Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada percobaan kombinasi antibiotik ini, ada 2 metode pengujian yang


dilakukan yaitu pengujian kombinasi antibakteri dengan menggunakan pita kertas
dan pengujian kombinasi antibakteri dengan menggunakan perforator. Pada
pengujian kombinasi antibakteri dengan menggunakan pita kertas ini, bakteri
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cawan petri sebelum dimasukkan media. Hal
ini dikarenakan yang akan diamati nantinya adalah zona bening yang dihasilkan
dari pemberian antibiotik sehingga bakteri harus dimasukkan terlebih dahulu dan
juga jika media yang terlebih dahulu dimasukkan sebelum bakteri, dikhawatirkan
media akan segera memadat sebelum bakteri ikut tercampur dan homogen dengan
media agar. Pada percobaan kelompok ini, digunakan bakteri Staphylococcus
aureus dan media yang digunakan adalah natrium agar (NA) dan kombinasi
antibiotik yang digunakan kelompok ini adalah Tetrasiklin dan Kloramfenikol.
Kemudian masing-masing pita dicelupkan ke dalam antibiotik Tetrasiklin dan
Kloramfenikol dan ditanamkan dengan posisi Tetrasiklin vertikal dan
Kloramfenikol secara horizontal. Nantinya antibiotik tersebut akan berdifusi dari
pita ke medium padat (NA) sehingga akan menghambat pertumbuhan mikroba
berupa daerah bening yang luasnya tergantung konsentrasis antimikroba, potensi
antimikroba. Efek kombinasi ditunjukkan dengan terbentuknya daerah hambatan
yang spesifik di sekitar daerah pertemuan dari masing-masing antimikroba (Jawetz
et al, 1986). Hal ini dilakukan agar dapat diamati efek yang diitmbulkan dari
kombinasi antibiotik tersebut. Setelah diinkubasi selama 18-24 jam, diamati zona
bening yang terbentuk dan diamati pola atau bentuk hambatan yang dapat
menunjukkan efek dari kombinasi antibakteri Tetrasiklin dan Kloramfenikol.

Hasilnya, berdasarkan pengamatan efek yang dihasilkan dari kombinasi


antibiotik Tetrasiklin dan Kloramfenikol adalah aditif. Mekanisme kerja Tetrasiklin
ini bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
bakteri pada ribosomnya. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom
bakteri, amka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan
menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino,
sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak (Mutschler, 1991). Sedangkan
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi tinggi kadang-kadang
Kloramfenikol bersifat bakterisid terhadap bakteri-bakteri tertentu. Kloramfenikol
bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein pada bakteri. Yang dihambat
adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan-ikatan peptide pada proses sintesis protein bakteri (Mutschler,
1991). Efek atau aktifitas yang dihasilkan dari kombinasi senyawa aktif yang
berupa efek Aditif yaitu aksi gabungan adalah sama dengan jumlah aksi kedua zat
tersebut bila bekerja sendiri-sendiri. Contoh dari efek Aditif adalah kombinasi
antibiotik bakteriostatik dan bakteriostatik (Wattimena, 1991). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan dari pengamatan yang dilakukan
dimana data pengamatan yang didapat adalah adanya efek aditif pada kombinasi
antibiotik Tetrasiklin dan Kloramfenikol sesuai dengan literatur dimana Tetrasiklin
dan Kloramfenikol sama-sama bersifat bakteriostatik.

Dari hasil pengamatan media yang mengandung bakteri Staphylococcus


aureus dengan kombinasi antibiotik yang sama dengan kelompok kami yaitu
tetrasiklin dan kloramfenikol, efek yang dihasilkan pun aditif dan media yang
menggunakan bakteri E. coli dengan kombinasi antibiotik yang sama pun
menghasilkan efek aditif. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat sesuai
dengan literatur.

Kemudian hasil pengamatan yang selanjutnya yaitu menggunakan


kombinasi antibiotik Ampisilin Na dan Kloramfenikol terhadap bakteri
Staphylococcus aureus menghasilkan efek antagonis. Mekanisme kerja dari
Ampisilin adalah mempunyai keaktifan melawan bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif dan merupakan antibiotika spektrum luas dan merupakan golongan
bakterisid sedangkan kloramfenikol merupakan antibiotik golongan bakteriostatik.
Menurut (Wattimena, 1991) contoh dari efek antagonis adalah kombinasi antibiotik
bakterisid dengan bakteriostatik seperti kombinasi kloramfenikol dan ampisilin
dimana bila suatu mikroorganisme kebetulan peka untuk kloramfenikol yang
menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini justru akan melumpuhkan kerja ampisilin
sebagai inhibitor sintesis dinding sel yang membutuhkan pertumbuhan aktif
mikroorganisme untuk dapat bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
pengamatan yang didapat sesuai dengan literatur. Sedangkan pengamatan yang
dilakukan pada bakteri E. coli dengan kombinasi antibiotik yang sama, didapatkan
hasil pada pita kertas yang mengandung ampisilin Na, terdapat zona hambat
sedangkan pada pita yang mengandung kloramfenikol tidak terdapat zona hambat.
Hal ini menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan bisa saja antagonis. Karena
seperti yang dijelaskan sebelumnya, kemungkinan terjadi hal seperti ini karena
kerja dari ampisilin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri ternyata menjadi
penghambat untuk kerja kloramfenikol sehingga kloramfenikol tidak menghasilkan
efek atau dengan kata lain tidak terjadi zona hambat yang dihasilkan oleh
kloramfenikol.

Kemudian pengamatan yang dilakukan selanjutnya adalah melihat efek


yang dihasilkan dari penggunaan kombinasi antibiotik Ampisilin Na dan Tetrasiklin
HCl terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang menghasilkan efek
sinergis/aditif. Dimana ampisilin bekerja secara bakterisid dan tetrasiklin bekerja
secara bakteriostatik. Menurut (Wattimena, 1991), efek sinergis terjadi pada
umumnya pada dua antibiotik yang bersifat bakterisid. Sedangkan kombinasi
ampisilin dan tetrasiklin tidak. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Hal ini bisa saja
terjadi dikarenakan beberapa faktor. Bisa saja hal ini dikarenakan kedua antibiotik
bekerja secara sendiri-sendiri dalam menghambat bakteri atau bisa saja kombinasi
kedua antibiotik tersebut dapat menghasilkan efek antagonis ketika salah satu
antibiotik ditingkatkan konsentrasinya. Kemudian pada pengujian kombinasi
ampisilin dan tetrasiklin terhadap bakteri E. coli, efek yang dihasilkan adalah
antagonis. Hal ini sesuai dengan literatur dimana ampisilin bekerja secara bakterisid
dan tetrasiklin bekerja secara bakteriostatik dimana kombinasi ini akan
menghasilkan efek antagonis.

Anda mungkin juga menyukai