Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulit menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai
macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono, 2007). Kulit merupakan pertahanan
utama terhadap bakteri dan apabila kulit tidak lagi utuh, maka menjadi sangat rentan terhadap
infeksi. Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor
lain (mikoplasma, riketsia dan klamidia). Diantara mikroorganisme tersebut, bakteri
Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri yang paling sering ditemukan di kulit
(Gould et al.,2003). Bakteri S. aureus dapat menyebabkan beberapa penyakit diantaranya
bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah (Madigan, 2008). Bentuk sediaan farmasi
yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan kulit salah satu diantaranya ialah sabun.
Sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat yang
berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) (Hernani, 2010). Awalnya
sabun dibuat dalam bentuk padat atau batangan, namun pada tahun 1987 sabun cair mulai
dikenal walaupun hanya digunakan sebagai sabun cuci tangan. Hal ini menjadikan
perkembangan bagi produksi sabun sehingga menjadi lebih lembut dan dapat digunakan
untuk mandi. Semakin berkembangnya teknologi dan pengetahuan, sehingga sabun cair
menjadi banyak macam jenisnya. Sabun cair diproduksi untuk berbagai keperluan seperti
untuk mandi, pencuci tangan, pencuci piring ataupun alatalat rumah tangga dan sebagainya.
Karakteristik sabun cair tersebut berbedabeda untuk setiap keperluannya, tergantung pada
komposisi bahan dan proses pembuatannya. Keunggulan sabun cair antara lain mudah dibawa
berpergian dan lebih higenis karena biasanya disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
(Wijana dkk, 2005). Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat
digunakan untuk membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri
dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik mengandung komposisi khusus yang
berfungsi sebagai antibakteri. Bahan inilah yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri
berbahaya pada kulit. Sabun antiseptik yang baik harus memiliki standar khusus. Pertama,
sabun harus bisa menyingkirkan kotoran dan bakteri. Kedua, sabun tidak merusak kesehatan
kulit, karena kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. (Rachmawati dan
Triyana, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Budiana (2015), bunga Pacar air (Impatiens
balsamina L) dapat digunakan sebagai antibakteri. Ekstrak etanol bunga Pacar air terbukti
memiliki aktivitas antibakteri dengan mengambat pertumbuhan bakteri S. aureus, P.
aeruginosa dan E. coli. Aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji diduga
karena adanya kandungan senyawa antosianin dalam ekstrak etanol bunga Pacar air.
Antosianin selain sebagai antioksidan yang baik juga dapat berperan sebagai antiviral dan
antibakteri (Adfa, 2007). Berdasarkan hal diatas maka peneliti memformulasi dan menguji
apakah ekstrak etanol bunga Pacar air yang dibuat dalam bentuk sediaan sabun cair
memenuhi parameter kualitas dengan konsentrasi yang bervariasi dan apakah sabun cair
ekstrak etanol bunga Pacar air dapat memberikan efek antibakteri terhadap S. aureus.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik sediaan sabun cair antiseptik?
2. Apa saja komponen yang terdapat pada sediaan sabun cair antiseptik?
3. Bagaimana metode pembuatan sediaan sabun cair antiseptik?
4. Apa saja evaluasi yang dilakukan sediaan sabun cair antiseptik?
5. Bagaimana karakteristik, komponen, metode, dan evaluasi praformulasi dari
sediaan sediaan sabun cair antiseptik?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami karakteristik sediaan sabun cair antiseptik
2. Memahami komponen sediaan sabun cair antiseptik
3. Memahami metode pembuatan sediaan sabun cair antiseptik
4. Memahami evaluasi sediaan sabun cair antiseptik
5. Mengetahui dan Memahami karakteristik, komponen, metode dan evaluasi
evaluasi praformulasi dari sediaan sabun cair antiseptik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KULIT
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan
dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung
epidermis.

Gambar 2.1. Anatomi Kulit Manusia

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan
75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.


b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan
antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan
penting dalam imunologi kulit.
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam
sebagai berikut:
a) Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin.
Gambar 2.2. Struktur Epidermis Kulit

b) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat
gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
c) Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula
lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai
penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek
pelindung pada kulit.
d) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat
dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas
(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel
spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan
seperti telapak kaki.
e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis,
sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel
epidermis secara berkesinambungan.
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag,
dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)

Gambar 2.3. Lapisan Dermis

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan


epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.

a. Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi


epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal
yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut
mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks
rambut, kutikula rambut, dan sarung akar rambut.
b. Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar
keringat apokrin. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks
bergelung dengan saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak
bercabang dan memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm.
Terdapat dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel
gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel terang yang tidak mengandung
granula sekretoris. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5
mm) dari kelenjar keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan
hipodermis, dan duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah
ketiak dan anus.
Gambar 2.4. Kelenjar Keringat dan Sebacea

c. Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis


dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter
persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran
lipid meliputi trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.
B. Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu
berikut:

a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat
kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan
erat seperti batu bata di permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh
melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh
bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi
keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang
mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon
dioksida.Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.Selain itu
beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga
mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak
yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
a. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum
dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar
sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan
kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol,
protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin.

b. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar
dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang
bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan
bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air
dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam,
karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu
amoniak dan urea.

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan
kelenjar keringat merokrin.
4. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet.Enzim di hati dan ginjal lalu
memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang
aktif.Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium
makanan dari traktus gastrointestinalke dalam pembuluh darah.Walaupun tubuh
mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan
tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap
diperlukan.Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
C. MANFAAT BUNGA PACAR AIR
a. Klasifikasi Bunga Pacar Air
Pacar air adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara
namun telah diperkenalkan ke Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini adalah
tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih,
merah, ungu, atau merah jambu. Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek
yang kecil.
Nama ilmiah: Impatiens balsamina.
Kingdom: Plantae
Famili: Balsaminaceae
Ordo: Ericales
Kelas: Magnoliopsida
Klasifikasi lebih tinggi: Impatiens
b. Manfaat Bunga Pacar Air
Khasiat Dan Manfaat Tumbuhan Pacar Air - Cara Meramu Pacara Air Sebagai Obat
Peluruh Haid, KankaerPencernaan, Bengkak, Reumatik, Bisul, Gigitan Ular, Radang Kulit,
Keputihan, Tulang Patah & Retak, Rasa Nyeri, Anti Iflamasi - Tanaman Pacar Air banyak
kita jumpai dipekarangan rumah karena memang sengaja dibiarkan tumbuh dan ada pula
yang menjadikannya sebagai tanaman hias, karena bunganya yang berwarna warni sehingga
sedap dipandang mata.

Tanaman Pacar Air awalnya berasal dari daratan asia selatan dan asia tenggara namun kini
telah menyebar keberbagai negara termasuk Amerika. Pacar air memiliki ciri khas pada
bunganya yang berwarna putih, merah, ungu, atau merah jambu.

Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek yang kecil. Tinggi tanaman ini bisa mencapai
satu meter dengan batangnya yang tebal namun tidak mengayu dan daunnya yang bergerigi
tepinya. Kandungan Pacar air; bagian Bunga mengandung anthocynanin, cynidin,
delphinidin, pelargonidin, malvidun, kaempherol, quercetin. Bagian Akar mengandung
cynidin, mono glycosine.

Tumbuhan Pacar Air mudah sekali tumbuh asalkan ditempat yang lembab, bahkan tanpa
akarpun pacar air bisa tumbuh karena batangnya dapat menghisap air sebagai ganti akarnya.
Dalam bahasa latin pacar air bernama Impatiens balsamina L, masih satu marga
dengan Balsaminaceae.

Manfaat Dan Kasiat Pacar Air, Serta Cara Meramu Menjadi Obat

Tanaman Pacar Air dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal/tradisional dengan


memanfaatkan bagian akar, daun, bunga dan bagian bijinya. Pacar air dapat mengobati
Peluruh Haid, KankaerPencernaan, Bengkak, Reumatik, Bisul, Gigitan Ular, Radang Kulit,
Keputihan, Tulang Patah & Retak, Rasa Nyeri, dan sebagai Anti Iflamasi.dll

Bagian Yang di Gunakan;


1. Biji :
Peluruh haid (emenagog); terlambat datang haid (amenorrhea), Mempermudah persailanan
(parturifasien), Kanker saluran pencernaan bagian atas

2. Bunga
Peluruh haid (emenagog), Tekana darah tinggi (hipertensi), Pembengkakan akibat terpukul
(hematoma), Bisul (furunculus), Rematik sendi, Gigitan ular tidak berbisa, Radang kulit.

3. Akar
Peluruh haid (emenagog), Antiinflamasi (antiflogistik=antiradang), Rematik, kaku leher,
kaku pinggang, sakit pinggang (lumbago)

4. Daun
Keputihan (leucorrhoea), Nyeri haid (dysmenorrhoea); Radang usus buntu kronis (cronic
appendicitis); Antiradang (antiinflamasi); Tulang patah atau retak (fraktur); Mengurangi rasa
nyeri (analgesik); Bisul (furunculus); Radang kulit (dermatitis), radang kuku .

Aturan Pemakaian

 Pemakaian luar : biji, bunga, daun dan akar secukupnya dihaluskan lalu ditempelkan
pada bagian yang sakit.
 Pemakaian dalam (minum) : 3-10 gram biji , 3-6 gram bunga, 15-30 gram daun, 15-30
gram akar, direbus lalu diminum.

Sebagai Obat Luar

 Rematik, radang kulit (dermatitis), pembengkakan ~ bunga pacar air segar


secukupnya, dihaluskan lalu ditempelkan pada bagian yang sakit.
 Tulang patah atau retak (fraktur), antiradang (antiinflamasi) ~ daun pacar air
secukupnya, dihaluskan lalu ditempelkan pada bagian yang sakit atau daun tersebut
direbus lalu airnya digunakan untuk mencuci luka, sedangkan daunnya ditempelkan
pada bagian yang sakit.
 Bisul (furunculus), radang kulit (dermatitis) - 15 gram daun pacar air segar, 5
lembar daun cocor bebek segar (kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) dihaluskan lalu
ditempelkan pada bisul.
 Pembengkakan akibat terpukul ~ 3-6 gram bunga pacar air, dihaluskan, tambahkan
arak putih secukupnya, lalu tempelkan pada bagian yang bengkak.
 Radang kuku ~ seluruh herba pacar air secukupnya, dihaluskan lalu ditempelkan
pada kuku dan dibungkus dengan kain kasa. Lakukan 7-14 hari secara rutin.
BAB III

PEMBAHASAN

A. PRAFORMULASI

METODOLOGI PENELITIAN

a. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ialah


pH meter (Emeltron)
gelas ukur (pyrex ® Iwaki)
batang pengaduk
pipet tetes
erlenmeyer (pyrex ® Iwaki)
timbangan analitik (BB Adam), labu takar (pyrex ® Iwaki)
cawan petri (pyrex ® Iwaki)
inkubator (Ecocell MMM Group)
autoklaf (ALP), oven, blender (Philips)
beker gelas (pyrex ® Iwaki)
penangas, piknometer (pyrex ® Iwaki)
jarum ose
pinset
mikropipet (Eco pipette CAPP)
mistar berskala dan ayakan mesh 200
b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
bunga Pacar air
isolat bakteri Staphylococcus aureus
minyak zaitun
Kalium Hidroksida (KOH)
Natrium Carboksil Metil Celulosa (CMC)
Sodium Lauryl Sulfate (SLS)
asam stearat
Butyl Hidroksi Anisol (BHA)
indikator fenolftalein, pengaroma rose
alkohol 96%
nutrien agar
sabun Dettol,
H2 SO4
BaCl2. 2H2 O
HCl 0,1 N
NaCl 0,9 %
aluminium foil
c. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah bunga tanaman Pacar air varietas
merah yang diambil di kelurahan Matali, kota Kotamobagu. Sampel berupa bunga
Pacar air masing-masing dikumpulkan dan dibersihkan dari pengotor dengan cara
dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih bunga ditiriskan, lalu dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan selama 2 hari dan pada hari ke 3 dikeringkan dengan oven
pada suhu 40 C. Setelah itu, sampel yang telah kering dihaluskan dengan
menggunakan blender sampai menjadi serbuk. Serbuk yang dihasilkan diayak
menggunakan ayakan mesh 200, hingga diperoleh serbuk yang halus dan seragam.
Hasilnya dimasukkan ke dalam wadah gelas tertutup.

d. Pembuatan Ekstrak

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 200 g serbuk


simplisia bunga Pacar air dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dimaserasi dengan
pelarut etanol 96% sebanyak 1000 mL. Ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan
selama lima hari sambil sesekali diaduk. Setelah lima hari, sampel yang dimaserasi
tersebut disaring menggunakan kertas saring sehingga menghasilkan filtrat I dan
residu I. Residu yang ada kemudian diremaserasi dengan pelarut etanol 96%
sebanyak 500 mL, ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama dua hari
sambil sesekali diaduk. Setelah dua hari, sampel tersebut disaring menggunakan
kertas saring, sehingga menghasilkan filtrat II dan residu II. Filtrat I dan II
digabungkan, lalu diuapkan menggunakan oven pada suhu 40 C sehingga diperoleh
ekstrak kental bunga Pacar air. Setelah itu ekstrak ditimbang dan disimpan dalam
wadah tertutup sebelum digunakan untuk pengujian.

a. Minyak Zaitun ( FI V hal. 882 )


Minyak lemak yang di peroleh dari buah masak olea europaea L.

Pemerian : minyak kuning pucat atau kuning kehijauan terang, bau dan rasa khas
lemakdengan rasa ikutan agak pedas.

Kelarutan : sukar larut dalam etanol, bercampur dengan eter, dengan kloroform
dan dengan karbon disulfida

b. Kalium Hidroksida ( FI V hal. 1717 )

BM : 56,11 murni pereaksi

c. CMC/Carboxyl Methyl Cellulosa Sodium ( FI V hal. 620 )

Pemerian : serbuk atau granul putih sampai krem, higroskopis

Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut
dalam etanol, eter dan pelarut organik lain.

d. SLS/Sodium Lauryl Sulfat ( FI V hal. 920 )

Pemerian : Hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda, agak berbau khas.

Kelrutan : mudah larut dalam air, membentuk larutan opalesen

e. Acidum Stearicum/ Asam Stearat (FI III hal. 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau
kuning pucat, mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P,
dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.

f. BHA/ Butylated Hidroksianisol ( FI V hal. 266 )


Pemerian : serbuk hablur warna putih atau hampir putih, atau padat seperti
malam, berwarna putih kekuningan, bau aromatic.
Kelarutan : larut dalm etanol (95%) P, propilenglikol P, minyak kacang P, dan
larutan alkali hidroksida; praktis tidak larut dalm air.
Fungsi : antioksidan.

B. FORMULASI

PEMBUATAN

Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air Semua bahan yang akan
digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Dimasukkan
minyak zaitun sebanyak 15 mL ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan dengan
kalium hidroksida 40% sebanyak 8 mL sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan pada
suhu 50 C hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta ditambahkan dengan 15 mL
aquades, lalu dimasukkan Na-CMC yang telah dikembangkan dalam aquades panas,
diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan asam stearat, diaduk hingga homogen.
Ditambahkan SLS, diaduk hingga homogen. Ditambahkan BHA, lalu diaduk hingga
homogen. Ditambahkan pengaroma, diaduk hingga homogen. Dimasukkan ekstrak bunga
Pacar air, diaduk hingga homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga
volume 50 mL, dimasukkan ke dalam wadah bersih yang telah disiapkan. Pembuatan
sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air disesuaikan dengan masing-masing konsentrasi.
Setelah itu dilakukan uji mutu sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air dengan uji
organoleptik, pH, tinggi busa, kadar air, bobot jenis dan kadar alkali bebas.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sabun cair merupakan salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk membersihkan
kulit dari kotoran dan bakteri. Menurut Hernani (2010) sabun dihasilkan dari reaksi antara
asam lemak dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan kotoran.
Uji organoleptik bertujuan untuk melihat tampilan fisik dari suatu sediaan yang meliputi
bentuk, warna dan bau. Bentuk dari sabun cair yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu
cair, bau yang dihasilkan bau rose, bau ini disebabkan karena penggunaan pengaroma
rose. Penggunaan pengaroma ini bertujuan untuk memberi aroma yang harum pada sabun
cair. Sabun cair berwarna cokelat, warna cokelat pada sabun cair mengindikasikan adanya
kandungan ekstrak etanol bunga Pacar air yang tampak berbeda dari basis sabun yaitu
kuning. Standar yang ditetapkan SNI uji organoleptik sabun cair, bentuk yaitu cair, bau
dan warna yaitu memiliki bau dan warna yang khas. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
hasil pada penelitian ini sesuai dengan standar yang ditetapkan SNI.

Uji pH merupakan salah satu syarat mutu sabun cair. Hal tersebut karena sabun cair
kontak langsung dengan kulit dan dapat menimbulkan masalah apabila pH-nya tidak
sesuai dengan pH kulit. Kulit memiliki kapasitas ketahanan dan dapat dengan cepat
beradaptasi terhadap produk yang memiliki pH 8.0-10.8 (Frost et al., 1982). Menurut
SNI, untuk pH sabun cair diperbolehkan antara 8-11. Berdasarkan pengujian yang
dilakukan, basis sabun cair memiliki pH 8.03, sabun cair konsentrasi 5% memiliki pH
8.20, konsentrasi 10% memiliki pH 8.31 dan konsentrasi 15% memiliki pH 9.46. Hasil
menunjukan semua formula sabun cair yang dihasilkan memenuhi kriteria sabun cair
yang baik.

Pengujian tinggi busa bertujuan untuk melihat seberapa banyak busa yang dihasilkan.
Sabun dengan busa yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi kulit karena penggunaan
bahan pembusa yang terlalu banyak. Berdasarkan SNI, syarat tinggi busa dari sabun cair
yaitu 13-220 mm. Dari hasil pengamatan tinggi busa didapat basis sabun cair 75 mm,
sabun cair konsentrasi 5% tinggi busa yang didapat 72 mm, konsentrasi 10% tinggi busa
yang didapat 32 mm dan konsentrasi 15% tinggi busa yang didapat 30 mm. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi sabun cair maka semakin sedikit
busa yang dihasilkan. Menurut Schramm (2005), stabilitas busa dipengaruhi oleh
konsentrasi dan viskositas sediaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, semua konsentrasi
memenuhi standar sabun yang sesuai dengan SNI.

Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui banyak kandungan air yang terdapat pada
sediaan sabun cair. Standar kadar air yang ditetapkan oleh SNI yaitu maksimal 60%.
Kadar air yang didapatkan dari masing-masing sediaan yaitu untuk basis sabun 70,2%,
sabun cair konsentrasi 5% kadar air yang diperoleh 64,6%, konsentrasi 10% kadar air
yang diperoleh 59,9% dan konsentrasi 15% kadar air yang diperoleh 52,5%. Berdasarkan
standar yang ditetapkan oleh SNI dari hasil yang diperoleh sediaan yang memenuhi
standar ialah sabun cair konsentrasi 10% dan 15%. Berdasarkan hasil pengujian kadar air
yang diperoleh, semakin besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka semakin kecil
presentase kadar air yang didapatkan. Kadar air yang lebih tinggi ini berasal dari
bahanbahan yang bersifat higroskopis yaitu seperti SLS dan CMC.

Uji kadar alkali bebas untuk melihat jumlah basa yang tidak terikat oleh asam lemak.
Kadar alkali bebas yang didapatkan dari masing-masing konsentrasi sabun cair yaitu 0,
056%. Berdasarkan SNI, standar alkali bebas pada sabun cair yaitu maksimal 0,1%. Hal
ini menunjukan bahwa sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air terbukti sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh SNI. Kurangnya kandungan alkali bebas yang terdapat
dalam sabun cair, ini disebabkan karena pada pembuatan basis sabun cair dilakukan
pemanasan yang lama hingga sabun menjadi pasta sehingga kalium hidroksida yang
merupakan salah satu pembentukan basis sabun sudah bereaksi dengan lemak atau
minyak zaitun.

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan-bahan yang


digunakan dalam formulasi sabun cair terhadap bobot jenis sabun yang dihasilkan. Nilai
bobot jenis dipengaruhi suatu bahan dipengaruhi penyusunnya dan sifat fisiknya. Uji
bobot jenis bertujuan untuk mengetahui kekentalan sabun cair. Berdasarkan SNI, standar
bobot jenis pada sabun cair yaitu 1,01 – 1,1 g/ml. Pengujian bobot jenis menggunakan
alat Piknometer, dari hasil pengamatan diperoleh bobot jenis dari basis sabun ialah 1,027
g/ml, bobot jenis sabun cair konsentrasi 5% ialah 1,023 g/ml, bobot jenis konsentrasi 10%
ialah 1,043 g/ml, bobot jenis konsentrasi 15% ialah 1,097 g/ml. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat dilihat bahwa bobot jenis semua konsentrasi sabun sesuai dengan SNI.

Uji efektivitas antibakteri dari sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air pada bakteri
Staphylococcus aureus (S. aureus) menggunakan metode difusi. Metode ini digunakan
karena kesederhaan teknik dan ketelitian, selain itu metode ini sering digunakan untuk
pengujian kepekaan antibiotik. Metode ini melihat kepekaan bakteri terhadap antibiotik
atau bahan yang berpotensi sebagai antibakteri yang ditandai dengan terbentuknya zona
hambatan (daerah bening) disekitar sumur. Diameter zona hambat diukur dalam satuan
millimeter (mm) menggunakan mistar berskala, pengukuran dilakukan secara horizontal
dan vertical. Hasil yang didapat secara horizontal dan vertical dijumlahkan kemudian
dibagi dua, selanjutnya dikurangi 7 mm diameter sumuran karena pada sumuran tidak
memiliki bakteri.

Kriteria kekuatan daya antibakteri menurut Davis dan Stout (1971) dikategorikan
berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk yaitu diameter zona hambat 5 mm atau
kurang dikategorikan lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, zona hambat
10-20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm atau lebih dikategorikan sangat
kuat. Hasil dari uji efektivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air
dengan konsentrasi 5% didapat zona hambat ratarata 5,3 mm dikategorikan sedang,
konsentrasi 10% didapat zona hambat ratarata 6,1 mm dikategorikan sedang dan
konsentrasi 15% didapat zona hambat ratarata 6,6 mm dikategorikan sedang. Hasil
tersebut membuktikan bahwa sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air dengan
konsentrasi tersebut menunjukan adanya efektivitas terhadap bakteri S. aureus, walaupun
zona hambat yang dihasilkan tidak sebesar zona hambat pada kontrol positif (sabun
Dettol) yaitu 15 mm yang dikategorikan kuat, akan tetapi pada konsentrasi kecil sediaan
yang dibuat sudah dapat memberikan zona hambat yang sedang pada bakteri S. aureus.
Dalam penelitian ini digunakan kontrol negatif yaitu basis sabun cair yang ternyata juga
memiliki zona hambat rata-rata 1,6 mm dikategorikan lemah. Hal ini diduga karena
adanya minyak zaitun dalam formulasi basis sabun. Minyak zaitun mengandung senyawa
fenolik dan vitamin E. Menurut Guenther (1987), senyawa fenolik aktif bersifat sebagai
antibakteri dengan mekanisme membentuk kompleks dengan protein sel sehingga
menghambat kerja enzim pada bakteri.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, Ekstrak etanol bunga Pacar
air dapat diformulasikan menjadi sabun cair dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Hasil
pengujian mutu sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan standar yang ditetapkan SNI ialah uji organoleptik, uji pH, uji tinggi busa,
uji kadar air, uji alkali bebas dan uji bobot jenis. Hasil uji efektivitas antibakteri sabun
cair ekstrak etanol bunga Pacar air diperoleh dapat menghambat bakteri Staphylococcus
aureus, yakni dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10% dan 15% masuk dalam kategori
zona hambat sedang.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia Dimpudus, Stefanie., V.Y.Yamlean, Paulina., Yudistira, Adithya. ( 2017 ).


“FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL BUNGA
PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) DAN UJI EFEKTIVITASNYA TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA In Vitro”. PHARMACONJurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT. Vol. 6 No. 3 Hal: 2302 – 2493

https://www.manfaatbuahsehat.com/2017/02/manfaat-dan-cara-meramu-pacar-air.html. (
diakses tgl 13 Desember 2018, pukul 16.00

Graham-Brown, R and Burns, T. 2002. Lecture Notes on Dermatologi. Eighth


dition.Blackwell Science. Penerjemah Zakaria MA. 2005. Catatan Kuliah Dermatologi.
Edisi Delapan. Erlangga. Jakarta.
Anonim Farmakope Indonedia edisi V 2014
Anonim Farmakope Indonesia edisi III 1979

Anda mungkin juga menyukai