Baik langsung saja kita masuk ke sesi penyajian materi dan setelah itu diikuti sesi
tanya jawab
Kepada para presentan saya persilahkan
Kelompok 3 :
Afanin Karin Zelmira 25000119140324
Dewi Nur Halizah 25000119130179
Hafizha Ulya Nafiu 25000119140256
Luthfiatun Nisa 25000119130189
Novinda Dwi Andini 25000119120021
Sukmawati Aulia Rohma 25000119140324
C. Level Organisasi
● Pengertian, Ciri, dan Prinsip Organisasi dan Organisasi Kesehatan
Organisasi merupakan suatu kelompok formal yang terdiri dari
dua orang atau lebih yang memiliki struktur organisasi dari pemimpin
hingga bagian-bagian pekerjaannya. Dalam kehidupan bermasyarakat,
organisasi yang sering ditemui adalah seperti asosiasi, klub, ikatan,
dan kelompok masyarakat.
Organisasi mencakup orang dan tujuan untuk mencapai kinerja,
hasil, agar nantinya menjadi arah yang benar sebagai sistem sosial.
Disamping itu, organisasi dapat diartikan sebagai usaha orang yang
dinamis dengan memanfaatkan mesin, peralatan, bahan mentah,
fasilitas dan uang yang memungkinkan orang-orang menghasilkan
sejumlah barang dan pelayanan.
Ciri-ciri organisasi umumnya mencakup beberapa hal yaitu
setiap anggota organisasi memiliki wewenang dan tanggung jawab,
diikat oleh persyaratan formal, pelaksanaan kegiatan diatur menurut
undang-undang, kegiatan dilaksanakan secara musyawarah mufakat,
adanya hubungan kerjasama internal dan eksternal, dan kejelasan
anggaran yang merupakan sistem kinerja organisasi.
Prinsip organisasi menurut Henry Fayol ada 14 prinsip,
diantaranya pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin,
kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, subordinasi kepentingan,
penggajian, pemusatan, rangkaian perintah, ketertiban, keadilan,
stabilitas jabatan, inisiatif, dan semangat kesatuan. Seluruh hal
tersebut perlu diterapkan secara baik dan benar di dalam organisasi
disertai rasa tanggung jawab setiap individu.
Organisasi pelayanan kesehatan adalah organisasi yang
aktivitas pokoknya melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah
layanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas.
Organisasi ini berfungsi membawa pesan kesehatan ke
keanggotaan mereka, memberikan dukungan untuk usaha individu,
dan membuat perubahan kebijakan yang memungkinkan dapat
berdampak perubahan individual. Contoh dari organisasi kesehatan
adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
● Komunikasi Pada Level Organisasi
Pada level organisasi, komunikasi perubahan perilaku
mencakup beberapa hal yaitu kebijaksanaan, praktik, program,
fasilitas, dan juga sumber. Komunikasi dalam suatu organisasi dapat
diartikan sebagai kelompok orang yang bekerja sama dan terjadi suatu
komunikasi atau hubungan sesuai dengan tugas yang diembannya.
Sehingga, nantinya bisa menampilkan perilaku yang mendorong
timbulnya kesadaran dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Melalui proses komunikasi, dapat ditentukan keputusan yang
akan dilakukan oleh setiap individu atau kelompok tentang bagaimana
menentukan langkah atau hasil yang akan diperoleh ke depan, karena
dengan komunikasi akan dapat dijadikan pedoman dalam menentukan
apakah kerjasama dapat dilanjutkan atau tidak dapat dilanjutkan.
Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu organisasi, merupakan proses penyampaian dan penafsiran ide-
ide, pesan dan perintah yang terjadi didalam totalitas unit suatu
organisasi, dengan menggunakan komunikasi yang relevan untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan konsistensi kehidupan
organisasi.
Komunikasi pada dasarnya dilakukan dengan memperhatikan
berbagai kepentingan dan kebutuhan orang yang ada dalam
organisasi. Hubungan yang harmonis antara anggota dengan
organisasi secara signifikan akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Kemudian, jika kinerja ini berhasil sesuai dengan rencana, maka
produktivitas organisasi juga akan meningkat. Komunikasi dalam suatu
organisasi menjadi suatu instrumen dalam menyebarkan berbagai
informasi untuk dikerjakan semua orang yang terlibat dalam organisasi.
Sehingga, komunikasi tersebut nantinya diharapkan bisa mengubah
perilaku dalam organisasi, yaitu dapat menciptakan suatu sinergi dan
kekuatan tersendiri pada organisasi.
Keberlangsungan komunikasi organisasi perlu kita perhatikan
karena berdampak pada perilaku organisasi tersebut. Perilaku yang
baik pada suatu organisasi dapat menciptakan sinergitas dan
produktivitas. Selain itu, perilaku organisasi juga perlu diubah untuk
kepentingan orang-orang yang ada di dalamnya karena terkait
kemampuan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang ada di
dalamnya.
● Jenis Komunikasi Pada Organisasi
Kegiatan komunikasi dalam organisasi terbagi menjadi 3 jenis,
yaitu
1. Komunikasi Vertikal Dari Atas ke Bawah
Komunikasi ini menyalurkan informasi dari direktur kepada ketua
divisi ataupun ketua divisi ke anggotanya. Berfungsi untuk
menjelaskan dan membangun dukungan visi, misi dan strategi
organisasi, memberi perintah kepada pengikut, menjelaskan tugas
pokok dan fungsi, serta menjelaskan kebijakan dan
pelaksanaannya.
2. Komunikasi Vertikal Dari Bawah ke Atas
Komunikasi ini menyalurkan informasi dari anggota organisasi
kepada atasannya.
Komunikasi vertikal berfungsi untuk mengumpulkan informasi yang
berharga, memberikan kesempatan kepada para anggota untuk
mengemukakan keluhan dan mengajukan pertanyaan,
memperoleh umpan balik, dan mengemukakan problem
pelaksanaan tugas.
3. Komunikasi Horizontal
Berfungsi untuk menyalurkan informasi sesama anggota yang
berasal dari unit kerja yang sama. Komunikasi horizontal berfungsi
untuk, mengkoordinasikan aktivitas, saling berbagi informasi,
memecahkan problem dan konflik, dan mengembangkan
kerjasama dan saling mengerti.
● Perubahan Perilaku Organisasi
Perubahan perilaku suatu organisasi secara sederhananya
dapat diartikan adalah pembahasan mengenai mengapa, kapan, dan
bagaimana organisasi melakukan perubahan pada lingkup mereka
(Hatch, 1997: 350). Faktor terjadinya perubahan terbagi menjadi 2 hal,
yaitu
A. Faktor Internal
Menyangkut faktor internal organisasi. Contohnya perubahan
tujuan, perubahan jumlah personel, menurunnya semangat kerja
dalam suatu organisasi, dll.
B. Faktor Eksternal
Disebabkan oleh perubahan lingkungan organisasi. Contohnya
regulasi pemerintah, kondisi ekonomi, tindakan pesaing, dan lain
sebagainya.
Kemudian, setelah faktor-faktor tersebut muncul, perubahan perilaku
organisasi pun terjadi. Perubahan perilaku juga dikategorikan menjadi
beberapa hal sesuai komunikasi yang bisa diterapkan, yakni :
A. Restrukturisasi
Biasanya dilakukan ketika struktur organisasi dianggap tidak
memadai lagi (dalam arti, tidak efektif dan efisien) untuk mencapai
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan organisasi. Dilakukan dengan
cara unifikasi (penggabungan beberapa unit kerja), deorganisasi
(penghapusan satuan organisasi), dan revitalisasi
(memberdayakan organisasi).
B. Rekayasa Ulang
Merupakan perubahan pada sistem-sistem kerja organisasi
(misalnya sistem produksi, sistem pasokan input, sistem
pemasaran, sistem komunikasi, dan lain-lain). Tujuannya adalah
membangun keterkaitan yang lebih efektif dan efisien di antara
sistem sistem tersebut.
C. Restrategi
Dilakukan ketika posisi strategis organisasi sudah tidak sesuai lagi
dengan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. Ini bisa
berlaku pada level strategi korporasi atau strategi bisnis. Jadi,
disini strategi organisasi harus disusun ulang.
D. Akuisisi
Merupakan pengambil-alihan suatu perusahaan oleh perusahaan
lain. Dalam hal ini bisnis yang dikelola oleh perusahaan yang
diakuisisi biasanya diintegrasikan kepada perusahaan yang
mengakuisisi. Perlu perubahan organisasi, baik pada sisi
perusahaan yang diakuisisi maupun perusahaan yang
mengakuisisi. Bentuk lain akuisisi adalah merger, yakni
penggabungan dua perusahaan (biasanya bergerak pada bisnis
yang sama) untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu.
E. Perampingan
Perampingan adalah upaya-upaya mengurangi ukuran organisasi,
sedemikian rupa sehingga dapat lebih efisien. Ini bisa dilakukan
dengan menutup unit unit yang dianggap tidak esensial atau tidak
menguntungkan program-program kualitas yang biasanya
dilakukan untuk memperbaiki mutu produk atau jasa yang
dihasilkan suatu organisasi.
F. Pembaruan Kultur
Upaya-upaya untuk mengubah nilai-nilai dan norma-norma di
dalam organisasi. Ini dilakukan ketika budaya organisasi
dipandang sudah tidak cocok lagi dengan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran organisasi, sehingga perlu dikembangkan suatu
budaya baru.
● Contoh Komunikasi Perubahan Perilaku Pada Level Organisasi
Komunikasi pada level organisasi dapat muncul baik itu saat
ada permasalahan ataupun tidak ada permasalahan sama sekali. Jika
permasalahan kesehatan muncul seperti halnya kurang maksimal
informasi yang diberikan nakes, kunjungan nakes terbatas pada
keluarga sasaran, kurangnya pembinaan UKMB (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat). dan pemberian TTD serta PMT tidak
sampai ke target. Maka, diperlukanlah perubahan perilaku organisasi
yakni restrategi dan penguatan komunikasi di dalam organisasi secara
vertikal agar nantinya dapat memaksimalkan kinerja yang seharusnya
untuk meningkatkan derajat masyarakat. Itulah yang disebut
komunikasi perubahan perilaku pada suatu organisasi.
F. Kesimpulan
Salah satu strategi komunikasi perubahan perilaku dalam level
kebijakan (masyarakat umum( yang dapat digunakan adalah advokasi
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian publik terhadap
kesehatan, dan meningkatkan alokasi sumber daya untuk kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Briscoe, Ciara.,& Aboud, Frances. (2012). Behaviour Change Communication
Targeting Four Health Behaviour in Developing Countries: A review of
change techniques. Social Science & medicine, 75, 612-621.
Bronfenbrenner, U., (2009). The ecology of human development: Experiment by nature
and design. Harvard University press.
Buse, Kent., Mays, Nicholas., & Walt, Gill. (2012). Making Health Policy
UNDERSTANDING PUBLIC HEALTH. New York: McGraw-hill Open Univer.
Tamba, D. (2017). Aplikasi Theory Of Planned Behavior untuk Memprediksi Perilaku
Mahasiswa Membeli Laptop Lenovo (Studi Kasus: Mahasiswa Fe-Unika
Santo Thomas Su). Jurnal Manajemen dan Bisnis, 119-145.
Setyoningsih, A., & Artaria, M. D. (2016). Pemilihan penyembuhan penyakit melalui
pengobatan tradisional non medis atau medis. Masyarakat, Kebudayaan
dan Politik, 29(1), 44-56.
Gautam, Santosh. (2016). Mass Media for Health Communication and Behavioural
Change: A Theoretical Framework. 4. 20-36.
Glanz, K., & bishop, D. B. (2010). the Role of behavioral science theory in development
and implementation of public health intervention. Annual review of public
health, 31, 399-418.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku (KPP) dalam Pencegahan Covid-19.
Rusmitasari, H. (2020). MODUL ORGANISASI DAN MANAJEMEN KESEHATAN.
Muhawarman, Aji., Ayuningtyas, Dumilah., & Misnaniarti. (2017). Formulasi Kebijakan
Komunikasi untuk Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan. Jurnal
MKMI, 13(2),97-106.
Nancy, S., & Dongre, R. Amol. (2021). Behaviour change communication: Past,
present, and future. Indian J Community Medicine. 46, 186-190.
Nellitawati, N. (2005). Komunikasi Dalam Organisasi.
Satriawan, E. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024.
Jakata: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
https://sbccimplementationkits.org/sbcc-in-emergencies/learn-about-sbcc-and-
emergencies/what-is-social-and-behavior-change-communication/
Annur, A. 2013. Difusi dan Adopsi Inovasi Penanggulangan Kemiskinan (Studi Difusi
dan Adopsi Inovasi dalam Layanan “Mbela Wong Cilik” Unit Pelayanan
Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) di Kabupaten Sragen).
Journal of Rural and Development, 4(1): 69-82.
Rusmiarti, D. 2015. Analisis Difusi Inovasi dan Pengembangan Budaya Kerja Pada
Organisasi Birokrasi. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi, 6(2):
85-100.
Zainal, Muh. (2018). Implementasi Advokasi, Komunikasi, Mobilisasi Sosial Dalam
Program Pembangunan Bidang Kesehatan [Sebuah Tinjauan Teoritis].
Jurnal Perspektif Komunikasi. 1(3).
No Pertanyaan Jawaban
3 PRESENTASI
10
14
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Minimal 20 artikel atau buku untuk referensi. (untuk artikel, minimal sinta 2)