Anda di halaman 1dari 70

FARMAKOTERAPI

INFEKSI

J e r r y, M . F a r m . , A p t .
• Clinical Pharmacy
• Lecturer
KASUS 1 :

• Tn. DA 55 th, 60kg, 158cm, dirawat di RS dengan stroke hemoragik,


hari ke-5 mengeluh nyeri dada sebelah kanan dan disertai demam,
menggigil, kemudian sesak nafas. Pasien didiagnosa Pneumonia
nosokomial dan mendapat terapi meropenem 3x1 gram iv, parasetamol
3x1 fls iv. Hasil observasi BP 140/80mmHg, HR 106x/min, RR
32x/min, T 38.4C, Leukosit 19000. hari ke-8 sesak pasien semakin
meningkat, kesadaran menurun.

• Sebagai apoteker bagaimana pendapat saudara terhadap kasus diatas ??


KASUS 2 :

• Ny. AD 47th, 59kg, 154cm, dirawat di ruang ICU rumah sakit, pada
hari ke-7 kondisi pasien memburuk dan didiagnosa Sepsis MRSA.

• Dokter bertanya kepada apoteker terkait pemilihan antibiotik yang


tepat untuk MRSA.
• Pilihan obat :
A. Ceftriaxon
B. Levofloxacin
C. Meropenem
D. Vancomycin
MATERI :

• DEFINISI INFEKSI

• JENIS INFEKSI

• GEJALA DAN PARAMETER PEMERIKSAAN

• TERAPI

• CONTOH KASUS
INFEKSI

• Adalah Penyakit yang disebabkan oleh mikroba, seperti bakteri,


virus, jamur.

• Penyakit infeksi merupakan penyakit yang paling luas


penyebarannya, hampir semua bidang penyakit memiliki kasus
infeksi, kecuali bidang penyakit jiwa.

• Kegagalan terapi seringkali mengakibatkan infeksi menjadi kronik


maupun sepsis yang berakhir dengan kematian.
JENIS INFEKSI :

• Infeksi Lokal

• SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)

• Sepsis

• Severe Sepsis

• Shock Sepsis
JENIS BAKTERI :

Gram Positive ( + ) Gram Negative ( - )


• Staphylococcus aureus • Pseudomonas aeroginosa

• stapylococcus epidermidis • Klebsiella pneumonia

• Streptococcus • Acinetobacter baumannii

• Enterococcus • Enterobacter

• Bacilli • Escherichia coli

• Dll. • Dll.
GEJALA DAN PARAMETER PEMERIKSAAN :

• DEMAM ( SUHU > 37.5 0C )

• LEUKOSIT/WBC > 11.000 /mcL

• CRP > 0.5

• Procalcitonin (PCT) > 0.05


• LED > 20 mm/h
TERAPI ?? ANTIBIOTIKA
Pendahuluan :

• ANTIBIOTIKA adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh


mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk Menghambat
pertumbuhan atau Membunuh mikroorganisme lain.

• DiIndonesia penggunaan antibiotika cukup tinggi, dari beberapa


penelitian menyebutkan sekitar 60 – 80 % pasien yang dirawat
dirumah sakit pasti mendapatkan antibiotik.
Mengapa terjadi over-prescribing antibiotika

• Tekanan dari kolega


• Tekanan dari pasien
• Tekanan dari perusahaan farmasi
• Kurang yakin (diagnosis), takut tuntutan hukum
DRP
50

40 35,7 35,8

30

20 37 %
10
ANTIBIOTIKA
9,5
7,2
4,8 5,3
0,5 1,2
0
RESISTENSI

MORBIDITAS
ANTIBIOTIK
0 DAN
YANG TIDAK TEPAT
MORTALITAS

BIAYA
KOLABORASI

DOKTER APOTEKER

PASIEN

ANALIS PERAWAT
Penggolongan
Antibiotik
Berdasarkan Daya Kerja

1. BAKTERIOSTATIK 2. BAKTERISID
( Menghambat Pertumbuhan Bakteri ) ( Membunuh Bakteri )

Bekerja dengan mencegah pertumbuhan bakteri, Secara aktif membunuh bakteri.


TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian Misalnya Penisilin,
bakteri sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sefalosporin, Kotrimoksazol,
Misalnya : sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, Rifampisin, dll.
eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin,
dll.
Berdasarkan Spektrum Kerja
1. Broad spectrum (aktivitas luas) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis bakteri yaitu bakteri
gram positif dan gram negatif.
Contoh : Sulfonamid, Ampisilin, Sefalosforin, Kloramfenikol, Tetrasiklin, dan
Rifampisin.
2. Narrow Spectrum (aktivitas sempit) :
Aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis bakteri saja, bakteri gram positif
atau gram negatif saja.
Contohnya : Eritromisin, Klindamisin, hanya bekerja terhadap bakteri gram-
positif.
Sedangkan Streptomisin, Gentamisin, hanya bekerja terhadap bakteri gram-
negatif.
Berdasarkan Killing effect terhadap bakteri

Time dependent
• Pemberian harus dengan drip
• Lama pemberian drip harus sesuai dengan ketahanan obat
contoh : Penisilin, sefalosporin, carbapenem, vancomycin, dll.

Concentration dependent
• Pemberian harus dengan bolus
contoh : aminoglikosida, floroquinolon, dll.
Gol. Penisilin
• Aktif pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-).
• Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian
atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga,
bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
• Contoh : Ampisilin dan Amoksisilin.
• Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian, Gangguan lambung & usus.
Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik.
• Aman bagi wanita hamil & menyusui.
Gol. Sefalosporin
• digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan
tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan
jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
• Generasi I : sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, cefadroxil.
• Generasi II : sefaklor, sefamandol, sefmetazol, cefuroxim
• Generasi III : cefoperazone, cefotaxim, ceftizoksim, cefotiam, cefixim,
ceftriaxon
• Generasi IV : cefpirome dan cefepim.
Gol. Carbapenem
• contoh : Meropenem, Imipenem, Doripenem.
• antibiotik spektrum luas
• bersifat time dependent

Gol. Amfenikol/kloramfenikol

• Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.


• Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka
kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae
Gol. tetrasiklin
• Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
• Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin
dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik . Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru,
saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya
selama kehamilan & pada anak kecil.

Gol. aminoglikosida
• Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman
Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif.
• Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah
amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin,
antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.
Gol. makrolida
• Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman,
sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan
menghambat sintesis protein kuman
• Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk
mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi
telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan
jaringan lunak, untuk sifilis.
• Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin
serta spiramisin
Gol. linkosamid
• Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin.
• Sering dipakai sebagai alternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta
infeksi-infeksi abdominal. Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile,
dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.
• Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap
penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit
dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap
Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.
• Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin)
• GOLONGAN POLIPEPTIDA.
meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian
polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif. Toksisitas polimiksin
membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan nefrotoksisitas.

• GOLONGAN ANTIMIKOBAKTERIUM
Golongan antibiotika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-
obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-
lain.

• GOLONGAN SULFONAMIDA DAN TRIMETROPIM


Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi.
Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya
sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi sulfamektoksazol dan
trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman bronkitis, prostatitis. Spektrum
kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.
• GOLONGAN QUINOLON
• Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta
pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing
, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular
seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
• Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
• Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin, ofloksasin.
Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.

• GOLONGAN LAIN-LAIN
Masih banyak jenis-jenis antibiotika lain yang tidak tercakup dalam kelompok yang disebutkan
di atas.
Misalnya saja vankomisin, spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain.
vankomisin merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin (MRSA).
Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi
efektif
Penicillins
1. AMOKSISILLIN
• Amoxan 500mg tab Dosis :
• Amoxycillin 500mg tab
• Dosis dewasa : 0.25-0.5gr tid
• Amoxyl (250mg, 500mg) tab
• Kalmoxillin 500mg tab • Dosis anak : 20-40mg/kg/h dalam 3 dosis
• Pehamoxyl 500mg tab • Dosis bayi < 3 bulan : maksimum yang
• Amoxillin 125mg/5ml syr disarankan adalah 30 mg/kg/hari dalam 2
• Amoxicillin (125mg/5ml, 250mg/ml) syr dosis.
• Amoxyl (125mg/5ml, 250mg/5ml) syr
• Amoxyl drop Lama pemberian :
• Supramox drop • tergantung jenis penyakit, secara umum 7-14
• Amoxyl 500mg, 1gr vial hari.
• Kalmoxillin 1gr vial
Kontra indikasi :
• Pasien yang hipersensitif terhadap penisillin.

Perhatian :
• hati-hati pada penderita gangguan ginjal, krn ekskresi melalui ginjal.
• peny. saluran cerna, krn dapat mengganggu keseimbangan flora usus.

Efek samping :
• Mual dan muntah, dispepsia, diare, reaksi alergi.
2. Ampicillin
• Ampicillin 250mg, 500mg cap/tab
• Kalpicillin 1 gr inj

Dosis :
Dosis dewasa :
• Utk peny.ringan sampai sedang 2-4 gr sehari dibagi utk 4x pemberian.
• Utk peny. Berat sebaiknya diberikan preparat parenteral sebanyak 4-8 gr sehari.
Dosis anak dgn BB < 20kg :
• Per-oral : 50-100 mg/kg BB sehari dibagi dalam 4 dosis
• Injeksi : 100-400 mg/kg BB sehari dibagi dalam 4 dosis
• Cara pemberian :
sebaiknya pada saat perut kosong utk memaksimalkan absorpsi

• Penyimpanan :
Syr yang sudah dilarutkan, dan disimpan dalam lemari pendingin (suhu 2-8 0C) akan
bertahan selama 14 hari, jika disimpan pada suhu ruangan maka akan bertahan selama 7 hari
3. amoxicillin-clavulanic acid

• Dexyclav 500mg tab - Augmentin 250mg, 500mg tab


• Dexyclav dry syr - Augmentin 125mg/5ml, 250mg/5ml syr
• Dexyclav forte syr 250mg/5ml
• Clavamox 250mg, 500mg tab

Kenapa dikombinasikan ??

• Amoksisillin = betalaktam = sering resisten


• As.klavulanat = penghambat betalaktamase
• Bakteri resisten = memproduksi enzim betalaktamase = menghancurkan antibiotik
gol.betalaktam
• Jika dikombinasi maka As.klavulanat akan mengikat betalaktamase, shg amoksisillin dapat
menghancurkan dinding sel bakteri.
Dosis :
• 500/125 mg, 2x sehari.
• 250/125 mg, 3x sehari.
Dosis anak :
• 25mg/kg/hari, dalam dosis terbagi setiap 8 jam

Lama pemberian 3-10 hari.

Note : 2 tab sediaan 250mg tidak sama dengan 1 tab sediaan 500mg
Penggunaan Antibiotik Kombinasi :
• Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua
antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas
terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.
• Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (=
kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug
therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.
• Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir
enzim penisilinase.
• Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa
(rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).
• Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing
komponen dapat dikurangi.
ANTIBIOTIK YANG TIDAK DIREKOMENDASIKAN PADA ANAK

NAMA OBAT KELOMPOK USIA ALASAN

Ciprofloxacin Kurang dari 18 tahun Merusak tulang rawan


Kurang dari <6 tahun atau Diskolorisasi gigi, gangguan pertumbuhan
Tetracycline
pada dosis tinggi tulang

Cotrimoxazole Kurang dari 2 bulan Tidak ada data efektivitas dan keamanan

Chloram/Thiamphenicol Neonatus Menyebabkan grey baby síndrome

Lincomycin HCl Neonatus Fatal toxic síndrome

Piperacillin-Tazobactam Neonatus Tidak ada data efektifitas dan keamanan

Azithromycin Neonatus Tidak ada data keamanan

Tigecyline Anak kurang dari 18 tahun Tidak ada data keamanan


PEMILIHAN OBAT

Berdasarkan Penggunaan :
 Terapi Profilaksis
• Antibiotik diberikan untuk pencegahan terjadinya infeksi
 Terapi Empiris
• Infeksi sudah diketahui secara klinis, tetapi bakteri penyebab
infeksi belum diketahui
 Terapi Definitif
• Terapi yang diberikan berdasarkan hasil kultur
PEMILIHAN DOSIS

 Berdasarkan Usia
 Berdasarkan Berat Badan = satuan dalam Kg
 Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (LPB/BSA) = satuan dalam m2

BSA = TB (cm) X BB (kg)


3600

Contoh :
Levofloxacin 1x500 mg
Vancomycin 15 mg/kg BB setiap 12 jam
DOSIS

Tergantung :
 Umur
 BB
 Keparahan penyakit
 Fungsi organ ginjal, hati
 Lokasi infeksi
 Jenis infeksi
Pendekatan sistemik pemilihan antibiotik yang rasional

• Konfirmasi adanya infeksi (Diagnosa) : anamnesa, tanda dan gejala,


faktor resiko
• Identifikasi kuman patogen : ambil spesimen, kultur (sebaiknya kultur
diambil sebelum pemberian antibiotik)
• Pilih terapi dengan mempertimbangkan faktor pasien (geriatri, anak,
gangguan fungsi organ, kehamilan, dll), obat (spektrum/cara kerja,
harga, interaksi, ketersediaan, dll)
• Monitor respon terapeutik : pemeriksaan klinis, uji laboratorium,
penilaian kegagalan terapi.
KASUS 1 (soal) :

• Tn. DA 55 th, 60kg, 158cm, dirawat dengan stroke hemoragik hari


ke-5 mengeluh nyeri dada sebelah kanan dan disertai demam,
menggigil, kemudian sesak nafas. Pasien didiagnosa Pneumonia
nosokomial dan mendapat terapi meropenem 3x1 gram iv,
parasetamol 3x1 fls iv. Hasil observasi BP 140/80mmHg, HR
106x/min, RR 32x/min, T 38.4C, Leukosit 19000. hari ke-8 sesak
pasien semakin meningkat, kesadaran menurun.

• Sebagai apoteker bagaimana pendapat saudara terhadap kasus


diatas ??
KASUS 1 (jawaban) :

• S = Sesak nafas meningkat, kesadaran menurun, demam


• O = T 38.4 0C, Leukosit 19000, HR 106 x/min, RR 32 x/min, BP
140/80 mmHg
Terapi Meropenem 3x1 gr iv, Parasetamol 3x1 fls iv
• A = Kondisi pasien memburuk disebabkan oleh infeksi yang belum
tertangani dengan baik (antibiotik kurang adekuat)
• P = tambahkan Antibiotik golongan aminoglikosida (amikasin
7.5mg/kg/day) untuk memperkuat cakupan antibiotika
terhadap bakteri gram negatif.
KASUS 2 (soal) :

• Ny. AD 47th, 59kg, 154cm, dirawat di ruang ICU rumah sakit, pada
hari ke-7 kondisi pasien memburuk dan didiagnosa Sepsis MRSA.

• Dokter bertanya kepada apoteker terkait pemilihan antibiotik yang


tepat untuk MRSA.
• Pilihan obat :
A. Ceftriaxon
B. Levofloxacin
C. Meropenem
D. Vancomycin
KASUS 2 (jawaban) :

• Pilihan obat :
A. Ceftriaxon (tidak bisa utk MRSA)
B. Levofloxacin (bisa utk MRSA tetapi sangat lemah)
C. Meropenem (tidak bisa utk MRSA)
D. Vancomycin (indikasi kuat pada MRSA, jika pasien
memiliki gangguan fungsi ginjal bisa diganti
dengan Linezolid)
Pharmaceutical Care :
 Penyusunan data base
• Rekonsiliasi obat dan penyakit
• Pengamatan kondisi klinis
 Assesment
• Apakah AB sudah tepat, dosis, frekuensi, rute, lama terapi, interaksi
• Sesuaikan dengan hasil kultur
 Monitoring terapi
• Efektivitas terapi
• ADR/MESO
• Interaksi
 Konseling
KASUS 3 :

• Tn. RK 45 th, 65kg, 168cm, masuk RS dengan keluhan demam dan


nyeri saat BAK, dan didiagnosa ISK.

• Hasil rekonsiliasi obat diketahui pasien tidak ada riwayat penyakit


sebelumnya, dan tidak menggunakan antibiotik selama 3 bulan terakhir.

• Sebagai apoteker, antibiotik apa yang akan saudara rekomendasikan


untuk pasien tersebut ??
KASUS 4 :

• Tn. RK 45 th, 65kg, 168cm, masuk RS dengan diagnosa DM, pada hari
ke-6 pasien mengeluh BAK tidak nyaman dan ada nyeri, dan
didiagnosa ISK.

• Hasil rekonsiliasi obat diketahui pasien sedang menggunakan antibiotik


ceftriaxon injeksi 2x1 gram.

• Sebagai apoteker, apa yang akan saudara rekomendasikan terkait


antibiotik pada pasien tersebut ??
1 PRE ADMINISTRATION

SAFETY 2 ADMINISTRATION

3 POST ADMINISTRATION
PRE-ADMINISTRATION
Standar : Permenkes RI no.72 tahun 2016
Tujuan :
“ Pencampuran obat harus dilakukan diruang  Mutu obat terjaga,
bersih (steril) dengan peralatan yang  Bebas kontaminasi dan
memadai (LAFC/BSC) secara aseptik oleh nosokomial (steril),
petugas terlatih ”.  Melindungi petugas dari
kontaminan dan
Aseptic Dispensing : kesalahan pemberian
 IV Admixture obat.
 Total Parenteral Nutrition (TPN)
 Sitotoksik / Kemoterapi

49
49
Rekonstitusi dan Stabilitas Obat :

Stabilitas
Antibiotik Pelarut Jumlah Pelarut
20 – 25 0C 2 – 8 0C
WFI
Ceftriaxon 1 gram / 10 ml 6 jam 24 jam
NaCL 0.9%
WFI
Ceftazidime NaCL 0.9% 1 gram / 10 ml 18 jam 7 hari
D5%
WFI 8 jam 48 jam
Meropenem NaCL 0.9% 1 gram / 20 ml 8 jam 48 jam
D5% 3 jam 14 jam
NaCL 0.9%
Amikasin 500mg / 100-200 ml 24 jam 48 jam
D5%
WFI
Piperacillin-Tazobactam NaCL 0.9% 4.5 gram / 20 ml 24 jam 7 hari
D5%
ADMINISTRATION
TIDAK ALERGI

PEMBERIAN
ANTIBIOTIK

ALERGI ERYTEMA

HIPERSENSITIVITAS
/ ANAFILAKTIK
SKIN TEST
dll
SKIN TEST
• SKIN TEST adalah suatu pengujian yang
dilakukan pada kulit untuk mengidentifikasi
substansi alergi (allergen) yang menjadi
pemicu timbulnya reaksi alergi.

Antibiotik yang perlu di Skin Test :


• Golongan Penicillin
• Golongan Cephalosporin*
• Golongan Flouroquinolon*
Pelaporan KTD / ESO Tahun 2017
Indonesia .

Anti Infectives

5,4% Antibiotics 7%
3% Central nervous
5,9% system
NSAIDs
10%
23,4% Gastrointestinal &
hepatobiliary
Antacids, Antireflux agents &
10,8% Antiulcerants 20% 60% system
cardiovascular &
Analgesics (Non-Opioid) & hematopoietic
Antipyretics system
13,8%
lain-lain

Sumber Data : Badan POM. Sumber Data : Laporan MESO RS.


50% ESO ANTIBIOTIK

40% 39%
37%

30%

20%
15%

10%
4%
1% 2%
0%
PENISILIN SEFALOSPORIN QUINOLON AMINOGLIKOSIDA CARBAPENEM LAIN-LAIN
SCORE ALGORITMA NARONJO
• Untuk menilai kemungkinan bahwa perubahan status klinik
pasien sebagai akibat ESO.

score Keterangan %
0 Doubtful 0%
1–3 Possible 37.41 %
4–8 Probable 61.87 %
9 – 13 Definite 0.72 %
Contoh EFEK SAMPING OBAT
• CIPROFLOXACIN dapat menyebabkan Rash, monitor
setelah 40 menit pemberian pertama.

• VANCOMYCIN injeksi sebaiknya diinfuskan secara pelan


lebih dari 100menit (kecepatan maksimum 10mg/menit)
untuk menghindari Red Man Syndrome (60 menit
berdasarkan panduan pemberian antibiotic kemenkes)

• AMINOGLIKOSIDA bersifat nefrotoksik, harus monitor


fungsi ginjal spt ureum, kreatinin.
CARA PEMBERIAN OBAT

• Oral
• Topical
• Parenteral
 IV IV BOLUS atau IV DRIP ??
 IM
 SC
Comparison of the Pharmacodynamics of Meropenem in Patients with Ventilator-
Associated Pneumonia following Administration by 3-Hour Infusion or Bolus Injection

In conclusion, a 3-h infusion results in greater T>MICs than those seen after bolus injection, indicating that
intermittent infusion may be an appropriate mode of administration of meropenem in tropical countries.
Moreover, for the treatment of infections caused by isolated pathogens with intermediate resistance, a 3-h
infusion of 2 g of meropenem every 8 h can provide serum concentrations above the MIC of 16 μg/ml for
almost 60% of the 8-h interval.
Dosis antibiotik untuk infeksi MDR

No Antibiotik Dosis

1 Meropenem 2 gram setiap 8 jam, drip selama 3 jam

2 Cefepime 2 gram setiap 8 jam, drip selama 3 jam

3 Tigecycline 100-150 mg setiap 12 jam

4 Piperacillin/Tazobactam 4.5 gram setiap 6 jam, drip selama 4 jam


Johns Hopkins, Antibiotic guidelines 2015-2016
WAKTU PEMBERIAN OBAT

• Pemberian obat (antibiotic) sebaiknya pada jam yang sama setiap


harinya - untuk mencegah resistensi
Instruksi 3 X Sehari = Setiap 8 jam

Toxic !!
Max kons

Min kons
UNDER DOSE !!

Jam Jam Jam Jam


06:00 14:00 22:00 06:00
Toxic !!
Max kons
Resistensi

Min kons
Under dose !!

Jam Jam Jam


06:00 14:00 16.00
POST-ADMINISTRATION
INTERAKSI OBAT
Pemberian antibiotic secara bersamaan dengan antibiotic lain / obat
lain dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan.
Efek yang terjadi mulai dari yang ringan seperti penurunan absorbsi
obat hingga meningkatkan efek toksik.

Contoh :
 Ciprofloxacin dengan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dan
resiko terjadi henti jantung
 Ciprofloxacin dengan garam kalsium dapat menurunkan absorbsi
ciprofloxacin
 Aminoglikosida dengan vancomycin dapat meningkatkan resiko
nefrotoksisitas
LAMA PEMBERIAN
Terapi Profilaksis = 24 Jam
Terapi Empiris = 48 – 72 Jam
Terapi Definitif = > 72 Jam

 Minimal pemberian 3 hari


 Maksimal pemberian 7 hari
EVALUASI ANTIBIOTIK
 KUANTITATIF
yaitu menilai antibiotik dari jumlah dan jenis antibiotik yang
digunakan.
Metode yang digunakan “ATC/DDD”

 KUALITATIF
Untuk menilai Kualitas / kerasionalan penggunaan
antibiotik.
Metode yang digunakan “Gyssens”
TERIMA KASIH

70
70

Anda mungkin juga menyukai