SWAMEDIKASI BATUK
Disusun Oleh:
IRENE WAHYUNINGTYAS SOTYANINGSIH (2320455084)
IVAN SULISTYANTO (2320455085)
Dosen Pengampu :
Dr. apt. Titik Sunarni, M.Si
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah yang berjudul “Swamedikasi Batuk”
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dalam Mata Kuliah Fitoterapi pada Program Studi Profesi Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Dalam makalah ini, kami akan
membahas mengenai pengertian batuk dan tatalaksana pengobatan yang benar
serta swamedikasi yang rasional terkait pengobatan batuk.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini sehingga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar dapat membantu kami membuat tugas
makalah yang baik dikemudian hari. Demikian tugas makalah ini kami buat,
semoga apa yang tertuang dalam makalah ini dapat memberikan informasi yang
bermanfaat terutama bagi kelompok kami dan para pembaca. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SWAMEDIKASI BATUK....................................................................................... i
2. Batuk .......................................................................................... 6
A. Kesimpulan......................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1. Woods Antitusivve syrup .................................................... 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi pada diri sendiri dengan obat-obatan yang sederhana, yang bisa
dibeli secara bebas di apotik atas inisiatif sendiri tanpa nasihat dokter (Tan
yang memiliki biaya rendah dan tidak memakan banyak waktu dibandingkan
dilakukan dengan benar dan sesuai dengan penyakit yang dialami pasien.
rasional, yaitu ketepatan obat, ketepatan dosis, tidak adanya efek samping
1
2
dosis dan cara penggunaan yang rasional serta mampu mengatasi solusi atas
oleh masyarakat, dengan prevalensi sebesar 15% pada anak-anak dan 20%
pemilihan obat yang rasional serta sesuai dengan batuk yang dialami oleh
pasien, cara penggunaan obat yang benar, efek samping dan reaksi obat yang
tidak diinginkan serta cara mengatasinya, interaksi obat batuk dengan obat
lain, interaksi obat dengan makanan serta waktu yang tepat untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
penyakit batuk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORITIS
1. Swamedikasi
care adalah apa yang dilakukan manusia untuk dirinya sendiri untuk
yang tepat, aman dan rasional tidak dengan cara yang asal mengobati
tanpa terlebih dahulu mencari informasi umum yang bisa diperoleh tanpa
WHO adalah penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala ringan
yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis lainnya.
Selain itu, obat yang dijual adalah golongan over the counter (OTC)
4
5
timbul gejala lain seperti pusing, sakit kepala, mual dan muntah , terjadi
alergi seperti gatal-gatal dan kemerahan pada kulit dan salah minum obat
dalam swamedikasi adalah golongan obat bebas, obat bebas terbatas, obat
klinis pasien atau peresepan obat yang sesuai diagnosis dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan dan durasi yang tepat untuk jangka waktu yang
obat yang rasional diantaranya: tepat dosis, tepat pemilihan obat, tepat
dosis, waspada efek samping, efektif, aman, mutu terjamin dan harga
2. Batuk
a. Etiologi
yang menyebabkan infeksi pada saluran napas atas, dan diikuti dengan
b. Patofisiologi
serabut syaraf aferen, pusat batuk, susunan syaraf eferen dan efektor.
batuk berupa syaraf non mielin yang halus dan terletak di dalam dan di
luar rongga toraks. Reseptor batuk yang berada di dalam rongga toraks
yaitu laring, trakea, bronkus, dan pleura. Jumlah reseptor akan semakin
Reseptor dapat ditemukan juga pada saluran telinga, lambung, hilus, sinus
pada cabang nervus vagus, yang bekerja untuk mengalirkan rangsang dari
efektor yang terdiri dari nervus fasialis, nervus hipoglosus, diafragma otot-
c. Klasifikasi
subakut dan batuk kronis. Batuk akut terjadi kurang dari 3 minggu,
pneumonia dan gagal jantung kongestif, batuk subakut terjadi selama 3-8
dengan durasi lebih dari 8 minggu, batuk kronis bisa disebabkan penyakit
kering dan batuk berdahak. Batuk kering merupakan reaksi dari rasa gatal
yang muncul di tenggorokan karena adanya infeksi virus atau balteri, asam
lambung, asma atau alergi yang biasanya diikuti gejala lain seperti gatal,
dinamakan batuk kering karena tipe batuk ini tidak menghasilkan daha
d. Mekanisme
non myelin halus yang terletak di dalam maupun diluar rongga toraks,
rangsangan ini oleh serabut afferen dibawa ke pusat batuk yang terletak di
terjadi. Pada dasarnya mekanisme batuk dibagi menjadi empat fase yaitu:
1) Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring atau
2) Fase inspirasi
3) Fase kompresi
4) Fase ekspirasi
e. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
a) Mukolitik
dikeluarkan
Penggunaan
Dosis
Kontraindikasi
Peringatan
11
menyusui
Efek samping
Interaksi obat
Penyimpanan
Penggunaan
Dosis
Dewasa
sehari
Anak-anak
Kontraindikasi
Peringatan
13
Efek samping
kering
Interaksi obat
Penggunaan
mukus
Dosis
14
Kontraindikasi
Peringatan
Efek samping
Interaksi obat
b) Ekspektorant
Penggunaan
Dosis
Kontraindikasi
Peringatan
Efek samping
Penyimpanan
c) Antitusif
Penggunaan
Dosis
Kontraindikasi
Peringatan
18
dipertimbang
samping
jangka panjang).
Interaksi obat
2021)
Penggunaan
Dosis
mg setiap hari.
30 mg setiap hari.
Kontraindikasi
saluran empedu.
Peringatan
20
sebagai antitusif
Efek samping
jantung, syok.
Interaksi obat
pemberian MAOI.
2) Non farmakologi
akut dan sembuh sendiri biasanya tidak perlu obat. Pada umumnya
2019).
3. Metode SBAR
a. Situation
b. Background
pengelolaan yang sudah diterima, terapi yang diterima dan tindakan medis
c. Assesment
d. Recommendation
22
Anjuran yang dapat berupa larangan dan/ himbauan yang diberikan terkait
ada. Komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering
Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit tidak rancu dan
B. STUDI KASUS
1. Kasus 1
keluhan nya
Situation
Background
Assesment
(Tabrani,2010).
Recommendation
ANTITUSSIVE Syrup
Keterangan Produk
disertai alergi.
tahun: 3-4 x 10 ml
mengemudikan kendaraan
25
konstipasi
1. Kasus 2
Situation
Background
Assesment
tertangani
Recommendation
Keterangan Produk
tablet
Perhatian Hipersensitivitas
jaringan paru-paru.
bronkospasme, angioedema,
29
anafilaksis, pruritus.
Keterangan Produk
hidung tersumbat.
mg.
30
mempengaruhi kemampuan
mengemudi/mengoperasikan
simpatomimetik, penderita
depresan MAOI
PENUTUP
A. Kesimpulan
31
DAFTAR PUSTAKA
Beers, C. S., Beers, J. W., & Smith, J, O. (2009). A Principal’s Guide to Literacy
Instruction. Guilford Press.
Djunarko, I., & Hendrawati, D. (2011). Swamedikasi yang Baik dan Benar. In
Citra Aji Parama. Citra Aji Parama.
Muharni, S., & , Fina Aryani, & M. M. (2015). Gambaran Tenaga Kefarmasian
dalam Memberikan Informasi Kepada Pelaku Swamedikasi di Apotek-apotek
Kecamatan Tampan, Pekanbaru. 2(1), 47–53.
32
Tan, T dan Kirana, R. (2010). Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan sehari-hari.
Elex Media Komputindo.
WHO. (1998). The Role of The Pharmacist in Selfcare and Selfmedication. World
Health Organization.
33