Anda di halaman 1dari 64

MATERI :

PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Dosen Pengampu :
apt. Gandes Winarni, M.Farm.
Pharmaceutical Care






PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK


Penggunaan Antibiotik Secara Rasional
- Terdapat perubahan pola sensitivitas antibiotik dan maraknya kuman multi-
resisten antibiotik seperti MRSA (Methicillin Resistant Staphylococus aureus)
dan bakteri penghasil ESBL ( Extended Spectrum Beta Lactamases).
- Ditemukan sebanyak 30% hingga 80% penggunaan antibiotik tidak berdasarkan
indikasi.
- Penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau berlebihan
Penggunaan Antibiotik Secara Rasional


Maka dari itu, harus :
- Menggunakan antibiotik sesuai indikasi (tanda demam, leukosit tinggi)
- Menggunakan antibiotik sesuai dengan kultur bakteri
- Menggunakan antibiotik hingga tuntas (sesuai bakteri yang menginfeksi)

- DIAGRAM ALUR GYSSENS → KUALITATIF


- ATC/DDD → KUANTITATIF
Golongan Antibiotik

Antibiotik beta laktam memiliki cara kerja dengan
menghambat protein yang digunakan untuk sintesis
Beta dinding sel bakteri. Bakteri memiliki enzim penicilin
binding protein (PBP) yang berfungsi untuk
Laktam menghubungkan unit peptida pada proses sintesis
dinding peptidoglikan. Antibiotik beta laktam
mengikat diri pada enzim PBP untuk menganggu
sintesis dinding peptidoglikan sehingga sel menjadi
lisis. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok beta
laktam adalah penisilin, monobaktam, sefalosporin dan
karbapenem (Etebu dan Arikekpar, 2016).
Makrolida

 Antibiotik makrolida berasal dari  Efek samping yang ditimbulkan
jamur Eryhraea Saccharopolyspora, seperti gangguan hati dan radang
antibiotik makrolida sering diberikan sehingga direkomendasikan dosis
kepada pasien yang alergi dengan awal yang rendah. Antibiotik
makrolida memiliki spektrum kerja
penisilin. Cara kerja antibiotik yang luas untuk membunuh bakteri
makrolida dengan mengikat ribosom gram positif dan negatif. Antibiotik
bakteri, sehingga penambahan asam yang termasuk dalam kelompok
amino ke rantai polipeptida pada sel makrolida adalah Eritromisin,
bakteri terganggu selama proses Azritromisin dan Klaritromisin .
sintesis protein. (Etebu dan Arikekpar, 2016).
Tetrasiklin

 Antibiotik tetrasiklin diisolasi dari tanah
yang didapat dari bakteri Streptomyces.
Cara kerja antibiotik ini mengikat
ribosom bakteri, sehingga penambahan
asam amino ke rantai polipeptida
terganggu selama proses sintesis
protein. Tetrasiklin sudah jarang
digunakan karena bakteri sudah banyak
yang resisten oleh antibiotik ini dan
juga efek sampingnya yaitu dapat
merubah warna gigi pada anak-anak
(Etebu dan Arikekpar, 2016).
Kuinolon


 Antibiotik ini pertama kali
ditemukan sebagai asam nalidiksat
yang ada pada tanaman kina.
Kuinolon bekerja dengan
mengganggu replikasi DNA dan
transkripsi pada bakteri. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah
siprofloksasin, ofloksasin dan
sebagainya (Etebu dan Arikekpar,
2016).
Aminoglikosida

 Antibiotik aminoglikosida yang  Generasi terbaru dari kelompok
pertama kali ditemukan adalah antibiotik ini adalah gentamisin,
streptomisin untuk penyakit amikasin, neomisin dan tobramisin
Mycobacterium Tuberculosis. yang efek sampingnya jauh lebih
Aminoglikosida bersifat bakterisidal
kecil dibandingkan streptomisin
dan efektivitas dalam membunuh
(Etebu dan Arikekpar, 2016).
bakteri tergantung dari jumlah dosis.
Contoh dari antibiotik aminoglikosida
yaitu streptomisin memiliki efek
samping yang besar seperti gangguan
pada telinga dan ginjal.
Penggunaan Terapi Antibiotik Kombinasi


Tujuan pemberian antibiotik kombinasi adalah:

a. Meningkatkan aktivitas antibiotik pada infeksi spesifik (efek sinergis atau aditif)

b. Mengatasi infeksi campuran yang tidak dapat ditanggulangi oleh satu jenis
antibiotik saja

c. Mengatasi kasus infeksi yang membahayakan jiwa yang belum diketahui bakteri
penyebabnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kombinasi
antibiotik.

Kombinasi antibiotik yang bekerja pada target yang berbeda dapat mempengaruhi efektivitas
antibiotik (sinergis atau antagonis).
a. Suatu kombinasi antibiotik dapat memiliki toksisitas yang bersifat aditif atau superaditif.
Contoh: Vankomisin secara tunggal memiliki efek nefrotoksik minimal, tetapi pemberian
bersama aminoglikosida dapat meningkatkan toksisitasnya.
b. Kombinasi antibiotik tidak efektif untuk mencegah resistensi.
c. Pengetahuan jenis infeksi, data mikrobiologi dan antibiotik diperlukan untuk mendapatkan
kombinasi bijak dengan hasil efektif.
d. Hindari penggunaan kombinasi antibiotik untuk terapi empiris jangka lama.
e. Pertimbangkan peningkatan biaya.
e. Rute pemberian oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi
infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan
antibiotik parenteral. 
f. Lamanya pemberian antibiotik empiris adalah dalam jangka waktu 48-72
jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan
kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
PEDOMAN PENGGUNAAN AB

 EMPIRIS
 DEFINITIF

 CP = CLINICAL PATHWAY
Penggunaan Terapi Antibiotik Berdasarkan Aktivitas


a. Farmakokinetik Tiga parameter farmakokinetika (PK) yang harus
dipertimbangkan dalam penggunaan antibiotik:

- Kadar puncak atau kadar maksimum (Cmax)

- Waktu paruh (t1/2) yang berbanding lurus dengan kecepatan eliminasi

- Area Under the Curve (AUC) adalah jumlah obat yang ada dalam sirkulasi
sistemik, dapat menunjukkan Bioavailabilitas obat yang diberikan per oral.
Profil kadar obat dalam darah dan Parameter Farmakokinetik

Farmakokinetik (PK) membahas tentang


perjalanan kadar antibiotik di dalam tubuh,

sedangkan farmakodinamik (PD)
membahas tentang hubungan antara kadar-
kadar itu dan efek antibiotiknya.
Tiga sifat farmakodinamik antibiotik yang
paling baik mendeskripsikan aktivitas
bakterisidal adalah timedependence
(tergantung waktu), concentration-
dependence (tergantung konsentrasi),
dan post antibiotik effect/PAE (efek
persisten). Antibiotik yang termasuk PAE
masih memberikan efek meskipun
konsentrasi didalam darah di bawah MIC
Berdasarkan ketiga sifat farmakodinamik antibiotik ini, antibiotik bisa
dibagi menjadi 3 kategori:

Penggunaan Antibiotik Kelompok Khusus


Penggunaan Antibiotik Pada Anak


Perhitungan dosis antibiotik berdasarkan per kg berat badan
ideal sesuai dengan usia dan petunjuk yang ada dalam
formularium. Pada praktek pemilihan antibiotik untuk anak
tetap memperhatikan manfaat dan risiko.
Penggunaan Antibiotik Pada Usia Lanjut


- Pada umumnya pasien usia lanjut (>60 tahun) mengalami mild renal
impairement (gangguan fungsi ginjal ringan) sehingga penggunaan antibiotik
tertentu yang eliminasinya terutama melalui ginjal memerlukan penyesuaian
dosis atau perpanjangan interval pemberian.

- Komorbiditas pada usia lanjut yang sering menggunakan berbagai jenis obat
memerlukan pertimbangan terjadinya interaksi dengan antibiotik.
Penggunaan Antibiotik Pada Penurunan Fungsi Ginjal (Renal
Insufficiency) dan Gangguan Fungsi Hati


Penyesuaian Dosis pada Penurunan Fungsi Hati
Pedoman penyesuaian dosis insufisiensi fungsi liver tergantung dari kondisi fungsi
hati tersebut. Secara umum dikatakan bahwa penyesuaian dosis hanya dilakukan
pada insufisiensi hati serius sehingga insufisiensi ringan sampai sedang tidak perlu
dilakukan penyesuaian dosis. Strategi praktis sbb : - Dosis total harian diturunkan
sampai 50% bagi obat yang tereliminasi melalui liver pada pasien sakit hati serius
- Sebagai alternatif, dapat menggunakan antibiotik yang tereliminasi melalui ginjal
dengan dosis regular
Penyesuaian Dosis pada Gangguan Fungsi Ginjal


- Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal, dosis antibiotik disesuaikan
dengan bersihan kreatinin (Creatinine clearance). Penyesuaian dosis penting untuk
dilakukan terhadap obat dengan rasio toksik–terapetik yang sempit, atau obat yang
dikonsumsi oleh pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.

- Usahakan menghindari obat yang bersifat nefrotoksis.


Berikut adalah beberapa acuan yang dapat digunakan dalam
penyesuaian dosis:


a. Jika bersihan kreatinin (Clearance creatinine = ClCr) obat yang tereliminasi
melalui ginjal 40-60 ml/menit, dosis diturunkan 50% dengan interval waktu
regular.
b. ika Clearance creatinine (Clcr) 10-40ml/menit, dosis obat yang eliminasi
utamanya melalui ginjal diturunkan 50% dan interval waktu pemberian
diperpanjang dua kali lebih lama dari interval regular.
c. Sebagai alternatif, dapat menggunakan antibiotik yang eliminasi utamanya
melalui hati dengan dosis regular.
d. d. Clearance creatinine (Clcr) digunakan sebagai gambaran fungsi ginjal.
Perhitungan dapat menggunakan formula sbb


e. Dosis muatan (Loading dose) dan dosis rumatan (maintenance dose) insufisiensi ginjal.
Kalkulasi dosismuatanobatyangruteeliminasiutamamelalui ginjal tidak ada perubahan
dosis, sedangkan dosis rumatan disesuaikan dengan kalkulasi bersihan kreatinin

f. Pada Antibiotik Golongan Aminoglikosida (misalnya: Amikasin, Gentamisin, Netimisin,


Tobramisin dll), penggunaan dosis tunggal setelah dosis muatan telah terbukti menurunkan
risiko potensial toksisitas ginjal. Strategi ini direkomendasikan bagi semua pasien
termasuk pasien kritis (Critically Ill).

KASUS
Data Pasien
 Data Klinis Awal :  Riwayat Konsumsi Obat :

 Kesadaran : Penurunan kesadaran  OAT FDC Fase lanjutan 3 x 1 tab
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg p/o kategori satu.
 Nadi : 120 x/menit  FDC ARV 1 x 1 Efavirenz,
 Respirasi : 26 x/menit tenovofir, lamivudine.
 Suhu : 37°C  Alergi Obat : Tidak Ada
 Tinggi Badan :  Alergi Makanan : Tidak Ada
 Berat Badan :  Pemeriksaan Penunjang :

31
Data awal pasien

 Identitas Pasien :  Tanggal Keluar : -
 Nama : Tn. Rohendi  Jumlah Hari Perawatan : -
 Tanggal Lahir : 24 Juli 1979  Status Pulang : -
 Usia : 41 Tahun  Dokter :
 Jenis Kelamin : Laki-laki  Apoteker : T.O.S.,Apt.
 Ruang Rawat Inap : Kemuning 1
 No. Rekam Medik : 0001813458
 Tanggal Masuk RS : 4/1/2020

32
Data Pasien
 Alasan Masuk RS / Keluhan  Riwayat Penyakit Terdahulu :
Utama : Penurunan kesadaran. HIV, TB Paru kasus baru, suspect
Pasien datang dengan penurunan
kesadaran sejak 4 hari sebelum
 gagal terapi.
 Diagnosis :
masuk rumah sakit dan tidak nafsu HIV stadium IV dengan wasting
makan serta buang air besar cair dan syndrome, TB Paru on OAT suspect
satu hari terakhir terdapat darah. MDR, Meningitis TB, DILI ec. OAT
Terdapat keluhan lemah badan, dd/ ARV, toksoplasma cerebri.
mata kuning, batuk, sesak nafas dan  Diagnosis kerja :
banyak keputihan dimulut.  HIV stadium IV dengan wasting
syndrome, TB Paru on OAT
suspect MDR , Meningitis TB,
DILI ec. OAT dd/ ARV,
toksoplasma cerebri.
33
Catatan Pengobatan

34
35
Subjek
Keluhan Tanggal

4/1 5/1  6/1 7/1 8/1

Kesadara - - + + +
n

Sesak + + + - -
nafas

BAB cair + + + + +

Batuk + + - - -

Lemah + + + + +
badan
36
37

38
Objectif
Pemeriksaan
Hematologi
Standar Satuan
 04/1 05/1 07/1

Hemoglobin 14.-17.4 g/dL 13,2 12,4 11,3


Hematokrit 41,5.-50.4 % 40,3 37,3 34,3
Eritrosit 4.40-6.0 103 /uL 4,66 4,35 3,9
Leukosit 4,5- 11.0 106/uL 13,43 17,4 22,82
Trombosit 150-450 103 /uL 481 431 386
Indeks
Eritrosit
MCV 80-96 fL 86,5 85,7 87,9
MCH 27,5-33,2 Pg 28,3 28,5 29,0
MCHC 33,4-35,5 % 32,18 33,2 32,9 39
Lanjutan
Pemeriksaan
Hitung Jenis
Standar Satuan
 04/1 05/1 07/1

Leukosit
Basofil 0-1 % 0 0 0
Eosinofil 0-4 % 0 0 0
Neutrofil Batang 3-5 % 1 1 2
Neutrofil 45-73 % 85 88
Segmen
Limfosit 18-44 % 8 6 4
Monosit 3-8 % 6 5 5
Anti HCV Rapid Non Reaktif
HbsAg Non Reaktif
Kromatografi
Anti HAV (IgM) Non Reaktif
40
Lanjutan
Pemeriksaan Standar Satuan 04/1 05/1 07/1
Faeces Rutin
Konsentrasi
Makroskopis
Lembek
 Encer

Warna Coklat Coklat


Kemerahan
Lendir Negatif Positif
Nanah Negatif Negatif
Darah Negatif Positif
Parasit Negatif Negatif
Mikroskopis
Leukosit Negatif Negatif
Eritrosit Negatif 5-9
Telur Cacing Negatif Negatif
Amuba Kista

41
Lanjutan
Pemeriksaan Standar Satuan 04/1 05/1 07/1
Makroskopik
Urine
Warna Kuning  Kuning tua
Kejernihan Agak Keruh
Kimia Urine
Eritrosit 0-3 /lpb 1-4
Leukosit 0-5 /lpb 1-4
Epitel 0-1 /lpk 1-4
Bakteri Negatif /lpk Neg
Kristal Negatif /lpk Neg
Silinder Negatif /lpk Neg
Berat jenis 1.001-1.035 1.030
PH 5.0-8.0 5,0
Nitrit Negatif Positif
42
Lanjutan
Pemeriksaan Standar Satuan 04/1 05/1 07/1
Protein Negatif Neg
Glukosa Urin
Keton
Negatif
Negatif  Neg
++
Urobilinogen Negatif Normal
Bilirubin Negatif Neg
Leukosit Negatif 3+
Esterase
Eritrosit Negatif 2+
Kimia
Gula darah <140 mg/dL 62
sewaktu
SGOT 15-37 unit/L 147 82
SGPT 14-63 unit/L 571 215
Ureum 15.0-39 mg/dL 53
Kreatinin 0,6-1.5 mg/dL 0,79 43
Lanjutan
Pemeriksaan Standar Satuan 04/1 05/1 07/1
Natrium 135-145 mEq/L 133
Kalium
Kalsium
3.5-5.1
4.5-5.6
mEq/L
mg/dL  4,6
3,97
Magnesium 1.8-2.4 mg/dL
Protein Urin Negatif
Albumin 3,4 -5,0 gr/dL
Bilirubin Total 0.100- 1 mg/dL 7,996
Bilirubin Direck 0,1-0,3 mg/dL 6,583
Bilirunin 0,2-0,8 mg/dL 1,403
Indireck
PT 9,1-13,1 detik 14,2
INR 0,8- 1,2 detik 1,29

APTT 14,2-34,2 detik 39,6


Fosfatase Alkali 46-116 U/L 158
Natrium (Na) 135-145 mEq/ L 134
44
Kalsium Ion 4,5-5,6 mg/dL 4,01
Lanjutan
Pemeriksa Standar Satuan 04/1 05/1 07/1
an
Nilai Gas Darah
PH @
pCO2 @
7,35-7,45
35,0-45,0 mm Hg
7,475
31,1
pO2 @ 80-105 mm Hg 133,4

Status Asam Basa


HCO3 @ 22-26 mmol/L 23,1
tCO2 @ 23,05-27,35 mmol/L 24,0
Standar BE-b @ (-2) – (+2) mmol/L 0,4
Saturasi O2 @ 95-100 % 96,0
Prothrombin Time
PT 9,1-13,1 detik 14,2
INR 0,8- 1,2 detik 1,29
APTT
APTT 14,2-34,2 detik 39,6
Fosfatase Alkali 46-116 U/L 158
Natrium (Na) 135-145 mEq/ L 134
Kalsium Ion 4,5-5,6 mg/dL 4,01 45

Kesesuaian
Indikasi

46
Indikasi Klinis Terapi Obat Penilaian

HIV Stadium IV - FDC ARV 1 x 1 (Efavirenz, Sesuai

(Permenkes No. 87 Tahun 2014) tenovofir, lamivudine)

Antituberkulosis karena (Drug Induce


Liver Injury) : tb paru dan meningitis -
Streptomycin 1 gr
Sesuai

tb. - Etambutol 500 mg


- Ofloksasin 400 mg
(Jong et al., 2013).
Infeksi oportunistik : toksoplasma Sesuai
cerebri, pencegahan primer.
- Cotrimoksazole 960 mg
(Permenkes No. 87 Tahun 2014)

Suplemen untuk memelihara fungsi - Curcuma tab 1 x 1 Sesuai


hati.

(Farzaei, M et.al., 2018)


Terapi cairan tubuh. - NaCl 0,9 % Sesuai

(Medscape,2020)
47

Kesesuaian Dosis

48
49

Interaksi Obat

50
Nama Obat Jenis Interaksi Manajemen

Efavirenz >< Ofloksasin Interaksi dari kedua obat ini dapat meningkatkan Pasien harus melaporkan apabila mengalami gejala torsade de pointes
resiko aritmia ventricular termasuk torsade de seperti pusing, sakit kepala ringan, pingsan, palpitasi, irama jantung tidak
(Mayor)


pointes dan kematian mendadak. teratur, sesak napas, atau sinkop.

(Drugs.com., 2020)
Streptomycin >< Interaksi dari kedua obat ini dapat meningkatkan Penggunaan dari kedua obat ini sebaiknya dihindari apabila
Tenofovir resiko gangguan ginjal karena kedua obat ini memungkinkan. Untuk memantau penggunaan kombinasi obat ini
memiliki efek adiktif pada ginjal. dilakukan tes fungsi ginjal seperti nilai serum kreatinin, protein urin,
(Mayor)
gula urin.

(Drugs.com., 2020)
Ethambutol >< Efavirenz Interaksi dari kedua obat ini dapat menyebabkan Resiko kerusakan hati dipertimbangngkan apabila efavirenz diberikan
hepatotoksisitas. dengan obat yang dapat menyebabkan hepatoksisitas (ethambutol).
(Moderate)
Pasien harus melaporkan apabila terjadi tanda-tanda gangguan hati
seperti demam, ruam, gatal, anoreksia, urin gelap dan tinja pucat atau
penyakit kuning. Pemantauan tes fungsi hati seperti SGOT dan SGPT.

(Drugs.com., 2020)
Efavirenz >< makanan Pemberian obat efavirenz bersamaan makanan Penggunaan obat efavirenz sebaiknya diberikan dalam keadaan perut
dengan tinggi lemak dapat meningkatkan kosong.
(Moderate)
konsenterasi dari Cmax dan AUC. Sebagai contoh
makanan tinggi kalori (1000 kkal dengan 500-600
berasal dari lemak) dapat meningkatkan Cmax 79 % (Drugs.com., 2020)
dan 28 % kenaikan AUC. 51
Sulfamethoxsazole >< Interaksi dari kedua obat ini dapat Resiko kerusakan hati dipertimbangngkan apabila efavirenz diberikan
Efavirenz menyebabkan hepatotoksisitas dengan obat yang dapat menyebabkan hepatoksisitas. Pasien harus
melaporkan apabila terjadi tanda-tanda gangguan hati seperti demam,
(Moderate)
ruam, gatal, anoreksia, urin gelap dan tinja pucat atau penyakit kuning.


Pemantauan tes fungsi hati seperti SGOT dan SGPT.

(Drugs.com., 2020)
Lamivudine >< Efavirenz Interaksi dari kedua obat ini dapat Resiko kerusakan hati dipertimbangngkan apabila efavirenz diberikan dengan
menyebabkan hepatotoksisitas obat yang dapat menyebabkan hepatoksisitas. Pasien harus melaporkan apabila
(Moderate)
terjadi tanda-tanda gangguan hati seperti demam, ruam, gatal, anoreksia, urin
gelap dan tinja pucat atau penyakit kuning. Pemantauan tes fungsi hati seperti
SGOT dan SGPT.

(Drugs.com., 2020)
Efavirenz >< Tenofovir Interaksi dari kedua obat ini dapat Resiko kerusakan hati dipertimbangngkan apabila efavirenz diberikan dengan
menyebabkan hepatotoksisitas obat yang dapat menyebabkan hepatoksisitas. Pasien harus melaporkan apabila
(Moderate)
terjadi tanda-tanda gangguan hati seperti demam, ruam, gatal, anoreksia, urin
gelap dan tinja pucat atau penyakit kuning. Pemantauan tes fungsi hati seperti
SGOT dan SGPT.

(Drugs.com., 2020)
Tenofovir >< makanan Pemberian obat tenofovir bersamaan makanan Penggunaan obat tenofovir dapat diberikan bersama makanan atau tidak.
tinggi lemak dapat meningkatkan konsenterasi
(Minor) (Drugs.com., 2020)
dari Cmax dan AUC, masing-masing 14 %
dan 40 %. Namun pemberian makanan ini
52
tidak mempengaruhi farmakokinetik dari
tenofovir.

Efek Samping

53
Nama Obat Efek Samping Keterangan
Ca Gluconas Bradicardia, hipotensi, sakit kepala, konstipasi, diare , mual muntah -

Curcuma tab Mual , iritasi lambung. -

Cotrimoksazole 960 mg 
Anoreksia, vertigo, hiperkalemia, hiponatremia, urtikaria,

Hipotensi, neurotoksik, sakit kepala, anemia, ototoksik, neprotoksik


-

-
Streptomycin 1 gr

Etambutol 500 mg Optik neuritis, demam, sakit kepala, gout akut, lemah badan -
1-10 %Mual, sakit kepala, fatigue, pharingitis, rash, visual -
Ofloxacin 400 mg
disturbances,< 1 %Prolonged QT Interval, Torsade de pointes
>10 % Sakit kepala, Bone mineral density decline1-10 % Nyeri ulu
Tenofovir
hati, mual muntah, batuk, nyeri punggung, diare
>10 % Demam, mual muntah, pankreatitis, peripheral neuropathy,
Lamivudin nervous system neuroptahy1-10 % Depresi, dispepsia, insomnia,
thrombositopenia
>10 % Total cholesterol increasedDiare, Depresi, rash1-10 Ada, terjadinya
%Neutropenia, Transaminase increased, halusinasi peningkatan nilai
Efavirens SGOT dan SGPT,
monitoring gangguan
fungsi hati.(DILI) 54

Plan

55

Plan
 Pemantauan obat efavirenz yang dapat memperberat fungsi hati
 Interaksi obat yang bersifat mayor seperti efavirenz >< ofloksasin,
streptomycin >< , tenofovir, Ethambutol >< Efavirenz

56
No Bentuk DRPs
Tabel DRP
Keterangan Rekomendasi


1. Obat Tanpa Indikasi Tidak Ada -

2. Indikasi Tidak Diobati Tidak Ada -

3. Tidak Tepat Obat Tidak Ada -

4. Dosis Terlalu Tinggi Tidak Ada -

5. Dosis Terlalu Rendah Tidak Ada -

6. Efek Samping Obat Ada Efavirens , menyebabkan


gangguan fungsi hati.
7. Interaksi Obat Ada Efavirenz >< Ofloksasin
Streptomycin >< Tenofovir
Ethambutol >< Efavirenz

8. Kepatuhan Pasien Patuh -


57

FARMAKOKINETIK &
FARMAKODINAMIK

58
FARMAKOKINETIK
No Nama Obat Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
1. Efavirens Waktu Plasma Puncak: Pengikatan protein: 99% Dimetabolisme oleh hati, Half-Life: 41 jam ± 20 jam
CYP3A4 dan CYP2B6 Ekskresi: Urin (14-34%); tinja


2,5-4 jam (albumin)
Menghambat: (16-61%)
CYP2C9; CYP2C19, dan
CYP3A4 (in vitro)
Menginduksi: CYP3A4
(in vivo)

2. Lamivudin Penyerapan: Cepat Ketersediaan hayati: Metabolisme: 5,6% Eliminasi paruh waktu: 2 jam
Vd: 1,3 L / kg Mutlak; Cp maks menurun menjadi metabolit trans- (anak-anak); 5-7 jam (dewasa)
Batas Protein: <36% dengan makanan meskipun sulfoksida Ekskresi: Terutama urin
AUC tidak terpengaruh secara
signifikan, 66% (anak-
anak); 87% (dewasa)
3. Tenofovir Ketersediaan hayati: 25% Protein Bound: <7% terhadap Metabolisme: bukan oleh Ekskresi: Urin (70-80%) melalui
(puasa); meningkat ~ 40% protein serum CYP; dikonversi secara filtrasi dan sekresi aktif,
dengan makanan tinggi Vd: 1,2-1,3 L / kg intraseluler oleh terutama sebagai tenofovir
lemak yang tidak berubah
hidrolisis menjadi
Waktu Plasma Puncak: 1 Waktu paruh: 17 jam
jam (puasa); 2 jam tenofovir, kemudian
(dengan makanan) difosforilasi menjadi
tenofovir difosfat aktif
59
FARMAKOKINETIK
No Nama Obat Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


4. Calcium Gluconas Penyerapan oral membutuhkan Terikat protein: ~ 45% Ekskresi: Kotoran sebagai
vitamin D; penyerapan meningkat (terutama untuk garam kalsium yang tidak
dengan kondisi asam; oleh karena albumin) diserap (80%), urin (20%)
itu, berikan 1-2 jam setelah makan

5. Curcumin Batas bioavailabilitas rendah


digunakan sebagai agen oral
Sifat hidrofobik membuat
curcumin tidak cocok untuk
pemberian intravena

6. Cotrimoxazole Waktu mencapai puncak: 1-4 jam Protein terikat: TMP Hati Waktu paruh: TMP (8-10
(44%); SMX (70%) Enzim terhambat: jam); SMX (10 jam)
CYP2C9 hati Ekskresi: Urin (sebagai obat
tidak berubah)

60
FARMAKOKINETIK
No Nama Obat Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
7. Streptomisin Penyerapan: IM: Protein Bund: 34% Half Life liminasi: bayi baru lahir: 4-10
terserap dengan jam; dewasa: 2-4,7 jam, berkepanjangan


baik; tidak diserap Distribusi: ke cairan ekstraseluler termasuk dengan gangguan ginjal
dari usus serum, abses, asites, perikardial, pleura,
Waktu Plasma sinovial, limfatik, & cairan urin (90% sebagai obat tidak
Puncak: dalam 1 jam peritoneum; melintasi plasenta; jumlah kecil berubah); kotoran, air liur, keringat, & air
masukkan ASI mata (<1%)

8. Ethambutol Ketersediaan hayati: Seluruh tubuh; terkonsentrasi di ginjal, paru- Hati (20%) menjadi Eliminasi paruh waktu: 2,5-3,6 jam; 7-15
~ 80% paru, air liur, dan sel darah merah metabolit tidak jam (penyakit ginjal stadium akhir)
Waktu Plasma Difusi relatif dari darah ke CSF: Memadai aktif Ekskresi: ~ 50% urin; ~ 20% tinja sebagai
Puncak: 2-4 jam dengan atau tanpa peradangan (melebihi obat tidak berubah
MICs biasa)
CSF: rasio level darah: 0% (meninges
normal); 25% (meninges meradang)
Pengikatan protein: 20-30%

9. Ofloxacin Diserap dengan baik Didistribusikan secara luas ke jaringan tubuh Urin: 65% hingga 80% (sebagai obat tidak
dan cairan, termasuk cairan blister, leher berubah); tinja: 4% hingga 8%; <10%
Waktu puncak rahim, paru-paru, ovarium, jaringan prostat, dimetabolisme
Serum: 1 hingga 2 kulit, dan dahak; V d : 2,4 hingga 3,5 L / kg
jam ~ 9 jam (bifasik: 4 hingga 5 jam [6,4
Protein bund : 20% hingga 32% hingga 7,4 jam pada pasien lansia] dan 20
hingga 25 jam [menyumbang
<5%]); berkepanjangan dengan 61
gangguan ginjal
No Nama Obat
MEKANISME KERJA
Mekanisme Kerja
1 Efavirens Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) terhadap HIV-1
2. Lamivudin Inhibitor Terbalik Nukleosida (NRTI); setelah fosforilasi, menghambat transkriptase balik HIV dengan penghentian


rantai DNA virus; analog sitosin
Berguna dalam kombinasi dengan ZDV
Mutasi kodon yang diinduksi ZDV menghasilkan sensitivitas virus terhadap obat
3. Tenofovir NRTI; analog adenosine 5’-monophosphate yang menghambat HIV-1 reverse transcriptase dengan bersaing dengan
AMP sebagai substrat, yang menghasilkan penghambatan replikasi virus

4. Calcium gluconas Komponen mineral tulang; kofoaktor dalam reaksi enzimatik, penting untuk transmisi saraf, kontraksi otot, dan
banyak jalur transduksi sinyal
Memoderasi kinerja saraf dan otot melalui pengaturan ambang potensial aksi.

5. Curcuma Curcumin: anti-inflamasi (penghambatan COX); merangsang produksi dan pelepasan


empedu; antispasmodik; hepatoprotektif; antioksidan

6. Cotrimoxazol Memblokir 2 langkah berurutan dalam biosintesis asam nukleat dan protein yang penting bagi banyak bakteri
Trimethoprim: Menghambat reduktase dihydrofolate, sehingga menghambat produksi asam tetrahydrofolic dari asam
dihydrofolic
Sulfamethoxazole: Menghambat sintesis bakteri asam dihydrofolic dengan bersaing dengan asam para-aminobenzoic

7. Streptomycin Mengganggu sintesis protein bakteri normal dengan mengikat ke subunit ribosom 30S
8. Ethambutol Mengganggu produksi metabolit dalam Mycobacterium
9. Ofloxacin Menghambat DNA girase, yang pada gilirannya menghambat replikasi, rekombinasi, transkripsi, dan transposisi 62
DNA; bakterisida

Daftar pustaka
 Centers for Disease Control and Prevention. 2019. About HIV/AIDS. Tersedia di


https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html (diakses pada tanggal 21 Januari 2020)
 Jong, E., Conradie, F., Black, A., Menezes, C., John, M. A., & Meintjes, G. 2013. Consensus
statement: management of drug-induced liver injury in HIV-positive patients treated for TB:
guideline. Southern African Journal of HIV Medicine, 14(3), 113-119.
 Farzaei, M., Zobeiri, M., Parvizi, F., El-Senduny, F., Marmouzi, I., Coy-Barrera, E., ... &
Abdollahi, M. 2018. Curcumin in liver diseases: A systematic review of the cellular
mechanisms of oxidative stress and clinical perspective. Nutrients, 10(7), 855.
 Kemenkes RI. 2014.Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu Pengedalian Tuberkulosis Resisten
Obat
 Kesehatan, K. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Kementerian Kesehatan.
 Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
 WHO. 2019. World Health Statistics 2019.
 Drugs.com, 2020
 Medscape, 2020

64

Anda mungkin juga menyukai