PERCOBAAN 2
PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 6/F
Febrian 10060311126
Dini Wahidah 10060316211
Marwa Shafira R.A 10060316213
Farah Yumna Ambaro 10060316215
Dilla Nurul Aisyah 10060316216
Indarti Ulfayani 10060316217
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar asam urat dalam darah.
2. Memahami dan mengenal metode penentuan kadar asam urat.
3. Memahami peranan pemeriksaan kadar asam urat dalam menegakkan
diagnosis kondisi patologis.
Asam urat adalah asam berbentuk kristal yang merupakan produk akhir
dari metabolisme atau pemecahan purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara
alamiah purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada makanan dari sel hidup,
yaitu makanan dari tanaman (sayur,buah, kacang-kacangan) maupun dari hewan
(daging, jeroan, ikan sarden). Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh,
karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat (Dhalimarta S,
2008).
Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal
dari makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam
setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain,
dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan
makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.
Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari
hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit
tertentu (Hidayat, 2007).
2. Gout sekunder
Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit darah
(penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol, dan penyebab
lainnya adalah faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar
trigiserin yang tinggi (Ahmad, 2011).
Terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk gout adalah dengan
cara modifikasi terhadap gaya hidup yaitu memberikan saran kepada pasien untuk
menurunkan berat badan, menghentikan konsumsi alkohol dan diet rendah purin
(Dincer et al., 2002; Murugaiyah, 2008). Selain itu pasien dianjurkan untuk 2
banyak minum air putih (minimal 2 liter sehari), membatasi asupan alkohol (bir),
menghindari stress fisik dan mental dan menghentikan penggunaan diuretika
golongan tiazid (Tjay & Rahardja, 2007).
Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat plasma
dapat menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Oleh karena itu orang yang
sering mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat lebih tinggi
daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol (Febry, 2008). Alkohol
merupakan makanan dan minuman yang diperoleh melalui proses fermentasi gula,
contohnya tape (Herliana, 2013).
1. Metode Kolorimetri
Metode spektrofotometri digunakan dalam bidang kesehatan untuk analisis
kadar asam urat. Pada analisis asam urat dengan metode ini, asam urat dalam
serum direaksikan dengan asam fosfotungstat dalam suasana basa sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna biru pada panjang gelombang 660 nm.
Analisis menggunakan metode spektrofotometri mempunyai beberapa kelemahan,
diantaranya memerlukan sampel dengan jumlah banyak, preparasi sampel rumit
dan lama, serta menghasilkan limit deteksi yang tinggi (Sewell, et al., 2002).
2. Metode enzimatik
Prinsip pemeriksaan kadar asam urat metode enzimatik pada reaksi utama
adalah memecah asam urat menjadi allantoin dan hidrogen peroksida dengan
bantuan enzim uricase. Selanjutnya pada reaksi indikasi menggunakan enzim
peroksidase membentuk quinoneimine berwarna merah. Intensitas warna yang
terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam urat. Nilai rujukan dengan
menggunakan metode enzimatik untuk laki-laki : 3,4 -7,0 mg/dL dan untuk
perempuan : 2,4 -5,7 mg/dL (Herliana, E. 2013). Dimana reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
Urikase
Asam Urat + H2O + O2 Allantoin + CO2 + H2O2
Hidrogen
Peroksidase
DHBS + 4- aminoantipirin + 2H2O2 Quinoneimina + 3 H2O
3. Metode Voltammetri
V. Data Pengamatan
V.1 Hasil Pengamatan
Uji 1 0,030 A
Uji 2 0,034 A
Uji 3 0,025 A
Uji 4 0,031 A
Uji 5 0,056 A
V.2 Perhitungan
X1 = x6 = 4,737
X2 = x6 = 5,368
X3 = x6 = 3,947
X4 = x6 = 4,895
X5 = x6 = 8,842
X(rata-rata) = = 5,5578
SD =
= = 1,906
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan kadar asam urat didalam
darah dengan tujuan untuk dapat mendiagnosis penurunan fungsi ginjal dan
penyakit gout yang terjadi karena ketidaknormalan kadar asam urat yang terlalu
tinggi didalam darah sehingga menyebabkan hiperurisemia. Peningkatan kadar
asam urat dalam darah akan beresiko terakumulasinya monosodium urat dalam
tubuh sehinga menyebabkan penyakit Gout Atritis. Karena adanya dan
penurunan ekresi ginjal sehingga monosodium urat cenderung menumpuk dan
mengkristal di dalam jaringan sendi, jika menumpuk dalam jangka panjang akan
merusak sendi secara permanen. Penyebab hiperurisemia karena makanan,
pembelahan purin akibat DNA dan obesitas sehingga terjadi penumpukan kristal
sehingga terjadi radang disendi akibatnya terjadi gout. Pengobatan yang biasanya
dilakukan pada penderita Gout Artritis adalah dengan obat anti-inflamasi
golongan non-steroid untuk meringankan gejalan nyeri. Namun bagi penderita
tukak lambung, hal ini tidak boleh dilakukan karena akan memperburuk keadaan.
Dan untuk meningkatkan pengeluaran urat melalui ginjal dapat menggunakan obat
golongan urikosurik misalnya prebenecid, namun tidak cocok bagi penderita gagal
ginjal karena akan memperburuk gagal ginjal. Bagi penderita gagal ginjal cukup
aman untuk menggunakan allopurinol sebagai penghambat xantin oksidase untuk
mengubah xantin menjadi asam urat.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah nilai absorbansi standar dan
nilai absorbansi uji. Nilai absorbansi standar yang diperoleh adalah 0,038 A dan
nilai absorbansi uji yang diperoleh berturut-turut adalah 0,030 A ; 0,034 A ; 0,024
A ; 0,031 A ; dan 0,056 A. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat perbedaan
nilai absorbansi pada uji 1- 5 dimana perlakuan dan bahan pada semua uji sama.
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya pengukuran serta
pemipetan dilakukan oleh praktikan yang berbeda, waktu inkubasi, kondisi
spektrofotometer yang digunakan dan kurangnya ketelitian saat membuat larutan
uji.
Setelah dipeoleh absorbansi, dilakukan perhitungan kadar asam urat dari
nilai absorbansi uji terhadap standar yang dikali kan dengan kadar standar (6
mg/dL). Diperoleh hasil perhitungan kelima uji dengan rata-rata kadar yaitu 5,558
mg/dL. Hal ini menunjukkan kadar asam urat dalam serum tersebut masih dalam
keadaan normal karena masuk pada rentang kadar asam urat normal menurut
WHO (World Health Organization) yaitu untuk wanita dewasa pada rentang 2 –
7,5 mg/dL dan untuk pria dewasa 2-6,5 mg/dL.
Kemudian untuk melihat keseragaman kadar asam urat pada pengujian ini
dilakukan perhitungan Standar Deviasi (SD) yang menunjukkan tingkat atau
derajat variasi kelompok data dari rata-ratanya. Standar deviasi ini digunakan
untuk memperlihatkan besarnya perbedaan data yang ada yang dibandingkan dari
rata-rata. Diperoleh hasil perhitungan standar deviasi yaitu 1,906 kemudian
dihitung nilai simpangan baku relatif (SBR) dan diperoleh nilainya sebesar
34,293%. Hal ini menandakan bahwa nilai SBR yang diperoleh tidak memenuhi
syarat karena nilainya lebih dari 2% sedangkan syarat nilai SBR yang baik adalah
kurang dari (<2%). Hal tersebut terjadi karena terjadi penyimpangan data yang
signifikan.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode yang digunakan pada penentuan kadar asam urat dalam praktikum
ini adalah metode enzimatik, dimana terjadi reaksi sebagai berikut:
3. Nilai SBR yang diperoleh sebesar 34,293%, dimana nilai tersebut tidak
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. (2011). Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.
Rineka Cipta, Jakarta.
Bare BG., Smeltzer SC. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC,
Jakarta.
Burn, M.A.C., B.G. Wells., T.L. Schwinghammer., P.M. Malone., J.M. Kolesar.,
J.C. Rotschafer and J.T. Dipiro. (2008), Pharmacotherapy: Principles and
Practice. The McGraw- Hilll Companies, USA.
Dalimartha, S. (2008). Resep Obat Untuk Asam Urat, Penebar Swadaya, Jakarta.
Febry, A (2008). Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan, Graha ilmu, Yogyakarta.
Haidari, F., Keshavarz, S. A., Rashidi, M. R. & Shahi, M. M., (2008). Orange
Juice and Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter
Oxidative Stress Markers and Xanthine Oxidoreductase Activity, J. Clin.
Biochem. Nutr., 45 (3), 285-291
Herliana, E., (2013), Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Lullmann H., Mohr K., Hein L., Bieger D. (2005). Color Atlas of Pharmacoloogy.
5th edition. Thieme Medical Publishers.
Sewell, A.C., Murphy, H.C., and Iies, R.A., (2002), Use of Proton Nuclear
Magnetic Resonance Spectroscopy in Detection and Study of Organic
Acidurias, Clin. Chem., 48, 357-359
Silbernagl, S. (2009). In: Silbernagl, S., Lang, F. editor. Teks dan Atlas Berwarna
Patofisiologi, EGC, Jakarta.