Tahap awal dari praktikum yang dilakukan adalah pembuatan larutan pengikat.
Larutan pengikat yang digunakan adalah PVP dan dilarutkan menggunakan
etanol. PVP digunakan sebagai pengikat karena granul yang akan dihasilkannya
akan memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan daya kompatibelnya
lebih baik, PVP dilarutkan menggunakan etanol karena PVP mudah larut dalam
etanol. Penggunaan PVP dalam etanol menghasilkan granul dengan gaya
kompresi yang baik.
Selanjutnya proses granulasi, pada metode ini pembuatan granul dibantu dengan
pengikat dan pelarut. Tujuan granulasi ini adalah untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul), meningkatkan sifat aliran
serbuk atau campuran serbuk, dan meningkatkan karakteristik kempa dari serbuk
atau campuran serbuk. PCT (zat aktif), amprotab (penghancur), dan laktosa
(pengisi) dicampur sampai homogen lalu ditambahkan larutan PVP yang
berfungsi sebagai pengikat sedikit demi sedikit sampai massa dapat dikepal
namun masih bisa dipatahkan. Larutan PVP harus dimasukkan semuanya agar
presentasi pengikat sesuai dengan yang diinginkan, selanjutnya pengecilan
partikel-partikel dengan proses pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi
ukuran partikel mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia serbuk yang kemudian
akan berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting pada
homogenitas tablet akhir. Lalu massa yang basah dikeringkan dalam oven, tujuan
pengeringan ini untuk mengurangi kadar air, karena air adalah tempat yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme. Granul diayak kembali lalu granul kering
ditimbang dan dievaluasi.
Granul selanjutnya dilakukan pengujian granul yaitu uji kadar air (uji
kelembaban). Sebanyak 1 gram granul dari granul kering ditimbang lalu
diuji kadar airnya. Uji kadar air dilakukan dengan cara granul sebanyak 1 gram
diletakkkan di atas piring aluminium pada alat miosture analyze tester, kemudian
dipanaskan hingga suhu 60-70oC. Apabila suhu mencapai atau lebih dari 70oC,
maka granul akan rusak sehingga bila suhu telah mencapai 70 oC, lampu harus
digeser kemudian dilihat kadar airnya. Kadar air yang bagus mempunyai rentang
kurang dari 2%. Bila kadar airnya lebih dari 2%, maka granul harus dikeringkan
kembali. Hal ini dilakukan agar pada saat pencetakan, tablet yang terbentuk tidak
basah dan tidak menempel pada cetakan tablet. Kadar air granul yang diperoleh
pada percobaan untuk formula A dan formula B berturut-turut adalah 1,51% dan
1,67%, keduanya memenuhi syarat.
Metode evaluasi kecepatan alir yang berikutnya yaitu metode sudut baring
(istirahat). Sudut Istirahat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin,
mudah tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul (Lachman et al,
1994). Metode ini mempunyai prinsip pengukuran sudut yang terbentuk dari
lereng timbunan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang
datar. Alat yang digunakan sama dengan metode corong yaitu Flow Tester. Sudut
diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut
dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat
pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan
kelembaban serbuk (Lachman et al, 1994). Pada metode ini, yang diukur dari
granul adalah sudut yang terbentuk dari timbunan granul yang keluar dari corong
alat flow tester dengan bidang datar dimana pada timbunan granul tersebut diukur
tinggi granul dan diameter dari timbunan granul. Setelah itu diperoleh nilai
melalui tan dimana nilai adalah derajat sudut baring atau sudut istirahat.
Penafsiran hasil dari metode sudut baring ini adalah jika nantinya nilai dari
granul berada pada rentang 25-30º maka granul ditetapkan sangat mudah
mengalir. Jika nilai 30-38º maka sifat alir granul yang dibuat mudah mengalir
dan jika nilai > 38º maka granul kurang mengalir. Hasilnya, pada granul yang
dibuat dari formula A memiliki nilai º sebesar 29,68º yang artinya granul dari
formula A bersifat sangat mudah mengalir. Pada granul yang dibuat dari formula
B, hasil yang diperoleh adalah nilai º adalah 26,1º yang artinya sifat alir granul
dari formula B adalah sangat mudah mengalir. Hal ini menunjukkan bahwa granul
yang dihasilkan dari formula A dan granul dari formula B sifatnya sangat mudah
mengalir yang artinya sama seperti pada laju alir dengan metode corong dimana
sifat alir yang baik akan memudahkan pada sata proses tabletasi dan akan
menghasilkan keseragaman bobot serta kandungan zat aktif atau dosis dalam
sediaat tablet yang nantinya akan dibuat.
Faktor Haussner dilakukan untuk menentukan aliran atau sifat freeflowing dari
suatu serbuk. Indeks Faktor Haussner yang mendekati angka satu merupakan
serbuk yang alirannya baik. Pada formula A dan formula B angka Haussner yang
didapat adalah 1,18 dan 1,11 keduanya memenuhi syarat karena di bawah
toleransi yaitu 1,2, sehingga dapat dikatakan bahwa sifat alir dari serbuk tersebut
baik.