Anda di halaman 1dari 24

Farmakoterapi

diabetes melitus
Anggota kelompok
o Haura Wulan Nabilah/ 1713015005 o Jorgi Imanuel Emor/ 1713015129

o Suci Aprisilia Kartika/ 1713015045 o Rahma Sari/ 1713015137

o Ravanna Azelia/ 1713015065 o Ninda Kitntan Maulita/ 1713015157

o Velita Rosari/ 1713015073 o Pestaria Sinabariba/ 1713015161

o Andi Fitri Amaliah/ 1713015081 o Nadira Yulistiana/ 1713015165

o Vina Mardiyanti Aprilia/ 1713015069 o Intan Sari Hidayah/ 1713015169

o Siswati/ 1713015097 o Abdul Malik/ 1713015193

o Nur Ismiyanti/ 1713015113


Definisi

Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya.
Klasifikasi

01 02 03 04

Diabetes Diabetes Diabetes Diabetes


Melitus tipe 1 Melitus tipe 2 Melitus tipe Melitus tipe
lain Gestasional
Diabetes Melitus tipe 1
Penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar gula
darah akibat destruksi (kerusakan)
sel beta pancreas karena suatu
sebab tertentu yang menyebabkan
produksi insulin tidak ada sama
sekali sehingga penderita sangat Penyakit gangguan metabolik
memerlukan tambahan insulin dari
yang ditandai oleh kenaikan
luar
kadar gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan atau fungsi
insulin (resistensi insulin)

Diabetes Melitus tipe 2


Penyakit gangguan metabolik yang
Diabetes Melitus tipe
ditandai oleh kenaikan kadar gula
darah akibat defek genetik fungsi sel
lain
beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat Penyakit gangguan metabolik
kimia, infeksi, sebab imunologi yang yang ditandai oleh kenaikan
jarang, sindrom genetic lain yang kadar gula darah yang terjadi
berkaitan dengan DM
pada wanita hamil, biasanya
terjadi pada usia 24 minggu masa
kehamilan, dan setelah
melahirkan gula darah kembali
normal.
Diabetes Melitus tipe
Gestasional
Patofisiologi DM Tipe 1
o DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin ).
o Kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas
tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau
kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama
sekali.
o Kekurangan insulin secara absolut.
o Reseptor insulin di jaringan perifer normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara
30.000-35.000 ).
o Jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000.
o Sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin DMT.
Patofisiologi DM Tipe 2
o DM tidak tergantung insulin.
o Kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul
dengan disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin
o Sekresi insulin oleh pankreas kurang, sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi
masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum memadai.
o Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada obesitas
jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
o Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga
kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin
terganggu).
o Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler
terganggu.
GEJALA KLINIK

DM Tipe 1 DM Tipe 2
o Ketoasidosis Seringnya tidak timbul gejala,
o Kurus beberapa yang mengalami gejala,

o Poliuria yaitu:
o Kelesuan
o Polidipsia
o Poliuria
o Polifagia
o Nokturia
o Penurunan berat badan
o Polidipsia
Diagnosis Diabetes Melitus
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dL (7.0 mmol/L).
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO yang
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis
DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.
Hasil yang diharapkan
o Menghilangkan kelebihan hormon tiroid.
o Meminimalkan gejala dan konsekuensi jangka
panjang.
o Memberikan terapi individual berdasarkan jenis
?
dan tingkat keparahan penyakit, usia dan jenis
kelamin pasien, adanya kondisi nonthyroidal,
dan respons terhadap terapi sebelumnya.

?
Pengobatan Diabetes melitus
Terapi insulin yang dianjurkan adalah saat pagi hari
sebelum sarapan, dua jam setelah makan, dan malam
hari sebelum tidur. Selain itu, diperlukan pula
pengukuran pada saat tertentu, misalnya
pengukuran yang lebih ketat jika terjadi hipoglikemi,
saat sebelum olahraga, dan pada kehamilan.
Pengobatan diabetes bisa dikatakan berhasil jika
glukosa darah puasa adalah 80 sampai 109 mg/dl,
kadar glukosa darah dua jam adalah 80 sampai 144
mg/dl, dan kadar HB A1C kurang dari tujuh persen.
Pengukuran hemoglobin (Hb) terglikosilasi HB Alc (A1c)
adalah cara yang paling akurat untuk menentukan
ringkat ketinggian gula darah selama dua sampai tiga
bulan terakhir.
INSULIN
o Insulin adalah hormon alami yang dikeluarkan
oleh pankreas. Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh
untuk mengubah dan menggunakan glukosa
darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat
energi yang dibutuhkan untuk menjalankan ?
fungsinya.
o Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin. Sehingga pemberian insulin
diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien
memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak ?
merespon insulin dengan normal.
Tipe insulin
Aksi cepat
01 (rapid acting)

Aksi pendek
02 (short acting)

Aksi menengah
03 (intermediate
acting)

Aksi lama
04 (long-acting)

Campuran
05 (Pre-mixed)
Faktor pemilihan tipe insulin
Respon tubuh individu terhadap insulin
01

02 Pilihan gaya hidupBerapa banyak suntikan per hari yang


ingin dilakukan

03 Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah

Usia
04

Target pengaturan gula darah


05
Pengobatan diabetes melitus

Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia.

?
Golongan
Biguanida

Satu-satunya senyawa biguanida


Bekerja menurunkan kadar glukosa
yang masih dipakai sebagai obat
darah dengan memperbaiki
hipoglikemik oral saat ini adalah
transport glukosa ke dalam
metformin. Metformin masih
sel-sel otot. Obat ini dapat
banyak dipakai di beberapa
memperbaiki uptake glukosa
negara termasuk Indonesia,
sampai sebesar 10-40%.
karena frekuensi terjadinya
Menurunkan produksi glukosa
asidosis laktat cukup sedikit asal
hati dengan jalan mengurangi
dosis tidak melebihi 1700 mg/hari
glikogenolisis dan
dan tidak ada gangguan fungsi
glukoneogenesis
ginjal dan hati
Cara Lain Mencegah dan Mengobati Diabetes
o Diet: penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan
diet sesuai dengan yang dianjurkan, yang mendapat
pengobatan anti diuretic atau insulin, harus mentaati diet
terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan
waktu makan harus diatur.
?
o Obat-obatan, tablet/suntikan anti diabetes diberikan,
namun terapi diet tidak boleh dilupakan dan pengobatan
penyulit lain yang menyertai/suntikai insulin.
o Olahraga; dengan olahraga teratur sensitivitas sel
terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin yang
ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih
?
efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan
terutama pagi hari selama ½-1 jam perhari minimal 3
kali/minggu.
Evaluasi hasil
o Mengukur A1C dua kali setahun pada pasien glikemik jangka panjang
dengan tujuan pengobatan dengan rejimen terapi yang stabil.
o Penyesuaian setiap dosis insulin berdasarkan hasil frekuensi SMBG.
o Dokumentasikan frekuensi hipoglikemia dan perawatan yang
diperlukan.
o Pantau pasien yang menerima insulin sebelum tidur untuk hipoglikemia.
o Untuk pasien DM tipe 2, secara rutin Dilakukan urinalisis sebagai tes
skrining untuk albuminuria. Jika positif, tes urin 24 jam untuk penilaian
kuantitatif membantu dalam mengembangkan rencana perawatan. Jika
urinalisis negative protein, tes untuk mengevaluasi keberadaan
mikroalbuminuria direkomendasikan.
Evaluasi hasil (lanjutan)

o Profil lipid puasa pada setiap kunjungan dan ditindak lanjut jika
tidak tepat sasaran, atau setiap tahun jika stabil dan pada
sasaran, atau setiap 2 tahun jika profil menunjukkan risiko
rendah.
o Dokumentasikan pemeriksaan kaki rutin (setiap kunjungan),
penilaian albuminuria (setiap tahun), dan pemeriksaan mata
dilatasi (tahunan atau lebih sering dengan kelainan).
o Mengelola vaksin influenza tahunan dan menilai untuk
administrasi vaksin pneumokokus dan seri vaksin hepatitis B
bersama dengan manajemen lainnya faktor risiko
kardiovaskular (misalnya, merokok dan terapi antiplatelet).
KASUS DM
Pasien AB merupakan pensiunan berumur 69 tahun. Memiliki riwayat DM
selama 5 tahun dan kedua orang tua AB mengidapn diabetes tipe 2.
Bermain golf seminggu sekali dan berkebun. Meminum obat glyburide
(Diabeta) 2,5 mg setiap pagi tetapi berhenti karena merasakan pusing
diikuti berkeringat dan perasaan agitasi
ringan pada sore hari. Meminum obat atorvastatin (lipitor)
10 mg setiap hari untuk hiperkolesterolemia.
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
BB 80,5 kg
Tinggi 157 cm
Body mass index (BMI) 32,6 kg/m2
TD : berbaring tangan kanan 154/96 mmHg
duduk tangan kanan
140/90 mmHg
Glukosa 178 mg/dl
A1C 8,1%
Urine microalbumin 45 mg
Lipid panel
Total kolesterol 162 mg/dl
HDL kolesterol 43 mg/dl
LDL kolesterol 84 mg/dl
Triglycerides 177 mg/dl
Kolesterol to HDL ratio 3,8
PM Subjek Objek Terapi Assesment Problem Plan

DM Tn.AB 69 BB 80,5 kg glyburide Meminum Gliburid Menurut american


tahun Tinggi 157 cm (Diabeta) 2,5 obat dihentikan diabetes associaton,
Memiliki Body mass index (BMI) mg setiap glyburide tetapi diberikan metformin
riwayat DM 32,6 kg/m2 pagi (Diabeta) berhenti dikarenakan obesitas,
selama 5 TD : berbaring tangan 2,5 mg karena apabila diberikan
tahun kanan 154/96 mmHg, setiap pagi merasakan sulfonilurea darahnya
kedua duduk tangan kanan untuk pusing diikuti akan turun drastis
orang tua 140/90 mmHg mengatasi berkeringat Untuk regimen terapi :
AB Glukosa 178 mg/dl diabetes dan perasaan meminum metformin 500
mengidapn A1C 8,1% agitasi ringan mg 1x sehari sebelum
diabetes Urine microalbumin 45 pada sore makan
tipe 2 mg hari.
Bermain
golf
seminggu
sekali dan
Kolesterol Total kolesterol 162 atorvastatin atorvastatin Atorvastatin Diberikan fibrat
berkebun
mg/dl (lipitor) 10 mg (lipitor) 10 sebaiknya dikarenakan trigliserida
HDL kolesterol 43 mg setiap tidak tinggi
mg/dl hari untuk diberikan Untuk regimen terapi :
LDL kolesterol 84 mg/dl hiperkoleste alasannya fenofibrat 300 mg 1x1
Triglycerides 177 mg/dl rolemia. karena kapsul saat makan
Kolesterol to HDL ratio trigliserida
3,8 yang tinggi
THANKS!
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai