Anda di halaman 1dari 8

Determinan – Determinan Yang Mempengaruhi Promosi Kesehatan

Menurut WHO (1948), sehat adalah kondisi sempurna secara fisik, mental, dan sosial, bukan
sekedar tidak adanya penyakit ataupun ketidakmampuan/cacat. Sedangkan menurut UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009, sehat adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial
dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial.

Determinan-determinan yang mempengaruhi kesehatan, terdiri dri:

1. Determinan fisik, seperti kebersihan lingkungan, iklim, cuaca, dll


2. Determinan biologik, seperti mikroorganisme, virus, bakteri, parasit, dll
3. Determinan sosial dan lingkungan, seperti kemiskinan, pengangguran, kelestarian
lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte and Feather, 1996).
Sarjana Marmot (1999), menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu:
a. Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, biasanya lebih berisiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah
b. Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan sekarang
c. Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kesehatan di usia dini atau awal
kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang
baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi, dan
kemampuan intelektual di masa dewasa
d. Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke
tempat lain yang asing, merasa di kucilkan, kehilangan harga diri, sangat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang
e. Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian
f. Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera,
bukan hanya untuk pekerja tapi juga untuk seluruh keluarganya. Keadaan yang
sebaliknya terjadi pada penganggur
g. Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan masyarakat
h. Ketergantungan pada narkoba
Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan.
Alkohol, narkoba, dan merokok, sangat erat hubungannya dalam memberikan
dampak buruk pada kehidupan sosial dan ekonomi
i. Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam
kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi
maupun kelebihan gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit
j. Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti mengurangi polusi yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Teori dalam Promosi Kesehatan:

1. Model Promosi Kesehatan Pender


Teori ini dikembangkan pada 1980-an dan direvisi pada 1996. Model ini
mengeksplorasi berbagai faktor biopsikososial yang mempengaruhi idividu untuk
melakukan kegiatan promosi kesehatan. HPM menjelaskan bahwa perilaku kesehatan
merupakan hasil tindakan yang ditujukan untuk mendapatkan hasil kesehatan yang
optimal. Model ini berisi tujuh variabel yang berkaitan dengan perilaku kesehatan,
serta karakteristik individu yang dapat mempengaruhi hasil perilaku.

2. The health belief model (model keyakinan kesehatan)


Model ini disusulkan pada tahun 1958. Model HBM dikembangkan oleh suatu
kelompok psikolog sosial untuk mencoba menjelaskan mengapa masyarakat gagal
berpartisipasi dalam skrining tuberkulosis (Hochbaum, 1958). Penelitian ini
menghasilkan bahwa informasi saja tidak cukup untuk memotivasi seseorang untuk
bertindak. Individu harus tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya sebelum mereka dapat mengambil tindakan.
HBM memiliki beberapa gagasan: dirasa keseriusan, kerentanan yang dirasakan,
manfaat yang dirasakan dari perawatan, hambatan yang dirasakan untuk pengobatan,
isyarat untuk bertindak, dan kemanjuran diri. Semua hal tersebut berhubungan dengan
persepsi klien.
Konsep Definisi
Kerentanan yang dirasakan Kepercayaan seseorang tentang kemungkinan
mendapatkan kondisi tertentu
Keparahan yang dirasakan Kepercayaan seseorang tentang keseriusan kondisi
yang didapatkan
Manfaat yang dirasakan Kepercayaan seseorang pada kemampuan tindakan
yang disarankan untuk mengurangi resiko kesehatan
atau keseriusan dari kondisi tertentu
Hambatan yang dirasakan Kepercayaan seseorang tentang biaya nyata dan
psikologis dar tindakan yang disarankan
Petunjuk untuk bertindak Strategi atau kondisi di lingkungan seseorang yang
mendorong kesiapan untuk melakukan tindakan
Self-efficacy Kepercayaan seseorang pada kemampuan seseorang
untuk mengambil tindakan untuk mengurangi resiko
kesehatan.

3. The Transtheoretical Model


Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan
seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan
strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan
perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Suatu model yang teoritis
tentang perubahan perilaku, yang telah (menjadi) basis untuk mengembangkan
intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan perilaku kesehatan.

Tahap Perubahan Perilaku :


1) Contemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa
depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang
mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang
konsekuensi dari perilaku mereka.
2) Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang
lalu.
3) Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam
model ini perilaku tidak menghitung semua tindakan.
4) Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi
tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya
orang-orang dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk
terakhir.
5) Relaps (Kekambuhan)
Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema dapat
terjadi pada proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan
merupakan kembalinya perilaku seseorang pada kebiasaan yang lama.
Biasanya pada tahap pelaksanaan (action) maupun pemeliharaan
(maintenance)

4. Theory of Reasoned Action


Teori ini menguhubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak
(intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku,
artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik
adalah mengetahui kehendak orang tersebut.
Beberapa komponen dalam Theory of Reasoned Action :

1) Behavior Belief
Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu, disini
seseorang akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut
(outcome of the behavior), disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya
konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu bila ia melakukan
perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome)
2) Normative Belief
Mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak
dari norma-norma subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan
seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang
dianggap penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang
untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting kita menerima saran atau
anjuran dari orang lain)
3) Attitude towards the behavior
Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau
keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi seuatu perilaku dan
penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang
menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu
objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan poin penentu
perubahan perilaku yang ditujukan oleh perubahan sikap seseorang dalam
menghadapi sesuatu.
4) Importance Norms
Norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di masyarakat, adalah
pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang
tinggal. Unsur-unsur sosial budaya yang dimaksud seperti “gengsi” yang juga
dapat membawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah
perilaku.
5) Subjective Norms
Norma subjektif atau norma yang dianut seseorang atau keluarga. Dorongan
anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar
seseorang dapat menerima perilaku tertentu, yang kemudian diikuti dengan
saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau kerabat. Kemampuan anggota
keluarga atau kerabat terdekat mempengaruhi seorang individu untuk
berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman,
pengetahuan dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku tertentu dan
keyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti yang
disarankan.
6) Behavioral Intention
Niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan norma
subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untuk rugi dari perilaku tersebut (outcome of
behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-
konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding og the
outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-
normasubjektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang
terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap
penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
7) Behavior
Perilaku adalah sebuah tingakan yang telah dipilih seseorang untuk
ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan
transisi niat atau kehendak ke dalam action atau tindakan.

Sumber :
Nies, Mary A. dan Melani McEwen. 2015. Community/Public Health Nursing 6th Edition.
Elseiver.

Susilowati, Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai