Anda di halaman 1dari 36

Tugas Mata Kuliah

Komunikasi Perubahan Perilaku

“Tingkatan/Level Komunikasi Perubahan Perilaku”


Assalamualaikum wr wb
Selamat malam ibu novia dan teman teman semuanya
Terimakasih atas waktu yg duberikan kepada kami. Kami dari kelompok 3 kali ini akan
membahasa mengenai tingkatan/level komunikasi perubahan perilaku.
Saya sukmawati aulia rohma bertugas sebagai moderator yang akan memandu jalanya
diskusi pada malam ini. Adapun anggota kelompok kami yaitu...

Baik langsung saja kita masuk ke sesi penyajian materi dan setelah itu diikuti sesi
tanya jawab
Kepada para presentan saya persilahkan
Kelompok 3 :
Afanin Karin Zelmira 25000119140324
Dewi Nur Halizah 25000119130179
Hafizha Ulya Nafiu 25000119140256
Luthfiatun Nisa 25000119130189
Novinda Dwi Andini 25000119120021
Sukmawati Aulia Rohma 25000119140324

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
1. Definisi Komunikasi dan Perubahan Perilaku
Komunikasi dan perubahan perilaku merupakan suatu komunikasi yang
dapat kita gunakan untuk mengubah perilaku seseorang yang kurang baik
menjadi lebih baik. Hal ini bisa terjadi karena perilaku adalah suatu faktor risiko
terjadinya penyakit yang dapat dicegah. Pendekatan untuk mengubah perilaku
seperti halnya informasi, pemasaran, insentif, peraturan, dan lain sebagainya
perlu dikomunikasikan di tingkatan yang berbeda/multi level seperti halnya
individu, masyarakat, organisasi, dan masyarakat umum.
Dalam aspek kesehatan masyarakat, Komunikasi Perubahan Perilaku
atau Behaviour Change Communication (BCC) dapat membantu dalam
meluruskan mitos dan juga kesalahpahaman yang ada di masyarakat.
intervensi dari Komunikasi Perubahan Perilaku juga dapat mempengaruhi para
pembuat kebijakan untuk bisa mempromosikan layanan bari dan membantu
terkait kolaborasi antar profesional.

2. Berbagai Level Komunikasi dan Perubahan Perilaku


A. Level Individu
1. Model kepercayaan kesehatan (Rosenstock, 1974)
Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Rosenstock
(1966), kemudian ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada tahun
1974, 1984 dan 1988. Sejak tahun 1974, teori health belief model telah
menjadi perhatian para peneliti. Model teori ini merupakan formulasi
konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka
menerima atau tidak tentang kesehatan mereka.
Menurut Rosenstock (1974), perilaku individu
ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa
memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai
atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain.
. Health belief model yang dikembangkan oleh Becker digunakan
untuk mempelajari perilaku seseorang terhadap perilaku pencegahan
penyakit dan kepatuhan (Notoatmodjo, 1990: 56). Health belief
mengemukakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh persepsi
seseorang yang meliputi persepsi tentang kerentanan, keseriusan,
hambatan, dan manfaat.
Teori ini dituangkan dalam 5 pemikiran dalam diri individu untuk
menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu
1) Perceived Susceptibility (Kerentanan yang dirasakan)
Risiko pribadi atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang
lebih kuat dalam mendorong orang untuk mengadopsi perilaku
sehat. Semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar
kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi resiko.
2) Perceived Severity (Keseriusan penyakit yang dirasakan)
Perceived Severity berkaitan dengan keyakinan/kepercayaan
individu tentang keseriusan atau keparahan penyakit.
3) Perceived Benefit (Manfaat yang dirasakan)
Perceived Benefit berkaitan dengan manfaat yang akan dirasakan
jika mengadopsi perilaku yang dianjurkan.
4) Perceived Barrier (Hambatan yang dirasakan untuk berubah)
Karena perubahan perilaku adalah bukan sesuatu yang dapat
terjadi dengan mudah bagi kebanyakan orang, unsur lain dari teori
health belief model adalah masalah hambatan yang dirasakan untuk
melakukan perubahan..
5) Cues to Action (Isyarat untuk bertindak)
Health belief model menunjukkan perilaku yang juga dipengaruhi
oleh isyarat untuk bertindak. Isyarat untuk bertindak adalah
peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal yang menggerakkan orang
untuk mengubah perilaku mereka.

2. Teori perilaku beralasan dan perilaku yang direncanakan (Fishbein dan


Ajzen, 1980)
Teori perilaku terencana awalnya dinamai theory of reasoned
action (teori tindakan beralasan), dikembangkan tahun 1967,
selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen
dan Martin Fishbein. Pada tahun 1980, theory of reasoned action
digunakan untuk mempelajari perilaku manusia. Theory of reasoned
action (teori tindakan beralasan) berhasil ketika diaplikasikan pada
perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut
tidak sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia
sangat termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak
akan secara nyata menampilkan perilaku tertentu. Untuk mengatasi
kekurangan teori tindakan beralasan yang ditemukan oleh Ajzen dan
Fishbein, maka pada tahun 1988 theory of planned behavior
dikembangkan untuk memprediksi perilaku yang sepenuhnya tidak di
bawah kendali individu.
Theory of reasoned action (Fishbein dan Ajzen) merupakan
suatu model yang digunakan untuk memprediksi minat dan perilaku.
Menurut theory of reasoned action perilaku (behavior) seseorang
tergantung pada minatnya (intention), sedangkan minat untuk
berperilaku sangat tergantung pada sikap dan norma subjektif atas
perilaku. Pada sisi lain keyakinan atas akibat perilaku sangat
mempengaruhi sikap dan norma subjektif. Minat dan perilaku konsumen
dipengaruhi oleh faktor internal individu dan faktor eksternal (lingkungan
sosial). Faktor internal individu tercermin dari sikap seseorang,
sedangkan faktor eksternal tercermin dari pengaruh orang lain (norma
subjektif) terhadap perilaku.
Teori perilaku terencana (theory of planned behavior)
didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional
dan menggunakan informasi yang mungkin baginya, secara sistematis.
Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
Teori perilaku terencana (theory of planned behavior) adalah teori yang
menganalisis sikap konsumen, norma subjektif, dan kontrol perilaku
yang dirasakan konsumen. Sikap konsumen mengukur cara seseorang
merasakan suatu objek sebagai sesuatu hal yang positif atau negatif,
serta menguntungkan atau merugikan
Menurut Achmat (2008:5), komponen dalam theory planned
behavior adalah:
1) Sikap konsumen. Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan atau beliefs ini
disebut behavioral beliefs.
2) Norma Subjektif. Norma subjektif diasumsikan sebagai suatu fungsi
dari beliefs yang spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk
menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan yang termasuk dalam
norma subjektif (normative beliefs).
3) Kontrol Perilaku. Seseorang memiliki kendali sepenuhnya, ketika
tidak terdapat hambatan apapun untuk menampilkan suatu perilaku.

3. Model panggung: TTM (Transteori model) (Prochaska dan DiClemente,


Transtheoretical Model yang diperkenalkan oleh James
Prochaska, John Norcross dan Carlo DiClemente (1994) dalam W. F,
Velicer, dkk. (1998), menggambarkan bahwa seseorang dianggap
berhasil dan permanen mengadopsi suatu perilaku bila telah melalui
lima "'tahap perubahan" meliputi:
a. Pra Perenungan (Precontemplation)
Tahap manakala seseorang tidak peduli untuk melakukan aksi
terhadap masa depan yang dapat diperkirakan, biasanya diukur
dalam enam bulan berikutnya. Orang pada tahap ini disebabkan
oleh tidak tahu atau kurang tahu mengenai konsekuensi suatu
perilaku atau mereka telah mencoba berubah beberapa kali dan
patah semangat terhadap kemampuan berubahnya.
b. Perenungan (Contemplation)
Tahap manakala seseorang peduli untuk berubah pada enam
bulan berikutnya. Mereka lebih peduli kemungkinan perubahan
tetapi seringkali peduli terhadap konsekuensi secara akut.
Keseimbangan antara biaya dan keuntungan perubahan dapat
menimbulkan amat sangat ambivalen, sehingga dapat menahan
seseorang dalam tahap ini untuk waktu yang lama.
c. Persiapan (Preparation)
Tahap manakala seseorang peduli melakukan aksi dengan
segera di masa mendatang, biasanya diukur bulan berikutnya.
Mereka telah secara khusus melakukan beberapa aksi yang
signifikan pada tahun sebelumnya.
d. Aksi (Action)
Tahap manakala seseorang telah membuat modifikasi yang
spesifik dan jelas pada gaya hidupnya selama enam bulan
terakhir. Karena aksi ini dapat diamati, perubahan perilaku
sering setarakan sebagai aksi.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Tahap manakala seseorang berupaya untuk mencegah kambuh
tetapi mereka tidak menerapkan proses perubahan sesering
aksinya. Mereka tidak tergiur untuk kembali dan meningkatkan
dengan lebih percaya din untuk melanjutkan perubahannya.

4. PAPM (Precaught Adoption Process Model)


Teori PAPM menjelaskan tujuh tahap perubahan perilaku dimulai
dari kurangnya kewaspadaan sampai seseorang mengadopsi dan atau
mempertahankan perilaku sehat. Tujuh tahapan dalam PAPM adalah:
1) Unaware
Tahap ini merupakan tahapan dimana seseorang tidak pemah
mendengar ataupun mengetahui adanya potensi babaya atau resiko
yang mengancam kesehatannya.
2) Unengaged
Tahap ini merupakan tahap dimana seseorang telah mendapatkan
informasi mengenai potensi bahaya atau risiko yang mengancam
kesehatan, namun belum merasa harus menentukan sikap.
3) Undecided
Tahap ini adalah tahap dimana seseorang sudah menentukan
sikap, namun belum menerjemahkannya ke dalam bentuk tindakan.
Individu yang telah menentukan sikap cenderung akan lebih sulit
untuk diubah pendiriannya dibandingkan dengan individu yang
belum menentukan sikap.
4) Decided not to act dan Decided to Act
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap 3 setelah seorang
individu membentuk sikap dan memutuskan untuk melakukan
ataupun tidak melakukan sesuatu tindakan. Perpindahan dari tahap
3 ke tahap 4 atau 5 dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
tingkat potensi bahaya, daya tahan tubuh, perilaku dan
rekomendasi dari individu lain, norma dan nilai sosial serta
kecemasan dan ketakutan.
5) Acting dan Maintenance of Act
yaitu tahap melakukan perilaku kesehatan untuk yang pertama
kalinya merupakan hal yang berbeda dibandingkan seat perilaku
telah menjadi kebiasaan atau dilakukan berulang-ulang. Dalam
upaya mempertahankan suatu perilaku kesehatan, umumnya
seorang individu akan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti gejala
withdrawal dan perasaan bahagia saat berhasil melakukan suatu
perilaku kesehatan.

B. Level Masyarakat Lokal


Pada level ini, proses perubahan terletak pada aspek sosial dan
budaya dengan target perubahannya ialah pengembangan masyarakat.
Adapun teori inti pada level ini adalah Diffusion of Innovations Theory
(Teori Difusi Inovasi). Teori ini dikembangkan oleh E. M Rogers pada tahun
1962 yang diterapkan di tingkat masyarakat dengan fokus pada aspek
sosial budaya. Difusi adalah proses dimana ide-ide baru itu
dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
Unsur-unsur difusi terdiri dari empat macam, yaitu:
1) Inovasi. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap
baru oleh seseorang. Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif,
menurut pandangan individu yang menangkapnya.
2) Saluran Komunikasi. Saluran komunikasi adalah alat untuk
menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber ke penerima. Saluran
komunikasi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap
seberapa besar efek dari pertukaran informasi tersebut sehingga
diperlukan ketepatan dalam memilih atau menggunakannya. Kondisi
kedua belah pihak yang akan bertukar informasi pun perlu diperhatikan
karena mempengaruhi keefektifan penyampaian pesan. Terdapat dua
saluran komunikasi yang dapat digunakan, yaitu media massa dan
interpersonal.
3) Jangka Waktu Tertentu. Waktu merupakan pertimbangan yang penting
dalam proses difusi. Dimensi waktu terdapat dalam proses pengambilan
keputusan inovasi, relatif lebih lambat atau lebih lambatnya seseorang
dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam
sistem sosial.
4) Anggota Sistem Sosial. Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam
kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) berdasarkan tingkat
keinovatifannya, yakni lebih awal atau lebih akhirnya seseorang
mengadopsi inovasi.
Pengelompokan kategori adopter terdiri dari:
❖ Innovator. Inovator adalah individu yang secara aktif mencari
informasi mengenai ide baru. Mereka memiliki tingkat yang
cukup tinggi terpapar oleh media massa dan memiliki jaringan
yang luas hingga di luar lokal sistem mereka.
❖ Early Adopters (Perintis/Pelopor Awal). Pengadopsi awal ini
biasanya lebih berbaur dengan anggota sistem sosial lainnya
dibandingkan para inovator. Pengadopsi kategori ini memiliki
peran sebagai pemuka pendapat dalam sistemnya.
❖ Early Majority (Pengikut/Mayoritas Awal). Kelompok ini
mengadopsi ide sebelum rata-rata anggota sistem lain
mengadopsinya. Mereka memiliki interaksi yang kuat dalam
lingkungannya, tetapi jarang memegang peranan sebagai
pemuka pendapat. Mereka berada di posisi yang unik, yaitu
berada di antara pengadopsi awal dan pengadopsi akhir
sehingga menjadi jembatan bagi keduanya dalam proses difusi.
❖ Late Majority (Pengikut/Mayoritas Akhir). Kelompok pengadopsi
akhir ini mengadopsi sebuah inovasi setelah rata-rata anggota
kelompok mengadopsinya. Hal ini pun biasanya dikarenakan
kebutuhan ekonomi atau tekanan dari lingkungannya. Mereka
memandang inovasi dengan lebih skeptis dan berhati-hati
sehingga mereka baru akan mengadopsinya setelah sebagian
besar sistem telah melakukannya.
❖ Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional/Terlambat). Kelompok ini
adalah yang paling terakhir dalam mengadopsi sebuah inovasi.
Penolakan kelompok ini mungkin diakibatkan cara berpikir
mereka yang masih berorientasi pada masa lalu dan memiliki
sedikit sumber informasi sehingga harus memastikan sebelum
mereka mengadopsinya, ide baru atau inovasi tersebut tidak
akan gagal.

Teori difusi inovasi membuktikan bahwa anggota sistem sosial


dapat terkena suatu pengaruh untuk menerima suatu inovasi melalui
suatu perantara atau opinion leader. Apabila terjadi penyampaian
informasi inovasi melalui suatu individu-individu tertentu terlebih dahulu
sebagai opinion leader, maka terlihat adanya model two step flow of
communication (komunikasi dua tahap). Opinion leader di sini berperan
dalam mengkomunikasikan inovasi yang didapat kepada khalayak atau
individu lain. Model komunikasi dua tahap ini juga melibatkan
komunikasi interpersonal dan media massa.
Penyampaian suatu inovasi kepada anggota sistem sosial tidak
hanya mutlak menggunakan suatu perantara. Seseorang dapat terkena
efek disebarkannya inovasi secara langsung dari agen perubahan.
Model komunikasi multi tahap (multi step of communication) merupakan
gabungan diantara model komunikasi satu tahap (powerful effect)
dengan komunikasi dua tahap (two step flow of communication).
Beberapa komunikan menerima pesan langsung melalui saluran
komunikasi dari sumber yang telah berpindah beberapa kali. Model ini
tidak membeda-bedakan kedudukan atau peran masing-masing
anggota masyarakat dalam proses penyebaran informasi.

C. Level Organisasi
● Pengertian, Ciri, dan Prinsip Organisasi dan Organisasi Kesehatan
Organisasi merupakan suatu kelompok formal yang terdiri dari
dua orang atau lebih yang memiliki struktur organisasi dari pemimpin
hingga bagian-bagian pekerjaannya. Dalam kehidupan bermasyarakat,
organisasi yang sering ditemui adalah seperti asosiasi, klub, ikatan,
dan kelompok masyarakat.
Organisasi mencakup orang dan tujuan untuk mencapai kinerja,
hasil, agar nantinya menjadi arah yang benar sebagai sistem sosial.
Disamping itu, organisasi dapat diartikan sebagai usaha orang yang
dinamis dengan memanfaatkan mesin, peralatan, bahan mentah,
fasilitas dan uang yang memungkinkan orang-orang menghasilkan
sejumlah barang dan pelayanan.
Ciri-ciri organisasi umumnya mencakup beberapa hal yaitu
setiap anggota organisasi memiliki wewenang dan tanggung jawab,
diikat oleh persyaratan formal, pelaksanaan kegiatan diatur menurut
undang-undang, kegiatan dilaksanakan secara musyawarah mufakat,
adanya hubungan kerjasama internal dan eksternal, dan kejelasan
anggaran yang merupakan sistem kinerja organisasi.
Prinsip organisasi menurut Henry Fayol ada 14 prinsip,
diantaranya pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin,
kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, subordinasi kepentingan,
penggajian, pemusatan, rangkaian perintah, ketertiban, keadilan,
stabilitas jabatan, inisiatif, dan semangat kesatuan. Seluruh hal
tersebut perlu diterapkan secara baik dan benar di dalam organisasi
disertai rasa tanggung jawab setiap individu.
Organisasi pelayanan kesehatan adalah organisasi yang
aktivitas pokoknya melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah
layanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas.
Organisasi ini berfungsi membawa pesan kesehatan ke
keanggotaan mereka, memberikan dukungan untuk usaha individu,
dan membuat perubahan kebijakan yang memungkinkan dapat
berdampak perubahan individual. Contoh dari organisasi kesehatan
adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
● Komunikasi Pada Level Organisasi
Pada level organisasi, komunikasi perubahan perilaku
mencakup beberapa hal yaitu kebijaksanaan, praktik, program,
fasilitas, dan juga sumber. Komunikasi dalam suatu organisasi dapat
diartikan sebagai kelompok orang yang bekerja sama dan terjadi suatu
komunikasi atau hubungan sesuai dengan tugas yang diembannya.
Sehingga, nantinya bisa menampilkan perilaku yang mendorong
timbulnya kesadaran dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Melalui proses komunikasi, dapat ditentukan keputusan yang
akan dilakukan oleh setiap individu atau kelompok tentang bagaimana
menentukan langkah atau hasil yang akan diperoleh ke depan, karena
dengan komunikasi akan dapat dijadikan pedoman dalam menentukan
apakah kerjasama dapat dilanjutkan atau tidak dapat dilanjutkan.
Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu organisasi, merupakan proses penyampaian dan penafsiran ide-
ide, pesan dan perintah yang terjadi didalam totalitas unit suatu
organisasi, dengan menggunakan komunikasi yang relevan untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan konsistensi kehidupan
organisasi.
Komunikasi pada dasarnya dilakukan dengan memperhatikan
berbagai kepentingan dan kebutuhan orang yang ada dalam
organisasi. Hubungan yang harmonis antara anggota dengan
organisasi secara signifikan akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Kemudian, jika kinerja ini berhasil sesuai dengan rencana, maka
produktivitas organisasi juga akan meningkat. Komunikasi dalam suatu
organisasi menjadi suatu instrumen dalam menyebarkan berbagai
informasi untuk dikerjakan semua orang yang terlibat dalam organisasi.
Sehingga, komunikasi tersebut nantinya diharapkan bisa mengubah
perilaku dalam organisasi, yaitu dapat menciptakan suatu sinergi dan
kekuatan tersendiri pada organisasi.
Keberlangsungan komunikasi organisasi perlu kita perhatikan
karena berdampak pada perilaku organisasi tersebut. Perilaku yang
baik pada suatu organisasi dapat menciptakan sinergitas dan
produktivitas. Selain itu, perilaku organisasi juga perlu diubah untuk
kepentingan orang-orang yang ada di dalamnya karena terkait
kemampuan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang ada di
dalamnya.
● Jenis Komunikasi Pada Organisasi
Kegiatan komunikasi dalam organisasi terbagi menjadi 3 jenis,
yaitu
1. Komunikasi Vertikal Dari Atas ke Bawah
Komunikasi ini menyalurkan informasi dari direktur kepada ketua
divisi ataupun ketua divisi ke anggotanya. Berfungsi untuk
menjelaskan dan membangun dukungan visi, misi dan strategi
organisasi, memberi perintah kepada pengikut, menjelaskan tugas
pokok dan fungsi, serta menjelaskan kebijakan dan
pelaksanaannya.
2. Komunikasi Vertikal Dari Bawah ke Atas
Komunikasi ini menyalurkan informasi dari anggota organisasi
kepada atasannya.
Komunikasi vertikal berfungsi untuk mengumpulkan informasi yang
berharga, memberikan kesempatan kepada para anggota untuk
mengemukakan keluhan dan mengajukan pertanyaan,
memperoleh umpan balik, dan mengemukakan problem
pelaksanaan tugas.
3. Komunikasi Horizontal
Berfungsi untuk menyalurkan informasi sesama anggota yang
berasal dari unit kerja yang sama. Komunikasi horizontal berfungsi
untuk, mengkoordinasikan aktivitas, saling berbagi informasi,
memecahkan problem dan konflik, dan mengembangkan
kerjasama dan saling mengerti.
● Perubahan Perilaku Organisasi
Perubahan perilaku suatu organisasi secara sederhananya
dapat diartikan adalah pembahasan mengenai mengapa, kapan, dan
bagaimana organisasi melakukan perubahan pada lingkup mereka
(Hatch, 1997: 350). Faktor terjadinya perubahan terbagi menjadi 2 hal,
yaitu
A. Faktor Internal
Menyangkut faktor internal organisasi. Contohnya perubahan
tujuan, perubahan jumlah personel, menurunnya semangat kerja
dalam suatu organisasi, dll.
B. Faktor Eksternal
Disebabkan oleh perubahan lingkungan organisasi. Contohnya
regulasi pemerintah, kondisi ekonomi, tindakan pesaing, dan lain
sebagainya.
Kemudian, setelah faktor-faktor tersebut muncul, perubahan perilaku
organisasi pun terjadi. Perubahan perilaku juga dikategorikan menjadi
beberapa hal sesuai komunikasi yang bisa diterapkan, yakni :
A. Restrukturisasi
Biasanya dilakukan ketika struktur organisasi dianggap tidak
memadai lagi (dalam arti, tidak efektif dan efisien) untuk mencapai
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan organisasi. Dilakukan dengan
cara unifikasi (penggabungan beberapa unit kerja), deorganisasi
(penghapusan satuan organisasi), dan revitalisasi
(memberdayakan organisasi).
B. Rekayasa Ulang
Merupakan perubahan pada sistem-sistem kerja organisasi
(misalnya sistem produksi, sistem pasokan input, sistem
pemasaran, sistem komunikasi, dan lain-lain). Tujuannya adalah
membangun keterkaitan yang lebih efektif dan efisien di antara
sistem sistem tersebut.
C. Restrategi
Dilakukan ketika posisi strategis organisasi sudah tidak sesuai lagi
dengan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. Ini bisa
berlaku pada level strategi korporasi atau strategi bisnis. Jadi,
disini strategi organisasi harus disusun ulang.
D. Akuisisi
Merupakan pengambil-alihan suatu perusahaan oleh perusahaan
lain. Dalam hal ini bisnis yang dikelola oleh perusahaan yang
diakuisisi biasanya diintegrasikan kepada perusahaan yang
mengakuisisi. Perlu perubahan organisasi, baik pada sisi
perusahaan yang diakuisisi maupun perusahaan yang
mengakuisisi. Bentuk lain akuisisi adalah merger, yakni
penggabungan dua perusahaan (biasanya bergerak pada bisnis
yang sama) untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu.
E. Perampingan
Perampingan adalah upaya-upaya mengurangi ukuran organisasi,
sedemikian rupa sehingga dapat lebih efisien. Ini bisa dilakukan
dengan menutup unit unit yang dianggap tidak esensial atau tidak
menguntungkan program-program kualitas yang biasanya
dilakukan untuk memperbaiki mutu produk atau jasa yang
dihasilkan suatu organisasi.
F. Pembaruan Kultur
Upaya-upaya untuk mengubah nilai-nilai dan norma-norma di
dalam organisasi. Ini dilakukan ketika budaya organisasi
dipandang sudah tidak cocok lagi dengan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran organisasi, sehingga perlu dikembangkan suatu
budaya baru.
● Contoh Komunikasi Perubahan Perilaku Pada Level Organisasi
Komunikasi pada level organisasi dapat muncul baik itu saat
ada permasalahan ataupun tidak ada permasalahan sama sekali. Jika
permasalahan kesehatan muncul seperti halnya kurang maksimal
informasi yang diberikan nakes, kunjungan nakes terbatas pada
keluarga sasaran, kurangnya pembinaan UKMB (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat). dan pemberian TTD serta PMT tidak
sampai ke target. Maka, diperlukanlah perubahan perilaku organisasi
yakni restrategi dan penguatan komunikasi di dalam organisasi secara
vertikal agar nantinya dapat memaksimalkan kinerja yang seharusnya
untuk meningkatkan derajat masyarakat. Itulah yang disebut
komunikasi perubahan perilaku pada suatu organisasi.

D. Level Kebijakan Untuk Masyarakat Secara Umum


Perilaku sendiri merupakan hal atau fenomena yang kompleks. Menurut
bronfenbrenner tahun 1979 ada empat pengaruh untuk berinteraksi yang bisa
mempengaruhi perilaku dan salah satunya adalah pada level sosial/struktural.
pada level ini, lebih mengacu kepada lingkungan yang lebih besar yang bisa
mempromosikan ataupun mencegah suatu perilaku. contohnya seperti
kebijakan, sistem kesehatan, kepemimpinan, sumber daya dan layanan, media
dan teknologi, pedoman dan protokol, serta nilai agama dan budaya.
Komunikasi sendiri dipergunakan untuk bisa mengatasi hal-hal yang
menghambat adanya perubahan norma dan sosial, perubahan perilaku sendiri
bisa lebih berkelanjutan jika didukung salah satunya adalah lingkungan
kebijakan, contoh nya seperti adanya sumberdaya, regulasi, protokol,
kepemimpinan yang dapat menjadi panduan dalam melaksanakan perubahan
sosial (Kemenkes, 2020).
Pada level komunitas, hal yang terjadi adalah mengeksplorasi
bagaimana memobilisasi komunitas dan juga organisasi untuk dapat
mengadopsi perilaku kesehatan yang sudah direkomendasikan. Pada jurnal
yang digarap oleh Muhawarman, dkk (2017) dikatakan bahwa komunikasi
adalah hal yang paling penting dalam proses implementasi kebijakan maupun
program pemerintah khususnya pada bidang kesehatan. dalam bidang
kesehatan, studi yang khusus untuk mempelajari cara penggunaan komunikasi
utnuk penyebarluasan informasi kesehatan yang bisa mempengaruhi suatu
komunitas maupun individu dalam membuat keputusan untuk hidup sehat itu
meliputi komunikasi persuasif yang berdampak pada perubahan perilaku
masyarakat dan faktor psikologis individual dalam persepsi terhadap
kesehatan. komunikasi jenis ini terdiri dari informasi tentang pecegahan
penyakit, kebijakan kesehatan, regulasi kesehatan, dan promosi kesheatan
yang sebisa mungkin mengubah kualitan kesehatan dari masyarakat maupun
individu. Salah satu strategi dalam komunikasi level kebijakan (masyarakat
umum) adalah advokasi. advokasi menurut Notoadmojo yaitu kombinasi antara
antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk memperoleh
komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem
yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan (Zainal, 2018).
Sasaran dari advokasi adalah para penentu kebijakan (policy makers) dan juga
para pembuat keputusan (decision makers) di masing-masing tingkatan
administrasi dengan tujuan agar menyadari bahwa kesehatan merupakan aset
sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya. Advokasi bukan hanya bersasaran
kepada pembuat kebijakan dalam pemerintah, akan tetapi juga ditujukan untuk
pemimpin sektor swasta, pengusaha, dan bagi pemimpin Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Dari skala nasional, advokasi bertujuan untuk Secara
nasional, tujuan advokasi kesehatan adalah meningkatkan perhatian publik
terhadap kesehatan, dan meningkatkan alokasi sumber daya untuk kesehatan
(Zainal , 2018).
Advokasi memiliki bermacam bentuk kegiatan yang bisa dilakukan,
anatara lain:
a. Lobi Politik (Political Lobying)
Lobi Politik merupakan kegiatan benbincang-bincang secara infomal
dnegan para pemangku kebijakan untuk membahas dan juga
menginformasikan masalah serta program kesehatan yang akan
dilaksanakan.
b. Seminar dan atau Presentasi
Seminar dan juga presentasi merupakan sebuah proses kegiatan dari
petugas kesehatan untuk menyajikan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya, lengkap dnegan data dan juga ilustrasi yang menarik serta
rencana program pemecahannya. masalah yang dibawakan akan
dibahas bersama-sama yang pada akhirnya diharapkan akan
memperoleh komitmen serta dukungan terhadap program yang akan
dilaksanakan.
c. Advokasi Media (Media Advocacy)
Advokasi media merupakan kegiatan advokasi dnegan penggunaan
media, seperti dengan menggunakan media cetak ataupun media
elektronik. Melalui penggunaan media, permasalahan kesehatan akan
disajikan baik dalam bentuk berita, diskusi, artikel, lisan, penyampaian
pendapat, dan lain sebagainya.
- CONTOH PENERAPAN
Selama adanya wabah, individu akan mungkin lebih untuk terlibat dalam
perilaku yang diinginkan apabila terdapat fasilitas yang mendukung
perilaku tersebut, dan juga jika mekanisme koordinasi dilakukan dengan
tepat, serta adanya norma dan kebijakan yang bisa mendukung perilaku
yang diinginkan.

E. Studi Kasus dan Pengaplikasian


Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia, juga
ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Kasus stunting di Jawa
Barat berada pada 29,2% tahun 2017, sementara kategori diatas 30%
dikatakan tinggi. Desa Cibatok 2 adalah salah satu desa dengan jumlah balita
stunting yang cukup tinggi secara nasional yang terletak di kecamatan
Cibungbunglang. Masalah stunting dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang
baik terutama pada aspek perilaku pemberian makan bagi bayi dan Balita. Pola
asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang
ibu) maka, diperlukan adanya edukasi kepada orang tua agar dapat mengubah
perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan
anaknya. Selain itu, penyebab yang mempengaruhi stunting pada anak adalah
ketidakmampuan kader dalam mengidentifikasi anak terkena stunting, sehingga
diperlukan peningkatan kompetensi dan keterampilan kader dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting
pada anak adalah dengan menggunakan komunikasi perubahan perilaku
dengan sasaran ibu- ibu, calon orang tua, wanita muda, dll. Pada tingkat
individu dilakukan edukasi dengan menggunakan media audio visual terkait
stunting yang dapat disebarkan melalui media sosial, sehingga meningkatkan
kesadaran para orang tua dan calon orang tua untuk meningkatkan kesehatan
dan status gizi sebagai salah satu pencegahan stunting. Selain dapat dilakukan
komunikasi interpersonal yang dilakukan secara berkelanjutan untuk
mendorong terjadinya perubahan perilaku dan praktik yang mendukung
pencegahan Stunting. Pada tingkat masyarakat dapat dilakukan memberikan
edukasi dan memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam mencegah
stunting melalui peningkatan pengetahuan ibu dalam memberikan pola asuh
dan pemberian gizi pada anak. Selain itu, petugas kesehatan dapat
menggandeng tokoh masyarakat atau kepala desa untuk ikut serta dalam
program edukasi pencegahan stunting agar informasi yang disampaikan
petugas kesehatan dapat diterima oleh masyarakat. Pada tingkat kebijakan,
dapat dilakukan advokasi kepada kepala desa untuk membuat regulasi terkait
stunting dan membentuk kerjasama multisektor agar ketersediaan bahan
pangan dapat tercukupi dan membantu dalam pencegahan stunting.

F. Kesimpulan
Salah satu strategi komunikasi perubahan perilaku dalam level
kebijakan (masyarakat umum( yang dapat digunakan adalah advokasi
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian publik terhadap
kesehatan, dan meningkatkan alokasi sumber daya untuk kesehatan

DAFTAR PUSTAKA
Briscoe, Ciara.,& Aboud, Frances. (2012). Behaviour Change Communication
Targeting Four Health Behaviour in Developing Countries: A review of
change techniques. Social Science & medicine, 75, 612-621.
Bronfenbrenner, U., (2009). The ecology of human development: Experiment by nature
and design. Harvard University press.
Buse, Kent., Mays, Nicholas., & Walt, Gill. (2012). Making Health Policy
UNDERSTANDING PUBLIC HEALTH. New York: McGraw-hill Open Univer.
Tamba, D. (2017). Aplikasi Theory Of Planned Behavior untuk Memprediksi Perilaku
Mahasiswa Membeli Laptop Lenovo (Studi Kasus: Mahasiswa Fe-Unika
Santo Thomas Su). Jurnal Manajemen dan Bisnis, 119-145.
Setyoningsih, A., & Artaria, M. D. (2016). Pemilihan penyembuhan penyakit melalui
pengobatan tradisional non medis atau medis. Masyarakat, Kebudayaan
dan Politik, 29(1), 44-56.
Gautam, Santosh. (2016). Mass Media for Health Communication and Behavioural
Change: A Theoretical Framework. 4. 20-36.
Glanz, K., & bishop, D. B. (2010). the Role of behavioral science theory in development
and implementation of public health intervention. Annual review of public
health, 31, 399-418.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku (KPP) dalam Pencegahan Covid-19.
Rusmitasari, H. (2020). MODUL ORGANISASI DAN MANAJEMEN KESEHATAN.
Muhawarman, Aji., Ayuningtyas, Dumilah., & Misnaniarti. (2017). Formulasi Kebijakan
Komunikasi untuk Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan. Jurnal
MKMI, 13(2),97-106.
Nancy, S., & Dongre, R. Amol. (2021). Behaviour change communication: Past,
present, and future. Indian J Community Medicine. 46, 186-190.
Nellitawati, N. (2005). Komunikasi Dalam Organisasi.
Satriawan, E. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024.
Jakata: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
https://sbccimplementationkits.org/sbcc-in-emergencies/learn-about-sbcc-and-
emergencies/what-is-social-and-behavior-change-communication/

Arsyati, Asri Masitha. (2019). Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual dalam


Pengetahuan Pencegahan Stunting Pada Ibu Hamil di Desa Cibatok 2
Cibungbulang. PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol.
2 No. 3, Juni 2019.

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. (2018). Strategi


Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Percepatan Pencegahan Stunting.
Jakarta : Kemenkes R.I

Annur, A. 2013. Difusi dan Adopsi Inovasi Penanggulangan Kemiskinan (Studi Difusi
dan Adopsi Inovasi dalam Layanan “Mbela Wong Cilik” Unit Pelayanan
Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) di Kabupaten Sragen).
Journal of Rural and Development, 4(1): 69-82.

Rusmiarti, D. 2015. Analisis Difusi Inovasi dan Pengembangan Budaya Kerja Pada
Organisasi Birokrasi. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi, 6(2):
85-100.
Zainal, Muh. (2018). Implementasi Advokasi, Komunikasi, Mobilisasi Sosial Dalam
Program Pembangunan Bidang Kesehatan [Sebuah Tinjauan Teoritis].
Jurnal Perspektif Komunikasi. 1(3).

LIST PERTANYAAN PRESENTASI


RABU, 9 MARET 2022

No Pertanyaan Jawaban

2 Nova M S/ Kel. 2, Dalam Anin (bismillah)


komunikasi perubahan Resktrukturisasi sendiri adalah
perilaku pada organisasi mempersiapkan dan menata ulang segala
terdapat jenis perubahan sumber daya organisasi dan mengarahkannya
restrukturisasi. Bagimana untuk mencapai tingkat kinerja daya saing
teknis melakukan perubahan yang tinggi dalam lingkungan yang dinamis
secara restrukturisasi? Dan dan kompetitif. nah hubungannya dengan
bagimana hubungannya dgn unifikasi, deorganisasi, dan revitalisasi
unifikasi, deorganisasi, dan sendiri dari apa yang kami baca, 3 hal
revitalisasi? Terima kasih tersebut adalah cara yang bisa digunkaan
untuk melaksanakan restrukturisasi
organisasi, contoh seperti restrukturisasi
yang dilakukan di PT PLN Gorontalo, yang
melakukan (a) perubahan struktur dengan
cara meresktrukturisasi dari 6 fungsi menjadi 4
fungsi, menata ulang perubahan posisi pada
masing-masing fungsi yang ada
dan dalam melakukan restrukturisasi juga
harus memperhitungkan konsep
Komunikasi Organisasi karena dengan Pola
Komunikasi dan garis koordinasi yang baik
akan memberikan dampak baik bagi proses
restrukturisasi itu sendiri, karena
bagaimanapun juga komunikasi memegang
peranan penting bagi proses penyelesaian
tugas dan pekerjaan sehingga koordinasi
antar bidang dan divisi akan terjalin secara
maksimal.
dan secara teknis, Tiga indikator yang
digunakan pada proses restrukturisasi
organisasi adalah: pertama, spesialisasi atau
pembagian kerja pada fungsi masing-masing,
kedua, formalisasi tugas dan fungsi masing-
masing pegawai, ketiga, sentralisasi dalam
organisasi yang menggambarkan ditingkat
mana kekuasaan formal untuk mengambil
keputusan.

3 PRESENTASI

4 Dewi Purnama /Kel 4, Sukmawati aulia rohma


Dalam komunikasi pada
masyarakat lokal
menyebutkan unsur difusi
salah satunya anggota sistem
sosial yang bisa dibagi dalam
kelompok adopter
berdasarkan keinovatifannya,
boleh dijelaskan lebih lanjut
terkait pengelompokan
tersebut? dan apakah
dimungkinkan bila dalam
pelaksanaannya anggota
sistem sosial tidak
dikelompokkan?

5 Paulicya / kel 5 Novinda


1) Pada presentasi ada 1. Theory of Reasoned Action ( teori
dijelaskan Komunikasi perliaku beralasan)
Perubahan Perilaku tingkat artinya perilaku seseorang dipengaruhi
individu menurut theory of oleh minat/ niat, sedangkan niat
reasoned action perilaku dipengaruhi oleh sikap dan norma
(behavior) seseorang subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi
tergantung pada minatnya oleh keyakinan akan dampak dari
(intention), sedangkan minat perliku yang akan dijalani. Sedangkan
untuk Norma subyektif dipengaruhi oleh
berperilaku sangat keyakinan akan pendapat oranglain
tergantung pada sikap dan serta motivasi untuk mentaati pendapat
norma subjektif atas perilaku, tersebut.jadi Semakin kita memahami
itu maksudnya bagaimana tentang sikap dan norma yang
ya? mungkin bisa diberikan memengaruhi niat, maka semakin
contohnya. akurat intervensi yg dapat dirancang
untuk mempengaruhi perilaku ke arah
2) Apa kira" kesulitan yang diinginkan.
komunikasi perubahan Contoh :
perilaku pada masing" Perilaku menggunakan APD helm
tingkatan yang sudah bagi pekerja konstruksi.
dijelaskan, kita ambil contoh Dalm teori TRA memiliki dua faktor
dari studi kasus yang pertimbangan pribadi dan
disampaikan kelompok tadi. pertimbangan lingkungan dapat
makasii menggiring niat seorang untuk
menggunakan APD Helm dalam
pekerjaannya. Seperti Pertimbangan
sikap Pribadi dipengaruhi oleh
keyakinan jika menggunakan APD
Helm dapat melindungi diri. Kemudian
faktor lingkungan (Norma Subjektif)
dipengaruhi oleh dua faktor lainya yaitu
keyakinan normatif melihat lingkungan
sekitar dengan menggunakan APD
Helm dapat melindungin diri dan
motivasi untuk mengikuti peraturan
bahwa Bekerja harus menggunakan
APD Helm dan pola kerja aman rekan
kerja lainnya yang menggunakan APD
Helm.
2. …..
Level Individu = …
Level Masy. Lokal = …
Level Organisasi = …
Level Kebijakan = ...

7 Inneke Monica S Dewi Nur Halizah


Komunikasi perubahan (gaes minta tolong dikoreksi pertanyaan ini
perilaku kan ada ditingkat yaa, soalnya aku juga bingung yg
organisasi secara umum dan pertanyaan pertamanya perbedaanya
organisasi kesehatan, apa…. makasih gaiiss:)
perberbedaan apasi yang organisasi kesehatan merupakan bagian dari
mencolok antara kpp di organisasi secara umum. komunikasi
tingkat organisasi kesehatan perubahan perilaku yang terjadi juga sama
dari organisasi lainnya.. trs dan mungkin disini yang membedakan adalah
jenis Komunikasi kan ada praktik yang dilakukannya. contohnya pada
horizontal dan vertikal.. nah organisasi kesehatan praktik pelaksanaan
itu bisa dikasih contoh pencegahan covid sudah diterapkan melalui
spesifiknya di organisasi penerapan hidup bersih sehingga ketika terjadi
kesehatan kayak gimana pandemi ini, organisasi kesehatan
gaa?? memerlukan waktu yang lebih sedikit dari
organisasi umum. karena organisasi secara
umum memang belum terbiasa dan
penerapan pencegahan covid ini menjadi
kebiasaan baru yang harus diterapkan oleh
organisasi dan menyesuaikan kembali sistem
organisasi agar sesuai dengaan protokol
pencegahan Covid 19.
Contoh spesifik terkait komunikasi horizontal
dan vertikal di organisasi kesehatan
1. Komunikasi vertikal, dimana komunikasi
terjadi dari atasan ke bawahan atau
sebaliknya. contohnya adalah (terkait
vaksinasi) organisasi dinas kesehatan
dimana kepala dinas akan melakukan
komunikasi vertikal berupa perintah atau
tugas kepada kepala bagian untuk
melaksanakan vaksinasi dan kepala
bagian akan meneruskan perintah
tersebut pada petugas yang
bertanggung jawab. kemudian setelah
dilaksanakannya vaksinasi (tugas)
penanggung jawab akan memberikan
laporan tugas kepada kepala bagian
yang selanjutnya akan disampaikan
kepada kepala dinas terkait laporan
pelaksanaan vaksinasi tersebut.
dari contoh tersebut sudah memuat
komunikasi vertikal dari atasan ke
bawahan dan dari bawahan ke atasan.
2. Komunikasi Horizontal, dimana
komunikasi terjadi untuk menyampaikan
informasi atau saling berkoordinasi
dengan unit atau bagian yang memiliki
kedudukan yang sama. contohnya
adalah pada pelaksanaan imunisasi atau
vaksinasi yang menjadi tanggung jawab
Sub bidang surveilans pada dinas
kesehatan akan saling berkoordinasi
dengan Sub bidang Farmalkes agar
terpenuhinya ketersediaan vaksin dan
alat kesehatan yang dibutuhkan
sehingga pelaksanaan
vaksinasi/imunisasi bisa berjalan dengan
lancar.

8 Kamelia Dewi Nur Halizah


Anggi/25000119130209 Struktur organisasi yang dianggap tidak
Izin bertanya kepada memadai itu dapat diartikan bahwa struktur
kelompok 3, di PPT tersebut sudah tidak dapat mengorganisasikan
dipaparkan mengenai jenis- sumberdaya yang dimiliki suatu organisasi
jenis perubahan perilaku dengan optimal, entah itu dari segi
pada organisasi salah pengelolaan/manajemen sumberdaya, tugas
satunya ialah Restrukturisasi, dan kewenangan yang tidak terkontrol atau
yang saya ingin tanyakan alur koordinasi yang tidak terjalin dengan
ialah maksud dari “struktur optimal sehingga tujuan dari organisasi
organisasi dianggap tidak tersebut tidak mampu dicapai.
memadai” itu struktur yang Penanganannya sendiri ya dengan
bagaimana dan cara dilakukannya restrukturisasi, yang mana akan
penanganannya seperti apa? dilakukan penataan ulang sumber daya
Kemudian faktor internal atau organisasi yang ada untuk dapat memperbaiki
eksternal apakah yang dan memaksimalkan kinerja suatu organisasi
mendorong terjadinya tersebut. Penanganan ini dapat berupa
perubahan perilaku penggabungan beberapa unit kerja yang
Restrukturisasi di organisasi memiliki kemiripan karakteristik tugas ke
ini? dalam satu wadah organisasi., penghapusan
satuan organisasi, dan revitalisasi atau
memberdayakan organisasi yang sudah ada
sesuai dengan perkembangan dinamika
fungsinya.

Faktor yang mendorong perubahan perilaku


organisasi restrukturisasi, dari faktor internal
dapat dipengaruhi oleh :
1. Perubahan tujuan
Terjadinya perubahan tujuan yang
menyebabkan manajemen dari suatu
organisasi itu sudah tidak sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai
sehingga diperlukan perubahan agar
dapat disesuaikan lagi terkait structural
dari organisasi tersebut supaya lebih
efektif dan effisien dalam mencapai
tujuannya.
2. Kondisi hubungan kerja
Hubungan kerja dalam suatu
organisasi menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya
restrukturisasi. Dimana kondisi kerja
yang tidak terkontrol dan saling
tumpeng tindih akan menimbulkan
kerancuan dalam koordinasi, sehingga
tujuan organisasi tidak dapat dicapai.
Hal ini lah yang mendorong terjadinya
perubahan restrukturisasi
3. Kepemimpinan
Maksudnya adalah dimana pemimpin
harus mampu melihat permasalah
yang ada dan berani untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah
tersebut. Kepemimpinan harus mampu
memodifikasi manajemen kinerja
dengan komunikasi yang tepat dan
berkelanjutan sampai ketingkat bawah
serta membuat kebijakan yang
mendukung proses perubahan dalam
organisasi tersebut.
Faktor eksternal yg mendorong terjadinya
perubahan restrukturisasi:
1. Regulasi Pemerintah
Adanya kebijakan pemerintah terkait
Struktural organisasi akan
menyebabkan terjadinya restrukturasi
agar structural organisasi tersebut
sesuai dengan ketentuan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Tuntutan kebutuhan pasar
Perubahan kebutuhan di pasar adalah
hasil perubahan dalam kekuatan
lingkungan. Misalnya semakin
meningkatnya teknologi akan
meningkatkan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu organisasi kesehatan harus
mampu untuk mengimbangi kebutuhan
pasar tersebut dengan terus
meningkatkan pelayanan yang
tentunya akan menambah tugas dan
wewenang sehingga diperlukan
restrukturisasi pada organisasi tersebut
agar sumberdaya yang dimiliki dapat
digunakan dengan optimal dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan.

9 Aprilia / Kel 9. Pada Luthfiatun Nisa


perubahan perilaku tingkat Merasa kehilangan motivasi ketika
individu, bagian teori model menjalankan tahap perubahan perilaku itu
panggung (transteori model) normal dan sering terjadi. James Prochaska
terdapat 5 tahapan dalam dan Carlo DiClemente yang mengenalkan
perubahan perilaku yaitu pra teori Transtheoretical Model ini pun meng-
perenungan, perenungan, claim bahwa perubahan perilaku tidak terjadi
persiapan, aksi, dan dengan mudah, serta membutuhkan komitmen
pemeliharaan. Dalam kasus untuk dapat terwujud. Bahkan menurut
di masyarakat, kebanyakan Sharma dan Romas, untuk berpindah dari 1
masyarakat merasa fase ke fase berikutnya terdapat 10 proses
kehilangan motivasi ketika yang harus dilalui.
menjalankan tahap tersebut
sehingga bisa saja Lalu mengapa sih seseorang bisa kehilangan
kemungkinan terjadi "turun motivasi ketika merubah perilakunya?
fase". Menurut kelompok Ada beberapa faktor yang dapat
kalian, mengapa hal tersebut mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam
masih sering terjadi. menjalankan perubahan perilaku, baik dari
Kemudian, langkah konkrit segi internal maupun eksternal.
apa yang bisa kita lakukan Dari segi internal, salah satunya bisa karena
untuk mengatasi kurangnya kepercayaan diri atau meragukan
permasalahan tersebut? diri sendiri, bisa juga pernah mencoba
Terima kasih. sebelumnya tetapi selalu gagal. Sedangkan
dari segi eksternal bisa karena keluarga dan
lingkungan sekitarnya.

Pada dasarnya, model ini adalah suatu


perubahan yang disengaja sehingga
memerlukan emosi, usaha, serta komitmen
waktu yang sungguh-sungguh agar dapat
terwujud dan bertahan lama.
Langkah yang dapat dilakukan agar tidak
merasa kehilangan motivasi adalah dengan:
- menetapkan komitmen untuk
melakukan perubahan
- memberi
hadiah/apresiasi/penghargaan untuk
diri sendiri (self reward)
- tidak terlibat dalam lingkungan yang
memungkinkan kembali pada perilaku
sebelumnya
- meminta dukungan dari orang lain
(sahabat, orangtua, dll).

10

11 Ziya/ Kel 11 Luthfiatun Nisa


Kegiatan Re-strategi Dalam mengkaji strategi perusahaan, perlu
dilakukan ketika posisi diketahui bahwa bentuk strategi akan
strategis organisasi sudah berbeda-beda antar-industri, antar-
tidak sesuai lagi dengan
tujuan-tujuan dan sasaran- perusahaan, dan bahkan antar-situasi.
sasaran Adapun menurut David, teknik analisis dalam
organisasi. merumuskan strategi dapat dilakukan melalui
Lalu bagaimana tahapan tiga tahap, yaitu:
dilakukannya re-strategi 1. Memformulasikan strategi
tersebut dan bagaimana (menetapkan visi dan misi,
mengatasi anggota kelompok mengidentifikasi peluang dan
yang susah dalam tantangan yang dihadapi organisasi
penyesuaian strategi baru dari sudut pandang eksternal,
tersebut? menetapkan kelemahan dan
keunggulan yang dimiliki organisasi
dari sudut pandang internal, menyusun
rencana jangka panjang, membuat
strategi-strategi alternatif dan memilih
strategi tertentu yang akan dicapai)
2. Mengimplementasikan strategi
(memerlukan suatu keputusan dari
pihak yang berwenang dalam
mengambil keputusan untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi pegawai, dan
mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki sehingga strategi yang sudah
diformulasikan dapat dilaksanakan)
3. Mengevaluasi strategi (mereview
faktor-faktor internal dan eksternal
yang menjadi dasar untuk strategi saat
ini, mengukur performa dan mengambil
langkah korektif)

Proses tersebut mungkin meliputi perubahan


budaya secara menyeluruh, struktur dan atau
sistem manajemen dari organisasi secara
keseluruhan.
Cara untuk mengatasi anggota kelompok yang
kesulitan melakukan penyesuaian terhadap re-
strategi tersebut adalah dengan berusaha dari
dalam dirinya terlebih dahulu, meskipun
membutuhkan waktu untuk membiasakan diri
dan membangun kebiasaan baru.

Caranya bisa dengan:


- Menerima perubahan yang ada,
karena pada dasarnya perubahan
terjadi pada semua orang di setiap
saat.
- Menerapkan sikap mental positif yang
berfokus pada berbagai kemungkinan
dan potensi dengan membiasakan diri
untuk membuka pikiran terhadap hal-
hal baru
- Menciptakan sifat proaktif dalam diri,
hal ini dapat mempercepat proses
adaptasi

12 Linda Ratnasari/kel 12. Izin Hafizha Ulya


bertanya ke kelompok 3, di Baik, memang benar perampingan dilakukan
dalam PPT dijelaskan dengan tujuan mengurangi ukuran organisasi.
perubahan perilaku Namun, perlu ditekankan, adanya
organisasi dapat dilakukan perampingan itu punya tujuan utama untuk
melalui perampingan yaitu meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
upaya-upaya mengurangi Selain itu, perusahaan menjadi lebih lincah
ukuran organisasi. Nah karena tidak terbebani dengan ukuran mereka
bisakah diberikan contoh yang besar.
mengenai pengimplemtasian
metode perampingan ini pada Contoh perampingan pada perusahaan :
instansi atau organisasi 1. Pengurangan tenaga kerja
kesehatan yang ada di Dilakukan dengan mengurangi unit atau
Indonesia? Terimakasih personil yang tumpang tindih. Mungkin
contohnya di divisi pemasaran yang mungkin
karena personil yang terlalu banyak dan
berkontribusi pada biaya operasi yang tinggi.
Nah mereka yang dikatakan kurang efisien itu
perusahaan bisa melakukan dengan cara
pensiun dini (menawari karyawan opsi untuk
pensiun lebih awal dengan memberi
persyaratan keuangan yang menguntungkan)
ataupun outplacement (mensponsori
karyawan dengan tunjangan sebagai paket
pesangon untuk membantu mereka pindah ke
pekerjaan lain).
2. Desain ulang organisasi dan sistem
Nah hal ini bisa dilakukan dengan cara
delayering, yakni menghapus lapisan
managerial untuk membuat organisasi kurang
birokratis.

13 Bifta / Kel 13 Hafizha Ulya


Faktor perubahan perilaku di Baik, izin menjawab. Menurut kami, kedua
organisasi kan terbagi faktor tersebut sama-sama berpengaruh pada
menjadi dua dari internal dan proses perubahan perilaku organisasi. Bahkan
eksternal. Nah dari kedua faktor internal seperti perilaku seseorang di
faktor tersebut faktor apa suatu organisasi dapat menjadi masalah
yang paling berpengaruh eksternal seperti citra perusahaan yang buruk
pada proses perubahan
perilaku organisasi? Dan Kemudian, faktor eksternal seperti perubahan
boleh dijelaskan apa perekonomian suatu negara dapat menjadi
alasannya? Terima kasih masalah internal yaitu menurunnya kinerja dan
produktivitas tenaga kerja.

Sehingga, faktor penyebab perubahan


perilaku secara internal dan eksternal dapat
memberikan masalah di internal dan eksternal
perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu,
perlunya pengelolaan tersendiri untuk
menghadapi perubahan suatu organisasi
seperti
1. Identifikasi suatu perubahan dengan
baik dan memikirkan strategi untuk
menghadapi
2. Membekali manajemen puncak dengan
pengetahuan dan keterampilan agar
dapat mengelola suatu perubahan
3. Bekerjasama yang solid antar divisi
dan saling membangun kepercayaan

14
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Minimal 20 artikel atau buku untuk referensi. (untuk artikel, minimal sinta 2)

Anda mungkin juga menyukai