Anda di halaman 1dari 80

OBAT ANTIBIOTIK

dan ANTI JAMUR


Sejarah antibiotik

• Sejarah antibiotik anti jamur dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik


pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil
mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn. P.
Notatum.
• Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang
kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat
bermakna.
• terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia
untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
• muncul resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan
antibiotik yang besar-besaran.
DEFINISI ANTIBIOTIK
• Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan) dan Biotikos
(cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk
menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
• Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik
sintetis.
• Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba
dan termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti
protozoa, anti virus, dll.
• Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh
kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman.
Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan
dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
Ideal Antimicrobial Agent

 Soluble in body
 Stable in body
 Selectively toxic
 Consistent Toxicity
 Non-allergic
 Bacterial resistance difficult to develop
 Umur simpan yang panjang
 Reasonable cost
Terms/Concepts of Antimicrobial Agent
• Selective Toxicity
• Spectrum of Activity
• Mode of Action
• Side Effects
• Resistance
Selective Toxicity
• Concentration that eliminates pathogen
– Therapeutic dosage level
• Concentration that causes damage to host
– Toxic dosage level
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
BERDASARKAN DAYA KERJANYA
• ZAT BAKTERISIDA, pada dosis biasa berkhasiat mematikan
kuman
1. Zat yang bekerja pada fase tumbuh (penisilin, sefalosporin,
polipeptida, rifampisin, asam nalidiksat, kuinolon)
2. Zat yang berkerja terhadap fase I stirahat
(aminoglikosida, nitrofurantoin, INH, klotrimoksazol)
• ZAT BAKTERIOSTATIK, pada dosis biasa terutama
berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan
kuman (Sulfonamida, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida,
linkomisin)
Prinsip Penggunaan Antibiotik
• A. Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil
pemeriksaan mikrobiologis, pemberian antibiotika tanpa
pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada
educate guess.
• B. Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati,
riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi, daya tahan
terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
BERDASARKAN Spectrum of Activity
• Rentang mikroorganisme yang dipengaruhi oleh
agen
• Spektrum luas
• Jangkauan luas, mis. baik gram-pos & gram-neg
• Digunakan saat agen bakteri infektif aktif tidak
diidentifikasi secara tepat.
– Spektrum sempit
• Jumlah terbatas, atau kelompok bakteri tertentu
• Digunakan untuk mencegah perkembangan resistensi
• Kurang mempengaruhi flora bakteri normal
Spectrum

Obligate intracellular microorganisms


Chlamydia – tiny, non-motile, spherical bacteria
Rickettsia – small, non-motile, gram-negative bacteria
• Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan
Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop.
• Disisi lain, bakteri gram-negatif akan berwarna merah
atau merah muda
• Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan
oleh prosedur pewarnaan Gram
Pengujian lab
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN MEKANISME AKSI

1. Cell Wall
2. Cell membrane
3. Protein synthesis
4. Nucleic Acid Synthesis
5. Antimetabolites
Some clinically important antibiotics
Site or mode of
Antibiotic Producer organism Activity
action
Penicillin Penicillium chrysogenum Gram-positive bacteria Wall synthesis

Bacitracin Bacillus subtilis Gram-positive bacteria Wall synthesis

Polymyxin B Bacillus polymyxa Gram-negative bacteria Cell membrane

Amphotericin B Streptomyces nodosus Fungi Cell membrane

Erythromycin Streptomyces erythreus Gram-positive bacteria Protein synthesis

Neomycin Streptomyces fradiae Broad spectrum Protein synthesis

Streptomycin Streptomyces griseus Gram-negative bacteria Protein synthesis

Tetracycline Streptomyces rimosus Broad spectrum Protein synthesis

Vancomycin Streptomyces orientalis Gram-positive bacteria Protein synthesis

Rifamycin Streptomyces mediterranei Tuberculosis Protein synthesis


Obat-obat antibiotik
1. Penisilin
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
b. Pensilin Tahan Penisilinase
• Kloksasilin
• Flukoksasilin
c. Pensilin Spectrum Luas
• Ampisilin
4. Sefalosforin
• Amoksisilin • Sefadroksil
d. Penisilin Anti Pseudomona • Sefrozil
• Tikarsilin • Sefotakzim
• Piperasilin
• Sulbenisilin • Sefuroksim
2. Aminoglikosida • Sefamandol
• Gentamisin 5. Tetrasiklin
• Amikasin
• Kanamisin
3. Makrolida
• Eritromisin
• Azitromisin
• Klaritromisin
Penisilin

• Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum


dari bermacam-macam jenis yang dihasilkan (hanya
berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin
ternyata paling aktif.
• penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara
menghambat sintesi dinding sel.
Benzil Penisilin
• Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
• Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
• Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam,
nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia,
diare pada pemberian per oral.
Fenoksimetil Penisilin
Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam
rematik, prpopiliaksis infeksi pneumokokus.
Kloksasilin
• Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
• Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS, riwayat
infeksi.
• Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. tetapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
• Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
• Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
Flukoksasilin
• Indikasi :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
• Peringatan :gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
• Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan
dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
• Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
• Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
Ampisilin
• Ibu hamil: Kategori B
• Ibu menyusui: Kategori A
• Indikasi: Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
• Peringatan: Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
• Interaksi: Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali
jika selaput otak mengalami infeksi. Absorbsi sebagian besar
dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik diberikan pada
saat lambung kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
• Kontraindikasi: Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
• Efek samping: Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
lanjutan
• Pengaturan dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30
menit sebelum makan. Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 8
jam.
• Injeksi intramuskuler, intravena atau infus: 500 mg tiap 4-6 jam.
Anak di bawah 10 tahun: setengah dosis dewasa.
• Sediaan Ampisilin (generik): kapsul 250mg, 500mg; sirup
kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 500mg,
1g.
• Amcillin: kapsul 250mg, 500mg; tablet 250mg, 500mg; sirup
kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g, 2g.
• Ampi: kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5 ml.
Amoksisilin
• Ibu Hamil : Ketegori B
• Ibu Menyusui : Kategori A
• Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
• Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
• Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali
jika selaput otak mengalami infeksi.
• Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
• Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
• Pengaturan Dosis: Dewasa: 1x 500mg tablet tiap 12 jam atau
250mg tablet tiap 8 jam. Suspensi: dewasa, untuk yang sulit
menelan, 125mg/5ml atau 250mg/5ml suspensi menggantikan tablet
500mg.
lanjutan
Anak
• Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam didasarkan pada
komponen amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125
mg/5ml
• 3 bulan atau lebih: didasarkan pada komponen amoksisilin. Jangan
menggunakan tablet 250mg jika berat<40kg. 40kg atau lebih: sesuai
dosis dewasa Amoksisilin dapat diminum dengan atau tanpa
makanan.
• Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan) atau lebih muda: karena
fungsi ginjal yang belum optimal mempengaruhi eliminasi
amoksisilin, dosis paling tinggi yang diijinkan adalah 30mg/kg/hr
dibagi tiap 12 jam.
• Sediaan Amoksisilin (generik): kaplet 500mg; kapsul 250mg; sirup
kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
• Amoksan: drops 125mg/1,25 ml; kapsul 250mg, 500mg; sirup kering
125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
• Kalmox: kapsul 500mg; sirup kering 125mg/5ml.
• Tikarsilin
• Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan
proteus.
• Piperasilin
• Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
• 3) Sulbenisilin
• Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
Gentamisin
Golongan Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap
bakteri gram posistif dan gram negative. Gentamisin, Amikasin dan
kanamisin juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin
aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hampir terbatas untuk tuber kalosa.
• Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan
infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut,
endokarditis, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada
miningitis karena listeria.
• Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
• Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua
atau pasien gangguan fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi
ginjal maka interval pemberian harus diperpanjang.
• Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan
digunakan terutama pada infeksi bakteri gram positif dan negatif.
Aktivitas bakterisid melalui penghambatan sintesis protein bakteri.
lanjutan
• Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan
fungsi ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
Anak-anak 6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus 7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus umur < 1 minggu 5 mg/kg/hari (2,5 mg setiap 12 jam).
• Durasi terapi : biasanya 7-10 hari. Dosis pada pasien infeksi serius
dengan fungsi ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap
8 jam.
Sediaan Gentamisin (generik):cairan injeksi 10 mg/ml;40 mg/ml (K)
Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80 mg/ml (K)
• Perhatian: gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan
dosis, aw asi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa
kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang. Aminoglikosida
dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian pada wanita hamil
sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi
gentamisin dalam ASI sangat minimal (Kategori A).
• Amikasin
• Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap
gentamisin.
• Kanamisin
• Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten
terhadap gentainisin
Eritromisin
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir sama dengan
penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin.
Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit
gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
• Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk
pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire,
sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik, akne vulgaris, dan
profilaksis difteri dan pertusis.
• Kontraindikasi: penyakit hati.
• Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek
samping ini dapat dihindarkan dengan pemberian dosis rendah.
• Mekanisme kerja obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara
reversible pada sisi P ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat
menghambat RNA-dependent protein synthesis dengan cara
merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom. Antibiotik ini
dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung faktor
konsentrasi obat.
lanjutan
• Interaksi obat / Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan
antasida, konstanta kecepatan eliminasi eritromisin dapat turun,
dan berikan 2 jam sebelum atau sesudah makan. Eritromisin
estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base dalam bentuk tablet
lepas lambat tidak dipengaruhi oleh makanan.
• Pengaturan dosis: Oral : Dewasa dan Anak di atas 8 tahun,
250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam.
Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam;
2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari
secara infus kontinyu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25
mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
lanjutan
• Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200
mg/5 ml sirop.
• Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop
kering; 200 mg/tablet kunyah.
• Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml
sirop; 200 mg/tablet; 100 mg/2,5 ml sirop tetes.
• Perhatian Kehamilan: eritromisin dapat melewati
plasenta tetapi menghasilkan kadar yang rendah dalam
jaringan. Gunakan jika hanya benar-benar perlu (Kategori
B). Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI.
Meskipun demikian, belum ditemukan adanya efek
samping pada bayi (Kategori A).
• Azitromisin
• Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida
daerah genital tanpa kompliasi.
• Klaritromisin
• Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang
pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk
eradikasi helicobacter pylori pada tukak
Sefalosforin
• Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding
mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di
hambat probenisid.
• Probenisid digunakan untuk mengobati asam urat atau
encok arthritis kronis. Encok arthritis ditandai dengan
serangan yang rasa sakit parah dengan tiba-tiba,
kemerahan dan nyeri di sendi, seringkali sendi di pangkal
jempol kaki.
Sefadroksil
• Indikasi: infeksi baktri gram (+) dan (-)
• Kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap
sefalosforin, porfiria
• Interaksi: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+)
dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masing
derrivat bervariasi.
• Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh
antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah
rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
• Sefrozil
• Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan
otitis media.
• Sefotakzim
• Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena
hemofilus, meningitis.
• Sefuroksim
• Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H.
influenzae dan N gonorrhoeae.
• Sefamandol
• Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
Tetrasiklin
• Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas.
Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena
masalah resistansi. . Resistensi adalah mekanisme tubuh yang
secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya
penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan
oleh racun yang dihasilkannya.
• Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan
kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau
membasmi pertumbuhan bakteri dengan kata lain bakteri
mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun
telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk
pengobatan.
lanjutan
• Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia,
mikoplasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis.
• Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.
• Mekanisme kerja obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang
bekerja dengan mempengaruhi sintesis protein pada tingkat ribosom.
Antibiotik ini berikatan secara reversible dengan ribosom subunit
30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan aminoacyl transfer RNA
dan menghambat sintesis protein, serta perkembangan sel. Golongan
tetracycline mempunyai aktivitas luas terhadap bakteri gram positif
dan negatif.
• Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan
pengobatan), sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat
merupakan petunjuk peningkatan intrakranial, hepatotoksisitas,
pankreatitis dan kolitis.
lanjutan
• Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida,
garam besi, maka absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
antasida. Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin
mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga
menurunkan efeknya. Jika diminum menggunakan susu, maka
tetrasiklin akan membentuk khelat yang sulit diabsorpsi.
• Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat
dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8 jam.
Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.
Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila
pengobatan pertama gagal atau bila kambuh).
Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari
lanjutan
• Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml sirop.
Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep mata.
Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.
Megacycline : 250 mg/tablet.
• Sakacyclin : 250 mg/kapsul. Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak. Tetradex :
250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
• Perhatian: Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan
ditemukan dalam jaringan fetus. Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang
berupa retardasi perkembangan tulang (Kategori D).
Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu. Penggunaan
antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir masa
kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi
(kuning, abu-abu, coklat) yang bersifat permanen. Antibiotik golongan
tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan pembentuk
tulang
• Demeklosiklin Hidroklorida
• Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone
antidiuretik Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih
sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters
indipidus nefrogenik.
• Doksisiklin
• Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan
tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit
radang perlvis (bersama metronidazo)
• Oksitetrasiklin Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial.
Kapsul 250 mg (K).
Pemilihan antibiotik yang aman untuk ibu hamil

• Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya


penisilin dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama
pada kehamilan, karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya
berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada janin.
• Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke
17 sampai hari ke 54 post konsepsi
• Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh
antibiotika dipengaruhi oleh :
a. Besarnya dosis yang diberikan.
b. Lama dan saat pemberian.
c. Sifat genetik ibu dan janin.
d. Jenis antibiotik.
e. Trimester kehamilan.
lanjutan
• Beberapa jenis antibiotik lebih aman digunakan pada trimester
tertentu.
• Durasi penggunaan obat merupakan faktor penting untuk
diingat. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama bisa
menyebabkan kecacatan pada janin dan dalam kasus yang
lebih buruk bisa menyebabkan keguguran.
• Kehamilan trimester ketiga, pemberian antibiotik bisa sangat
membahayakan janin, karena hampir semua antibiotik
memberikan efek samping mual, muntah, pusing dan
gangguan sistem pencernaan.
lanjutan
• Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum
digunakan selama kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan
dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin,
cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum
digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan
methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama
kehamilan.
lanjutan

• Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman


digunakan selama kehamilan:
• 1) Amoxicillin
• 2) Ampicillin
• 3) Clindamycin
• 4) Erythromycin
• 5) Penicillin
lanjutan

• Pada ibu hamil, penggunaan antibiotik dapat dibagi


menjadi 3 kelompok, yaitu:
• 1) Antibiotik yang dianggap aman
• 2) Atibiotik yang harus diberikan secara hati-hati
• 3) Antibiotik yang merupakan kontraindikasi
1) Antibiotik yang dianggap aman

• 1) Golongan Penisilin dianggap aman untuk digunakan


namun beberapa golongan Metiltetrazoletiol harus
digunakan lebih hati-hati.
• 2) Golongan Makrolid tidak menunjukkan efek samping
yang berbahaya untuk janin, tetapi tetap diperhatikan
kontraindikasi pada kehamilan.
• 3) Golongan Nitrofurantion dan metronidazol juga dapat
dianggap aman.
2. Antibiotik yang harus digunakaan hati-hati

• Obat yang termasuk kelompok ini hanya boleh digunakan


dalam kondisi tertentu yang sangat diperlukan. Golongan
antibiotik B diantaranya adalah Fluorokuinolon,
Kontrimoksazol, dan Kloramfenikol. Pada Kloramfenikol
sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, kecuali bila
obat lain yang lebih aman tidak bisa digunakan.
3. Antibiotik yang merupakan kontraindikasi

• Antibiotik yang termasuk dalam golongan C adalah


Tetrasiklin dan Aminoglikosida. Tetrasiklin bila diberikan
pada periode perkembangan tulang dan gigi (bulan
keempat dan kelima gestasi) menimbulkan yellow
dyscoloration yang akan mempengaruhi gigi dan tulang
yang sedang dibentuk. Sedangkan Aminoglikosida harus
digunakan secara hati-hati pada trimester kedua.
Beberapa golongan antibiotic yang memerlukan
perhatian khusus bagi ibu hamil adalah :
• 1) Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-
nya), seperti amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate,
gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate.
• 2) Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam
diHCl, cefotaxime Na, cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin
Na, cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya, cephadrine, dan
ceftizoxime Na.
• 3) Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan
thiamfenicol.
• 4) Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin,
erythromycin, spiramycin, dan azithromycin.
• 5) Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan
turunan garamnya.
• 6) Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam
HCl-nya, ofloxacin, sparfloxacin dan norfloxacin.
lanjutan

• 7) Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan


turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil), dan
oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).
• Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian
obat pada ibu hamil adalah:
• 1) Keamanan : meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih
baik, tapi jika keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui,
lebih baik tidak diberikan.
• 2) Dosis : pada awalnya pemberian obat harus dalam dosis
rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi
sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
• 3) Durasi pemberian : jika tidak diperlukan sekali, pemberian
obat tidak boleh terlalu lama. Sampai akhirnya, pemberian
bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan
ibu dan bayinya.
• 4) Jenis dan cara kerja obat sebagai bahan pertimbangan
sebelum diberikan kepada ibu hamil.
ANTIJAMUR
• Obat-obat anti jamur juga disebut dengan obat anti
mikotik, dipakai untuk mengobati dua jenis infeksi jamur
: infeksi jamur superficial pada kulit atau selaput lendir
dan infeksi jamur sistemik pada paru-paru atau system
saraf pusat.
• Preparat vaginal adalah sediaan obat yang diperuntukkan
untuk permasalahan pada alat kewanitaan seperti
keputihan.
• Salah satu penyebab keputihan adalah infeksi, infeksi
disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus.
• Infeksi terbanyak penyebab keputihan adalah jamur dan
parasit Trichomonas
• Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu :
kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin),
kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol,
mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin
(terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
Azol
• Antijamur azol merupakan senyawa sintetik dengan aktivitas
spektrum yang luas, yang diklasifikasi sebagai imidazol
(mikonazol dan ketokonazol) atau triazol (itrakonazol dan
flukonazol) bergantung kepada jumlah kandungan atom
nitrogennya ada 2 atau 3.
• Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-α-
demetilase, enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis
ergosterol, yang merupakan sterol utama membran sel jamur.
Pada konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K+ dan komponen
lain bocor keluar dari sel jamur.
Flukonazol

• Fluconazole merupakan jenis obat-obatan yang ampuh


untuk mengatasi meningitis cryptococcal, tetapi tidak
boleh dijadikan prioritas utama untuk pasien pengidap
AIDS kecuali jika terdapat alasan-alasan tertentu.
Nystatin

• Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan


ragi yang sensitif terhadap obat ini termasuk Candida sp.
Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi
dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit
sangat baik untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar
saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan
digunakan pada luka terbuka.
Griseofulvin
• Griseofulvin, suatu obat jamur, juga dilaporkan memiliki
efek yang serupa, yaitu mengurangi efek kontrasepsi oral.
• Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan
potensi pil KB adalah itraconazole
• obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole, dan
fluconazole, dilaporkan menghambat enzim sitokrom
P450, yang berarti mengurangi metabolisme pil KB
menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya
meningkatkan efek pil KB-nya. Namun karena belum ada
data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk
menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan
kontrasepsi oral.
Terima kasih
Cell Wall Disruption -
Antibacterial
• Bacteria have a high internal osmotic pressure
• Without a sturdy cell wall, this pressure will cause
membrane to burst
• Antibiotics can interfere with formation of the cell wall
• Results in cell death by cell bursting open
• Sintesa dinding sel terganggu sehingga dinding menjadi
kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan
osmotis dari plasma dengan akibat pecah
- DISRUPTION: GANGGUAN -STURDY: KOKOH – BURST: PECAH -INTERFERE:
MENCAMPURI
Cell Wall

penicillin

• Penicillin has a 4-member ring


• “looks like” part of the cell wall to the cross-linking enzyme
• Penicillin competes with the normal cell wall component for the
cross-linking enzyme, i.e. competitive inhibition
• Prevents this enzyme from cross-linking cell wall
structure
illin
• Penicillin G is the natural penicillin
– Produced by Penicillium notatum
• Administered by injection
– because is degraded by stomach acids
• Rapidly absorbed into blood & rapidly excreted
• Used against: streptococcus, meningococcus,
pneumonococcus, spirochetes, clostridia, aerobic gram-
positive rods, some staphylococcus and gonococcus
• Active in urine; so used for urinary tract infections
• Generally nontoxic
• Problems
– Allergic reaction (~5% in adults)
– Bacterial resistance
Penicillins
• Add a side-chain to the penicillin structure
• Alters: mengubah

– Chemical characteristics
– Spectrum of activity
– Development of bacterial resistance
• Methicillin
– Penicillinase resistant
– resistance by an different mechanism developed
• Ampicillin
– broad spectrum ( gram-neg & gram-pos)
– acid resistant, i.e. oral administration
β-lactam Antibiotics
Cephalosporins
• Produced by fungi, Cephalosporium
• ring similar to penicillins
– so action similar to penicillins
• Originally for gram-positive cocci
• Used when
– infecting bacterial strain is reistant due to penicillinase
– when allergy or toxicity to penicillin present
• Broader spectrum
• few serious side effects
– Local irritation at injection site
– Nausea, vomiting, diarrhea
– Penicillin allergic persons can also be sensitive (~15%)
Antibiotics
• Bacitracin
– Produced by Bacillus licheniformis
– Small polypeptide
– Inhibits cell wall formation Luka tembak
– Used on lesions & wounds because:
• Poorly absorbed in body luka

• Toxic to kidneys
• Vancomycin
– Streptomyces
– Very narrow spectrum
– Used against Staphylococcus that is resistant to penicillin
– Vancomycin resistance is now developing
dihasilkan
Cell Wall -
Antimycobacterial

• Isoniazid (INH)
– Inhibits synthesis of mycolic acid in cell wall of
Mycobacteria
• Tuberculosis
resistance mencegah
– Administered with other antibiotics to prevent
• Ethambutanol
development of
– Inhibits incorporation of mycolic acid into cell wall
• Rifampin (inhibits mRNA synthesis)
– Hits alternative target in cell
• Isoniazid Complications

– Competitive inhibitor of niacin & Vitamin B6


– Prevents enzymes from converting niacin or Vitamin B6
to useful molecules
– Often supplement patient’s diet with extra Niacin &
Vitamin B6 during treatment
SEL
• Molekul lipoprotein dari membran plasma ( di
dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya
sehingga menjadi lebih permeabel.
• Hasilnya zat-zat penting dari isi sel dapat
merembes keluar.
• Contoh : polipeptida dan polyen (nistatin,
amfoterisin) dan imidazol (mikonazol,
ketokonazol)
kosida
• Streptomisin, neomisin
• Menghambat sintesis protein
• Berikatan dengan ribosom sub unit 30S dan
mengubah bentuknya sehingga terjadi
misreading informasi yang dibawa oleh
mRNA
• Penghambatan terjadi pada tahap elongasi
olid
• Eritromisin, spiramisin
• Mengikat molekul sub unit 23S rRNA
• Menghambat tahap

translokasi
lon
• Ciprofloxacin
• Menghambat DNA girase (topoisomerase II)
Sulfa
• Analog PABA
• Menghambat terbentuknya THF (carrier
karbon yang digunakan dalam sintesis A, G,
T dan M)
3. SELEKSI ANTIBIOTIK
ANTIBIOTIKA APAKAH YANG PALING TEPAT ?

FAKTOR ORGANISME FAKTOR PASIEN FAKTOR ANTIBIOTIK


 TERAPI EMPIRIK  BERATNYA INFEKSI  SPEKTRUM
SEBELUM HASIL AKTIVITAS
TES MIKROBIOLOGI,  STATUS IMUN ANTIBIOTIK
KULTUR &
SENSTIVITAS FAKTOR  DOSIS, RUTE,
FARMAKOKINETIK FREKUENSI
 TEMPAT INFEKSI PEMBERIAN
DITEMUKAN  RIWAYAT PENYAKIT
 FARMAKOKINETIK
 EFEK OBAT PADA  STATUS ALERGI
ORGANISME  EFEK SINERGISTIK
FAKTOR
 MIC, MBC FARMAKOGENETIK  INTERAKSI OBAT

 RESISTENSI  EFEK SAMPING


ANTIBIOTIK
 HARGA/BIAYA
13/10/2017 27

Anda mungkin juga menyukai