikan alat vakum, buka kran pada kolom penampung. Tampung eluen
dan komponen terekstraksi
13) Lakukan hal yang sama untuk komposisi eluen selanjutnya
14) Fraksi-fraksi yang diperoleh dipekatkan dan ditimbang
15) Lakukan pemantauan fraksi dengan KLT atau kromatografi kertas
70
9) Masukkan sedikit demi sedikit larutan ekstrak di atas permukaan
adsorben
10) Masukkan sedikit demi sedikit eluen, sampai permukaan eluen minimum
sekitar 2 cm di atas permukaan larutan ekstrak.
11) Buka kran. Eluen akan turun. (Eluen di atas permukaan adsorben tidak
boleh sampai kering. Jangan lupa: selalu menambahkan eluen pada
bagian atas kolom
12) Tampung fraksi-fraksi pada botol vial
13) Fraksi yang diperoleh dipekatkan dan ditimbang
14) Lakukan pemantauan fraksi dengan KLT atau kromatografi kertas
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
71
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
72
6. Hasil Praktikum
Hasil Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Nama Fraksi
(yang akan di KCV)
Jumlah Fraksi g
(yang akan di KCV)
73
Hasil Kromatografi Kolom Klasik (KK)
Nama Fraksi
(yang akan di KK)
Jumlah Fraksi g
(yang akan di KK)
Volume total
(yang digunakan untuk elusi KK)
74
Jumlah SubFraksi yang diperoleh
Jumlah Fraksi
Nama Alat
Pengaturan Alat
-
Jumlah SubFraksi Pekat
1. g
2. g
3. g
Hitung Rendemen Fraksi (%)
1.
2.
3.
75
Foto Proses KCV dan KK
(Wajib cantumkan foto seperangkat alat KCV dan KK, disertai dengan keterangan
gambar dan proses pemisahan yang terjadi)
76
7. Diskusi dan Pembahasan
77
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
Gritter, J.Y., Bobbitt, M.J., Schwarting, E.A. 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan
ke-2. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
78
Tugas Pendahuluan
Pertanyaan (dijawab sebelum praktikum dilaksanakan)
1. Mengapa proses ekstraksi cair-cair harus diulangi minimum 3 kali? Jelaskan
dengan contoh
2. Jelaskan proses/mekanisme yang terjadi pada:
a. KCV
b. Kromatografi kolom
c. HPLC/KCKT
3. Jelaskan macam-macam cara penyiapan kolom pada kromatografi kolom
klasik. Jelaskan perbedaannya
4. Untuk melakukan fraksinasi suatu ekstrak, tersedia suatu kolom klasik
dengan data sebagian berikut: diameter luar 2,4 cm, diameter dalam 2 cm dan
panjang kolom 50 cm. berapa gram maksimum bobot ekstrak dan adsorben
yang dapat digunakan pada kolom tersebut jelaskan
5. Hasil pemantauan suatu ekstrak secara KLT menunjukkan bahwa senyawa P,
Q, R dan S, masing-masing dengan RF 0,8, 0,75, 0,5 dan 0,3. Senyawa yang
akan diisolasi adalah senyawa R. Jelaskan tahap-tahap yang harus dilakukan
bila data KLT tersebut akan digunakan untuk proses fraksinasi ekstrak secara
kromatografi kolom klasik.
Jawaban
79
Jawaban
80
MODUL 8
PEMANTAUAN SUB-FRAKSI
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan analisis kandungan senyawa melalui
kromatografi planar
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemantauan subfraksi
➢ Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa target pada subfraksi
➢ Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan mekanisme/proses
yang terjadi pada KLT dan kromatografi kertas
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan penggunaan Penampak bercak
spesifik dan umum dalam pemantauan subfraksi
2. Prinsip
Secara umum prinsip pemishan pada kormatografi didasarkan pada pemisahan
senyawa diantara fase diam dan fase gerak. Adsorpsi, desorpsi dan elusi solut
diantara fase diam dan fase gerak (KLT). Partisi solut diantara fase diam dan
fase gerak (Kkt)
3. Pendahuluan
Pemantauan ekstrak dilakukan untuk mengetahui komponen yang ada dalam
ekstrak. Pemantauan komponen ekstrak dilakukan dengan metode diantaranya
kromagtografi lapis tipis (KLT) dan atau kromatografi kertas.
81
Penyangga yang digunakan pada kromagtografi kertas untuk analitik adalah
kertas Whatman No. 1. Yang berperan sebagai fase diam pada kromatografi
kertas adalah lapisan tipis cairan yang ada pada penyangga. Fase gerak yang
digunakan pada kromatografi kertas antara lain BAW, Forestal dan asam
asetat dengan berbagai konsentrasi.
Bahan :
- Ekstrak/Fraksi - Pelarut
- Pembanding/standar - Penampak bercak spesifik
- Penampak bercak umum
82
5. Prosedur Kerja
Pematauan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
1) Siapkan bejana KLT (chamber)
2) Lapisi bejana dengan kertas saring
3) Siapkan eluen/fase gerak/pengembang (pelarut tunggal atau campuaran)
4) Masukkan eluen ke dalam bejana dan tutup rapat. Biarkan bejana jenuh
dengan uap eluen
5) Sejumlah ekstrak kental dilarutkan dalam beberapa mL pelarut, sampai
diperoleh ekstrak yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer
6) Totolkan ekstrak pada pelat dengan menggunakan pipa kapiler
7) Biarkan totolan ekstrak mongering (pelarut menguap)
8) Masukkan pelat yang sudah ditotolkan kedalam bejana. (Perhatian: tinggi
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
bercak, jangan sampai bercak sampel terendam oleh pengembang)
9) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir pelat
10) Angkat pelat, biarkan pelat mengering (pelarut menguap)
11) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak universal asam sulfat 10% dalam
methanol atau menggunakan penampak bercak spesifik.
83
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
bercak, jangan sampai bercak sampel terendam oleh pengembang)
8) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir kertas
9) Angkat kertas, biarkan kertas mongering (pelarut sudah menguap)
10) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak khusus/spesifik
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir) Tergantung metode yang digunakan KLT atau Kkt
84
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
85
6. Hasil Praktikum
Sebelum melakukan percobaan pemantauan Subfraksi mahasiwa harus
melaporkan data-data terkait pemantauan yang akan dilakukan kepada asisten.
kalau hasil pemantauan ekstrak/fraksi fase gerak sudah memberikan pemisahan
yang baik maka fase gerak tesebut dapat digunakan untuk pemantauan subfraksi:
Nama Senyawa
Struktur senyawa
Pustaka:
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
Penampak Bercak
Pustaka Rujukan
(FHI, Jurnal, dll)
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
86
Hasil Pemantauan
1. Sampel yang harus dipantau, fraksi awal dan subfraksi hasil KVC atau KK
serta senyawa pembanding
2. Wajib cantumkan foto/ gambar plat KLT/Kkt hasil pemantauan)
3. Perhitungan Nilai Rf dari senyawa yang akan diisolasi
4. Dari hasil pemantauan harus sudah dapat disimpulkan senyawa target yang
akan disolasi terdapat pada subfraksi nomor berapa
87
5. Diskusi dan Pembahasan
88
6. Kesimpulan
7. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Gritter, J.Y., Bobbitt, M.J., Schwarting, E.A. 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan
ke-2. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
Sewell, A.P., Clarke, B., Chromatography Separation. John Wiley & Sons,
London: Published on behalf of ACOL, Thame Polythenic
89
MODUL 9
PEMURNIAN
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan pemurnian senyawa metabolit sekunder
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemurnian
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam metode pemurnian
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme/proses yang terjadi pada
masing-masing metode pemurnian
2. Prinsip
Metode pemurnian yang dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis
preparatif atau kromatografi kertas preparatif. Prinsip pemisahan berdasarkan
pemisahan yang terjadi pada KLT atau Kkt.
3. Pendahuluan
Subfraksi yang diperoleh dari fraksinasi dan masih mengandung dua atau
lebih komponen dapat dimurnikan dengan berbagai macam metode
pemurnian. Setelah diperoleh satu komponen, maka dilakukan uji kemurnian
isolat yang dilakukan melalui beberapa tahap uji.
90
kromatografi kertas dua dimensi, uji titik lebur, pemeriksaan dengan KCKT
dan metode lainnya.
Bahan :
- Subfraksi (yang akan dimurnikan) - Kertas saring
- Pelarut
5. Prosedur Kerja
Kromatografi lapis tipis preparatif
1) Siapkan bejana kromatografi (chamber)
2) Lapisi bejana dengan kertas saring
3) Siapkan eluen/fase gerak (pelarut tunggal atau campuran)
4) Masukkan eluen ke dalam bejana dan tutup rapat. Biarkan bejana jenuh
dengan uap eluen
5) Sejumlah fraksi/subfraksi kental dilarutkan dalam beberapa mL pelarut,
sampai dipeloreh ekstrak yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer
6) Totolkan fraksi/subfraksi secara tidak terputus pada pelat KLT preparatif
dengan menggunakan pipa kapiler, sehingga berbentuk pita (tebal pita
maksimum 5 mm)
7) Biarkan totolan fraksi/subfraksi mongering (pelarut menguap)
8) Masukkan pelat yang sudah ditotolkan ke dalam bejana. (Perhatian: tinggi
permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari pada totolan
beracak, jangan sampai pita sampel terendam)
9) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir pelat
10) Angkat pelat, biarkan pelat mongering (pelarut menguap)
91
11) Lihat warna-warna pita secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
pita tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot bagian pinggir kiri dan kanan pelat dengan penampak bercak
universal asam sulfat 10 % dalam metanol (pada waktu menyemprot
bagian pinggir kiri dan kanan pelat, tutup bagian tengah pelat)
12) Kerok pita senyawa yang diisolasi, kumpulkan pada suatu wadah
13) Masukkan pelarut tertentu ke dalam wadah yang berisi kerokan pita aduk,
sehingga senyawa yang akan diisolasi larut sedangkan serbuk silika gel
tidak larut
14) Saring dengan kertas saring, sehingga sebagian besar silika gel akan
tertahan di kertas saring
15) Ulangi penyaringan berkali-kali dengan kapas, sehingga tidak terdapat
partikel serbuk silika gel dalam larutan senyawa
92
khusus (pada waktu menyemprot bagian pinggir kiri dan kanan kertas,
tutup bagian tengah kertas)
11) Gunting pita senyawa yang akan diisolasi menjadi bagian-bagian kecil,
kumpulkan pada suatu wadah
12) Masukkan pelarut tertentu ke dalam wadah yang berisi guntingan pita,
aduk, sehingga senyawa yang akan diisolasi larut sedangkan kertas tidak
larut
13) Saring dengan kertas saring, sehingga guntingan kertas akan tertahan di
kertas saring
14) Ulangi penyaringan berkali-kali, sehingga tidak terdapat partikel selulosa
dalam larutan senyawa
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
Disesuaikan dengan metode pemurnian yang akan dikerjakan
93
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
94
6. Hasil Praktikum
Sistem kromatografi yang akan dilakukan dan senyawa yang akan diisolasi
Nama Senyawa
Struktur senyawa
Pustaka:
Fase diam
Fase gerak
Nilai Rf
Penampak Bercak
Pustaka Rujukan
(FHI, Jurnal, dll)
95
Hasil KLT/Kkt Preparatif
Wajib cantumkan foto/ gambar plat KLT/Kkt preparatif dan proses pemurnian
yang dilakukan
96
7. Diskusi dan Pembahasan
97
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Gritter, J.Y., Bobbitt, M.J., Schwarting, E.A. 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan
ke-2. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
98
Tugas Pendahuluan
Pertanyaan (dijawab sebelum praktikum dilaksanakan)
1. Sebutkan macam-macam metode lain (di luar dari yang telah disebutkan di
atas) yang dapat digunakan untuk pemurnian dan jelaskan prosedur dan
proses/mekanisme yang terjadi pada masing-masing metode. Jelaskan
kelebihan dan kekurangannya
2. Sebutkan tahap-tahap lain (di luar dari yang telah disebutkan di atas) yang
dilakukan untuk uji kemurnian isolat dan jelaskan prosedur dan
proses/mekanisme yang terjadi pada masing-masing metode. Jelaskan
kelebihan dan kekurangannya
3. Apakah spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk menguji
kemurnian suatu isolat? Jelaskan
4. Spektrum ultraviolet suatu isolat A dalam metanol menunjukkan adanya 1
puncak pada panjang gelombang 270 nm, sedangkan isolate B dalam metanol
menunjukka adanya 2 puncak pada panjang gelombang 265 dan 358 nm.
Senyawa manakah yang murni? Jelaskan
5. Pada suatu pustaka dinyatakan bahwa jarak lebur senyawa X adalah 235 –
237° C. dari hasil suatu penelitian diperoleh senyawa X dengan jaral lebur 231
-234°C. Apakah isolat X yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat
dinyatakan murni? Jelaskan
Jawaban
99
Jawaban
100
MODUL 10
UJI KEMURNIAN
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan uji kemurnian terhadap senyawa metabolit
sekunder
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan uji kemurnian
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam metode uang
digunakan untuk uji kemurnian
➢ Mahasiswa mampu melakukan uji kemurnian dan menyimpulkan hasil
uji kemurnian untuk setiap metode
2. Prinsip
Uji kemurnian yang dilakukan dengan metode KLT/Kkt pengembangan
tunggal dengan tiga macam fase gerak berbeda dan KLT/Kkt dua dimensi.
Prinsip pemisahan berdasarkan pemisahan yang terjadi pada KLT/Kkt. Isolat
dikatakan murni kalau diperoleh kromatogram yang menghasilkan satu bercak
dengan penampak bercak universal.
3. Pendahuluan
Subfraksi yang diperoleh dari fraksinasi dan masih mengandung dua atau
lebih komponen dapat dimurnikan dengan berbagai macam metode
pemurnian. Setelah diperoleh satu komponen, maka dilakukan uji kemurnian
isolat yang dilakukan melalui beberapa tahap uji.
101
Isolat hasil proses pemurnian kemudian dilakukan uji kemurnian, untuk
mengtahui tingkat kemurnian dari isolat, jika isolat belum dalam kondisi
murni maka perlu dilakukan pemurnian kembali.
Bahan :
- Isolat - Kertas saring
- Pelarut (fase gerak)
5. Prosedur Kerja
Tahap-tahap uji kemurnian :
KLT/Kkt pengembangan tunggal
(minimum dengan 3 macam pengembang)
1) Siapkan bejana kromatografi (chamber)
2) Lapisi bejana dengan kertas saring
3) Siapkan eluen/fase gerak ke 1 (pelarut tunggal atau campuran)
4) Masukkan eluen ke 1 ke dalam bejana dan tutup rapat. Biarkan bejana
jenuh dengan uap eluen
5) Sejumlah isolat dilarutkan dalam beberapa mL pelarut, sampai diperoleh
larutan yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer
6) Totolkan larutan pada pelat/kertas dengan menggunakan pipa kapiler
7) Biarkan totolan mongering (pelarut menguap)
102
8) Masukkan pelat/kertas yang sudah ditotolkan ke dalam bejana.
(Perhatian: tinggi permukaan eluen dalam bejana harus lebih rendah dari
pada totolan bercak)
9) Biarkan eluen/fase gerak naik sampai sekitar 2 cm sebelum pinggir
pelat/kertas
10) Angkat pelat/kertas, biarkan pelat/kertas mengering (Pelarut menguap)
11) Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu ultraviolet. Jika
bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu ultraviolet,
semprot dengan penampak bercak universal asam sulfat 10% dalam
metanol
12) Lakukan hal yang sama 3 – 11 dengan menggunakan pelat yang berada
dengan eluen ke 2 dan ke 3 (eluen ke 2 lebih polar dari pada eluen ke 1
dan eluen ke 3 lebih polar dari pada eluen ke 2) bisa diganti komposisi
atau diganti dengan pelarut lain
13) Isolat kemungkinan murni jika kromatogram pada ketiga macam
eluen/fase gerak di atas hanya menunjukkan 1 bercak
103
9) Jika bercak tidak berwarna atau berfluorosensi di bawah lampu
ultraviolet, semprot dengan penampak bercak universal asam sulfat 10%
dalam metanol
10) Isolat kemungkinan murni jika kromatogram pada kedua macam
eluen/fase gerak di atas hanya menunjukkan 1 bercak
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
Disesuaikan dengan metode uji kemurnian yang akan dikerjakan
104
Bagan Kerja :
(Dibuat bagan alir)
105
6. Hasil Praktikum
Uji kemurnian
Metode Uji Kemurnian
(KLT atau Kkt)
Fase Diam
Wajib cantumkan foto/gambar plat KLT/Kkt hasil uji kemurnian yang dilakukan
dilakukan
106
Pengembangan Tunggal (Tiga Macam Fase Gerak Yang Berbeda)
Gambar Plat
Fase Gerak 1
Penampak Bercak
Nilai Rf Isolat
Jumlah Bercak
Kesimpulan
(murni atau tidak
Fase Gerak 2
Penampak Bercak
Nilai Rf Isolat
Jumlah bercak
Kesimpulan
(murni atau tidak
Fase Gerak 3
Penampak Bercak
Nilai Rf Isolat
Jumlah bercak
Kesimpulan
(murni atau tidak
107
Uji Kemurnian Dua Dimensi
Dimensi 1
Fase gerak 1
Pada UV λ 366 nm
Fase gerak 2
Pada UV λ 254 nm
Pada UV λ 366 nm
108
7. Diskusi dan Pembahasan
109
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
Jakarta.
Gritter, J.Y., Bobbitt, M.J., Schwarting, E.A. 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan
ke-2. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
110
MODUL 11
KARAKTERISASI & IDENTIFIKASI
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu melakukan karakterisasi dan identifikasi senyawa
metabolit sekunder
1.2 Tujuan Praktikum
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan karakteristik dan identifikasi
isolat
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam metode yang dapat
digunakan untuk karakterisasi dan identifikasi isolat
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme/proses yang terjadi pada
masing-masing metode untuk karakterisasi dan identifikasi
➢ Mahasiswa mampu melakukan karakterisasi dan identifikasi isolat
2. Prinsip
Karakterisasi secara spektrofoskopi menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
dan IR, sebagai awal untuk penentuan struktur isolat.
Spektrum hasil pengukuran dianalisis dan dibandingkan dengan data pustaka
3. Pendahuluan
Isolat yang diperoleh dari pemurnian dapat ditentukan cirri-cirinya melaui
proses karakterisasi dengan berbagai macam metode. Setelah proses
karakterisasi maka isolat dpat ditentukan strukturnya. Karakterisasi meliputi
penentuan ciri/sifat kimia, fisika, kromatografi, ciri fisika kimia
111
Bahan :
- Isolat - Pelarut
-
5. Prosedur Kerja
Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel
1) Masukkan sejumlah pelarut A ke dalam kuvet (blanko)
2) Ukur serapan blanko pada λ 200-400 nm. (sebaiknya hasil pengukuran
blanko berupa garis lurus)
3) Sejumlah isolat X dilarutkan dalam pelarut A. (sampel)
4) Ukur serapan larutan sampel dalm pelarut A pada λ 200-400 nm
(diperoleh spektrum ultraviolet-visibel isolat X dalam pelarut A)
Spektrofotometri Inframerah
Prosedur tergantung dari tipe alat yang digunakan
1) Disipakan sejumlah KBr yang sudah dikeringkan
2) Campurkan sejumlah isolat X dan KBr
3) Buat campuran isolat dan KBr menjadi pellet
4) Ukur serapan isolat X dalam pellet KBr pada bilangan gelombang 4000-
600 cm-1 (diperoleh spektrum inframerah isolat X dalam pellet KBr)
112
(Dibuat bagan alir)
Disesuaikan dengan metode uji kemurnian yang akan dikerjakan
113
6. Hasil Praktikum
Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel dan IR
(Data senyawa standar/Pustaka)
Nama Senyawa
(target yang akan diisolasi)
Pustaka ….
Golongan Senyawa
Spektrum
Ultraviolet-Visibel
(dari senyawa standar
yang dianalisis atau dari
Pustaka)
➢ Pelarut :
➢ Panjang gelombang
maksimum :
Spektrum
inframerah
114
Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel dan IR (ISOLAT)
Kode Isolat
Pelarut
Spektrum
Ultraviolet-
Visibel Isolat
Panjang
gelombang
maksimum Isolat
Spektrum
Inframerah
Isolat
Gugus fungsi
dari isolat
115
Data Hasil Pengamatan
116
7. Diskusi dan Pembahasan
117
8. Kesimpulan
9. Pustaka
Sarker, S.D., Nahar, L., 2013. Methods In Molecular Biology. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London, US: Humana press
118
Tugas Pendahuluan
Pertanyaan (dijawab sebelum praktikum dilaksanakan)
1. Jelaskan macam-macam metode lain yang dapat digunakan untuk
karakterisasi suatu isolat (di luar dari yang telah disebutkan diatas)
2. Jelaskan proses/mekanisme yang terjadi pada masing-masing metode yang
dapat digunakan untuk karakterisasi isolat
3. Jelaskan data yang dapat diperoleh dari masing-masing metode (pada soal no
2)
4. Apakah spektrum ultraviolet-visibel suatu zat dapat dijadikan untuk
identifikasi zat tersebut? Jelaskan
5. Jelaskan mengapa pada spektrum ultraviolet-visibel hanya diperoleh satu, dua
atau tiga puncak, sedangkan pada spektrum inframerah diperoleh banyak
puncak?
6. Jelaskan cara lain (di luar dengan pellet KBr) yang dapat digunakan untuk
pengukuran spektrum infamerah?
7. Jelaskan mengapa pellet KBr paling banyak digunkan untuk pengukuran
spektrum inframerah?
8. Sprektrum ultraviolet senyawa kuersetin menunjukkan 2 puncak. Jelaskan
mengapa terjadi 2 puncak tersebut?
9. Apa persyaratan pelarut yang akan digunakan untuk pengukuran dengan
metode spektrometri resonasi magnet inti. Jelaskan?
10. Mengapa TMS digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran dengan
metode spektrometri resonansi magnet inti?
Jawaban
119
Jawaban
120
LAMPIRAN
BAGAN UMUM KERJA ISOLASI SENYAWA BAHAN ALAM
Praktikum
Penapisan Fitokimia Simplisia Karakterisasi simplisia Farmakognosi
Metode Ekstraksi
Ekstrak
Pemantauan Ekstrak
Metode Fraksinasi ke 1
Fraksi
Pemantauan Fraksi
Metode Fraksinasi ke 2
Subfraksi
Pemantauan subfraksi
Metode Pemurnian/Isolasi
Isolat
Struktur Kimia
121