Anda di halaman 1dari 3

VII.

PEMBAHASAN
Percobaan kali ini diuji interaksi pada penggunaan kombinasi antibiotika. Kombinasi
antibiotika dapat dilakukan pada suatu keadaan-keadaan tertentu, namun adanya
kombinasi ini dapat menyebabkan akibat-akibat pada fungsi antibiotik tersebut, dapat
bertambah (sinergis), tetap (aditif), atau menjadi berkurang (antagonis). Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan metode pita. Pada metode ini akan dapat terlihat aktifitas
dari kedua kombinasi antibiotik yang diuji apakah akan memberikan efek sinergis,
antagonis, atau aditif.
Pada percobaan dilakukan pada bakteri E-Coli dengan kombinasi antibiotik
Klorampenikol dan Ampisilin. Pada hasil pengamatan yang dilakukan setelah inkubasi 18
jam, ternyata kombinasi yang didapat pada percobaan ini menimbulkan efek sinergis,
karena pada kloramfenikol terdapat zona bening di sekeliling pita, sedangkan pada
ampisilin, zona bening yang terbentuk hanya pada daerah pita yang mendekati pita
tetrasiklin. Daerah disekeliling kedua ujung pita yang berdekatan memiliki zona bening
yang cukup lebar, sehingga disimpulkan bahwa efek yang terjadi adalah efek sinergis.
Efek sinergis terjadi bila campuran obat yang diberikan bersama menimbulkan efek yang
merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah atau menghasilkan efek
yang lebih besar.
Pada ampisilin, terlihat bahwa efek yang ditimbulkan tidak terlalu besar bahkan
hampir tidak berefek pada bakteri uji jika dibandingkan dengan klorampenikol, hal ini
dikarenakan meskipun ampisilin merupakan antibiotik berspektrum luas, namun efek
yang ditimbulkan untuk bakteri gram positif lebih kecil dari efek yang ditimbulkan
apabila ampisilin diberikan kepada bakteri jenis Gram negatif, sedangkan bakteri yang
diuji adalah E-coli yang merupakan jenis bakteri Gram Negatif. Disebutkan pula oleh
Pelczar dalam buku dasar-dasar mikrobiologi 2, bahwa ampisilin merupakan antibiotik
turunan dari penisilin yang dihasilkan oleh P.chrysogenum yang aktif terhadap bakteri
gram negatif yang menyebabkan infeksi pada saluran penafasan, pencernaan dan kemih
yang memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel (Pelczar,2005 halaman
525). Dengan demikian jelas bahwa pada E-coli, efek yang akan ditimbulkan oleh
antibiotik ini tidak akan maksimal bahkan akan cenderung antagonis terhadap bakteri uji.
Pada klorampenikol, terlihat bawa efek yang ditimbulkan untuk menghambat bakteri
e-coli yang merupakan bakteri gram positif cukup besar. Zona bening yang ditimbulkan
lebih besar jika dibandingkan dengan zona bening yang terdapat pada pita ampisilin. Hal
ini dapat dikarenakan Klorampenikol merupakan antibiotik berspektrum luas yang
memiliki mekanisme mengganggu sintesis protein (Pelczar,2005 halaman 525).
Pada literatur bahwa kombinasi Klorampenikol dengan ampisilin akan menimbulkan
efek antagonis yang saling mengurangi efek penghambat pertumbuhan bakteri. Sesuai
dengan fungsinya masing-masing, ampisilin merupakan antibiotik bakterisid yang bekerja
menghambat sintesis dinding sel, sedangkan tetrasiklin merupakan antibiotik
bakteriostatik yang bekerja menghambat sintesa protein. Dilihat dari fungsi tersebut,
menurut literatur, bahwa kombinasi antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan
merugikan (antagonis), karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang
tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akan memperlemah efek
bakterisidnya. Sedangkan pada data pengamatan, justru ampisilin terlihat bekerja pada
ujung pita yang mendekati ujung pita klorampenikol. Hal ini mungkin saja terjadi karena
adanya dorongan dari klorampenikol sehingga ampisilin dapat bekerja lebih optimal pada
keadaan tersebut. Karena klorampenikol telah menghambat sintesa protein dari bakteri
yang sedang tumbuh, sedangkan ampisilin akan membantu menghambat sintesis dinding
sel sehingga mengakibatkan mikroba menjadi tidak tahan dari pengaruh luar dan menjadi
lisis lalu kemudian mati. Jika dianalisis, sangat mungkin yang terjadi adalah antibiotik
Klorampenikol bekerja lebih dahulu menghambat pertumbuhan bakteri baru kemudian
ampisilin yang melanjukan membunuh bakteri yang masih tersisa, karena pada daerah
yang hanya dilalui oleh ampisilin, tidak tampak adanya aktifitas antibakterial.
Faktor lain yang dapat terjadi sehingga hasil yang didapat dari pengamatan tidak
sesuai dengan literatur adalah proses pengerjaan dan bahan yang digunakannya. Mungkin
saja antibiotk yang digunakan telah berkurang kadarnya atau mungkin juga kesalahan
praktikan dalam menganalisis data pengamatan (melihat zona bening di ujung pita yang
berdekatan) ataupun pengerjaan yang kurang aseptis. Pada umumnya, penggunaan
kombinasi dari dua atau lebih antibiotik jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan efek yang
akan ditimbulkan akan bermacam-macam. Untuk suatu mikroba penginfeksi, kombinasi
antibiotik dapat bersifat sinergik (kombinasi dua antibiotik yang bersifat bakterisid),
aditif (kombinasi dua antibiotik yang bersifat bakteriostatik) dan antagonis (kombinasi
antibiotik bakteriostatik dan bakterisid). Namun, pemakaian kombinasi antibiotika juga
dapat menjadi dianjurkan apabila berasa pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya: pada
orang yang menderita beberapa penyakit sekaligus, pada penderita yang belun
teridentifikasi dengan jelas infeksinya, jika penderita mengalami resistensi terhadap suatu
antibiotik (pada penderita TBC) dan pemakaian antibiotik secara kombinasi akan
dianjurkan apabila telah terbukti bahwa kombinasi tersebut dapat menimbulkan efek
sinergis.

VIII. KESIMPULAN

1. Kombinasi antibiotika dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda


tergantung dari sifat antibiotika itu sendiri, yaitu:

a. dapat bersifat sinergik (kombinasi dua antibiotik yang bersifat bakterisid)

b. additif (kombinasi dua antibiotik yang bersifat bakteriostatik) dan

c. antagonis (kombinasi antibiotik bakteriostatik dan bakterisid).

2. Kondisi dimana kombinasi antibiotik dapat diberikan yaitu pada keadaan:

a. orang yang menderita beberapa penyakit (infeksi) sekaligus

b. pada penderita yang belun teridentifikasi dengan jelas infeksinya

c. jika penderita mengalami resistensi terhadap suatu antibiotik (pada penderita


TBC) dan

d. apabila telah terbukti bahwa kombinasi tersebut dapat menimbulkan efek


sinergis.

3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan:

a. Ketidakcocokan antara bakteri yang digunakan dengan antibiotik yang diuji

b. Pengerjaan yang kurang aseptis

c. Kesalahan pengamatan

d. Bahan yang digunakan sudah berkurang efeknya (sudah tercemar)

Daftar pustaka

Pelczar. J Michael.2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi 2.Penerbit Universitas


Indonesia:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai