Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FITOKIMIA

PEMBUATAN EKSTRAK KERING


HERBA SAMBILOTO
Andrographis paniculata Nees.

Dosen : Ika Maruya Kusuma,.M.Si

Disusun oleh:

Maria Mei Sri Rahayu (16334062)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Jakarta
2018

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk nilai mata kuliah
Fitokimia.

Makalah ini merupakan ringkasan materi bagi para pembaca dalam pembelajaran
yang disajikan secara ringkas. Serta dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
menumbuhkan proses belajar mandiri, agar kreativitas dan pengetahuan materi
dari makalah ini dapat optimal sesuai yang diharapkan, dan dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menguasai materi
pelajaran.

Dalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan
ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dan keterbatasan
dalam ilmu pengetahuan kami, dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen mata kuliah Fitokimia I, ibu Ika Maruya Kusuma,MSi. maka dengan segala
kerendahan hati kami mohon maaf. Sehubungan dengan makalah ini kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi
mencapai hasil yang lebih baik.

Akhirnya kepada Tuhan jugalah kembali berdoa mengharapkan semoga usaha ini
mendapat ridho-Nya serta dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Jakarta , Desember 2018

Penyusun

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) (Family Acanthaceae) banyak


ditemukan di India, Pakistan dan Srilanka, tumbuh di tempat panas. Sambiloto
dibudidayakan di sebagian
daerah India, India Timur, India Barat dan Mauritius. Sambiloto adalah salah satu
tanaman yang paling banyak digunakan dalam formulasi obat (Radha, et al.,
2011). Sambiloto digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti anti
inflamasi, antipiretik, anti-viral, anti-hiperglisemik, antioksidan, antidiabetik
(Vijaykumar, et al., 2007; Rahmat, et al., 2006; Aromde, et al., 2005) dan
antimalaria (Mishra, et al., 2011). Ekstrak aseton dari daun sambiloto memiliki
khasiat sebagai antimikroba yang diujikan terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Bacillus subtilis (Hosamani, et al., 2011). Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees.) mengandung andrografolid sebagai unsur utama yang memberi
rasa pahit dari tanaman ini. Unsur lainnya yang terkandung dalam sambiloto yaitu
14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, 14-deoksiandrografolid (Niranjan, et al.,
2010; Patidar, et al., 2011).
Metoda ekstraksi yang digunakan salah satunya adalah maserasi. Maserasi adalah
proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (DepKes RI,
2000). Ekstrak kering merupakan sediaan padat yang diperoleh dengan cara
menguapkan pelarut berdasarkan kandungan bahan aktif. Ekstrak kering memiliki
nilai susut pengeringan biasanya tidak lebih dari 5% (Gaedcke,et al., 2003).
Pengeringan ekstrak berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
mengahasilkan serbuk, masa kering rapuh, tergantung proses dan perlatan yang
digunakan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana melakukan pembuatan ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis


paniculata Nees.) dengan cara maserasi

1.3.TUJUAN

Memahami cara melakukan pembuatan ekstrak Herba Sambiloto


(Andrographis paniculata Nees.) dengan cara maserasi

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.TEORI UMUM

Pembuatan Simplisia dan Ekstrak


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.

Proses Pembuatan Simplisia


1. Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu pengumpulan,
dan juga teknik pengumpulan.
2. Sortasi basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-
benda asing seperti tanah, kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan
bahan yang rusak.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya
memperhatikan sumber air, agar diketahui sumber air tersebut
mengalami pencemaran atau tidak.
4. Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan,
pemecahan, penyerutan, pemotongan.
5. Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan
senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar
simplisia awet, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama.
6. Sortasi kering, bensa-benda asing yang masih tertinggal,
dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan pengepakan.
7. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya
penurunan mutu simplisia
Adapun yang dimaksud dengan ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu
sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak
dengan dasar beberapa hal :
 Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien
namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan
untuk tahapan filtrasi.
 Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan
interaksi dengan benda keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang
dapat berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini dapat
dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengektraksi
kandungan zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut/cairan penyari yang

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


baik harus mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, selektif yakni hanya menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh
peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai
cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan
obat tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau
etanol-air.

Setelah itu, dilakukan tahap separasi dan pemurnian. Tujuan dari tahapan ini
adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki
semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada
tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,
filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.

Selanjutnya dilakukan pemekatan dengan cara penguapan/evaporasi cairan pelarut


tapi tidak sampai pada kondisi kering, hanya sampai diperoleh ekstrak
kental/pekat.

Metode Penyarian
Metode penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan
menggunakan alat soxhlet. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan
modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Infundasi

merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu
90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/eksrak yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Panci infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan aquadest
sedangkan panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian panci yang
berisi bahan tidak langsung berbuhungan dengan api.

Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional.
Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.
Infusa dibuat dengan cara :
1) membasahi bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x
bobot bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot
bahan.
2) pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama
15 menit pada suhu 90OC sampai 98OC.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3) untuk memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan
kimia, misalnya asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat
untuk infus kelembak.
4) penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.
Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan
didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut
lain. Bila cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya
kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal penyarian.

Keuntungan metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan
penyariaannya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


kandungan kimia yang tersari terbatas). Pada metode maserasi ini, perlu dilakukan
pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia
sehingga tetap terjaga adanya derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara
larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.
Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi tidak ikut terlarut dalam cairan
penyari.

Perkolasi

Penyarian dengan metode perkolasi merupakan penyarian dengan cara


mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari ini akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilaluinya hingga
mencapai keadaan jenuh.

Cari ini lebih baik dibanding dengan cara maserasi karena :


 aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi (mencegah terjadinya kejenuhan).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


 pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat
seperti terdorong untuk keluar dari sel).

Soxhletasi

Penyarian dengan alat Soxhlet atau dikenal dengan nama metode Soxhletasi
adalah proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses
penguapan. Cairan penyari diisikan pada labu sedangkan serbuk simplisia diisikan
pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja
tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga
mendidih, uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping kemudian
diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga cairan turun kembali ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan yang melaui simplisia turun
sambil melarutkan zat aktif dari serbuk simplisia tersebut. Cara ini lebih
menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui
pipa samping.
Keuntungan:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
3. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah
volume cairan penyari.
Kerugian:
1. Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
peralatan untuk mengurangi tekanan udara.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2. Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organic) sebab titik didih air
100OC harus dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya, akibatnya
zat kimia rusak.

2.2.KLASIFIKASI TUMBUHAN

Klasifikasi dan Ciri Ciri Morfologi Andrographis paniculata

Tanaman Sambiloto berupa terna tegak yang berkhasiat menyembuhkan beberapa


penyakit. Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia tropis, dan bisa tumbuh
baik di dataran rendah hingga ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Orang
Jawa menyebut tanaman ini “andiloto”dan orang Sunda menyebut “ki oray”

Tanaman sambiloto ini sering dimanfaaatkan sebagai obat untuk mencegah


pembentukan radang, obat sakit perut, kencing manis, memperlancar air seni,
menurunkan panas badan, dan terkena racun.

Nama ilmiah sambiloto adalah Andrographis paniculata

Klasifikasi Andrographis paniculata

KINGDOM Plantae
SUB KINGDOM Viridiplantae
INFRA KINGDOM Streptophyta
SUPER DIVISI Embryophyta
DIVISI Tracheophyta
SUB DIVISI Spermatophytina
KELAS Magnoliopsida
SUPER ORDO Asteranae
ORDO Lamiales
FAMILI Acanthaceae
GENUS Andrographis Wall.ex Nees
SPESIES Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall.ex Nees

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Morfologi Andrographis paniculata

Morfologi Akar dan Batang

Tanaman sambiloto adalah tanaman perdu (terna) yang biasa tumbuh di pinggiran
sawah, kebun atau hutan. Akar tanaman sambiloto adalah akar tnggang dan
berwarna putih kecokelatan. Sambiloto mempunyai batang yang berkayu dan
bentuknya bulat atau segi empat. Batang sambiloto yang berwarna hijau ini
monopodial, yaitu memiliki banyak cabang. Batangnya tak berambut dan tebalnya
sekitar 2-6 mm, batang bagian atas seringkali sudutnya berusuk.

Morfologi Daun

Daun sambiloto adalah tanaman perdu daun tunggal dan letaknya saling berhadap-
hadapan. Bentuk daunnya menyerupai pedang (lanset) sampai bentuk lidah
tombakdengan bagian tepi daun merata (integer) dan permukaannya halus. Daun
sambiloto berwarna hijau dan mempunyai panjang kurang lebih 2-7 cm dengan
lebar sekitar 1,5- 3 cm. Pertulangan daun menyirip, rapuh dan tipis tidak
mempunyai rambut, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau pucat dan
tangkai daunnya pendek.

Morfologi Bunga

Bunga tanaman ini adalah bunga mejemuk dan tumbuh di ketiak daun,
mempunyai benang sari dua dan putiknya pendek, kelopak bunga terdiri dari 5
helai kelopak, berambut dan panjangnya sekitar 3-4 mm. Daun mahkotanya
bewarna putih sampai kehijauan, bentuk bunga jorong dan berwarna putih
keunguan dengan pangkal dan ujung lancip.

Morfologi Buah dan Biji

Buah berbentuk jorong dengan pangkal dan ujung buahnya tajam.panjang buah ini
kurang lebih 2 cm dan lebarnya 4 mm dan kadang-kadang pecah secara membujur
menjadi 4 keping. Permukaan kulit buah berwarna hijau tua hingga hijau
kecokelatan dan bagian permukaan dalamnya putih atau putih kelabu. Bijinya

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


agak keras dan panjangnya sekitar 1,5 – 3 mm dengan lebar sekitar 2 mm,
permukaan luar biji berwarna cokelat muda bertonjol- tonjol

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB III

PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan adalah Andrographis paniculata Nees. yang diambil di


daerah Padang Baru, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat yang telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Universitas Andalas
(ANDA), jurusan biologi FMIPA Universitas Andalas Kampus Limau Manis,
Padang, Sumbar, Indonesia dengan hasil specimen Andrographis paniculata Nees.
(famili : Acanthaceae). Setelah tumbuhan dipanen, dilakukan sortasi basah,
pencucian dengan air mengalir, pengeringan dengan kombinasi matahari dan
blower. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan selama 1 hari, kemudian
dikeringkan selama 4 jam pada suhu 450 C, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan. Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian simplisia yang bertujuan
untuk mendapatkan simplisia yang bermutu baik dan memenuhi standarisasi
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008), yaitu diantaranya:

1. Pemeriksaan Makroskopik (Lampiran I, Tabel IV), berupa campuran daun,


batang dan buah kering, warna hijau, tidak berbau dan rasa sangat pahit. Sesuai
dengan standarisasi yang terdapat dalam Farmakope Herba Indonesia Edisi I.

2. Pemeriksaan Mikroskopik, dari hasil yang didapat yaitu epidermis atas dengan
sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas dengan sistolit, rambut penutup,
berkas pengangkut dan kelopak bunga dengan tonjolan papila yang sesuai dengan
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I.

3. Pola Kromatografi menggunakan KLT dengan nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,53, Rf 2


= 0,73, Rf 3 = 0,80 mendekati nilai Rf dari pembanding yang terdapat dalam
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, noda sampel untuk simplisia yang terlihat
pada plat terdapat 3 noda, hal tersebut mungkin dikarenakan faktor pembuatan
fase gerak atau hal lain.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


4. Susut pengeringan 9,2102% ± 0,1090% memenuhi nilai standarisasi yang
terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai susut
pengeringan tidak lebih dari 10%.

5. Kadar abu total total 9,0792% ± 0,2144% memenuhi nilai standarisasi yang
terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai kadar abu
total tidak lebih dari 10,2%.

6. Kadar abu tidak larut asam 1,2839% ± 0,0893% memenuhi nilai standarisasi
yang terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai
kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 1,7%.

7. Kadar sari larut dalam air 22,7278% ± 0,0764% memenuhi nilai standarisasi
yang terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai
kadar sari larut dalam air tidak kurang dari 15,7%.

8. Kadar sari larut dalam etanol 18,5649% ± 0,3942% memenuhi nilai


standarisasi yang terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008)
dimana nilai kadar sari larut dalam etanol tidak kurang dari 9,2%.

Pembuatan Ekstrak.

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat


kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Simplisia yang sudah
kering diblender dan diayak kemudian ditimbang untuk dijadikan ekstrak. Ekstrak
dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Satu bagian
serbuk kering herba sambiloto dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 10
bagian etanol 95%, direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk, kemudian
didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan
jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan
dengan penguap vakum (Rotary evaporator) pada suhu di bawah ± 700 C, hingga
diperoleh ekstrak kental. lalu diuapkan dengan penguap vakum keuntungan
memakai alat ini adalah dapat mengurangi tekanan udara pada permukaan
sehingga akan menurunkan titik didihnya. Ini akan dapat mengurangi
kemungkinan terurainya senyawa yang terdapat dalam sampel tersebut

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Sehingga ekstrak kental yang
diperoleh dari hasil maserasi tersebut adalah 75,2607 g dengan nilai rendemen
37,6288% (% rendemen = jumlah serbuk simplisia yang ditimbang dibagi dengan
jumlah ekstrak kental yang didapat) yang dihitung dengan cara 75,2607/200,0084
x 100%. Nilai rendemen yang didapat dari ekstrak kental herba sambiloto
memenuhi standar dalam buku monografi tumbuhan obat Indonesia yaitu tidak
kurang dari 9,6%.

Ekstrak kental yang sudah jadi tersebut dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak
kering, cara pembuatan ekstrak kering dapat dilakukan dengan cara tiga
perlakuan, yaitu :

1. Pengeringan dengan laktosa 1 x berat ekstrak kental Ekstrak kental dimasukkan


kedalam lumpang sebanyak 25 g lalu ditambahkan dengan saccharum lactis
sebanyak 25 g, taburkan sedikit demi sedikit aduk sempurna. Setelah tercampur
sempurna lalu tambahkan 150 mL heksan, kemudian aduk sempurna beberapa
kali selama 5 menit. Biarkan mengendap dan enaptuangkan cairan lalu,
campurkan sisa dengan heksan lagi sebanyak 150 mL aduk sempurna dan
pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan sebanyak
150 mL. Baru keringkan pada suhu ±70⁰C, lalu timbang serbuk ini dan tentukan
karakteristiknya. Ekstrak yang didapat berupa ekstrak kering sebanyak 31,2461 g.

2. Pengeringan dengan laktosa 1½ x berat ekstrak kental Ekstrak dimasukan


kedalam lumpang sebanyak 25 g lalu tambahkan dengan saccharum lactis
sebanyak 37,5 g taburkan sedikit demi sedikit aduk sempurna. Setelah tercampur
sempurna lalu tambahkan 187 mL heksan, kemudian aduk sempurna beberapa
kali selama 5 menit. Biarkan mengendap dan enap tuangkan cairan, lalu
campurkan sisa dengan heksan lagi sebanyak 187 mL aduk sempurna dan
pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan sebanyak
187 mL. Baru dikeringkan pada suhu ±70⁰C, timbang serbuk ini dan tentukan
karekteristiknya. Ekstrak yang didapat berupa ekstrak kering sebanyak 39,1973 g.

3. Pengeringan dengan laktosa 2 x berat ekstrak kental Ekstrak dimasukan


kedalam lumpang sebanyak 25 g lalu tambahkan dengan saccharum lactis

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


sebanyak 50 g taburkan sedikit demi sedikit aduk sempurna. Setelah tercampur
sempurna lalu tambahkan 225 mL heksan, kemudian aduk sempurna beberapa
kali selama 5 menit. Biarkan mengendap dan enap tuangkan cairan, lalu
campurkan sisa dengan heksan lagi sebanyak 225 mL aduk sempurna dan
pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan sebanyak
225 mL. Baru dikeringkan pada suhu ±70⁰C, timbang serbuk ini dan tentukan
karekteristiknya. Ekstrak yang didapat berupa ekstrak kering sebanyak 58,5521 g.
Penambahan saccharum lactis ini bertujuan untuk membantu mengeringkan
ekstrak. Heksan digunakkan untuk membebaskan lemak pada ekstrak sehingga
ekstrak mengumpul dan tidak melengket pada lumpang dan mortir. Selanjutnya
dilakukan dengan pengujian karakterisasi ekstrak kering herba sambiloto yang
meliputi karakterisasi non spesifik, spesifik dan data yang diperoleh diolah
dengan uji Anova

Kelebihan dari ektraksi dengan Metode Maserasi adalah:

a. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam.


b. Biaya operasionalnya relatif rendah.
c. Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan.

Kekurangan dari ekstraksi dengan Metode Maserasi adalah

a. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu


terekstraksi sebesar 50% saja.
b. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB IV

KESIMPULAN

Sampel yang digunakan adalah Andrographis paniculata Nees. yang diambil di


daerah Padang Baru, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat yang telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Universitas Andalas
(ANDA), jurusan biologi FMIPA Universitas Andalas Kampus Limau Manis,
Padang, Sumbar, Indonesia dengan hasil specimen Andrographis paniculata Nees.
(famili : Acanthaceae).

Setelah tumbuhan dipanen, dilakukan sortasi basah, pencucian dengan air


mengalir, pengeringan dengan kombinasi matahari dan blower. Pengeringan
dengan sinar matahari dilakukan selama 1 hari, kemudian dikeringkan selama 4
jam pada suhu 450 C, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. Setelah itu
dilanjutkan dengan pengujian simplisia

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat


kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like).

Kelebihan dari ektraksi dengan Metode Maserasi adalah: unit alat yang dipakai
sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam, biaya operasionalnya relatif
rendah, prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. (2004). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume I.
Jakarta : Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara pembuatan Simplisia.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi I). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
Dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . (2008). Farmakope Herbal


Indonesia (Edisi I). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai