Anda di halaman 1dari 29

INFEKSI

OPORTUNISTIK
KELOMPOK 5
Anggota

1. Anisa Puput Aulia 25000119130121


2. Sukmawati Aulia R 25000119140334
3. Linda Ratnasari 25000119140359
Definisi

Menurut Center of Disease


Penurunan Jumlah Sel Imun -->
Control, and Prevention (CDC)
tahun 2019, infeksi oportunistik
Infeksi Oportunistik (IO) seperti
adalah infeksi yang lebih sering
infeksi jamur, di mulut atau
terjadi dan dapat menjadi lebih
kandidiasis, tuberkulosis paru dan
parah pada orang orang
ekstra paru, diare kronis, dan
dengan sistem imun yang
penurunan berat badan yang
lemah seperti orang dengan
drastis hingga 10%
HIV/AIDS
Jenis IO
Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur
Candida. Infeksi candidiasis oportunistik termasuk cukup
umum ditemukan pada pasien HIV dengan jumlah CD4
antara 200-500 sel/mm3 sampel darah.

candidiasis hanya dianggap sebagai infeksi oportunis


ketika menginfeksi esofagus (kerongkongan), saluran
pernapasan bawah, atau jaringan paru-paru yang lebih
dalam. Gejala paling jelas yang muncul akibat infeksi
oportunis ini adalah bintik atau bercak putih di lidah atau
tenggorokan

Jenis IO
INFEKSI PARU

(PNEUMOCYSTIS) beberapa bakteri seperti


Pneumococcus; dan

beberapa virus seperti


Infeksi ini dapat disebabkan
cytomegalovirus atau
oleh banyak jenis patogen
herpes simplexGejala
berbeda, seperti jamur
dari infeksi paru
Coccidioidomycosis,
oportunis dapat meliputi
Cryptococus neoformans,
batuk, demam, dan
Histoplasmosis,
kesulitan bernapas.
Pneumocystis jirovecii;
Jenis IO
Tuberkulosis
adalah infeksi paru oportunis yang disebabkan oleh
bakteri bernama Mycobacterium. Gejala TB dapat
meliputi batuk, kelelahan, penurunan berat badan,
demam, dan berkeringat di malam hari

TBC dapat menjadi komplikasi serius pada pengidap


HIV/AIDS karena bakteri TB dapat lebih cepat menjadi
aktif dan sulit diobati pada ODHA dibanding pada
orang sehat. Infeksi oportunis berupa tuberkulosis juga
dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya, seperti
kelenjar getah bening, otak, ginjal, atau tulang

Jenis IO
Setiap orang memang bisa
HERPES SIMPLEX terkena herpes, tetapi
penderita HIV berpeluang
Herpes simplex virus (HSV) lebih besar untuk
merupakan virus penyebab mengalami infeksi herpes
penyakit kelamin herpes. oportunis dengan gejala
Herpes ditandai dengan yang lebih parah. Pada
munculnya kutil kelamin orang dengan HIV/AIDS,
dan sariawan di daerah komplikasi herpes tidak
mulut dan bibir. hanya berupa
pembentukan kutil kelamin
tapi juga risiko pneumonia
dan kanker serviks
Jenis IO
Salmonella septicemia
Salmonella adalah infeksi yang bisa didapat lewat konsumsi
makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhii
(Salmonella tp). Infeksi salmonella dapat menyebabkan
gejala seperti mual, muntah-muntah, dan diare

Pada pengidap HIV/AIDS, bahaya dari infeksi ini dapat


berkembang menjadi septikemia. Septikemia adalah
kondisi darah yang keracunan bakteri dalam jumlah
besar.

Jenis IO
TOKSOPLASMOSIS Ketika infeksi parasit
toxoplasma sudah
Toksoplasmosis adalah mencapai otak,
komplikasi HIV/AIDS yang toksoplasmosis dapat
disebabkan oleh parasit menyebabkan kejang.
bernama Toxoplasma Selain dari kotoran
gondii. Parasit tersebut hewan, infeksi
dapat menginfeksi tidak oportunistik ini juga bisa
hanya mata dan paru berasal dari makan
pengidap HIV, tapi juga daging kurang matang
bahaya bagi jantung, hati, yang terkontaminasi
hingga otak. parasit toxoplasma.
Jenis IO
Infeksi pencernaan
Seiring melemahnya sistem imun, sistem pencernaan juga dapat
terinfeksi. Beberapa contoh infeksi parasit yang dapat menjadi bahaya
bagi pengidap HIV/AIDS adalah cryptosporidiosis dan isosporiasis. -

Dua jenis infeksi ini disebabkan oleh konsumsi makanan dan/atau


minuman yang terkontaminasi parasit. Cryptosporidiosis
disebabkan oleh parasit Cryptosporidium yang menyerang usus,
sementara isosporiasis disebabkan oleh protozoa Isospora belli.
menyebabkan demam, muntah, dan diare parah. Pada pengidap
HIV/AIDS,

Jenis IO
CRYPTOCOCCOSIS
Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi jamur bernama
Cryptococcus neoformans.
Pada orang dengan gangguan
sistem imun, jamur ini dapat
dengan mudah masuk melalui
saluran pernapasan dan
menyebabkan pneumonia
(infeksi dan radang paru).
Jamur ini juga dapat menyebar
ke otak serta bagian tubuh lain,
seperti tulang dan saluran
kemih.

Jenis IO

Cryptosporidiosis
Gejala utama dari penyakit ini adalah diare.
Penyebabnya adalah infeksi parasit dari jenis
protozoa yang bernama Cryptosporidium. Diare
yang tergolong infeksi oportunistik berlangsung
kronis, lebih dari satu bulan, disertai dengan nyeri
atau kram perut yang berat.

Jenis IO
INFEKSI
CYTOMEGALOVIRUS
(CMV), KHUSUSNYA
RETINITIS
Virus CMV merupakan virus
yang dapat menginfeksi banyak
organ tubuh, termasuk paru-
paru, usus, dan otak. Akan tetapi,
kasus CMV yang khas pada
infeksi oportunistik umumnya
menyerang organ mata
(retinitis), sehingga
menyebabkan gangguan
penglihatan yang akan memicu
kebutaan jika tidak ditangani
segera.
Jenis IO
Progressive multifocal
leukoencephalopathy (PML)
PML merupakan penyakit langka yang menyerang
otak serta sumsum tulang belakang. Hampir semua
kasus PML hanya ditemukan pada orang dengan
sistem imun yang telah rusak berat akibat infeksi virus
HIV. disebabkan infeksi virus JC (John Cunningham).
Gejala PML mencakup kehilangan kontrol gerakan
otot, kelumpuhan, kesulitan berbicara, dan gangguan
kesadaran.

Jenis IO
KAPOSI’S Kaposi’s sarcoma juga
SARCOMA dapat terjadi di banyak
tempat di bagian tubuh.
sejenis kanker yang
Dari luar, penderita
disebabkan oleh infeksi
mengalami bintik berwana
virus Kaposi’s sarcoma
merah muda keunguan
herpesvirus (KSHV) atau
berbentuk datar atau
human herpesvirus 8 (HHV-
menonjol. Penyakit ini
8). Kaposi’s sarcoma
dapat berakibat fatal
ditandai dengan
apabila menyerang organ
pertumbuhan jaringan
vital, seperti paru-paru,
pembuluh darah kapiler
kelenjar getah bening, atau
yang abnormal.
usus.

Patogen
Jenis patogen penyebab IO
bervariasi pada masing-
Infeksi
masing wilayah. Infeksi yang
sering dijumpai di Amerika
Oportunistik
infeksi oportunistik dapat
dan Eropa antara lain
ditimbulkan oleh patogen yang
Pneumocystis jirovecii
berasal dari luar tubuh (seperti
pneumonia (PCP), meningitis
bakteri, jamur, virus atau protozoa),
Kriptokokal, Cytomegalovirus
maupun
(CMV) dan
oleh mikrobiota sudah ada dalam
Toksoplasmosis,Laporan
tubuh manusia namun dalam
Surveilans AIDS Departemen
keadaan normal terkendali oleh
Kesehatan Republik Indonesia
sistem imun (seperti flora normal
tahun 1987 sampai dengan
usus)
2009 mendapatkan bahwa IO
yang terbanyak adalah TB,
diare kronis dan kandidiasis
orofaringeal
Hubungan IO dengan CD4

Infeksi HIV menimbulkan disfungsi imun melalui


penurunan sel T CD4+ (imunodefisiensi) dan aktivasi
imun (imunosupresi) yang meliputi respon imun
spesifik HIV dan aktivasi imun terhadap sel sekitar .
Limfosit T CD4+ berperan penting dalam pengaturan
respon imun terhadap patogen dengan menjalankan
berbagai fungsi, antara lain aktivasi sel pada sistem
imun bawaan (limfosit B, sel T sitotoksik dan sel
nonimun), serta berperan dalam supresi reaksi imun.
Rendahnya jumlah limfosit T CD4+ akan menurunkan
sistem imun melawan patogen sehingga penderita
menjadi rentan terhadap IO.
Gejala IO
Herpes simplex Candidiasis
Herpes ditandai dengan munculnya Gejala paling jelas yang muncul akibat
kutil kelamin dan sariawan di daerah infeksi oportunis ini adalah bintik atau
mulut dan bibir. bercak putih di lidah atau tenggorokan
Salmonella septicemia Infeksi paru (pneumocystis)
Gejalanya seperti mual, muntah- Gejala dari infeksi paru oportunis dapat
muntah, dan diare. meliputi batuk, demam, dan kesulitan
Toksoplasmosis bernapas. Namun, infeksi dapat
Gejalanya berupa demam, nyeri otot, menyebar dari paru ke bagian tubuh
kelelahan, sakit tenggorokan, lain.
pembengkakan kelenjar getah bening Tuberkulosis
Infeksi pencernaan Gejala TB dapat meliputi batuk,
Gejalanya yaitu demam, muntah, dan kelelahan, penurunan berat badan,
diare parah. Pada pengidap HIV/AIDS, demam, dan berkeringat di malam hari
komplikasi penyakit ini dapat sampai
menyebabkan berat badan turun
drastis.
Gejala IO
Cryptococcosis Infeksi Cytomegalovirus (CMV),
Gejalanya berupa pandangan kabur khususnya retinitis
atau penglihatan ganda, nyeri saat Menyebabkan gangguan penglihatan
menarik napas, leher kaku, yang akan memicu kebutaan jika tidak
kebingungan, batuk kering, kelelahan, ditangani segera.
demam, sakit kepala, mual, muntah, Progressive multifocal
ruam kulit, termasuk bintik-bintik leukoencephalopathy (PML)
merah (petechiae), bisul, atau gatal Gejala PML mencakup kehilangan
kulit lainnya, dan pembengkakan kontrol gerakan otot, kelumpuhan,
kelenjar getah bening. kesulitan berbicara, dan gangguan
Cryptosporidiosis kesadaran.
Gejala utama dari penyakit ini adalah Kaposi’s Sarcoma
diare diare yang tergolong infeksi Gejalanya pada tampilan dari luar,
oportunistik berlangsung kronis, lebih penderita mengalami bintik berwana
dari satu bulan, disertai dengan nyeri merah muda keunguan berbentuk datar
atau kram perut yang berat. atau menonjol.
Kolaborasi
TB HIV Infeksi TB dan HIV saling
berhubungan, HIV menyebabkan
Tuberkulosis merupakan infeksi progresivitas infeksi TB menjadi TB
oportunistik tersering (40%) pada aktif, sebaliknya infeksi TB membantu
infeksi HIV dan menjadi penyebab replikasi dan penyebaran HIV serta
kematian paling tinggi pada berperan dalam aktivasi infeksi HIV
(ODHA). Tuberkulosis dan HIV yang laten. Sebagian besar orang yang
saling berhubungan, HIV terinfeksi kuman TB tidak menjadi
menyebabkan progresifitas infeksi sakit TB karena mempunyai sistem
Mycobacterium Tuberculosis imun yang baik, dan dikenal sebagai
menjadi Tuberkulosis aktif dan infeksi TB laten. Infeksi TB laten
adanya infeksi Tuberkulosis tersebut tidak infeksius dan
menimbulkan progresifitas infeksi asimtomatis, namun dengan mudah
HIV. dapat berkembang menjadi TB aktif
pada orang dengan sistem imun yang
menurun, seperti pada ODHA.
Tindakan Preventif dan
pengobatan HIV

Cara utama untuk mencegah infeksi HIV adalah dengan


mengurangi resiko paparan HIV seperti berhubungan seksual tanpa
kondom atau menggunakan jarum bersamaan dan peralatan injeksi
lainnya.
Perkembangan penanganan profilaksis HIV/AIDS selalu berfokus
pada pencegahan penyakitnya. Hal ini disebabkan karena obat
untuk HIV/AIDS belum dapat menyembuhkan penyakit ini secara
maksimal.
Seperti diketahui bahwa infeksi HIV merupakan penyakit kronis yang
dapat dikendalikan dengan pemberian obat ARV seumur hidup.
Antiretroviral yang sering disebut ARV merupakan satu-satunya obat
yang dianggap memberikan manfaat besar dalam menekan
perkembangan virus HIV di dalam tubuh. Obat ARV mampu
menekan jumlah virus HIV di dalam darah sehingga kekebalan
tubuhnya (CD4) tetap terjaga
STUDI KASUS
Infeksi jamur oleh spesies-spesies Candida merupakan infeksi
oportunistik yang paling sering dialami ODHA, bahkan pada
beberapa wilayah menjadi penyebab terbanyak terhadap
kesakitan dan mortalitas penderita HIV-AIDS. Candidiasis mulut
esofagus merupakan 80,8% dari seluruh IO di Indonesia (Ariani &
Suryana, 2014). Hal ini merupakan pola IO yang umum ditemukan
di negara berpenghasilan rendah. Sementara itu, tuberculosis (TB)
merupakan infeksi yang juga paling sering (40,1%) ditemui pada
pengidap HIV di Indonesia. Infeksi oportunistik popular CMV
lainnya adalah CMV (28,8%); Ensefalitis toksoplasma (17,33): dan
pneumonia Pneumocystis carinii. Tercatat hampir setengah jumlah
kasus infeksi tersebut terjadi pada perempuan (Osman et al., 2015).
Perempuan dengan HIV berat,sangat berisiko terkena infeksi
oportunistik. Perempuan dengan beban HIV ditubuhnya 5 kali
lebih berpotensi terhadap kanker mulut Rahim (serviks) dan
neoplasia intraepithelial serviks dibandingkan dengan yang non-
HIV (Chakravarly ct al., 2016). Selain itu, pada perempuan hamil
risiko penularan HIV terhadap janinnya juga meningkat sama
seperti penyakit Hepatitis C
STUDI KASUS

Hampir semua ODHA pernah mengalami IO dari level ringan hingga


berat, seperti diungkapkan dari staf LSM. Infeksi oportunistik di
Jakarta Timur pada ODHA seringkali menyertai penderita. Menurut
data RS POLRI Soekanto selama 2015, ditemukan bahwa Kandidiasis
mulut menempati infeksi oportunistik terbanyak (sekitar 44,4%)
dikuti oleh penyakit diare sebanyak 33 persen dan selanjutnva
penyakit TB dan hepatitis. Sama halnya seperti di Layanan kesehatan
pratama di bilangan Jakarta Timur, kasus kandidiasis mulut pada
perempuan cukup mendominasi. Hal yang sama disampaikan juga
oleh pendamping ODHA di Jakarta Timur bahwa TB paru merupakan
salah satu kasus IO tertinggi pada ODHA.
STUDI KASUS
Dari hasil observasi data yang ada di Jakarta Timur, Infeksi oportunistik
yang banyak kasusnya adalah Candidiasis yang diakibatkan oleh jamur
jenis Candida yang dalam kondisi normal tidak mengakibatkan dampak
negatif namun dengan menurunnya daya tahan tubuh jamur ini
berkembang dengan mudah dan menyebabkan penyakit penyerta HIV-
AIDS. Kandidiasis dapat terjadi dalam tiga bentuk :penyakit
oropharyugeal, esophageal dan vulvovagina. Sementara itu, IO lainnya
yang sering diderita ODHA adalah TB paru. Hal ini sesuai dengaa stndi
yang dilakukan di India bahwa Tuberculosis merupakan IO yang sering
ditemui pada penderita HIV bahkan menyebabkan 25 persen kematian.
Begitupula kasus toksoplasmosis masih ditemukan dalam jumlah sedikit
(Indira, Kumar, Shatter, & Vamaa, 2015). Studi yang dilakukan oleh
Bhuvana dkk mengilustrasikan bahwa pengobatan ARV yang tepat
waktu dapat menurunkan kejadian infeksi oportunistik. Begitupun
sebaliknya, jika inlervensi ARV terlambat dapat meningkatkan kasus IO
(Bhuvana, Hema, & Patil, 2015). Studi di Jakarta Timur memperlihatkan
bahwa banyak kasus IO terjadi karena penderita (ODHA) tidak memiliki
pemahaman tentang HIV dan IO. Mereka bahkan sebagian besar ada
yang tidak mengetahui dirinya HIV sehingga memudahkan terjadinya IO.
Program yang Sedang Berjalan
Infeksi penStrategi Pemerintah terkait dengan
Program Pengendalian HIV-AIDS dan
PIMScernaan
1. Meningkatkan penemuan kasus HIV secara dini
2. Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi ARV, serta
perawatan kronis
3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk
early infant diagnosis (EID), hingga ke layanan sekunder terdekat
untuk meningkatkan jumlah ODHA yang masuk dan tetap dalam
perawatan dan pengobatan ARV sesegera mungkin, melalui sistem
rujukan pasien ataupun rujukan spesimen pemeriksaan.
4. Peningkatan kualitas layanan fasyankes dengan melakukan
mentoring klinis yang dilakukan oleh rumah sakit atau FKTP.
5. Mengadvokasi pemerintah lokal untuk mengurangi beban biaya
terkait layanan tes dan pengobatan HIV-AIDS.
Program yang Sedang Berjalan

Penerapan Permenkes No. 21 tahun 2013 tentang


Penanggulangan HIV dan AIDS
1. Penerapan KTHIV di seluruh FASKES.
2. Tes HIV masuk dalam Standar Pelayanan Medis (SPM) seperti tes
laboratorium lainnya, sesuai Permenkes No 37 tahun 2012 tentang
Penyelenggaran Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat beserta
lampirannya.
3. Pada daerah dengan tingkat epidemi meluas tes HIV ditawarkan pada
semua pasien yang berkunjung ke FASKES sebagai bagian dari standar
pelayanan.
4. Pada daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi tes HIV ditawarkan
pada semua ibu hamil, penderita TB, penderita hepatitis, penderita IMS,
pasangan ODHA dan populasi kunci
5. Persetujuan tes dari pasien cukup dilakukan secara lisan (tidak perlu
tertulis).
6. Pasien diperkenankan menolak tes HIV. Jika pasien menolak, maka pasien
diminta untuk menandatangani surat penolakan tes secara tertulis.
Kesimpulan

Infeksi Oportunistik (IO) merupakan penyebab utama


morbiditas dan mortalitas orang dengan HIV-AIDS (ODHA),
baik di negara maju maupun negara berkembang.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan
jumlah kumulatif penderita AIDS (infeksi HIV dengan IO) di
Indonesia dari tahun 1987 hingga September 2014 mencapai
55.799, atau sekitar 36,7% dari keseluruhan kasus HIV.
Tingginya kasus yang terjadi menjadikan HIV-AIDS masih
menjadi ancaman kesehatan untuk dunia. Oleh karena itu,
pencegahan HIV penting adanya untuk dilakukan termasuk
dengan sirkumsisi pada pria, pemberian antiretroviral pada
pencegahan transmisi ibu yang terinfeksi terhadap anaknya,
terapi antiretroviral pada orang yang terinfeksi HIV untuk
mencegah transmisi dan antiretroviral untuk profilaksis pada
pemaparan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marshalita, N. 2018. Gambaran Karakteristik Pasien HIV/AIDS di


RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode Oktober 2017-
Oktober 2018. JIMKI, 8(1): 8-17
2. Rostina, J., Alkaff, R.N., Purnama, T.B., 2017. Potret Kejadian Infeksi
Oportunistik pada Perempuan dengan HIV/AIDS (Studi Kasus di
Jakarta Timur). ARKESMAS, 2(2) : 164-172
3. Framasari, D.A., Flora, R., Sitorus, R. J. 2020. Infeksi Oportunistik
pada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) terhadap Kepatuhan Minum
ARV (Anti Retroviral) di Kota Palembang. JMJ, 8(1):67-74
4. Putri, A.J., Darwin, E., Efrida. 2015. Pola Infeksi Oportunistik yang
Menyebabkan Kematian pada Penyandang AIDS di RS Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2010-2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1) : 10-16
5. Megawati., Azriful.,Damayati, D. S.,2016. Gambaran Epidemiologi
Infeksi Oportunistik Tuberkulosis Pada Penderita HIV di Puskesmas
Percontohan HIV/AIDS Kota Makassar Tahun 2015. HIGIENE, 2(3): 126-
132
6. Prayuda, M.R., 2015. Pencegahan dan Tatalaksana HIV/AIDS.J
Agromed Unila, 2(3):232-236
7. Kemenkes RI. 2017.Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta. Bagian P2P Kemenkes
R
thank

you!
a goal setting presentation
by thomas phillips

Anda mungkin juga menyukai