Anda di halaman 1dari 51

MODEL TEORI DAN

NILAI PROMOSI
KESEHETAN
Selviana Kalimatus
201804051
D3 Keperawatan
HEALTH BELIEF
MODEL
PENGERTIAN
 Health belief model merupakan suatu konsep yang
mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak
mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker, 1984).Health
belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk
teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku
sehat (Conner, 2005).
 Health belief model adalah suatu model yang digunakan
untuk menggambarkan kepercayaan individu terhadap
perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan
perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku
pencegahan maupun penggunaan fasilitas kesehatan. Health
belief model ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku
kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk
pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis. Namun
akhir-akhir ini teori Health belief model digunakan sebagai
prediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan.
GAMBARAN HEALTH BELIEF MODEL
 Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakankonstruk
tentang resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini
mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari
kondisi kesehatannya.
 Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.Perasaan mengenai
keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputikegiatan evaluasi
terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian,
cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi
(seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan
sosial).
 Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan.Penerimaan
susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat
menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong
untuk menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung kearah
perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang
terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam
mengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang
dirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya
kesehatan tersebut.
 Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk
berubah, atau apabila individu menghadapi rintangan yang
ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Sebagai
tambahan untuk empat keyakinan (belief) atau persepsi.
 Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan
motivasi individu untuk selalu hidup sehat. Terdiri atas
kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta health value
(Conner,2005).
 Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal
yang menjadi isyarat bagi seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau perilaku. (Becker dkk, 1997 dalam
Conner &Norman, 2003). Isyarat-isyarat yang berupa
faktorfaktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-
pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau
anggota keluarga lain, aspek sosiodemografismisalnya
tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan
danpengawasan orang tua, pergaulan dengan teman,
agama, suku, keadaanekonomi, sosial, dan budaya.
FAKTOR YANG MEMPENGRUHI
 Faktor demografis: kelas sosial ekonomi. Individu yang
berasal dari kelas sosial ekonomi menengah kebawah
memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor
yang menjadi penyebab suatu penyakit
 Edukasi: merupakan faktor yang penting sehingga
mempengaruhi health belief model individu (Bayat
dkk, 2013). Kurangnya pengetahuan akan
menyebabkan individu merasa tidak rentan terhadap
gangguan, yang dalam suatu penelitian yang dilakukan
oleh Edmonds dan kawan –kawan adalah osteoporosis
(Edmonds dkk, 2012).
 Kognitif: seperti keyakinan dan sikap dan berkaitan
dengan proses berfikir yang terlibat dalam
pengambilan keputusan individu dalam menentukan
cara sehat individu.
ASPEK-ASPEK POKOK PERILAKU
KESEHATAN
A. Ancaman
1. Presepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau
kesedian menerima diagnosa sakit)
2. Presepsi tentang keparahan sakit atau kondisi kesehatannya
B. Harapan
3. Presepsi tentang keuntungan suatu tindakan
4. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan suatu tindakan.
C. Pencetus tindakan : media, pengaruh orang lain dan hal-hal yang
mengingatkan (reminder)
D. Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau
gender, suku bangsa).
E. Penilaian (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan
itu) (Anonim,2012)
 Factor-faktor demogrefis : usia, gender, status socialekonomi, dan lain-
lain
 Factor-faktor psikologis : tekanan rekan sebaya, gaya kepribadian dan
lain-lain.
PENGERTIAN PENGOBATAN
ALTERNATIF
 Menurut Kuntari (2008), paradigma pemahaman
tentang pengobatan alternatif sebenarnya
merupakan ekspresi dari rasa frustrasi dan respon
masyarakat terhadap tingginya biaya pengobatan
dan kesehatan secara medis.
 Pengobatan alternative juga bisa diartikan sebagai
jenis pengobatan yangdilakukan diri sendiri
dengan melakukan pola hidup sehat dan pola
makan yang sehat pula. Sedangkan pengobatan
tradisional biasanya idntik dengan pengobatan
melalui jamu-jamuan dan cara pengobatan
terdahulu yang sudah digunakan sejak nenek
moyang (turun temurun).
PROSES PSIKOLOGI DALAM PEMILIHAN PENGOBATAN
ALTERNATIVE SEBAGAI PENANGANAN KESEHATAN
MENURUT TEORI HEALTH BELIEF MODEL
 Perilaku kesehatan individu untuk menentukan pilihan individu
terhadap berbagai fasilitas kesehatan mana yang akan digunakan
untuk mendapakan penanganan sakit yang dialami individu
tersebut.
 perilaku kesehatan bergantung pada tiga jenis factor yaitu:

a. Faktor motivasi untuk mengobati sakitnya.


b. Faktor belief in health threat
c. Faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat maupun
rintangan yang dilakukan
 perilaku dan usaha ketika individu mengalami nyeri

a. Tidak bertindak apa-apa (no action)


b. Pengobatan sendiri (self treatment)

c. Pengobatan Alternative (tradisional remedy)


d. Mencari Pengobatan modern baik yang disediakan oleh
pemerintah maupun swasta seperti puskesmas dan rumah sakit.
PENYEBAB INDIVIDU MEMILIH DAN
MENJALANI PENGOBATAN ALTERNATIVE
 Penentuan pemilihan pengobatan yang dilakukan masyarakat,
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti
pengetahuan, masalahbiaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap
hasil pengobatan, ketidakpuasan dengan pelayanan yang diterima
dalam menjalani pengobatan, beberapa kasus malpraktek, dan
letak tempat pelayanan kesehatan.
 Individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman,
persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu obyek stimulus
atau situasi tertentu.Tindakan individu ini merupakan tindakan
sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan
sarana-sarana yang paling tepat (Batubara, 2009). Tingkat sosial
ekonomi merupakan menggambarkan kedudukan seseorang dalam
bermasyarakat yang biasanya ditentukan oleh unsur pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan yaitu kelompok tinggi, kelompok
menengah, dan kelompok rendah. Tingkat sosial ekonomi dapat
mempengaruhi seseorangdapat menentukan suatu pilihan
pengobatan yang ada sesuai dengan kemampuannya.
PERSPEKTIF TEORITIK

 Prespektif mengenai pengobatan alternatif


yaitu Pengobatan alternatif menjadi sebuah
topik yang sedang marak-maraknya beberapa
tahun ini. Pengobatan ini menjadi salah satu
usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menyelesaikan permasalah kesehatan yang
sedang mereka alami.
MODEL
TRANSTHEORETICAL
PENGERTIAN
 Model transtheoretical adalah suatu model yang
diterapkan untuk menilai kesiapan seorang
individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang
baru dan memberikan strategi atau proses
perubahan untuk memandu setiap individu melalui
tahapan perubahan untuk bertindak dalam
pemeliharaan kesehatan. Suatu model yang
teoritis tentang perubahan perilaku, yang telah
(menjadi) basis untuk mengembangkan intervensi
yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan.Transteoretical model ini
adalah sebuah model integrative pada perubahan
perilaku
PROSES TRANSTHEORETICAL MODEL
 1. Tahap Perubahan Perilaku
 Tahapan perubahan model pada awalnya
dikembangkan pada tahun 1970-an dan 1980-an
oleh James Prochaska dan Carlo DiClemente di
Universitas Rhode Island ketika mereka sedang
belajar bagaimana perokok bisa melepaskan
kebiasaan atau kecanduan, sebagai perubahan
perilaku yang menjelaskan proses mulai dari
diperolehnya sebuah perilaku baru hingga pada
pemeliharaan perilku tersebut. Tahapan
perubahan berguna dalam menjelaskan kapan
terjadinya perubahan dalam kognitif, emosi, dan
perilaku.
 2. Proses Perubahan Perilaku
 Proses perubahan berguna untuk membantu
menjelaskan bagaimana strategi atau teknik untuk
modifikasi terjadinya perubahan tersebut. Proses
Perubahan adalah kegiatan terselubung maupun
terbuka yang digunakan orang untuk maju melalui
tahap-tahap. Proses perubahan memberikan
panduan penting bagi program intervensi, karena
proses adalah variabel independen bahwa orang
perlu untuk menerapkan, atau terlibat dalam,
untuk berpindah dari panggung ke panggung.
 3. Decisional Balance (Putusan Seimbang)
 Pengambilan keputusan dikonseptualisasikan
sebagai "neraca" untuk keputusan dengan
mengkomparasi antara keuntungan dan kerugian
perubahan perilaku. Dua komponen
keseimbangan putusan, pro dan kontra, telah
menjadi konstruksi kritis dalam model
transtheoretical. Individu mengalami perubahan
dengan cara yang kritis berdasarkan tahap
perubahan (stage of change) dan keseimbangan
putusan.
 4. Self-Efficacy (Kepercayaan Diri)
 Mencerminkan tingkat kepercayaan individu
memiliki perubahan yang diinginkan dalam
menjaga perilaku mereka dalam situasi yang
sering memicu kambuh. Hal ini juga diukur
dengan kemungkinan individu merasa tergoda
untuk kembali ke perilaku bermasalah mereka
dalam situasi berisiko tinggi. Pada tahap pre-
contemplation dan contemplation, godaan
individu untuk terlibat dalam perilaku bermasalah
jauh lebih besar.
APLIKASI TEORI PERILAKU
TRANSTHEORITICAL MODEL
 Fokus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penggunaan kondom dan kontrasepsi.
Model ini diaplikasi dengan dua pendekatan intervensi yang berbeda yaitu fasilitas-based
intervensi (konseling individual untuk perempuan di klinik, penampungan, dan pusat-pusat
perawatan narkoba) dan intervensi pada tingkat masyarakat (termasuk produksi media kecil
bahan, jalan penjangkauan, dan masyarakat mobilisasition). Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa transtheoretical model memiliki nilai untuk desain dan pelaksanaan program
pencegahan HIV.
 Contoh Intervensi untuk mencegah HIV dengan menggunakan kondom :
1. Precontemplation
Wanita/mereka tidak berniat dalam menggunakan kondom secara konsisten dalam hubungan
badan pada masa mendatang (6 bulan ke depan).
2. Contemplation
Mereka sudah memikir serius/niat dalam menggunakan kondom secara konsisten dalam berikutnya
6bulan tetapi belum membuat komitmen untuk mengambil indakan dalam waktu dekat).
3. Preparation
Mereka sudah berniat untuk mulai menggunakan kondom setiap kali mereka berhubungan badan
pada 1 bulan kedepan dan mungkin sudah mulai menggunakan tapi tidak konsisten).
4. Action
Mereka telah mulai menggunakan kondom setiap kali berhubungan intim tetapi merek
melakukannya
masih kurang dari 6 bulan).
5. Maintenance
(Kondom telah digunakan pada setiap tindakan hubungan seksual selama 6 bulan atau lebih).
TEORI SEBAB
AKIBAT
KONSEP DASAR SIKAP DAN PERILAKU
 Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap
seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau
emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau
kecenderungan untuk bereaksi
 Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap
adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau
pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau
persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya
dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam
menghadapi suatu objek.
 Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan respon Skinner, cit.Notoatmojo 1993).
Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari
pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan
tindakan(ketrampilan).
KLASIFIKASI PERILAKU KESEHATAN
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health
maintanance). perilaku pemeliharaan kesehatan ini
terdiri dari tiga aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan
penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau
fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking
behavior)
a. Perilaku kesehatan lingkungan
b. Perilaku hidup sehat
c. Perilaku sakit (illness behavior)
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior).
TEORI-TEORI PERUBAHAN PERILAKU

 1. Teori S-O-R: Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:


a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami)
stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus
 2. Teori “Dissonance” : Festinger. Perilaku seseorang pada saat
tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan
dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
a. Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam
diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).
b. Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif
(menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku
baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).
 3. Teori fungsi: Katz
a. Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab
itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan
orang (subyek).
b. Prinsip teori fungsi:
 Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan
subyek)
 Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi
lingkungan (bila hujan, panas)
 Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons
terhadap gejala sosial)
 Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.
(marah, senang)
 4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

 Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan


pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining
forces).
 Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara
kedua kekuatan tersebut.
 Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN
PERILAKU
 a. Perubahan alamiah (natural change):
Perubahan perilaku karena terjadi perubahan
alam(lingkungan) secara alamiah
 b. Perubahan terencana (planned change):
Perubahan perilaku karena memang
direncanakan oleh yang bersangkutan
 c. Kesiapan berubah (Readiness to change):
Perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal(readiness) pada diri yang
bersangkutan, dimana proses internal ini
berbeda pada setiap individu.
STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU
  Inforcement:
a. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan,
dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.
b. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat,
tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
  Education:

a. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses


pembelajaran, mulai dari pemberian informasi
ataupenyuluhan-penyuluhan.
b. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng,
tetapi makan waktu lama.
HEALTH SEEKING BEHAVIOR
 Adalah perilaku orang untuk mencari
penyembuhan pada waktu ia sakit atau
mengalami nasalah kesehatan.
  Reaksi orang pada waktu sakit:

a. Tidak berbuat apa-apa


b. Diobati sendiri (tradisonal atau modern)
c. Mencari pengobatan: Ke pengobat
tradisional, Ke fasilitas kesehatan modern
(mantri, dokterpraktek swasta, Puskesmas,
Rumah Sakit)
PERUBAHAN PERILAKU SEBAGAI
DAMPAK PROMOSI KESEHATAN
 Untuk mencapai perubahan perilaku, ada
beberapa cara yang bisa ditempuh, yaitu :
a. Dengan Paksaaan.
b. Dengan memberi imbalan.
c. Dengan membina hubungan baik.
d. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
e. Dengan memberikan kemudahan.
f. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
MODEL DAN TEORI SIKAP
 Perkembangan teori tentang sikap sudah sangat maju.
Sikap juga dapat digambarkan dalam bentuk model.
Model tradisional menggambarkan pengaruh informasi
dari lingkungan luar pribadi seseorang, di mana
informasi tersebut akan diolah dengan menggunakan
elemen internal dari seseorang, untuk menghasilkan
sikap terhadap objek. Teori kongruitas
menggambarkan pengaruh antara dua jenis objek, di
mana kekuatan satu sama lain dapat saling
mempengaruhi persepsi konsumen. Dan model
terakhir adalah model Fishbein yang merupakan
kombinasi dari kepercayaan objek terkait dengan
atribut dan intensitas dari kepercayaan tersebut.
Model Fishbein ini kemudian dimodifikasi dengan
menambahkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap
terhadap perilaku dan norma subjektif.
STRESS DAN
COPING
PENGERTIAN STRES
 Stres adalah keadaan yang bersifat internal, yang
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau
lingkungan, dan situasi social yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol (Morgan & King ,
dalam Umam, 2010). Stres juga dapat berarti
respon dari diri seseorang terhadap tantangan
fisik maupun mental yang datang dari dalam atau
luar dirinya (Nasrudin, 2010). Stress merupakan
tanggapan seseorang terhadap perubahan di
lingkungan yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam baik secara fisik
maupun mental.
MODEL OF STRESS
 1. Engineering model melihat stres eksternal
memunculkan reaksi stres, atau strain ,pada individu.
Stres terletak dalam ciri-ciri stimulus lingkungan : stres
adalah apa yang terjadi pada seseorang (bukan apa yang
terjadi dalam diri seseorang).
 2. Physiological model terutama menyangkut apa yang
terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat stres (aspek-
aspek “respon” dari engeering model), khususnya
perubahan-perubahan fisiologis.
 3. Transactional model merepresentasikan semacam
percampuran antara kedua model yang pertama dan
banyak mengacu pada penelitian Lazarus (1966). Bagi
Lazarus dan Folkman (1984) stres adalah hubungan
tertentu antara seseorang dan lingkungan yang nilai oleh
orang itu sebagai hal yang berat atau melampaui sumber
dayanya dan membahayakan kesejahteraannya.
HOW DOES STRESS AFFECT US
PHYSICALLY
 Upaya adaptasi terhadap kehadiran situasi stress
yang terus menerus dapat menurunkan body’s
resources secara drastis sehingga rawan
penyakit/gangguan. Gangguan psikofisiologis
adalah gangguan-gangguan fisiologis yang diyakini
melibatkan emosi menjadi peranan utamanya.
Para peneliti mencari hubungan antara penyakit
spesifik dan karakeristik yang mengikutinya, atau
dengan jalan ‘coping’ yang seperti apa, dengan
peristiwa stressful.
ASPEK FISIOLOGIS DARI STRES
 General Adaptation Syndrome
1. Fase Alarm (Alarm Phase)
Fase ini adalah fase saat tubuh menggerakan sistem saraf simpatetik
untuk menghadapi ancaman langsung. Ancaman dapat berbentuk
apapun, mulai dari mengerjakan tes yang materinya belum anda
pelajari hingga melarikan diri seekor anjing.
2. Fase Penolakan (Resistance Phase)
Fase dimana tubuh berusaha menolak atau mengatasi stressor yang
tidak dapat dihindari. Selama fase ini, respon fisiologis yang terjadi
pada fase alarm terus berlangsung, namun respon-respon tersebut
membuat tubuh menjadi lebih rentang terhadap stressor-stresor lain.
3. Fase Kelelahan (Exhaustion Phase)
Saat stres yang berkelanjutan menguras energi tubuh, meningkatkan
kerentanan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya akan
memunculkan penyakit. Reaksi yang sama, yang membuat tubuh
merespon tantangan secara efektif pada fase alarm akan merugikan
apabila berlangsung secara terus menerus. Otot-otot yang tegang
dapat mengakibatkan sakit kepala dan sakit leher.
STRESS AND THE IMMUNE SYSTEM
 Banyak ahli bekerja dilintas bidang spesialisasi dengan istilah
psikoneuroimunologi (PNI). Istilah “psiko” mengacu pada proses
psikologis seperti emosi dan persepsi; “neuro” terkait system saraf
dan endokrin; “imunologi” mengacu pada sistem kekebalan tubuh
mampu melawan pernyakit dan infeksi. PNI menginvestigasi
hubungan antara stres dan fungsi imun/kekebalan
 Para peneliti PNI tertarik pada sel darah putih dalam sistem
kekebalan tubuh, yang dirancang untuk mengenali unsur-unsur asing
atau berbahaya (antigen) seperti virus flu, bakteri, dan sel tumor
kemudian menghancurkan dan melumpuhkan mereka.
 Penelitian PNI menunjukkan bahwa sel T, salah satu diantara dua
tipe utama limfosit, dan sel darah putih yang memerangi antigen,
substansi asing seperti bakteri yang menginvasi tubuh, sangat rentan
terhadap stres. Menurunnya produksi sel T membuat tubuh lebih
rentan terhadap penyakit menular selama saat stres
 Beberapa peniliti PNI telah sampai pada tingkat di mana kerusakan
sel dapat dianalisis secara langsung untuk mendapatkan gambaran
mengenai cara stres menyebabkan penyakit, mempercepat proses
penuan, dan bahkan menimbulkan kematian dini.
PSYCHOLOGICAL RESPONSES TO
STRESS
1. Respon Fisiologis
 Didalam otak hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) diaktifkan oleh stres
dan hal ini yang akhirnya mendorong sekresi hormon. Ketika ancaman yang
dipersepsi tercatat di korteks, ia memberi sinyal pada amigdala, struktur
otak yang terutama bertanggung jawab untuk mengaktifkan respon stres,
yang menyekresi corticotrophin-releasing factor (CRF). CRF menstimulasi
batang otak untuk mengaktifkan sistem saraf simpatik. Dalam merespons
rangsangan simpatik, kelenjar adrenal melepaskan dua hormon. Yang
pertama adalah epinephrine (yang lazim dikenal sebagai adrenalin) yang
bertindak sebagai suatu neuromodulator dan menyebabkan dilepaskannya
nerophinephrine dan lebih banyak epinephrine ke dalam aliran darah yang
mengaktifkan system saraf simpatetik dalam tubuh. Pada saat yang sama,
hipotalamus mensekresi CRF yang menyebabkan pituitary mensekresi
hormone ACTH (adrenocorticotrophic hormone) dan hal ini menyebakan
korteks adrenal mensekresi hormone yang kedua, Cortisol. Kortisol yang
sering disebut “hormone stres” karena pelepasannya berkaitan erat dengan
stres. Kortisol memiliki tindakan yang kurang cepat dibanding adrenalin,
tetapi kortisol itu berfungsi dengan cepat untuk membantu tubuh
melakukan perbaikan dalam merespon cedera atau infeksi. Salah satu
fungsi kortisol adalah “penahanan” patogen dalam tubuh
2. Respon Psikologis
1. Anxiety (Kecemasan)
2. Anger and Aggression (Marah dan Depresi)
3. Apathy and Depression
4. Cognitive Impairment
Gejalanya:
a. sukar berkonsentrasi
b. sukar mengorganisasikan pikiran secara logis
c. mudah terganggu
d. performa mereka pada tugas kompleks kurang
memuaskan/buruk.
PSYCHOLOGICAL FACTORS RELATED
TO STRESS AND HEALTH
 1. Illness Behavior
Illness behavior (perilaku penyakit)—berperilaku
seakan-akan Anda sakit—juga berkaitan dengan
stres. Stres yang meningkat berkorelasi dengan
perilaku penyakit seperti melakukan kunjungan
lebih sering ke dokter atau membiarkan nyeri kronis
menginterferensi kegiatan sehari-hari (Taylor,1990).
Coping efektif melibatkan pengabaian
ketidaknyamanan fisik tertentu dan menjalani
kehidupan senormal mungkin, khususnya ketika
sedang mengatasi penyakit kronis.
2. Sikap bermusuhan (Hostility) dan Depresi
 ‘sikap bermusuhan’ disini tidak diartikan seabagai
mudah tersinggung atau kemarahan yang dialami
oleh semua orang disaat-saat tertentu, namun
sebagai sikap sinis atau kekejaman antagonistic,
yang merupakan karakteristik dari orang yang tidak
memepercayai oranglain dan selalu siap
memprovokasi perdebatan yang panas dan sengit
(Marshall dkk.,1994; T. Miller dkk., 1996).
 Depresi klinis juga setidaknya meningkatkan risiko
serangan jantung dan penyakit kardiovaskular
sebesar 2 kali lipat, sebagaimana ditemukan oleh
beberapa penelitian longitudinal skala besar yang
menemukan bahwa depresi kronis parah mendahlui
berkembangnya penyakit jantung selama bertahun-
tahun (Frasure-Smith & Lesperance, 2005; Schulz
dkk., 2000).
HOW CAN WE REDUCE THE IMPACT
OF STRESS ON OUR HEALTH?
1. Psychological coping strategies
a. Defense Mechanisms as Emotion – Focus Coping.
1. Repression
Dalam represi, impuls atau memori yang terlalu menakutkan dan
menyakitkan dikeluarkan dari kesadaran. Memori yang menimbulkan rasa
malu, bersalah, atau mencela diri sendiri seringkali direpresi.
2. Rationalization
Rasionalisasi adalah motif yang dapat diterima secara logika atau sosial
yang kita dilakukan sedemikian rupa sehingga kita tampaknya
bertindaksecara rasional.
3. Reaction Formation
Sebagian individu dapat mengungkapkan suatu motif bagi dirinya sendiri
dengan memberikan ekspresi kuat pada motif yang berlawanan.
4. Projection
Semua orang memiliki sifat yang tidak diinginkan yang tidak kita akui,
bahkan oleh diri sendiri. Salah satu mekanisme bawah sadar, proyeksi,
melindungi kita dari mengetahui keualitas diri kita yang tidak layak dengan
menampakkan sifat itu secara berlebihan pada diri orang lain.
5. Intellectualization
Intelektualitas adalah upaya melepaskan diri dari situasi stres
dengan menghadapinya menggunakan istilah-istilah yang
abstrak dan intelektual.
6. Denial
Denial merupakan mekanisme pertahanan di mana impuls
atau gagasan yang tidak dapat diterima tidak dihayati atau
tidak dibiarkan masuk ke kesadaran. Misalnya orangtua dari
anak yang menderita penyakit mematikan mungkin menolak
anaknya menderita penyakit serius, walaupun mereka telah
mendapatkan informasi lengkap tentang diagnosis dan
kemungkinan penyakitnya.
7. Displacement
Mekanisme pertahanan terakhir kita anggap memenuhi
fungsinya (menurunkan kecemasan) dan agak memuaskan
motif yang tidak dapat diterima. Melalui mekanisme
pengalihan (displacement), suatu motif yang tidak dapat
dipuaskan dalam bentuk diarahkan ke saluran lain.
b. Coping
1. Emotion-focused coping (EFC)
Emotion-focused coping melibatkan usaha mengurangi
emosi-emosi negatif yang menjadi bagian dari pengalaman
stres. Sebelum menjalani sebuah ujian besar, yang anda
lakukan adalah duduk dengan tenang dan bernapas dalam-
dalam untuk menenangkan diri.
2. Problem-focused coping (PFC)
Problem-focused coping (PFC) melibatkan mengambil
tindakan langsung untuk mengatasi masalahnya, atau
mencari informasi yang relevan dengan solusinya. Jika
pekerjaan yang dihadapi stressful, tindakan selanjutnya
mencari pekerjaan baru.
3. Psychological resources for coping with stress
(a) Memikirkan Kembali Masalah
(b) Mendapatkan Dukungan Sosial
(c) Sembuh Dengan Membantu Orang Lain
SEMBUH DENGAN
MEMBANTU
ORANG LAIN
PENGERTIAN SEHAT
 WHO (1984) telah menyempurnakan batasan sehat
dengan menambahkan satu elemen spiritual
(agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud
dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti
fisik, psikologik, dan sosial, tetapi juga sehat
dalam arti spiritual/agama (empat dimensi
sehat :bio-psiko-sosio-spiritual)
SUBJECTIVE WELL-BEING
 Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) adalah persepsi
seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari
evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan
merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis.
 Ada dua pendekatan teori yang digunakan dalam kesejahteraan
subjektif yaitu:
a. Bottom-Up Theory
Teori memandang bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup yang
dirasakan dan dialami seseorang tergantung dari banyaknya
kebahagiaan kecil serta kumpulan peristiwa- peristiwa bahagia.
b. Top-Down Theory
Kesejahteraan subjektif yang dialami seseorang tergantung dari
cara individu tersebut mengevaluasi dan menginterpretasi suatu
peristiwa/kejadian dalam sudut pandang yang positif. Perspektif
teori ini menganggap bahwa, individu lah yang menentukan atau
memegang peranan apakah peristiwa yang dialaminya akan
menciptakan kesejahteraan psikologis bagi dirinya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
1. Harga Diri yang Positif.
Campbell (dalam Compton,2000) menyatakan bahwa harga diri merupakan prediktor
yang menentukan kesejahteraan subjektif. Harga diri yang tinggi akan menyebabkan
seseorang memiliki kontrol yang baik terhadap rasa marah, mempunyai hubungan yang
intim dan baik dengan orang lain, serta kapasitas produktif dalam pekerjaan. Hal ini
akan menolong individu untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal
yang baik dan menciptakan kepribadian yang sehat
2. Kontrol Diri.
Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa ia akan mampu berperilaku
dalam cara yang tepat ketika menghadapi suatu peristiwa. Kontrol diri ini akan
mengaktifkan proses emosi, motivasi, perilaku dan aktifitas fisik. Dengan kata lain,
kontrol diri akan melibatkan proses pengambilan keputusan, mampu mengerti,
memahami serta mengatasi konsekuensi dari keputusan yang telah diambil serta
mencari pemaknaan atas peristiwa tersebut.
3. Ekstarversi
Individu dengan kepribadian ekstravert akan tertarik pada hal-hal yang terjadi di luar
dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya. Penelitian Diener dkk. (1999)
mendapatkan bahwa kepribadian ekstavert secara signifikan akan memprediksi
terjadinya kesejahteraan individual. Orang-orang dengan kepribadian ekstravert
biasanya memiliki teman dan relasi sosial yang lebih banyak, merekapun memiliki
sensitivitas yang lebih besar mengenai penghargaan positif pada orang lain (Compton,
2005) .
4. Optimis
Secara umum, orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih
bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi
dirinya dalam cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik
terhadap hidupnya, sehingga memiiki impian dan harapan yang positif
tentnag masa depan. Scheneider (dalam Campton, 2005) menyatakan
bahwa kesejahteraan psikologis akan tercipta bila sikap optimis yang
dimiliki oleh individu bersifat realistis.
5. Relasi sosial yang positif
Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial dan
keintiman emosional. Hubungan yang didalamnya ada dukungan dan
keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri,
meminimalkan masalah-masalah psikologis, kemampuan pemecahan
masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara
fisik.
6. Memiliki arti dan tujan hidup.
Dalam beberapa kajian, arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan
konsep religiusitas. Penelitian melaporkan bahwa individu yang
memiliki kepercayaan religi yang besar, memiliki kesejahteraan
psikologis yang besar.
TANDA-TANDA KEADAAN SEJAHTERA
DAN BAHAGIA
a. Hidup mereka memiliki arti dan arah
b. Jarang merasa diperlakukan secara tidak adil atau
dikecewakan oleh kehidupan
c. Mencapai Beberapa Tujuan Hidup yang Penting
d. Peduli dengan Pertumbuhan Perkembangan Pribadi
e. Memiliki keadaan hubungan mencintai dengan yang
dicintai secara mutualisma
f. Memiliki banyak teman
g. Orang yang menyenangkan dan bersemangat
h. Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang
menurunkan harga diri
i. Tidak memiliki ketakutan-ketakutan yang umumnya
dimiliki orang lain.
DIMENSI KESEHATAN JIWA DALAM
RUKUN IMAN
a. Iman Kepada Allah SWT
b. Iman Kepada Malaikat
c. Iman Kepada Para Nabi
d. Iman Kepada Kitab-Kitab
e. Iman Kepada Hari Kiamat
f. Iman Kepada Takdir
TANDA-TANDA KEBERHASILAN
PENCAPAIAN HAKIKAT HIDUP DAN
KEHIDUPAN YANG
HAKIKI
 Tersingkap Ketenangan Jiwa
 Tersingkap Potensi Qalb
 Tersingkap Potensi Pancaindera
 Tersingkap Akal Pikir
 Jiwa dalam Pengawasan Tuhannya
SYARAT TERCAPAINYA HIDUP DAN
KEHIDUPAN YANG BERMAKNA
1. Sehat sejahtera secara fisik
Contohnya: buruh gendong di pasar, buruh pemecah batu, olahraga
sumo
2. Sehat sejahtera secara psikologis
Contohnya: menyayangi kedua orangtua, menjadi guru dan
bersahabat bagi putra putrinya, menjadi tempat curhat, tempat
harmonis dan mesra dihari tua, bahagia dan merawat cucu tercinta
3. Sehat secara spiritual
Contohnya: membaca Al-Quran sejak usia dini, berdoa memohon
kasih sayang-Nya, ibadah haji
4. Sehat sejahtera secara finansial
Contohnya: usaha sukses, ternak itik, petelur dan pedaging yang
sukses
5. Sehat sejahtera secara sosial
Contohnya: menyantuni hamba yang fakir, membantu sesama
hamba Allah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai