Anda di halaman 1dari 223

Pertemuan 1,2,3

ANTIMIKROBA/ANTIBIOTIKA

Apt. Sonata Daniatiek, S.Farm,M.Biomed


SPESIALIT OBAT
• Adalah mempelajari obat berdasarkan fungsi
meliputi nama generik, nama dagang, tunggal
maupun kombinasi sesuai bentuk sediaan dan
kekuatan bahan obat.
Nama dan janis obat
Obat diberi nama berdasarkan :
• Kandungan zat kimianya ( nama kimia )
• Nama generik
• Nama merek dagang
Kompetens
i
Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang obat
antimikroba

Mahasiswa mampu
menjelaskan mekanisme
tentang obat
kardiovaskular

Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang obat
Antidiabetik
Materi
Perkuliahan

Pertemuan 1,2,3 Pertemuan 4,5 Pertemuan 6,7


ANTIMIKROBA OBAT OBAT
KARDIOVASK ANTIDIABETIK
ULAR
• Antibiotika merupakan suatu kelompok obat
yang paling sering digunakan saat ini. Menurut
perkiraan sampai 1/3 pasien yang dirawat di
Rumah Sakit mendapat antibiotika, dan biaya
antibiotika dapat mencapai 50% dari anggaran
obat di Rumah sakit.
• Hasil penelitian Gonzales menunjukkan bahwa
30% resep antibiotika diperuntukkan untuk
infeksi saluran pernafasan, lebih dari separuhnya
adalah infeksi viral yang tidak memerlukan
antibiotika
• Penggunaan antibiotika yang berlebihan dan
tidak tepat akan menimbulkan kekebalan
(resistensi) , meningkatkan biaya pengobatan
dan efek samping.

 Antibiotika menghentikan beberapa jenis infeksi
dalam beberapa hari. Karena antibiotika tidak
dapat secara lansung menghilangkan gejala,
dokter sering mengkombinasi terapi antibiotika
dengan antipiretika.
 Yg harus diingat adalah untuk tidak
menghentikan terapi antibiotika sebelum
jumlah yang ditentukan habis, meskipun gejala
penyakit telah menghilang, penghentian
penggunaan antibiotika sebelum waktunya akan
menyebabkan timbulnya kembali infeksi yang
lebih parah akibat pembentukan bakteri yang
resisten.
AKTIVITAS DAN
SPEKTRUM
Berdasarkan toksisitas selektif, antibiotika
bersifat :
 Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan
mikroba . ex :kloramfenikol
 Bakterisid : membunuh mikroba. Ex :
pensilin
Berdasarkan spektrumnya antibiotika dibagi
dua :
- Berspektrum sempit : pensilin G,
steroptomisin
- Berspektrum luas : tertrasiklin, amoksisilin
Antibiotik
• Pengertian antibiotik
• Penggolongan antibiotik
• Indikasi
• Kontra indikasi
• Mekanisme kerja
• Sasaran penggunaan
• Efek samping
• Toksisitas
Penggolongan
• Penggolongan berdasarkan kimia
• Penggolongan berdasarkan mekanisme
kerja
• Penggolongan berdasarkan manfaat dan
sasaran kerja
Pengertian
• Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti
bakteri adalah obat yg digunakan untuk mengobati
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Alexander flening pada tahun 1927 menmukan
antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Setelah
mulai digunakan secara umum pada tahun 1940,
maka antibiotika biasa dibilang merubah dunia
pengobatan, serta mengurangi angka kesakitan dan
kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi
secara dramatis.
• Arti Antibiotika sendiri pada awalnya merujuk pada senyawa yang
dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh
bakteri penyebab penyakit pada hewan dan manusia. Saat ini
beberapa jnis antibiotika merupakan senyawa sintetis ( tidak
dihasilkan dari mikroorganisme) tetapi juga dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri.
• Secara teknis, zat yang dpat membunuh bakteri baik berupa senyawa
sintetis, atau alami disebut dengan zat anti mikroba, akan tetapi
banyak orang menyebutnya dengan antibiotika. Meskipun antibiotika
mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika
secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika.
I.Penggolongan berdasarkan
kimia
• Golongan Beta laktam
• Golongan Aminoglikosida
• Golongan Klorampenicol
• Golongan Tetrasiklin
• Golongan Makrolida
• Golongan Rimfamisin
• Golongan Polipeptida
• Golongan Polien
• Golongan Antibiotik lain
Golongan Betalaktam
• Gol. Betalaktam 1(penisilin)
Amoksisikin, ampisilin, kloksasilin,
fenoksifenisilin,propisilin,sulfamisilin,
prokainpenisilin,fluklosasilin, benzatinmetil penisilin
• Golongan betalaktam 2 (sefalosporin)
Sefaletin, sefaleksin,sefaloridin,sefuroksin,sefadroksil,
sefaktor, seftilbufen, sefazolin, seftizoksin, sefradin,
seftazedin, sefpiron, sefriaksin Na, sefpodoksin
proksetil, sefamandol, sefadrin
Golongan Aminoglikosida
Neomisin, spektinomisin, streptpmisin,
kanamisin, gentamisin, paromomisin,
amiksin, tobromisin, dideoksikanamisin,
netilmisin
Golongan Klorampenicol
Klorampenicol, tiamfenicol
Golongan Tetrasiklin
• Klortetrasiklin
• Rolitetrasiklin
• Demetilklortetrasiklin
• Doksisiklin
• Demeklosilin
Golongan Makrolida
• Eritromisin
• Oleandomisin
• Roksitromisin
• Azitromisin
• Klaritromisin B
Golongan Rifamisin
Rifamisin dan rifampisin
Golongan Polipeptida
• Polimiksin A
• Polimiksin B
• Basitrasin
Golongan Polien
• Nistatin
• Ampoterisin B
II.Penggolongan Berdasarkan
Mekanisme Kerja
• Bekerja terhadap dinding sel membran luar
bakteri
• Bekerja terhadap dinding sel membran
sebelah dalam bakteri
• Bekerja terhadap sitoplasma bakteri
• Bekerja terhadap inti sel bakteri
Bekerja terhadap dinding sel
membran luar bakteri
Bekerja dengan cara menginhibisi sintesis
peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel
baru terganggu yang mengakibatkan dinding sel
bakteri menjadi rapuh dan akan terjadi lisi
(pengeluaran cairan sel bakteri)
Contoh: Penisilin dan derivatnya: benzilpenisilin,
amoksisilin, kloksasilin, sulfamisilin,
prokainpenisilin, fenoksimetil penisilin,
fluklosasilin, sulbenisilin, metisilin
Bekerja terhadap dinding sel
membran bagian dalam bakteri
Sel akan mengalami kehilangan senyawa
intraseluler
Contoh: polimiksin, gol polien, nistatin,
amfoterisin
Bekerja terhadap sitoplasma
bakteri
Mempengaruhi fungsi ribosom bakteri
dengan cara menginhibisi sintesisi protein
pada sitoplasma secara reversible sehingga
bakteri akan kehilangan parotein yang
dibutuhkan bakteri.
Contoh: Senyawa baktereostatik spt,
tetrasiklin, klorampenicol, eritromisin,
linkomisin, klindamisin
Bekerja terhadap inti sel
Bekerja denga cara menganggu metabolisme
asam nukleat dan menginhibisi enzim
RNA polimerase depoender DNA
Contoh rifamisin
III. Pengolongan Antibiotik
berdasarkan manfaat dan sasaran
kerja
• Bekerja terhadap bakteri garam (+) (narraw
spektrum.Contoh, penisilin V, gol. Makrolida,
linkomisin, vankomisin, basitrasin
• Bekerja terhadap bakteri gram (-) (narrow
spektrum)
• Antibiotik yang bekerja terhadap bakteri gram
(+) dan (-) broad spectrum. contoh, ampisilin,
amoksisilin, karbenisilin, sefalosporin,
tetrasiklin, klompenicol
Toksistas Antibiotik
• Ginjal
• Darah
• Saraf
• Saluran cerna
• Hati
• Kulit
• Otot dan tulang
• Kardiovaskular
• Gigi
Toksisita antibiotik terhadap
ginjal
• Penurunan glomereulus yaitu pemberian
antibiotik Gol. Aminoglikosida spt:
polimiksin, amfoterisin dan sefalosporin
• Menimbulkan oksidasi tubulus serta
gangguan eletrolit yaitu pemberian
karbenisilin, tetrasiklin dan ampoterisin
• Nefritis pada ginjal karen pemberian
derivat penisilin
Toksisitas Antibiotik terhadap
darah
• Anemia aplastis karena pemeberian
klorampenicol dan amfoterisin
• Anemia haemolitik karena pemberian
kloreampenicol, penisilin dan sefalosporin
• Neutropenia (peningkatan jumlah neutropil
dalam pembuluh darah) karena pemberian
klorampenicol dan rifamisin
Toksisitas antibiotik pada saraf
• Gangguan pendengaran karena pemberian
antibiotik golongan aminoglikosida dan
vankomisin
• Toksis pada sistim saraf pusat dan perifer
karena pemberian tetrasiklin, penisilin dan
polimiksin
Toksistas antibiotik terhadap
saluran pencernaan
Gangguan pada saluran pencernan dan
membunuh semua bakteri usus akan terjadi
apabila pemebrian enterokolistin,
antibiotik broad spectrum dan
nklindamisin
Toksisita antibiotik pada hati
Pemberian oksasilin dan tetrasiklin akan
menimbulkan kerusakan pada hati apabila
diberikan pada dosis tinggi
Toksisita Antibiotik pada Kulit
Hipersensifitas dari semua antibiotik dan
tetrasiklin akan menimbulkan kelainan
pada kulit
Toksisitas antibiotik pada otot
dan tulang
Pemberian penisilin, sefalosporin dan
tetrasiklin akan menimbulkan
penghambatan perkembangan tulang dan
pewarnaan gigi yang permanen pada anak-
anak di bawah umur 8 tahun.
Toksisitas antibiotik pada
kardiovaskular
Pemberian karbanisilin akan menyebabkan
terjadinya kelebihan Na
Toksisitas antibiotik terhadap
gigi
Pemberian tetrasiklin pada anak-anak di
bawah umur 8 tahun dapat menimbulkan
pewarnaan pada gigi, dimana gigi akan
berubah menjadi kuning secara permanen
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemberian antibiotik
• Antibiotik harus dapat mencapai kadar
tertentu pada suatu daerah infeksi
• Hasil pengujian antibiotik secara in vitro
tidak sama dengan in vivoi
• Hati- hati penggunaan antibiotik pada ibu
hamil pada trimester I karena pada saat itu
merupakan daerah rawan pemberian
antibiotik.
Antibiotik Yang diperbolehkan
pada trimester I
• Golongan beta laktam: penisilin dan
sefalosporin dan derivatnta
• Golongan polipeptida, polimiksin B,
polimiksin E dan basitrasin
• Golongahn makrolida spt meritromisin,
spiramisin, klaritromisin, azitromisin dan
roksitromisin
Antibiotik ysng tidak
diperbolehkan pada trimester I
kehamilan
• Golongan aminoglikosida spt: steptomisin,
neomisin, kanamisin, spektinomisin,
amikasin dan tobromisin
• Golongan rifamisin spt; rifamisin
Antibiotik yang harus dihindari
pada masa akhir kehamilan
• Golongan aminoglikosida
• Golongan klorampenicol
Antibiotik yang tidak boleh diberikan pada
masa akhir kehamilan

• Golongan tetrasiklin dan derivatnya


• Novobiosin
Resiko penggunaan antibiotik pada bayi prematur dan bayi
yang baru lahir

• Menimbulkan fiksasi pada bakal gigi, tonsil, gigi


dan tulang karena pemberian tetrasiklin
• Menyebabkan sindrom kelabu dan kolap
peredaran darah karena pemberian klorampenicol
• Menimbulkan gangguan pada hati seperti
penyakit kuning atau ikterus karena pemberian
rifamisin
Resiko penggunaan antibiotik
pada usia senja
• Meningkatnya kadar antibiotik dalam
serum darah yang akan meningkatkan
toksisistas, sehingga perlu dilakukan
adaptasi pasologi seperti memperpanjang
interval pemberian dan harus dilakukan
monitoring kadar obat dalam tubuh pasien
Rute pemberian antibiotik
• Antibiotik yang hanya diberikan secara
oral atau topikal
• Antibiotik yang diberikan secara parental
• Antibiotik yang diberikan secara oral dan
parental
Antibiotik oral atau topikal
• Digunakan sebagai antibakteri contohnya;
fenoksimetil penisilin, sefaleksin,
newomisin dan basitrasin
• Digunakan sebagai anti TBC, contohnya
viomisin, sikloserin
• Digunakan sebagai antifungi, contohnya,
nistatin, griseofulfin
Antibiotik yang diberiakn secara
parental
• Digunakan sebagai antibakteri contohnya;
benzatin penisilin, karbenisilin, metisiulin,
streptomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin,
vankomisin, sefalotin, sefaloridin dan polimiksin
• Digunakan sebagai anti TBC, contohnya,
streptomisin
• Digunakan sebagai antifungi, contohnya
ampoterisin
Antibiotik yang digunakan
secara oral dan parental
• Digunakan sebagai antibakteri, contohnya
penisilin G, ampisilin, nafsilin, tetrasiklin,
klorampenicol, etritromisin dan linkomisin
• Digunakan sebagai anti TBC, contohnya;
rifamisin
Usaha untuk Mengatasi
Kegagalan terapi antibiotik
• Memastikan kembali penyebab infeksi apakah
diagnosanya sudah benar
• Menentukan kembali kepekaan suatu antibiotik
secara in vitro dari mikroorganisme yang digunakan
• Diperiksa kembali kadar antibiotik dalam darah, urin,
jaringan, dan aktivitasnya terhadap mikroorganisme
• Kalau seandainya terjadi inflamasi, inflamasi
disebabkan oleh infeksi bukan alergi
• Kepatuhan pasien ditingkatkan
ANTIBIOTIK BETALAKTAM

( PENISILIN DAN SEFALOSPORIN )


O
O
R1 C HN
S
R C HN
S CH3

CH3 N
O R2
N
O COOH COOH
STRUKTUR KIMIA
• Penisilin dan sefalosforin mempunyai struktur β-laktam
yang mirip
• Penting untuk aktivitas antimikroba
• Modifikasi gugus R1 dan R2 telah menghasilkan
antibiotik semisintetik
- spektrum luas
- resisten β-laktamase
• Bersifat bakterisid
• Menghambat dinding sel bakteri
PENISILIN
• Pertama kali ditemukan 1928 oleh Fleming
• Di masa sekarang : ALAMI dan SINTETIK
• Merupakan asam organik :
- Inti siklik : cincin tiazolidin dan cincin
betalaktam
- rantai samping : gugus amino bebas, dpt
ikat berbagai radikal bebas
PENISILIN
• Hambat pembentukan mukopeptida yg
diperlukan utk sintesis ddg sel bakteri
• Efek bakterisid pd mikroba yg aktif
membelah
• Efek bakteriostatik pd bakteri yang tdk
aktif membelah atau praktis tdk
berpengaruh
PENISILIN
Mekanisme kerja umum :
1. Bergabung dgn protein pengikat penisilin
(protein binding protein =PBP) mikroba
2. Hambatan sintesis dinding sel bakteri
3. Aktivasi enzim proteolitik pada dinding
sel
PENISILIN
RESISTENSI :
 Pembentukan enzim betalaktamase pada
mikroba
 Enzim autolisin mikroba tidak aktif, timbul
sifat toleran
 Mikroba tidak punya dinding sel
(mikoplasma)
 PBP berubah atau obat tidak capai PBP
PENISILIN
FARMAKOKINETIK
• Penisilin G mudah rusak oleh suasana asam
• Makanan menghambat absorbsi
• Absorbsi oral amoksisilin lebih baik daripada
ampisilin, waktu paruh eliminasi hampir
sama
• Distribusi berbeda-beda
FARMAKOKINETIK
• Benzilpenisilin sangat mudah rusak oleh
asam lambung, harus diberikan dengan
injeksi
• Fenoksimetilpenisilin stabil dalam asam,
diberikan per oral, spektrum sama dengan
benzilpenisilin
Data farmakokinetik pensilin
SEFALOSPORIN
Generasi pertama :
• In vitro, aktif terhada gram +
• Aktif terhadap bakteri penghasil
penisilinase
• Aktivitas sama satu dengn yang lain
• Mikroba yang resisten : S.aureus,
S.epidermidis, Str.faecalis
SEFALOSPORIN

Generasi kedua Generasi ketiga


• Lebih aktif terhadap gram • Aktif terhadap
– enterobacteriaceae, salah
• Tidak dianjurkan untuk satu penghasil
infeksi saluran empedu, penisilinase
karena enterokokus tidak • Ada yg aktif terhadap
dipengaruhi, justru akan Ps.aeruginosa
resisten
Data Farmakokinetik sefalosporin
Sefalosporin

Indikasi klinis :
• Hanya digunakan untuk kasus infeksi
berat yang tidak dapat diobat dengan
antimikroba lain
ANTIBIOTIK
AMINOGLIKOSIDA
• Antibiotika golongan aminoglikosida
dihasilkan oleh berbagai jenis
Srteptomyces dan Micromonospora.

• Yang pertama ditemukan adalah


Streptomisin dari Streptomyces griseus
pada tahun 1943.

• Dari segi kimia senyawanya


merupakan gula amino dengan ikatan
glikosidik yang larut dalam air.

• Garam sulfat dan HCl nya berupa


kristal.
Yang termasuk antibiotika golongan
aminoglikosida

• Sreptomisin dari Streptomyces griseus th 1943


• Neomisin Streptomyces fradiae 1949
• Framisetin Streptomyces lavandulae 1953
• Kanamisin Streptomyces kanamyceticus
1957
• Paromomisin Streptomyces rimosus 1959
• Gentamisin Micromonospora purpurea 1963
• Tobramisin Streptomyces tenebrarius 1968
• Amikasin Asilasi kanamisin A 1972
Karakteristik aminoglikosida
1. Tidak satupun aminoglikosida diabsorpsi secara
memadai pada pemberian oral.

2. Mekanisme kerjanya identik satu sama lain

3. Spektrum aktivitas terutama terhadap bakteri gram neg

4. Toksisitas utama adalah ototoksis pada saraf otak ke


8 dan nefrotoksik.

5. Resistensi terhadap aminoglikosida terhadap dapat


terjadi melalui 3 mekanisme yaitu:
a. Mutasi protein pada ribosom bakteri
b. Kegagalan penetrasi aminoglikosida
c. Inaktivasi aminoglikosida oleh enzim bakteri.
Diantara kelompok aminoglikosida dapat
terjadi resistensi silang.

Bakteri yang sudah resisten adalah:


* E.Coli,
* Pseudomonas
* Enterobacter dan
* Serratia.
• Bila ada meningitis distribusi ke cairan
otak meningkat dari 10% pada plasma
menjadi 20% pada otak, namun masih
belum dapat mengobati meningitis
yang disebabkan bakteri Gram neg.
• Pada neonatus pemberian sistemik
aminoglikosida dapat mengobati
meningitis karena sawar darah-otak
yang belum matang memudahkan
aminoglikosida menembusnya
• Distribusinya sampai ke korteks ginjal,
endolimfe dan perilimfe dari telinga
dalam.
Spektrum kerja aminoglikosida

• Secara in vitro senyawa aminoglikosida


aktif terhadap bakteri gram neg aerob.
• Diantara bakteri Gram positif hanya
Staphylococcus yang dapat diinhibisi oleh
aminoglikosida.
• Tidak aktif terhadap bakteri anaerob seperti
Clostridia, Rickettsia, jamur dan virus.
Mekanisme kerja aminoglikosida

• Aminoglikosida berdaya kerja bakterisida.


• Aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari
ribosom sehingga sub unit 70 S nya tidak
terbentuk maka terjadi inhibisi sintesis protein
karena salah baca kode genetik , asam amino
yang salah yang disambungkan pada rantai
polipeptida sehingga terbentuk protein yang
berbeda.
• Disamping itu ada mekanisme lain yaitu merusak
membran sel bakteri sehingga bakteri mati.
Aminoglikosida Parenteral

• Bentuk garam sulfatnya diberikan secara intra


muscular karena absorpsinya baik sekali.
• Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah ½ - 2
jam.
• Streptomisin seluruhnya masuk ke dalam
plasma,hanya sedikit yang masuk ke eritrosit maupun
makrofag, sukar masuk ke dalam sel.
• Penetrasi pada sekret dan jaringan rendah.
• Penetrasi pada saluran nafas buruk.
• Ekskresinya melalui ginjal terutama dengan
filtrasi glomerulus.

• Gangguan fungsi ginjal menghambat ekskresi,


mempercepat efek nefrotoksik.

• Pada bayi neonatus atau prematur, usia lanjut


juga cepat menimbulkan nefrotoksik.

• Pada gangguan fungsi ginjal waktu paruh cepat


meningkat dari 2-3 jam menjadi 50-100 jam.
Aminoglikosida non sistemik
 Neomisin, paromomisin dan framisetin tidak digunakan secara
parenteral karena terlalu toksik.

 Neomisin yang diberikan 10 g secara selama 3 hari tidak mencapai


kadar toksik dalam darah. Dosis 4-8 g sehari kadar dalam darah sudah
sama dengan pemberian parenteral.

 Pada insufisiansi ginjal kadar neomisin dalam darah cepat meningkat


sehingga menimbulkan nefrotoksik.

 Dosis harus dikurangi atau diganti kanamisin yang aktivitasnya sama


tetapi kurang toksik.

 Neomisin pada anak-anak harus dibatasi, dosis 100 mg/kg BB jangan


lebih dari 3 minggu.

 Neomisin yang tidak diabsorpsi dalam usus akan keluar bersama feses
dalam keadaan utuh.
Efek samping
Alergi
• Potensinya untuk menimbulkan alergi rendah.
• Kadang-kadang dapat terjasi reaksi kulit
memerah, eosinofilia, demam, kelainan darah,
dermatitis, angioudem, stomatitis dan syok
anafilaksis.

Reaksi iritasi:
• Reaksi iritasi berupa rasa nyeri di tempat
penyuntikan.
• Suntikan diikuti radang dan peningkatan suhu
0,5-1,5 derajat C.
Misal: pada penyuntikan sreptomisin i.m.
Efek Toksik
• Reaksi toksik dapat terjadi pada SSP berupa
*Efek Ototoksik (gangguan pendengaran dan
keseimbangan)
*Efek Nefrotoksik (gangguan pada ginjal)

• Gejala lain pada SSP adalah gangguan pernafasan.

• Kadar plasma yang menimbulkan efek toksik tidak jauh


dari kadar yang dibutuhkan untuk efek terapi.

• Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan


memperpanjang interval pemberian atau mengurangi
dosis, atau keduanya.
Efek Ototoksik:
• Efek ototoksik terjadi pada saraf otak ke 8 (nervus
auditorius) yang mengenai komponen vestibular dan
akustik.

• Setiap aminoglikosida berpotensi menyebabkan dua efek


toksik dalam derajat yang berbeda.

• Streptomisin dan gentamisin lebih mempengaruhi


vestibular.

• Neomisin, kanamisin, amikasin dan dihidrostreptomisin


lebih mempengaruhi akustik.

• Tobramisin mempengaruhi akustik dan vestibular.


EFEK NEFROTOKSIK.
• Kerusakan taraf permulaan ditandai dg ekskresi enzim dr
brush border tubulus renal (alanin-aminopeptidase, fosfatase
alkali dan b-D-glukosaminidase). Setelah beberapa hari,
terjadi defek kemampuan konsentrasi ginjal, proteinuria
ringan dan terdptnya hialin serta silinder granular, filtrasi
glomerulus menurun setelahnya.
• Potensi nefrotoksik terkuat dimiliki oleh neomisin,
sedangkan yg terlemah ialah streptomisin. Kanamisin dan
gentamisin berada di antara keduanya; frekuensi kejadian
untuk gentamisin ialah 2-10 %, atau rata-rata sekitar 4%.
NEUROTOKSIK LAINNYA.
• Pemberian streptomisin secara intraperitoneal sewaktu
bedah abdomen dapat menimbulkan gangguan pernapasan
akibat hambatan konduksi neuromuskular. Selain dengan
streptomisin, sifat kurariform ini dimiliki juga oleh
kanamisin, gentamisin dan neomisin, aminoglikosid lain
sebaiknya dianggap dianggap potensi demikian pula.
Gangguan vestibular:
• Gejala:- sakit kepala
- pusing
- mual
- muntah
- gangguan keseimbangan

• Pemulihan : 12-18 bulan ada yang menetap,


dapat meluas ke ujung serabut saraf kohlea.

• Dosis toksik: 2 g sehari selama 60-120 hari


kejadian toksik sampai 75%
1 g sehari selama 60-120 hari
kejadian toksik sampai 25 %
Gangguan akustik:

• Gangguan tidak selalu di kedua telinga sekaligus ttp


bertahap. Dapat berkembang jadi tuli saraf.
• Kerusakan berupa degenarasi sel rambut organ corti.
• Gangguan akustik terjadi pada anak-anak.
• Gejala awal : tinnitus

• Frekuensi kejadian:
Streptomisin 4-15%
Gentamisin, amikasin, tobramisin 25 %

Kanamisin 30%

• Neomisin paling sering menimbulkan tuli saraf.


• Neomisin topikal 5% juga dapat menimbulkan tuli saraf.
Efek nefrotoksik:
 Gejala:- Kemampuan ginjal menurun
- Protein uria ringan
- Filtrasi glomerulus menurun
- Nekrosis tubuli berat ditandai dengan kenaikan
kreatinin, hipokalemia, hipokalsemia.
- Gangguan terjadi reversibel
 Nefrotoksik terkuat : Neomisin
Terlemah : Streptomisin

Efek neurotoksik lain: Streptomisin i.p menyebabkan


gangguan pernafasan.

Perubahan biologi:
 Gangguan mikroflora tubuh dan absorpsi usus.
 Dapat menyebabkan superinfeksi pseudomonas: kanamisin

Kandidiasis: Penggunaan oral gentamisin


Indikasi
• Walaupun spektrum luas, jangan digunakan untuk setiap infeksi
karena:
- Resistensi cepat berkembang
- Toksisitas relatif tinggi
- Tersedianya antibiotika lain yang efektif tapi toksisitasnya
rendah.

• Streptomisin SO4:
Tuberkulosis, pneumonia, bruselosis. Bentuk bubuk ,
Larutan
• Neomisin SO4 :
Infeksi mata, telinga, kulit, diare krn E.coli.
Bentuk salep, krem, larutan, tablet, bubuk steril untuk i.m.
• Kanamisin:
Enteritis dan sirosis hati
• Gentamsin dan tobramisin;
Infeksi abdomen, jar. Halus, tulang, sendi, sal.kemih,
pneumonia dan meningitis
Interaksi
Kombinasi Interaksi

Aminoglikosida dg as. etakrinat Ototoksik meningkat

Aminoglikosida dg furosemid Ototoksik meningkat

Aminiglikosida/antikoagulan Produksi vit K di usus


berkurang
Neomisin/Penisilin V Absorpsi penisilin berkurang

Aminoglikosida/relaksan otot Efek relaksan meningkat


rangka
Aminoglikosida/aminoglikosid Ototoksik dan nefrotoksik aditif

Gentamisin/Karbenisilin Inaktivasi gantamisin

Tobramisin/Heparin Aritmia jantung

Aminoglikodida/karbenisilin Nefrotoksik meningkat

Aminoglikosida/sefalodporin Nefrotoksik meningkat


Farmakokinetik Aminoglikosida
• Absorbsi
diabsorbsi baik jika diinjeksi intramuscular
Lebih baik diberikan melalui injeksi
intramuscular bila kondisi pasien normal (perfusi
darah ke intramuscular baik) Pemberian one
daily lebih dipilih dari pada twice daily.
Post antibiotical Effect (PAE) selama <2 jam
untuk bakteri gram negatif dan 2-7 jam untuk
bakteri gram positif (16)
• Bioavailabilitas 100%
• Distribusi
• Dapat menembus plasenta
• Dapat menembus CSF dengan adanya inflamasi
karena meningitis 15-24% sedangkan pada
normal meningeas: 10-20%
• Larut dalam ASI
• Pregnancy risk factor, tidak aman untuk ibu
hamil,Dapat digunakan untuk terapi meningitis
Kontraindikasi  pada wanita menyusui
Metabolisme
• Tidak dimetabolisme sehingga aman untuk
penderita gangguan hepar dan tidak
terpengaruh oleh bahan-bahan yang
bersifat inducer/inhibitor enzim
Ekskresi
• Melalui ginjal 94-98%
• Perlu dosis adjustment untuk penderita renal
impairment
• ClCR .60 ml/menit: pemberian setiap 8 jam
• ClCR 40-60 ml/menit: pemberian setiap 12 jam
• ClCR 20-40 ml/menit: pemberian setiap 24 jam
• CLCR < 20 ml/menit : loading dosis
• Protein Binding : 0 – 11 %
Waktu Paruh Eliminasi
• Infant
Berat bayi baru lahir rendah (1-3 hari) : 7-9 jam :
selanjutnya > 7 hari : 4-5 jam
• Anak : 1,6 -2,5 jam
• Dewasa :
Fungsi ginjal normal : 1,4 – 2,3 jam
penyakit ginjal : 28 – 86 jam
* Kadar Puncak : I.M : 45 – 120 menit
Parameter Monitoring
• Urinalysis, serum kreatin, konsentrasi
kadar puncak,, tanda vital, suhu
badan,berat badan, pendengaran. Beberapa
derivat penisillin dapat mempercepat
degradasi aminoglisida secara in -vitro
Tabel . FARMAKOKINETIK
AMINOGLIKOSIDA
SEDIAAN DAN POSOLOGI
• Sediaan aminoglikosid dpt dibagi dlm kelompok :
1) sediaan aminoglikosid sistemik pemberian im atau iv yaitu
amikasin, gentamisin, kanamisin dan streptomisin,
2) aminoglikosid topikal terdiri dari aminosidin, kanamisin,
neomisin, gentamisin dan streptomisin.
• Dlm kelompok topikal ini termsk semua aminoglikosid yg
diberikan per oral utk mendptkan efek lokal dlm lumen
saluran cerna. Sediaan aminoglikosid pd umumnya sbg garam
sulfat.
• 1. Streptomisin
• 2. Gentamisin
• 3. Kanamisin
• 4. Amikasin
• 5. Tobramisin
• 6. Netilmisin
• 7. Neomisin
• 8. Lain-lain: paromomisin (aminosidin) dan sisomisin.
ANTIBIOTIK
TETRASIKLIN
Pengertian
ANTIBIOTIK

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun


sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.

Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan


pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai
alat seleksi terhadap mutan atau transforman.

Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau


memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja
targetnya adalah bakteri.
Asal mula
TERTASIKLIN

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover


pada tahun 1955, merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan
antibiotika penting.
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.

Hal ini digunakan untuk mengobati bakteri gram positif


dan gram-negatif banyak dan beberapa protozoa. Seperti
beberapa antibiotik lainnya, juga digunakan dalam
pengobatan jerawat.
Definisi
Tetrasiklin

• Merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering,
bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam
larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat
berkurang potensinya.

• Zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi


klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.

• Mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 μg


tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl), per mg di hitung
terhadap zat anhidrat.
Mekanisme
tetrasiklin

Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat


sintesis protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini
diketahui dapat menghambat kalsifikasi dalam pembentukan
tulang. Tetrasiklin diketahui dapat menghambat sintesis protein
pada sel prokariot maupun sel eukariot. Mekanisme kerja
penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya
aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada kompleks mRNA-
ribosom, sehingga menghalangi penggabungan asam amino ke
rantai peptide.
Kegunaan
tertrasiklin

• Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh
kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran
pernafasan, perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia  dan hewan dari
kuman dan disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan
sel-sel hewan yang terkena), dan panleukopenia (penyakit yang
menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan drastis).
 
• Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada
hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai
spectrum luas. Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk
mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia, mastitis, enteritis,
leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis, penyakit jembrana dan
antraks.
• Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru,
dan lain-lain. Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan
tercampur dalam pakan.
 
• Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD,
sinusitis, infeksi PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam
juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis rendah.
 
• Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit,
biasanya sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%.
Dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata seperti
opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk mengatasi pink
eye.
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
TETRASIKLIN
• Absorbsi
Kira-kira 30-80% tetrasklin diserap lewat saluran cerna
Berbagai faktor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti
adanya makanan dalam lambung (kecuali doksisiklin dan
monosiklin), pH tinggi, Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin
diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan.
• Distribusi
Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin
tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2,0-2,5 μg/ml. Obat golongan
ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan
sumsum tulang, serta di dentin dan email gigi yang belum bererupsi.
Golongan tetrasiklin menembus sawar uri, dan terdapat dalam air
susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi.
• Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati.
• Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi
glomerulus. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan
tetrasiklin diekskresi melalui urin.
FARMAKODINAMIK
TETRASIKLIN

Golongan tetrasiklin menghambat sintesisprotein bakteri pada


ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya anti
biotik ke dalam ribosom bakteri gram negative, pertama secara
difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transport
aktif. Setelah masuk anti biotik berikatan secara revarsible dengan
ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA – amino asil pada
kompleks mRNA – ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan
rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya
sintesis protein.
INTERAKSI OBAT
TETRASIKLIN

• Golongan tetrasiklin dengan antasida


Menyababkan absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : tetrasiklin diberikan 1 jam sebalum atau 2 jam setelah
antasida.

• Golongan tetrasiklin dengan garam bismuth menyebabkan


kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : bismuth diberikan 2 jam setelah tetrasiklin

• Golongan tetrasiklin dengan cholestyramine atau colestipol


menyebabkan absorpsi tetrasiklin turun sehingga kadar
serumnya juga turun.
Pengatasan : bila perlu dilakukan penyesuaian dosis tetrasiklin.
• Golongan tetrasiklin dengan pengalkali urin
menyababkan terjadi peningkatan ekskresi dan penurunan kadar
serum tetrasiklin.
Pengatasan : pemisahan waktu pemakaian 3-4 jam atau bila perlu
dilakukan peningkatan dosis tetrasiklin
• Golongan tetrasiklin dengan anti koagulan oral. Efek
antikoagualan meningkat karena berkurangnya vitamin K yang
diproduksi bakteri dalam usus akibat pemakaian tetrasiklin.
Pengatasan : monitor parameter anti koagualan dan bila perlu dosis
anti koagualan disesuaikan.

• Golongan tetrasiklin dengan kontrasepsi oral. Tetrasiklin


mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid,
sehingga menurunkan efeknya.

• Golongan tetrasiklin dengan digoxin. Dapat terjadi peningkatan


kadar serum digoxin pada sejumlah kecil pasien ( sekitar 10%).
Pengatasan : monitor kadar digoxin dan tanda-tanda toksisitasnya.
PENGGUNAAN KLINIK
TETRASIKLIN

PENYAKIT YANG BERKAITAN


Karena penggunaan yang berlebih, dewasa ini terjadi resistansi
yang mengurangi efektivitas tetrasiklin. Penyakit yang obat
pilihannya golongan tetrasiklin ialah:

•Riketsiosis

•Infeksi Klamidia
1.Limfogranuloma venereum.
2.Psikatosis
3.Konjungtivitis inklusi
4.Trakoma
5.Uretritis nonspesifik.
• Infeksi Mycoplasma • Infeksi Kokus
Pneumoniae
• Infeksi Venerik
• Infeksi Basil 1. Sifillis
1. Bruselosis
2. Tularemia • Akne Vulgaris
3. Kolera
4. Sampar • Penyakit Paru Obstruksi Menahun

• Infeksi Intraabdominal

• Infeksi lain
1. Aktinimikosis
2. Frambusia
• Penggunaan Topikal
Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep
mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma
dan infeksi lain pada mata oleh kuman Gram-positif dan
Gram-negatif yang sensitif. Selain itu salep mata ini dapat pula
digunakan untuk profilaksis oftalmia neonatorum pada
neonatus (1).
EFEK SAMPING OBAT
TETRASIKLIN

Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan


tetrasiklin dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi
kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta reaksi yang timbul akibat
perubahan biologik.

•Reaksi Kepekaan
Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan
tetrasiklin ialah erupsi mobiliformis, urtikaria dan dermatitis
eksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah edema angioneurotik dan
reaksi anafilaksis.

•Reaksi toksik dan iritatif


Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per
oral, terutama dengan oksitetrasiklin dan doksisiklin.
• Efek samping akibat perubahan biologik
Seperti antibiotik lain yang berspektrum luas, pemberian golongan
tetrasiklin kadang-kadang diikuti oleh terjadinya superinfeksi
oleh kuman resisten dan jamur. Superinfeksi kandida biasanya
terjadi dalam rongga mulut, faring, bahkan kadang-kadang
menyebabkan infeksi sistemik.

• Perusakan warna pada gigi


mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan dengan
kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang
tertimbun pada gigi dan menyebabkan perubahan warna pada
gigi.
RESISTENSI
TETRASIKLIN

1. Tetrasiklin (tet) merupakan molekul


hidrofobik, dan masuk ke dalam sel
dengan difusi pasif.

2. Jika tetrasiklin tidak ada, repressor


tetR akan mencegah proses transkripsi
gen tetA, selain itu tetR juga akan
melakukan siintesis proteinnya sendiri
pada urutan operator tetO

3. di dalam sitosol, tetrasiklin membentuk


kompleks dengan bivalent ion ion
metal seperti magnesium
4. itu semacam sebuah ikatan
kompleks ke tetR, sehingga
mengubah konformasi dan disosiasi
nya dari bagian operator
5. kemudian, tidak hanya antiporter
tetA, tetapi antipoerter tetR juga
tersintesis

6. tetA mengeluarkan kompleks [tet-


Mg2+] +H+ keluar dari sitosol, dan
memasukkan proton pada waktu yang
bersamaan. Setelah tetrasiklin
dikeluarkan, sisa protein tetR
mengikat rangkaian tetO lagi dan
menonaktifkan tetA dan tetR.

7. Resistensi terhadap tetrasiklin dapat


timbul melalui penembusan obat,
perlindungan ribosomal protein,
mutasi rRNA 16S, dan inaktivasi obat
melalui aksi sebuah monooxygenase
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian farmakologi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Gayabaru, Jakarta
Anonim, 2010, Tetrasiklin, Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Tetracycline, diakses pada tanggal 25 April 2010
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi 3, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 4, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 2007, Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian, Edisi Revisi,
Bagian Famasetika Fakultas Farmasi UGM, UGM-Press. Yogyakarta
Anonim, 2008, MIMS Indonesia petunjuk konsultasi, Edisi 8, CMPMedica Asia
Pltd, Singapore
Istriyati , Bejo Basuki, 2006, Pengaruh Pemberian Tetrasiklin Pada Induk
Mencit (Mus musculus L.) Terhadap Struktur Skeleton Fetus, Berkala Ilmiah
Biologi, Volume 5, Nomor 1, Juni 2006, halaman 45-50
Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi  
Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
ANTIBIOTIK MAKROLIDA
Antibiotika turunan makrolida pada umumnya dihasilkan
oleh Streptomyces sp., mempunyai 5 bagian struktur yang
karakteristik, yaitu :
1) Cincin lakton yang besar, biasanya mengandung 12-17
atom,
2) Gugus keton
3) Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang
berhubngan dengan cincin lakton
4) Gula netral, yang berhubungan dengan gula amino
atau pada cincin lakton
5) Gugus dimetilamino pada residu gula, yang
menyebabkan sifat basis dari senyawa dan
memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya.
Mekanisme kerja:
• Turunan makrolida, seperti eritromisin, adalah senyawa
bakteriostatik dan hanya efektif pada mikroorganisme yang aktif
membelah. Turunan ini mengikat secara tak terpulihkan subunit
ribosom 50-S bakteri atau dekat tempat donor P sehingga memblok
ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah translokasi
peptide-peptida dari tempat aseptor A ke tempat donor P.
pengikatan ini hanya terjadi bila subunit 50-S bebas dari molekul
tRNA yg berhubungan dengan rantai peptide nasen sehingga yang
diblok hanyalah sintesis homopeptida polimer tinggi, sedang
peptide-peptida kecil teteap diproses secara normal.
• Efek samping: relative rendah seperti gangguan saluran cerna yang
ringan(sakit kepala, mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi.
Contoh obat :
• Oleandomisin fosfat,
• Sumber : didapat dari Streptomyces antibioticus.
• Strukturnya terdiri dari aglikon oleandolida, gula amino
desosamin dan gula netral L-oleandrosa. Oleandomisin
adalah senyawa bakterostatik, efektif terhadap bakteri
Gram-positif, seperti Streptococcus pyogenus dan
S.pneumoniae, digunakan sebagai obat pengganti
eritromisin. Asetilasi 3 gugus hidroksi bebas dari
oleandomisin menghasilkan troleandomisin, yang
mempunyai dua keuntungan disbanding oleandomisin yaitu
praktis tidak berasa dan kadar obat dlam darah lebih cepat
dan lebih tinggi.
• Dosis oral :250-500 mg 4 dd.
• Azitromisin (Zithromax, Zibramax),
• mempunyai stabilitas terhadap asam lambung
yang lebih baik disbanding analog eritromisin
yang lain, dan masa kerja yang panjang
sehingga hanya digunakan satu kali sehari.
• Dosis : 150 mg 1 dd, selama 5 hari.
ANTIBIOTIK RIFAMPISIN
Rifampisin
• Bakterisid thd M.Tbc dan M.Lepra intra
&ekstraseluler
• Mekanisme kerja : menghambat RNA-
polimerase yang tergantung pada DNA,
dengan cara pengikatan Rifampisisn pada
subunit β, sehingga sintesis RNA diblokir
• Obat pilihan I untuk lepra
• Absorbsi secara oral diabsorpsi dengan baik,
makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi
(delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak.
Distribusi sangat lipofilik , dapat menembus sawar
darah otak (bood-brain barrier) dengan baik. Difusi
relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal
adekuat dengan atau tanpa inflamasi CSF (inflamasi
meninges : 25%).
• Metabolisme melalui hepatik (resirkulasi
enterohepatik). Ikatan protein sebesar 80%. T½
eliminasi (3-4 jam), waktu tersebut akan memanjang
pada gagal hepar, gagal ginjal terminal (1,8-11 jam).
Waktu untuk mencapai kadar puncak serum secara
oral (2-4 jam).
• Ekskresi melalui feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) 
sebagai  obat yang tidak berubah
• SE: ikterus,mual muntah nyeri ulu hati,
gangguan SSP dll. 4% pasien tuberkulosis
adalah ruam (0,8%), demam (0,5%), mual dan
muntah (1,5%) dan penyakit kuning (jika
pasien sebelumnya riwayat penyakit hati
• Bisa diberikan pada hamil
• Ds: 450-600mg 1x/hr po ac pagi hari
ANTIBIOTIK Turunan Polipeptida &
Turunan Linkosamida
ANTIBIOTIKA TURUNAN POLIPEPTIDA
Mekanisme kerja
(Antibiotik Turunan Polipeptida)
• Beberapa antibiotika polipeptida seperti tirotrisin,
polimiksin B dan kolistin, merupakan molekul yang amfifil,
mengandung gugus-gugus lipofil dan hidrofil yang terpisah.
Dapat menyebabkan ketidakteraturan strukturmembran
sitoplasma dan kehilanan fungsinya sebagai rintangan
permeabel, sehingga ion-ion yang secara normal ada dalam
sel akan menyebabkan bakteri menalami kematian
• Gramisidin , dapat membentuk saluran transmembran
dimana ion-ion keluar masuk secara diusi melalui “pori”
yang berbeda sehingga membran kehilangan ungsinya
sebagai rintangan yang permeabel
• Basitrasin, adalah bakteriolitik hanya pada fasa
pertumbuhan bakteri.
contoh
1. Tirotrisin diisolasi dari kultur bacilus brevis,
mengandung dua campuran antibiotika, yaitu
gramisidin10-2-% dan tirosidin. Obat tidak
diabsorpsi dalam saluran cerna sehingga
aman untuk pengobatan infeksi
kerongkongan. Dosis setempat: 0,05%-0,30%
dan hindari dari penggunaan obat pada luka
terbuka.
contoh
2. Basitrasin, diisolasi dari bacilus subtilis dan B.
Lichaniormis. Secara oral tidak dapat diserap
dalam saluran cerna dan kadang-kadang
digunakang untuk pengobatan infeksi amuba.
Dosis stempat: 500 unit/g salep kulit atau
mata, dioleskan 2-3 kali sehari, dosis IM:
10.000-20.000 unit 3-4 dd.
contoh
3. Polimiksin B sulfat diisolasi dari bacillus
polymyxa dan B. Aeropsporus Greer. Secara oral
tidak dapat diserap dalam saluran cerna dan
kadang-kadang digunakan untuk pengobatan
infeksi usus seperti pseudomonas enteritis dan
ineksi shigella. Dosis setempat 20.000 unit/g
salep kulit atau mata, diberikan 2-3 kali sehari,
dosis IM 50000-7.500 unit/kg bb 4 dd.
contoh
4. Kolistin sulfat, diisolasi dari Bacillus polymyxa
var. Colistinus, suatu polipeptida yang heterogen
dengan komponen yang dominan adalah kolistin
A. Secara oral obat tidak diabsorpsi dalam
saluran cerna dan untuk pengobatan infeksi usus
seperti disentri basiler, enterokolitis dan
gastroenteritis yang disebabkan bakteri Gram-
negatif. Dosis oral: 3-15 mg/kbb/hari, dalam
dosis terbagi 3 kali. Dosis IM: 1,25 mg/kgbb 2-4
dd.
Mekanisme kerja
(Antibiotik Turunan Linkosamida)
• Turunan linkosamida adalah senyawa
bakteriostatik tetapi pada kadar Gram-positi dan
bakteri anaerob Gram-negatiyan patogen.
• Turunan linkosamida menimbulkan efek samping
“antibiotic-associated pseudomembranous
colitis” (AAPMC), dengan gejala-gejala diare, nyeri
abdominal, deemam, tinja berlendir dan ada
darah kadang-kadang berakibat fatal
contoh
1. Linkomisin HCL, diisolasi dari Bacillus
linconensis, efektif terhadap bakteri Gram-
positif, seperti Staphylococcus aureus,
Diplococcus pneumonia dan Leptospira
pomona. Dosis oral: 500 mg 3 dd IM atau IV:
600 mg 1 dd.
contoh
2. Klindamisin HCL, klindamisin efektif terhadap
bakteri gram-positi, seperti Staphylococcus
aureus, Streptococcus viridans, Diplococcus
pneumoniae dan Leptospira pomona, bakteri
anaerob Gram- negatif dan bakteri anaerob
positif. Klindamisin dapat digunakan sebagai
antimalaria yang disebabkan oleh P. Alciparum
dan P. vivax. Dosis oral: 150-300 mg dd, IM atau
IV: 600-1200 mg/hari dalam dosis terbagi 2-
4kali.
Antibiotik Turunan Polien &
Antibiotik Turunan ansamisin
Berdasarkan struktur kimianya antibiotika dibagi
menjadi beberapa kelompok yaitu antibiotika β-laktam
(turunan penisilin, sefalosporin, dan β-laktam
nonklasik), turunan amfenikol, turunan tetrasiklin,
turunan aminoglikosida, turunan makrolida, turunan
polipeptida, turunan linkosamida, turunan polien,
turunan ansamisin, turunan antrasiklin dan fosfomisin
Turunan polien
• Antibiotik turunan polien dihasilkan oleh Streptomyces sp.,
dikarakterisasi oleh adanya cincin besar yang mengandung
lakton dan ikatan rangkap terkonjugasi. Antibiotika polien
tidak mempunyai aktivitas antibakteri atau antiriketsia, tetapi
aktif terhadap jamur dan yeast.
• Contoh antibiotika polien yang banyak digunakan sebagai
antijamur adalah amfoterisin B, kandisidin, dan nistatin.
Turunan Ansamisin
• Turunan ansamisin pada umumnya dihasilkan oleh Sterptomyces sp.,
dikarakterisasi oleh adanya struktur siklik yang mengandung gugus
aromatik dan jembatan makrosiklik alifatik panjang, yang dinamakan ansa,
diantara posisi dua inti aromatik yang tidak saling berdekatan. Pada
umunya turunan ansamisin menimbulkan toksisitas tinggi dan hanya satu
yang digunakan dalam klinik yaitu Rifampisin.
• Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea,
mengandung 17 anggota rantai ansa, dan mempunyai spektrum antibakteri
yang luas. Pada umumnya rifampisin digunakan sebagai obat
antituberkulosis
Antibiotik Turunan
Antrasiklin & antibiotik
fusfomisin
Turunan Antrasiklin
• Turunan antrasiklin adalah antibiotika turunan antrasiklinon
(tetrasiklin) dan dihasilkan oleh Streptomyces sp.
• Pada umumnya digunakan untuk obat antikanker
• Contoh : daunorubisin HCl, doksorubisin HCl, epirubisin dan
plikamisin (mitramisin)
Fosfomisin
• Antibiotik yang diisolasi dari streptomyces fridiae atau streptomyces
sp.
• Spektrum aktivitasnya bersifas bakteridal, terutama digunakan
untuk infeksi bakteri gram positif.
• Mekanisme kerja : dengan cara mengikat secara ireversibel gugus
SH enzim etol-piruvil transferasa yang mengkatalisir reaksi antara
UDP-asetilglukosemin dengan fosfoenolfiruvat membentuk asam
uridindifosfo-N-asetilmuramat
• Fosfomisin tidak diberikan secara oral karena dapat mengiritasi
lambung, sehingga pemberian nya dilakukan secara intravena.
Waktu paro plasma ± 2 jam setelah pemberian IV. Toksisitas
senyawa relatif rendah.
Kesimpulan
• Pada antibiotik golongan Makrolida dihasilkan oleh Streptomyces
sp. Contoh Obatnya adalah Erithromisin Stearate, Oleandomisin
Fosfat, Spiramisin, Roksitromisin, Azitromisin.
• Dan golongan polipeptida berasal dari Bacillus sp. Dan
Streptomyces sp. Contoh Obatnya adalah Tirotrisin, Basitrasin,
Polimiksin B Sulfat dan Kolistin.
• Sedangkan pada golongan Linkosamida diisolasi dari Bacillus
Lincozensis. Contoh obatnya adalah Linkomisin HCl dan
Klindamisin HCl.
• pada golongan Polien, Ansamisin, Antrasiklin dan Fosfomisin
dihasilkan oleh Streptomyces sp.
• TERIMA KASIH
Pertemuan 4,5

OBAT – OBAT KARDIOVASKULAR


PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH
(PENYAKIT KARDIOVASKULAR)
• Penyakit kardiovaskular ( penyakit jantung dan
pembuluh/PJP) merupakan penyebab kematian terbesar di
negara maju.
• Penyakit ini berhubungan erat dengan kebiasan pola
makan.
• Di negara – negara AS dan Eropa utara dimana pola makan
yang tinggi protein, kalori, lemak jenuh dan rendah serat
jumlah penderita PJP relatif lebih tinggi 2-3 kali dibanding
negara – negara sekitar laut tengah ( jepang, Spanyol, Itali)
yang pola makannya lebih pada banyak ikan, lemak nabati
( lemak tak jenuh), sayuran dan buah – buahan.
Jenis penyakit PJP
1. Gagal jantung kongestif
2. Infark jantung
3. Angina pektoris
4. Aritmia
5. Shock jantung.
6. Hipertensi
7. Hiperlipidemia
8. arterosklerosis
1. Gagal jantung kongestif
A. pengertian
• Curah jantung tidak mencukupi untuk mempertahankan aliran
darah ke organ, hal ini disebabkan menurunnya kontraksi
miokard
• Akibatnya adalah darah terbendung di vena
paru – paru dan kaki, yang menyebabkan sesak nafas dan udem
pergelangan kaki, kemungkinan bisa terjadi udem paru – paru.
• Penyebab gagal jantung adalah antara lain infark, kerusakan
katup, ganguan ritme, dan hipertensi.
• Gejala terpenting adalah sesak nafas, pada saat mengeluarkan
tenaga juga saat istirahat, udema pada pergelangan kaki karena
darah balik terhambat ke jantung, perasaan sangat letih &
kurang tenaga.
B. Terapi gagal jantung kongestif
• Dengan 3 tindakan untuk meniadakan kelebihan
cairan : banyak istirahat, pembatasan asupan
garam, pengobatan dengan diuretik.
• Pengobatan ditujukan untuk mencegah
memburuknya penyakit karena pada prinsipnya
penyembuhan fungsi pompa tidak dapat
dicapai. Obat – obat yang digunakan :
1. diuretika untuk pengeluaran cairan sehingga
pembebanan jantung berkurang. Contoh obat
: furosemid, jika tidak menghasilkan efek
yang cukup bisa ditambahkan thiazida misal
HCT (hidrochlorothiazida).
2. Glikosida jantung (digoksin) bertujuan untuk memperkuat
daya kontraksi jantung yang lemah, shg memperkuat fungsi
pompa. Obat ini mempunyai indeks terapi yang sempit jadi
harus berhati – hati dalam penggunaannya, efek samping
berupa mual , muntah, anoreksia, diare, aritmia , sakit
kepala, pandangan kabur dsb.
3. ACE inhibitor (captopril,enalapril, lisinopril), Obat – obat
ini berkhasiat vasodilatasi perifer yakni mengurangi beban
darah masing – masing sebelum dan sesudah mencapai
jantung
4. Vasodilator koroner, berefek mengurangi kerja jantung
dengan jalan vasodilatasi arteri ,contoh obat adalah nitro
prusida (i.v.), prazozin, hidralazin
2. Infark jantung
a. Pengertian
• Arteri koroner menjalar di seluruh bagian luar otot jantung dan
dapat tersumbat oleh endapan kolesterol – kapur
(arterosklerosis). Sekitar tempat penyempitan bagian dalam
pembuluh dapat robek yg mengakibatkan pembekuan darah
setempat. Bila suatu gumpalan darah beku (trombus)
menyumbat aliran darah, maka terjadi infark jantung (trombosis
coroner), umumnya disebut serangan jantung. Bagian jantung
yang tak menerima lagi darah berangsur – angsur mati karena
tak menerima zat gizi dan oksigen. Pd jaringan mati terbentuk
parut besar yg mengganggu fungsi pompa jantung.
• Gejala infark jantung :
– Nyeri hebat di bagian tengah dada yang bertahan lebih
dari lima menit, juga pada keadaan duduk atau
berbaring
– Nyeri menyebar ke leher, punggung, dan ke satu atau
kedua lengan, sering kali ke lengan kiri
– Kadang-kadang berkeringat hebat dan gelisah, sesak
nafas, muka membiru, mual dan muntah.
– Serangan sering kali terjadi pada keadaan istirahat,
bertahan lama sampai beberapa jam.
b. Terapi infark jantung
• Pencegahan infark adalah dengan banyak makan zat alamiah
flavonoid (antioksidan alamiah) yang banyak terdapat pada
buah dan sayur. Flavonoid yang terpenting adalah quercetin,
apigenin, kempferol, luteolin, juga vitamin E dalam dosis
tinggi, 400 – 800 UI sehari dapat mengurangi infark
• Infark akut perlu diobati di RS sedini mungkin (dlm waktu 6 jam)
agar memperkecil resiko maut.
• Obat – obat yang sering digunakan
1. Trombolitika guna melarutkan trombus misal streptokinase,
alteplase, dan urokinase, obat baru adalah reteplase dan
stafylokinase, injeksi obat- obat ini akan meniadakan
sumbatan dan membuka lagi arteri koroner. Pemberian
heparin diberikan untuk mencegah trombus baru.
2. Antiaritmika (lidokain, amiodaron, sotalol) hanya digunakan
dalam kasus tertentu.
3. Analgetika narkotik (morfin, petidin atau fentanil ) dan
tranquilliser (diazepam dan droperidol) dapat diberikan guna
melawan rasa nyeri & takut.
 Semua pengobatan diberikan secara parenteral agar menjamin
efek cepat.
 Pengobatan selanjutnya sesudah infark dilakukan untuk
mencegah infark kedua, yaitu dengan :
 Antikoagulansia, zat pengencer darah (asenokumarol)
 Antitrombotika (asetosal, indobufen) dapat merintangi
penggumpalan trombosit & pembentukan trombus.
 beta-blocker tertentu (propranolol, metoprolol, dan timolol)
perlu diminum 1-2 tahun
 ACE inhibitor (captopril, lisinopril)
 Antilipemika (simvastatin, atorvastatin, lovastatin,
pravastatin) untuk mengurangi komplikasi & kematian
dianjurkan pada pasien dengan kadar kolesterol tinggi.
3. Angina pectoris
a. Pengertian
• Terjadi karena otot jantung kekurangan oksigen pada
pembebanan fisik, emosi juga karena hawa dingin.
Penyebabnya adalah penciutan satu atau lebih arteri
koroner shg penyaluran darah ke otot jantung
berkurang.
• Gejala angina berupa serangan nyeri hebat dibawah
tulang dada yang seringkali menjalar sampai ke kedua
pundak kadang ke leher dan rahang atau ke lengan
yang dirasakan sangat berat, terutama jika naik tangga
atau mengeluarkan tenaga lain segera sesudah makan,
lama serangan umumnya antara 5-30 menit.
b. Terapi angina pectoris
• Tindakan umum adalah mencegah pengaruh yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
jantung. menerapkan cara hidup sehat sbb :
• Berhenti merokok
• membatasi minum kopi dan alkohol
• meniadakan over weight (diet lemak & kolesterol)
• menghindari beban berat (mental, fisik, terutama setelah
makan)
• berjalan cepat/lari kecil 0,5-1 jam sehari (3-5 kali/minggu)
untuk memperbaiki sirkulasi jantung.
• Mengobati hipertensi
Pengobatan angina dapat dilakukan dengan sejumlah obat
yaitu :
1. Vasodilator koroner
- untuk memperlebar arteri jantung, melancarkan
pemasukan darah & O2 shg meringankan beban jantung.
- pd serangan akut, obat pilihan utama : nitrogliserin
(sublingual & oromukosal / spray) dg kerja cepat tapi
singkat, efeknya setelah 2 menit & bertahan 30 menit;
jika perlu dapat diulang sesudah 3-5 menit; bila efek
sudah dicapai, obat dikeluarkan dari mulut. Contoh
nitrogliserin sublingual : gliseriltrinitrat, trinitrin,
nitrostat; nitrogliserin plester : nitroderm TTS;
nitrogliserin spray : nitrolingual spray.
• Pd serangan akut, nitrogliserin dapat dikombinasi dg
analgetik narkotik (morfin, fentanil) untuk melawan nyeri &
sbg penenang.

• E.S. nitrogliserin yg terpenting : nyeri kepala, takikardi,


hipotensi, pusing, mual, muka terbakar & pucat. Bila efek
terakhir timbul, obat yg tersisa di mulut harus dikeluarkan
& segera berbaring.

• Penyimpanan tablet/kapsul nitrogliserin dalam wadah gelas


tertutup baik karena mudah menguap. Persediaan obat
diperbaharui setiap 2-3 bulan. Aktivitas tablet dites dg cara
menaruh tablet di lidah : harus menimbulkan rasa pedas.
– Isosorbid – 5 – mononitrat, isosorbid-dinitrat, efek sama
dengan nitrogliserin tetapi bersifat long acting, sebagai
terapi interval untuk mengurangi frekuensi serangan.
2. Beta blocker, memperlambat pukulan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung (myocard),
sebagai terapi interval untuk mengurangi frekuensi
serangan.
3. Antagonis Ca, mengurangi penggunaan O2 karena TD
arteri turun akibat vasodilatasi perifer & frekuensi jantung
menurun sehingga pemasukan darah diperbesar karena
vasodilatasi myocard.
– Contoh : Nifedipin, verapamil, diltiazem, penggunaan
peroral.
– sebagai terapi interval untuk mengurangi frekuensi
serangan.
4. Aritmia
• Pengertian
– Gangguan ritme/irama jantung dapat berupa kelainan
dalam frekuensi denyut jantung dimana serambi atau
bilik berdetak lebih cepat atau lebih lambat dari normal
begitu pula penyaluran impuls dapat terganggu hal ini
dapat tejadi karena hipertensi atau kebocoran katup
jantung
– Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki frekuenai &
ritme pukulan jantung
• Terapi aritmia
– Terapi digunakan obat – obat antiaritmika yang
kerjanya berdasarkan penurunan frekuensi jantung &
penurunan kontraksinya.
– Pengolongan antiaritmika
1. Zat-zat stabilisasi membran, mengurangi kepekaan
membran sel jantung untuk rangsangan akibat
penghambatan pemasukan ion Na ke dalam membran
& memperlambat depolarisasinya shg frekuensi
jantung berkurang & ritmenya normal.
contoh : gol. kinidin (kinidin,disopiramida,
prokainamida); gol. lidokain (fenitoin, lidokain,
aprindin); gol. propafenon (flecainida, propafenon)
2. Beta-blockers, mengurangi hiperaktivitas adrenergik di
myokard dg menurunkan frekuensi & kontraksi jantung.
contoh : atenolol, nadolol.
3. K-channels blockers, menghambat saluran Kalium dalam
otot jantung shg memperpanjang aksi potensial.
contoh : amiodaron, sotalol, bretylium.
4. Antagonis Ca, menghambat pemasukan ion Ca shg
penyaluran impuls AV (atrio-ventrikuler) diperlambat &
masa refrakter diperpanjang.
contoh : verapamil, diltiazem.
Efek samping umum obat-obat antiaritmika, adalah :
• gagal jantung
• memperburuk aritmia
• gangguan penerusan impuls & bradycardia
• ganguan lambung usus (mual, muntah, diare,dll)
• efek neurologis (tremor, nyeri kepala, sukar tidur, lelah, dll)

Kehamilan & laktasi : tidak dianjurkan menggunakan


antiaritmika karena keamanannya belum diketahui, kecuali
lidokain dianggap aman selama hamil, tapi sedikit masuk
ASI.
5. Shock jantung
a. Pengertian
Adalah komplikasi dari infark jantung,
pemasukan darah ke jaringan berkurang,
gejalanya kulit pucat dan dingin, rasa takut dan
gelisah, denyut jantung cepat dan lemah lalu
pingsan. Shock dapat diakibatkan tachycardi
yang hebat dan radang otot jantung.
b. Terapi
• Terapi dilakukan dengan zat – zat yang menaikkan volume menit
jantung (cardiac output) & tekanan darah, meliputi :
• Stimulan jantung adrenergik (adrenalin 500 mcg i.v. ;
isoprenalin 20 mcg/0,1 ml, dobutamin250mg injeksi,
dopamin 200 mg/5ml injeksi i.v.)
• Obat-obat antiaritmika
• Obat-obat antikolinergik (atropin 400/600 mcg i.v.)
• Kalsim glukonat (i.v.) bertujuan untuk merangsang otot
jantung berkontraksi spontan, mengoreksi gangguan
keseimbangan calsium dan kalium miokard (otot jantung)
• Natrium bicarbonat 8,4% diberikan dengan larutan infus,
bertujuan untuk terapi asidosis akibat anoksia dan hipoksia.
6. Hipertensi
• Regulasi TD : ginjal memegang peran utama dalam
pengaturan tingginya tekanan darah (TD), yaitu melalui
sistem renin-angiotensin (RAS).
• Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang
dan TD di glomeruli ginjal menurun misalnya karena
penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat
membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin
• Renin akan menghidrolisa protein angiotensinogen menjadi
angiotensin I (AT I), AT I diubah oleh angiotensin converting
enzyme (ACE) menjadi angiotensin II (AT II) yang bersifat
vasokontriksi kuat dan mentimulasi sekresi hormon
aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi garam dan
air akibatnya volume darah dan TD naik lagi menjadi
normal.
• Selain regulasi hormonal dg RAS, ada beberapa faktor
fisiologi yang dapat mempengarui TD yaitu :
– Volume pukulan jantung, yaitu jumlah darah yang pada setiap
kontraksi dipompa keluar jantung, semakin besar volume ini
semakin tinggi TD. Nacl (garam) dapat mengikat air sehingga
volume darah total meningkat, akibatnya tekanan arteri
meningkat dan jantung harus memompa lebih keras untuk
menyalurkan volume darah yg bertambah , sehingga TD naik.
– Kelenturan dinding arteri, pembuluh yang dindingnya sudah
mengeras karena atherosklerosis akan mengakibatkan TD yang
lebih tinggi dibanding dinding yang masih elastis
– Pelepasan neurohormon (neurotransmiter) antar lain adrenalin
dan nor adrenalin yang berkhasiat menciutkan arteri perifer
sehingga TD naik. Terutama pd kondisi marah, takut, emosi,
olahraga bertenaga.
Penyebab hipertensi

• Penyebab hipertensi yg diketahui hanya sekitar 10% adalah


karena penyakit ginjal dan penciutan aorta/arteri ginjal,
tumor anak ginjal yang berakibat over produksi hormon-
hormon tertentu yang berakibat menaikkan TD, obat-obat
(kontrasepsi hormon, kortikosteroid, simpatomimetik =
efedrin, amfetamin, fenilpropanolamin). Disebut hipertensi
sekunder.
• ±90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya dg jelas
(hipertensi esensil = primer = idiopatik), penyebabnya
multifaktor : faktor genetik & lingkungan (stress psikis,
banyak makan garam, obesitas).
• Diagnosa hipertensi

• Didasarkan pada pengukuran berulang-ulang tekanan darah


yg meningkat (min. 3 kali pengukuran pada saat berlainan /
berselang 1 minggu).
• Umumnya TD normal untuk dewasa =
120 – 140 / 80 – 90 mmHg.
Resiko akibat hipertensi

• Gagal jantung, karena TD tinggi menyebabkan


jantung memompa lebih keras.
• Serangan otak (stroke) akibat pecahnya suatu
kapiler.
• Infark jantung
• Cacat ginjal dan pembuluh mata, yang dapat
mengakibatkan kemunduran penglihatan.
Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan darah :

1. Faktor irreversibel
genetik, umur, jenis kelamin (wanita).
2. Faktor reversibel
• Garam (Nacl),ion Na menyebabkan retensi air shg volume darah
bertambah → tekanan dinding arteri meningkat → jantung
memompa darah lebih keras → TD naik.
• Drop (liquorice), sejenis gula-gula dari succus liguiritae yg
mengandung asam glizirinat yg juga menyebabkan retensi air
• Stress (ketegangan emosional), pelepasan adrenalin & NA →
vasokonstriksi → TD naik.
• Merokok, nikotin dalam rokok → → vasokonstriksi → TD naik.
• Pil antihamil, → mengandung estrogen → retensi garam & air ,
shgTD naik.
• Hormon pria dan kortikosteroid → retensi air → TD naik.
• Kehamilan, uterus direnggangkan janin & menerima aliran darah
sedikit maka dilepaskan zat yg menaikkan TD.
Gejala hipertensi
• Hipertensi tidak memberikan gejala khas,
adakalanya pasien merasakan nyeri kepala
pada pagi hari sebelum bangun tidur dan
biasanya hilang setelah bangun tidur.
• Gangguan hanya dapat dikenali dengan
pengukuran tensi dan adakalanya melalui
pemeriksaan ginjal dan pembuluh.
Pencegahan hipertensi

1. Tindakan umum
• Menguruskan badan (TD dapat turun 0,7/0,5 mmHg setiap kg
penurunan BB).
• Mengurangi garam dalam diet (± 3 g/hari)
• Membatasi kolesterol dalam diet
• Berhenti merokok
• Membatasi minum kopi(maks. 3 cangkir sehari)
• Membatasi minum alkohol
• Cukup istirahat dan tidur
• Gerak badan & Olahraga, hal ini akan lebih mengaktifkan saraf
parasimpatis daripada saraf simpatis.
2. Kontrol TD teratur & berkala, karena hipertensi seringkali tidak
menunjukkan gejala ; misalnya kontrol TD tiap 1 atau 2 tahun sekali,
khususnya usia > 45 tahun / ada riwayat hipertensi.
Pengobatan hipertensi
• Penanganan dasar hipertensi terdiri dari
penanggulangan over weight (bila ada),
pembatasan garam dan peningkatan aktivitas fisik.
• Hipertensi berat : penanganan dasar ditambah
obat-obat hipertensi.
• Pengobatan hipertensi bertujuan untuk
menurunkan TD dan menghindari komplikasi
lambat, memperbaiki kualitas dan memperpanjang
hidup secara preventif terhadap efek buruk jangka
panjang.
• Cara pengobatan hipertensi dg obat antihipertensi,
yg benar adalah : “ metode start low, go low”, yaitu
:
1.harus dimulai dengan dosis rendah agar tekanan
darah tidak menurun secara drastis.
2.Setiap 1-2 minggu dosis berangsur-angsur dinaikan
sampai tercapai efek yang diinginkan.
3.Penghentian pemakaian obat juga harus berangsur-
angsur.

• Antihipertensiva hanya menghilangkan gejala TD


tinggi tidak mengobati penyebabnya maka obat
harus diminum seumur hidup.
Pemilihan obat antihipertensi
I. Hipertensi tunggal
• Pilihan ke-1 : Diuretika dan beta-blockers atau kombinasinya
• Pilihan kedua : ACE inhibitors
• Cadangan : Antagonis Ca (efektifitas dan keamanannya diragukan).
II. Hipertensi dengan diabetes
• pemberian diuretika dan beta-blokers dapat menyebabkan resistensi
insulin maka sebaiknya digunakan ACE-inhibitors atau beta-blockers
selektif. Jika terdapat kontra indikasi terhadap kelompok obat ini
dianjurkan obat lain seperti alfa-blockers dan antagonis Ca.
III.Krisis hipertensi, dg ciri-ciri :TD naik mendadak, gejala sakit kepala
hebat, gangguan kesadaran, epilepsi; pengobatan dilakukan dengan
injeksi i.v., obatnya : nifedipin, enalapril, labetolol, fentolamin (alfa-
blocker)
Penggolongan obat antihipertensi

1. Diuretika
2. Alfa-blockers
3. Beta-blockers
4. Obat-obat SSP
5. Antagonis kalsium
6. ACE-inhibitors & AT-II-reseptor blockers
7. vasodilator
Mekanisme kerja obat antihipertensi

1. Meningkatkan pengeluaran air dari tubuh : gol. Diuretik (contoh :


furosemida, HCT, klortalidon, spironolakton).
2. Memperlambat kerja jantung : gol. Beta-blockers (contoh :
asebutolol, atenolol, betaxolol, bisoprolol, propranolol).
3. Memperlebar pembuluh : vasodilator langsung (di/hidralazin,
minoksidil), antagonis Ca (verapamil, diltiazem, nifedipin), ACE-
inhibitors (captopril, enalapril), AT-II blockers (valsartan, ibesartan).
4. Menstimulasi SSP : agonis alfa-2 sentral (contoh : klonidin,
moxonidin, metildopa, guanfasin dan reserpin).
5. Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembuluh, yaitu :
– Alfa-1-blokckes : derivat quinazolin (prazosin, doxazosin,
terazosin), urapidil.
– Alfa-1 & 2 blockers : fentolamin.
– Beta-blocker : propanolol, atenolol, metoprolol dll.
– Alfa/beta-blockers : labetolol dan carvedilol.
Efek samping obat antihipertensi
• Efek samping umum :
– Hidung mampat (akibat vasodilatasi mukosa), mulut kering,
bradycardia (kecuali vasodilator langsung : justru tachycardia),
rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan, mual, diare, impotensi
(terutama obat SSP).
– Efek-efek tsb bersifat sementara, hilang dalam waktu 1-2 minggu.
Dapat dihindari dengan pemberian dosis yang berangsur-angsur
dinaikkan sehingga penurunan TD mendadak dapat dihindarkan,
obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat dalam
plasma tidak mendadak tinggi.
– Penghentian terapi tidak boleh mendadak tetapi berangsur-angsur
untuk mencegah bahaya naiknya TD mendadak & kuat (rebound
effect).
• Efek samping khusus :
– Hipotensi ortostatis yaitu turunnya tekanan darah lebih
kuat ketika tubuh tegak daripada dlm keadaan berbaring
terutama obat simpatolitika (alfa-blockers).
– Depresi, terutama obat yang bekerja sentral (reserpin,
metildopa); beta blockers yang bersifat lipofil
(propranolol, alprenolol, metoprolol).
– Retensi garam dan air dg bertambahnya BB & udema,
misal antagonis Ca, reserpin, metildopa. ES ini diatasi dg
dikombinasi bersama diuretik.
– Penurunan rasio HDL : LDL, yaitu menurunkan kadar
kolesterol HDL plasma (sbg faktor pelindung PJP) &
menaikkan LDL (faktor resiko PJP).
Contoh : diuretika (gol. Tiazida, klortalidon) dan beta-
blockers yang tak kardioselektif.
• Kehamilan & laktasi

I. Diuretika
• thiazida & furosemida menimbulkan gangguan
elektrolit pada janin & kelainan darah pada neonatus.
• Ibu hamil dapat menggunakan diuretik pada fase
terakhir kehamilan dg pengawasan ketat & dosis sangat
rendah.
• Furosemida, HCT, spironolakton dapat masuk ASI &
menghambat laktasi.

II. Alfa-blockers : data belum cukup.


III. Beta-blockers
• Ibu hamil tidak boleh menggunakan beta blockers karena
penyaluran darah melalui plasenta dikurangi shg merugikan
perkembangan janin.
• Kebanyakan beta-blockers masuk ASI (zat lipofil), selama
terapi bayi diberi susu formula.
IV. Obat dg kerja pusat/obat-obat SSP
• Metildopa : dapat digunakan ibu hamil yg hipertensi.
• Klonidin, moxonidin & metildopa : masuk ASI.
V. Antagonis – Ca
• Ibu hamil & menyusui tidak dianjurkan menggunakan
antagonis-Ca, menimbulkan hipotensi shg hypoxia pd janin.
Semua obat gol. Antagonis-Ca dapat masuk ASI.
VI. ACE-inhibitors & AT-II-reseptor blockers
• Ibu hamil tidak boleh menggunakan ACE-inhibitors maupun
AT-II-reseptor blockers karena teratogenik (terutama pd 6
bulan terakhir).
• Captopril & enalapril : masuk ASI (jumlah kecil); obat lain
belum cukup data.

VII. Vasodilator
• Hidralazin : aman, dapat digunakan ibu hamil.
• Dihidralazin & minoxidil : data untuk ibu hamil belum
cukup.
• (di) & hidralazin & minoxidil : mencapai ASI.
7. Antilipemika
• Kolesterol : adalah suatu zat alamiah dengat sifat fisik
serupa lemak tetapi mempunyai rumus steroida.
• Kolesterol merupakan zat esensial bagi tubuh untuk sintesa
zat-zat penting seperti membran sel, hormon kelamin, anak
ginjal, vitamin D, serta asam empedu. Kolesterol terdapat
pula dalam lemak hewani, kuning telur, dan batu empedu.
• Absorpsi kolesterol dari usus hanya terjadi bila ada cukup
asam empedu untuk mengemulsinya.
• Setiap hari dapat diserap kira-kira 200-600 mg kolesterol.
• Tubuh, terutama hati membentuk 700 -1000 mg kolesterol
sehari.
• Dalam keadaan normal, hati melepas kolesterol ke
dalam darah sesui kebutuhan, tetapi bila diet
mengandung terlalu banyak kolesterol maka kadar
kolesterol darah akan meningkat
• Lazimnya kurang lebih 2/3 kolesterol tubuh
disintesa secara endogen, hanya 1/3 berasal dari
pangan. Sejumlah orang secara bawaan cenderung
membentuk banyak kolesterol endogen, terlebas
dari kebiasaan dietnya merupakan pasien
hiperkolesterolemia familial.
Pertemuan 6,7

OBAT ANTI
DIABETIK/HIPOGLOKEMIK
PENGGOLONGAN ANTIDIABETIK
ORAL/HIPOGLIKEMIK ORAL
– Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat
hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 5
golongan, yaitu:
• Golongan Sulfonilurea
• Golongan Biguanid
• Golongan analog Meglitinid
• Golongan Thiazolidindion
• Golongan penghambat alphaglukosidase
1. Golongan Sulfonilurea
• Bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin
di pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta
pankreas masih dapat berproduksi.
• Terdapat beberapa jenis sulfonilurea yang tidak
terlalu berbeda dalam efektivitasnya. Perbedaan
terletak pada farmakokinetik dan lama kerja.
• Termasuk dalam golongan ini adalah:
Klorpropamid, Glikazid, Glibenklamid, Glipizid,
Glikuidon, Glimepirid, Tolazalim dan Tolbutamid.
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat
golongan ini :
• Golongan sulfonil urea cenderung meningkatkan berat badan.
• Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut,
gangguan fungsi hati dan ginjal. Klorpropamid dan
glibenklamid tidak dianjurkan untuk pasien usia lanjut dan
pasien insufisiensi ginjal. Pada pasien insufisiensi ginjal dapat
digunakan glikuidon, gliklazid atau tolbutamid yang kerjanya
singkat.
• Wanita menyusui, porfiria dan ketoasidosis merupakan
kontraindikasi bagi pemberian sulfonilurea.
• Insulin kadang-kadang diperlukan bila timbul keadaan
patologis tertentu seperti infark miokard, infeksi, koma dan
trauma. Insulin juga diperlukan pada keadaan kehamilan.
• Efek samping, umumnya ringan dan frekuensinya rendah
diantaranya gejala saluran cerna dan sakit kepala.
• Gejala hematologik termasuk trombositopenia, agrunolositosis
dan anemia aplastik dapat terjadi tetapi jarang sekali.
• Hipoglikemi dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu
ketat, juga pada gangguan fungsi hati/ginjal atau pada orang
usia lanjut.
• Hipoglikemia sering ditimbulkan oleh ADO kerja lama.
• Interaksi, banyak obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea
sehingga risiko terjadinya hipoglikemia dapat meningkat.
Dosis, sebaiknya dimulai dengan dosis lebih rendah dengan 1
kali pemberian, dosis dinaikkan sesuai dengan respons
terhadap obat.
2. Golongan Biguanid
• Bekerja dengan cara menghambat
glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Termasuk
dalam golongan ini adalah Metformin,
Fenformin, Buformin.
• Efek samping yang sering terjadi (20% dari
pemakai obat) adalah gangguan saluran cerna
seperti anoreksia, mual, muntah, rasa tidak
enak di abdomen dan diare.
3. Golongan analog Meglitinid
• Bekerja dengan cara mengikat reseptor
sulfonilurea dan menutup ATP-sensitive
potassium chanel. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah Repaglinid.
4. Golongan Thiazolidindion
• Bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas
jaringan perifer terhadap insulin. Berikatan
dengan PPARγ (peroxisome proliferators
activated receptor-gamma) di otot, jaringan
lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi
insulin.
• Golongan ini merupakan golongan baru dari
ADO. Termasuk kedalam golongan ini adalah
Pioglitazone, Rosiglitazone.
5. Golongan penghambat alphaglukosidase

• Yang termasuk dalam golongan ini adalah


Akarbosa dan Miglitol yang bekerja dengan
cara menghambat alphaglukosidase yang
mengubah di/polisakarida menjadi
monosakarida, sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat.
Tabel 1.Penggolongan obat
hipoglikemik oral
Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja
Sulfonilurea Klorpropamid Merangsang sekresi
Glibenklamida insulin di kelenjar
Glipizida pankreas, sehingga
Glikazida hanya efektif pada
Glimepirida penderita diabetes
Glikuidon yang sel-sel β
Tolazalim pankreasnya masih
Tolbutamid berfungsi dengan
baik
Golongan Contoh Senyawa Mekanisme
Kerja
Biguanid Metformin Bekerja langsung
Fenformin pada hati
Buformin (hepar),mengha
mbat
glukoneogenesis
di hati dan
meningkatkan
penggunaan
glukosa di
jaringan.
Golongan Contoh Mekanisme
Senyawa Kerja

Meglitinid Repaglinid Bekerja


dengan cara
mengikat
reseptor
sulfonilurea
dan menutup
ATP-sensitive
potassium
chanel.
Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Tiazolidindion Rosiglitazone Meningkatkan


Pioglitazone kepekaan
tubuh/sensitivitas
terhadap insulin di
jaringan perifer.
Berikatan dengan
PPARγ (peroxisome
proliferators
activated receptor-
gamma) di otot,
jaringan lemak, dan
hati untuk
menurunkan
resistensi insulin
Golongan Contoh Senyawa Mekanisme
Kerja

Penghambat Akarbosa Menghambat


enzim Miglitol kerja enzim
alfaglukosidase alfaglukosidase
yang mengubah
di/polisakarida
menjadi
monosakarida,
sehingga
memperlambat
absorpsi glukosa
kedalam darah
TERAPI KOMBINASI OBAT ANTIDIABETIK ORAL 
• Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi
dari beberapa obat anti diabetik oral (ODA) atau ODA
dengan insulin.
• Kombinasi yang umum adalah antara golongan
sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan
mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang
memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida
bekerja efektif. Kedua golongan obat antidiabetik oral
ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin,
sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling
menunjang.
• Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua
golongan ini dapat efektif pada banyak penderita
diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila
dipakai sendiri-sendiri. 
PEMAKAIAN INSULIN
• Insulin dihasilkan oleh kalenjar pankreas pada
tubuh kita, hormon insulin yang diproduksi oleh
tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin
endogen.
• Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami
gangguan sekresi guna memproduksi hormon
insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan
hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa
obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai
sebutan insulin eksogen.
Keadaan Memerlukan Insulin Eksogen
• Semua diabetes tipe 1 memerlukan insulin
eksogen karena produksi insulin oleh sel beta
pada kalenjar pankreas tidak ada ataupun
hampir tidak ada.
• Diabetes tipe 2 mungkin membutuhkan insulin
eksogen apabila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
KEADAAN LAIN MEMERLUKAN INSULIN
EKSOGEN

• Keadaan stress berat, seperti pada infeksi


berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke.
• DM gestasional dan penyandang DM
yang hamil membutuhkan insulin bila
diet saja tidak dapat mengendalikan
kadar glukosa darah.
• Ketoasidosis diabetik.
• Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
• Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral
atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk
memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara
bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
• Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi
oral.
Bagaimana insulin berfungsi
Pemberian insulin kepada penderita diabetes
hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan,
jika diberikan melalui oral insulin akan rusak
didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin
akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa
ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja
menormalkan kadar gula darah (blood
glucose) dan merubah glucose menjadi energi.
Efek metabolik terapi insulin
• Menurunkan kadar gula darah puasa dan post
puasa.
• Supresi produksi glukosa oleh hati.
• Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
• Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
• Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
• Mengurangi glucose toxicity.
• Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
• Mengurangi Glicosilated end product.
Tipe - Jenis Insulin
Insulin dapat dibedakan atas dasar:
1. Waktu kerja insulin (onset), yaitu waktu mulai
timbulnya efek insulin sejak disuntikan.
2. Puncak kerja insulin, yaitu waktu tercapainya
puncak kerja insulin.
3. Lama kerja insulin (durasi), yaitu waktu dari
timbulnya efek insulin sampai hilangnya efek
insulin.
1. Insulin Eksogen kerja cepat.
• Bentuknya berupa larutan jernih, mempunyai
onset cepat dan durasi pendek.
• Yang termasuk di sini adalah insulin regular
(Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2
macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam
dan netral. Preparat yang ada antara lain :
Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini
diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai
puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat
bertahan samapai 8 jam.
2. Insulin Eksogen  kerja sedang.
• Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk
hablur-hablur kecil, dibuat dengan
menambahkan bahan yang dapat memperlama
kerja obat dengan cara memperlambat
penyerapan insulin kedalam darah.
• Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine
Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ.
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam.
Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan
efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja
sedang (Insulin premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan
insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset
cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya:
Mixtard 30 / 40

4. Insulin Eksogen kerja panjang (lebih dari 24 jam).


Merupakan campuran dari insulin dan protamine,
diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan
sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar
24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ),
Ultratard
Cara pemberian insulin
• Insulin kerja singkat :
• IV, IM, SC
• Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
• Jangan bersama darah ( mengandung enzim
merusak insulin )
• Insulin kerja menengah / panjang :
• Jangan IV karena bahaya emboli.
• Pemberian insulin secara sliding scale
dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien
dan tepat karena didasarkan pada kadar gula
darah pasien pada waktu itu. Gula darah
diperiksa setiap 6 jam sekali.
Dosis pemberian insulin tergantung
pada kadar gula darah, yaitu :
Gula darah
          < 60 mg % =          0  unit
          < 200 mg % =    5 – 8  unit
   200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
     250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
    300 – 350 mg% =         20 unit
           > 350 mg% = 20 – 24 unit
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat
dijadikan tempat menyuntikkan insulin.

• Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan


di daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat.
• Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,
hindarilah penyuntikkan pada  daerah perut.
• Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat
adalah dari perut, lengan atas dan paha. Insulin akan
lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan digerak-
gerakkan. Penyuntikkan insulin pada satu daerah
yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.
• Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang
sama dapat merangsang terjadinya
perlemakan dan menyebabkan gangguan
penyerapan insulin. Daerah suntikkan
sebaiknya berjarak 1inchi (+ 2,5cm)  dari
daerah sebelumnya.
• Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama
satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang
lain.
Untuk mengurangi rasa sakit pada waktu penyuntikkan
dapat ditempuh usaha-usaha sebagai berikut

 Menyuntik dengan suhu kamar


 Pastikan bahwa dalam alat suntik tidak terdapat
gelembung udara
 Tunggulah sampai alkohol kering sebelum menyuntik
 Usahakanlah agar otot daerah yang akan disuntik tidak
tegang
 Tusuklah kulit dengan cepat
 Jangan merubah arah suntikkan selama penyuntikkan
atau mencabut suntikan
 Jangan menggunakan jarum yang sudah tampak tumpul
Penyimpanan Insulin Eksogen
Bila belum dipakai :
• Sebaiknya disimpan 2-8 derajat celcius (jangan
sampai beku), di dalam gelap (seperti di lemari
pendingin, namun hindari freezer.
Bila sedang dipakai :
• Suhu ruang 25-30 derajat celcius cukup untuk
menyimpan selama beberapa minggu, tetapi
janganlah terkena sinar matahari.
• Sinar matahari secara langsung dapat
mempengaruhi percepatan kehilangan aktifitas
biologik sampai 100 kai dari biasanya.
• Suntikkan dalam bentuk pena dan insulin dalam
suntikkan tidak perlu disimpan di lemari
pendingin diantara 2 waktu pemberian suntikkan.
• Bila tidak tersedia lemari pendingin, simpanlah
insulin eksogen di tempat yang teduh dan gelap.
Efek samping penggunaan insulin
• Hipoglikemia
• Lipoatrofi
• Lipohipertrofi
• Alergi sistemik atau lokal
• Resistensi insulin
• Edema insulin
• Sepsis

Anda mungkin juga menyukai