Disusun oleh:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk nilai mata kuliah
Fitokimia.
Makalah ini merupakan ringkasan materi bagi para pembaca dalam pembelajaran
yang disajikan secara ringkas. Serta dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
menumbuhkan proses belajar mandiri, agar kreativitas dan pengetahuan materi
dari makalah ini dapat optimal sesuai yang diharapkan, dan dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menguasai materi
pelajaran.
Dalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan
ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dan keterbatasan
dalam ilmu pengetahuan kami, dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen mata kuliah Fitokimia I, ibu Ika Maruya Kusuma,MSi. maka dengan segala
kerendahan hati kami mohon maaf. Sehubungan dengan makalah ini kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi
mencapai hasil yang lebih baik.
Akhirnya kepada Tuhan jugalah kembali berdoa mengharapkan semoga usaha ini
mendapat ridho-Nya serta dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Penyusun
PENDAHULUAN
1.3.TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.TEORI UMUM
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu
sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak
dengan dasar beberapa hal :
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien
namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan
untuk tahapan filtrasi.
Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan
interaksi dengan benda keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang
dapat berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini dapat
dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengektraksi
kandungan zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut/cairan penyari yang
Setelah itu, dilakukan tahap separasi dan pemurnian. Tujuan dari tahapan ini
adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki
semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada
tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,
filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.
Metode Penyarian
Metode penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan
menggunakan alat soxhlet. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan
modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu
90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/eksrak yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Panci infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan aquadest
sedangkan panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian panci yang
berisi bahan tidak langsung berbuhungan dengan api.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional.
Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.
Infusa dibuat dengan cara :
1) membasahi bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x
bobot bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot
bahan.
2) pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama
15 menit pada suhu 90OC sampai 98OC.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut
lain. Bila cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya
kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal penyarian.
Keuntungan metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan
penyariaannya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga
Perkolasi
Soxhletasi
Penyarian dengan alat Soxhlet atau dikenal dengan nama metode Soxhletasi
adalah proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses
penguapan. Cairan penyari diisikan pada labu sedangkan serbuk simplisia diisikan
pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja
tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga
mendidih, uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping kemudian
diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga cairan turun kembali ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan yang melaui simplisia turun
sambil melarutkan zat aktif dari serbuk simplisia tersebut. Cara ini lebih
menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui
pipa samping.
Keuntungan:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
3. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah
volume cairan penyari.
Kerugian:
1. Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
peralatan untuk mengurangi tekanan udara.
2.2.KLASIFIKASI TUMBUHAN
KINGDOM Plantae
SUB KINGDOM Viridiplantae
INFRA KINGDOM Streptophyta
SUPER DIVISI Embryophyta
DIVISI Tracheophyta
SUB DIVISI Spermatophytina
KELAS Magnoliopsida
SUPER ORDO Asteranae
ORDO Lamiales
FAMILI Acanthaceae
GENUS Andrographis Wall.ex Nees
SPESIES Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall.ex Nees
Tanaman sambiloto adalah tanaman perdu (terna) yang biasa tumbuh di pinggiran
sawah, kebun atau hutan. Akar tanaman sambiloto adalah akar tnggang dan
berwarna putih kecokelatan. Sambiloto mempunyai batang yang berkayu dan
bentuknya bulat atau segi empat. Batang sambiloto yang berwarna hijau ini
monopodial, yaitu memiliki banyak cabang. Batangnya tak berambut dan tebalnya
sekitar 2-6 mm, batang bagian atas seringkali sudutnya berusuk.
Morfologi Daun
Daun sambiloto adalah tanaman perdu daun tunggal dan letaknya saling berhadap-
hadapan. Bentuk daunnya menyerupai pedang (lanset) sampai bentuk lidah
tombakdengan bagian tepi daun merata (integer) dan permukaannya halus. Daun
sambiloto berwarna hijau dan mempunyai panjang kurang lebih 2-7 cm dengan
lebar sekitar 1,5- 3 cm. Pertulangan daun menyirip, rapuh dan tipis tidak
mempunyai rambut, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau pucat dan
tangkai daunnya pendek.
Morfologi Bunga
Bunga tanaman ini adalah bunga mejemuk dan tumbuh di ketiak daun,
mempunyai benang sari dua dan putiknya pendek, kelopak bunga terdiri dari 5
helai kelopak, berambut dan panjangnya sekitar 3-4 mm. Daun mahkotanya
bewarna putih sampai kehijauan, bentuk bunga jorong dan berwarna putih
keunguan dengan pangkal dan ujung lancip.
Buah berbentuk jorong dengan pangkal dan ujung buahnya tajam.panjang buah ini
kurang lebih 2 cm dan lebarnya 4 mm dan kadang-kadang pecah secara membujur
menjadi 4 keping. Permukaan kulit buah berwarna hijau tua hingga hijau
kecokelatan dan bagian permukaan dalamnya putih atau putih kelabu. Bijinya
PEMBAHASAN
2. Pemeriksaan Mikroskopik, dari hasil yang didapat yaitu epidermis atas dengan
sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas dengan sistolit, rambut penutup,
berkas pengangkut dan kelopak bunga dengan tonjolan papila yang sesuai dengan
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I.
5. Kadar abu total total 9,0792% ± 0,2144% memenuhi nilai standarisasi yang
terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai kadar abu
total tidak lebih dari 10,2%.
6. Kadar abu tidak larut asam 1,2839% ± 0,0893% memenuhi nilai standarisasi
yang terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai
kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 1,7%.
7. Kadar sari larut dalam air 22,7278% ± 0,0764% memenuhi nilai standarisasi
yang terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai
kadar sari larut dalam air tidak kurang dari 15,7%.
Pembuatan Ekstrak.
Ekstrak kental yang sudah jadi tersebut dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak
kering, cara pembuatan ekstrak kering dapat dilakukan dengan cara tiga
perlakuan, yaitu :
KESIMPULAN
Kelebihan dari ektraksi dengan Metode Maserasi adalah: unit alat yang dipakai
sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam, biaya operasionalnya relatif
rendah, prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan.
Badan POM RI. (2004). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume I.
Jakarta : Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Republik Indonesia.