Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika memahami konsep Promosi Kesehatan, Health Belief Model merupakan salah satu
dasar teori yang digunakan dalam upaya preventif dan promotif kesehatan. Model ini digunakan
untuk menjelaskan perilaku-perilaku sehat dalam suatu individu yang nantinya menjadi referensi
dalam melakukan upaya kesehatan masyarakat, pencegahan penyakit, atau manajemen penyakit
kronis. Health Belief Model menjelaskan perilaku seseorang untuk tidak terjangkit penyakit akan
mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan orang tersebut untuk mencegah atau
menanganinya. Tindakan mencegah ini menurut Health Belief Model terjadi karena beberapa
faktor, yaitu persepsi individu, faktor pemodifikasi, dan kemungkinan untuk bertindak. Faktor-
faktor ini menurut HBM terbentuk dikarenakan pengaruh bagaimana seseorang menilai
kesehatannya, yang mana hal ini dipengaruhi kepercayaan terhadap ancaman yang ditimbulkan
dari kondisi kesehatan tertentu, serta akibat dari masalah kesehatan tersebut.

Penggunaan Health Belief Model dalam promosi kesehatan sendiri sangat membantu
dalam menganalisis kasus-kasus kesehatan, utamanya kesehatan masyarakat. Melalui model ini,
permasalahan kesehatan dapat dianalisis kemungkinan perilaku seseorang terhadap suatu
penyakit. Model ini memberikan kerangka bagi petugas kesehatan, utamanya kesehatan
masyarakat dalam menentukan bagaimana upaya promosi kesehatan yang efektif dan efisien bagi
kelompok masyarakat tertentu, karena model ini menunjukan pengaruh kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, dan budaya terhadap kemungkinan perilaku kesehatan seseorang.

1.2 Tujuan

1. Memahami pengertian Health Belief Model


2. Memahami sejarah Health Belief Model
3. Memahami dan mengetahui prinsip-prinsip Health Belief Model serta penerapannya
4. Memahami dan mengetahui relevansi penggunaan Health Belief Model dalam
promosi kesehatan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Health Belief Model

Belief dalam bahasa inggris memiliki arti percaya atau keyakinan sehingga menimbulkan
tindakan atau perilaku tertentu. Belief juga erat kaitannya dengan dengan persepsi seseorang
yang dipengaruhi oleh budaya sehingga dari keyakinan tersebut akan menimbulkan suatu
tindakan atau perilaku tertentu. Sedangkan model mengacu pada suatu objek, benda, atau ide-ide
yang dimana ini adalah representasi dari suatu ide dalam suatu kondisi.

Model keyakinan Kesehatan atau sering disebut health belief model dan baru-baru ini
disebut dengan teori kognitif sosial telah diterapkan dengan berbagai keberhasilan untuk masalah
menjelaskan, memprediksi, dan mempengaruhi perilaku kesehatan. HBM merupakan suatu
konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku
sehat (Janz & Becker, 1984). HBM juga dapat diartikan sebagai konstruk teoritis mengenai
kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Norman & Conner, 2016). HBM juga dapat
dikatakan sebagai formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu, dapat dinilai dari
variabel yang meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitannya, kepercayaan mereka
bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut (Putri, 2016).

HBM adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan kepercayaan individu
terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan perilaku sehat dan salah
satunya adalah menggunakan fasilitas kesehatan. HBM ini sering digunakan untuk memprediksi
perilaku kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit
akut dan kronis. Namun akhir-akhir ini teori HBM digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku
yang berhubungan dengan konsep kesehatan. Konsep utama dari HBM adalah perilaku sehat
ditentukan oleh kepercayaan individual atau persepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia
untuk menghindari terjadinya suatu penyakit. Secara keseluruhan, HBM adalah model yang
menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun
usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan.

2
2.2 Sejarah Health Belief Model

Health Belief Model (HBM) dikembangkan pada tahun 1950- an oleh psikologi sosial
Hochbaum, Rosenstock, dan lainnya yang bekerja di Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika
Serikat untuk menjelaskan kegagalan orang yang berpartisipasi dalam program untuk mencegah
dan mendeteksi penyakit. Belakangan model tersebut diperluas oleh orang lain untuk
mempelajari tanggapan perilaku masyarakat terhadap kondisi yang berhubungan dengan
kesehatan. Sejak saat itu, HBM telah berevolusi untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat
dan telah diterapkan pada berbagai populasi dan perilaku kesehatan.

Health Belief Model (HBM) telah menjadi salah satu yang paling banyak kerangka kerja
konseptual yang digunakan dalam penelitian perilaku kesehatan baik untuk menjelaskan
perubahan dan pemeliharaan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dan sebagai kerangka
panduan untuk intervensi perilaku kesehatan (Glanz et al., 2002). Selama dua dekade terakhir
HBM telah diperluas dibandingkan dengan kerangka kerja lainnya untuk mendukung intervensi
mengubah perilaku kesehatan.

Pada saat itu terdapat alat medis untuk diagnosis penyakit seperti rontgen dada atau
skrining tuberculosis (TB) yang tidak dimanfaatkan dengan baik karena orang-orang yang
terkena TBC tidak mengenali gejala dan tidak mencari perawatan medis yang tepat. Pada
awalnya HB, berawal dari pemberian informasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan kepedulian tentang risiko kesehatan yang terkait dengan pencegahan penyakit tertentu.
Penyakit tersebut tentu bisa disembuhkan jika terdeteksi dini. Pendidik kesehatan juga ingin
orang memahami bahwa mereka dapat mengurangi risiko kesehatan dengan mengambil tindakan
tertentu. Psikolog berteori bahwa orang takut terkena penyakit serius sehingga ada diharapkan
kecenderungan untuk mengambil tindakan yang direkomendasikan (Green et al., 2020).
Singkatnya, individu akan menilai secara keseluruhan mengenai mengubah perilaku mereka
untuk mengurangi ancaman terhadap kesehatan mereka baru setelah itu akan memutuskan
apakah mereka bertindak atau tidak (Murphy, 2001)

HBM mencoba untuk memprediksi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dalam
hal kepercayaan tertentu. Motivasi seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan dapat menjadi
tiga kategori, (1) presepi individu, (2) faktor modifikasi, dan (3) kemungkinan tindakan. Persepsi

3
individu adalah faktor-faktor yang memengaruhi persepsi penyakit dan dengan pentingnya
kesehatan bagi individu, kerentanan yang dirasakan, dan keparahan yang dirasakan. Faktor
pengubah meliputi variabel demografis, ancaman yang dirasakan dan isyarat untuk bertindak.
Kemungkinan tindakan adalah manfaat jika mengambil tindakan kesehatan yang
direkomendasikan (Norman & Conner, 2016).

2.3 Prinsip-Prinsip Health Belief Model

Gambar 1.1 Health Belief Model (Rosenstock, Strecher & Becker, 1988)

1. Perceived Susceptibility

Perceived Susceptibility merupakan kepercayaan seseorang tentang kerentanan


tubuhnya terhadap penyakit. Perceived Susceptibility mengacu pada kemungkinan
mendapatkan suatu penyakit. Jika individu menyadari kerentanan maka akan
mempengaruhi perilaku individu terkait dengan kesehatan dan kepatuhan pada tindakan
pencegahan atau pengobatan.

2. Perceived seriousness

4
Perceived seriousness merupakan kepercayaan seseorang tentang keparahan
penyakit. Perceived seriousness juga mengacu pada tingkat keparahan kondisi
(konsekuensi medis seperti kecacatan, rasa sakit, atau kematian) dan dampaknya terhadap
gaya hidup (konsekuensi sosial seperti kemampuan kerja, kehidupan keluarga, hubungan
sosial, dsb). Perceived seriousness merupakan konsep penting dalam HBM karena
persepsi individu terkait keparahan penyakit akan memberikan mereka motivasi untuk
mengambil tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat. Jika individu merasa
kondisi atau masalah kesehatan sangat serius, maka mereka akan cenderung mengambil
tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri dari ancaman tersebut.

3. Perceived Threat

Perceived Threat merupakan kepercayaan terhadap ancaman yang dirasakan. Hal


ini mengacu pada sejauh mana individu berpikir bahwa dirinya rentan terhadap suatu
penyakit dan penyakit tersebut merupakan penyakit yang dianggap serius, sehingga
dianggap sebagai ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika ancaman yang dirasakan
meningkat maka perilaku pencegahan yang dilakukan juga akan meningkat.

4. Perceived Benefits

Perceived Benefits merupakan keyakinan tentang manfaat yang dirasakan bila


melakukan perilaku sehat. Hal ini mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas
berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit atau
menyembuhkan penyakit. Persepsi individu terkait manfaat dapat mempengaruhi
motivasi individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat.
Jika individu menyadari tindakan pencegahan atau pengobatan memiliki manfaat yang
signifikan dan efektif bagi kesehatan, maka kemungkinan besar mereka akan cenderung
menerapkan tindakan tersebut.

5. Perceived barriers

Perceived barriers merupakan keyakinan tentang rintangan yang akan dirasakan


bila melakukan perilaku sehat. Individu akan menghitung untung-rugi dan menimbang-
nimbang keefektifan sebuah tindakan. Apabila tindakan tersebut memakan biaya yang

5
mahal, tidak menyenangkan, sulit, memberikan rasa sakit, tidak nyaman, memakan
banyak waktu, dsb. Maka kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niat untuk
melakukan tindakan tersebut.

6. Cues to action

Cues to action merupakan suatu hal yang menjadi isyarat untuk melakukan
tindakan atau perilaku. Isyarat dapat meliputi faktor internal maupun eksternal. Isyarat
internal misalnya nyeri dada, mengi, dan lain-lain, sedangkan isyarat eksternal misalnya
pesan-pesan kesehatan melalui media massa, nasihat atau anjuran teman, konsultasi
dengan petugas kesehatan, dan sebagainya. Cues to action dapat meningkatkan motivasi
individu untuk mengambil tindakan pencegahan atau pengobatan. Jika individu menerima
pesan kesehatan atau pengingat tentang risiko kesehatan tertentu, mereka mungkin lebih
cenderung mengambil tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat. Selain itu, jika
individu menemukan poster kesehatan tentang tempat vaksin maka hal tersebut akan
membantu individu mengambil tindakan untuk melindungi kesehatan mereka.

7. Self-efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang untuk berhasil mengambil tindakan.


Keyakinan individu terhadap kemampuannya dapat mempengaruhi motivasi dan
keberhasilan dalam melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat. Ketika
orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap kemampuan mereka untuk
mempraktekkan perilaku kesehatan tertentu, mereka lebih mungkin untuk melakukan
tindakan tersebut dan berhasil melakukannya. Sebaliknya, ketika orang memiliki
kepercayaan diri yang rendah terhadap kemampuannya sendiri, mereka mungkin kurang
termotivasi dan kurang berhasil dalam melakukan perilaku kesehatan yang diinginkan.
Oleh karena itu, meningkatkan self-efficacy dapat menjadi faktor penting dalam
mempromosikan perilaku kesehatan.

2.4 Penerapan Health Belief Model


1. Perceived Susceptibility

6
Perceived Susceptibility atau kerentanan yang dirasakan mengacu pada
keyakinan tentang kemungkinan untuk mendapatkan penyakit, biasanya
diaplikasikan dengan menentukan populasi berisiko dan tingkat resikonya,
mengukur risiko berdasarkan sifat atau perilaku seseorang. Misalnya, seorang
perempuan harus percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan untuk terkena
kanker payudara. Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan sosialisasi tentang
kanker payudara terutama pada demografi perempuan.

2. Perceived Seriousness/Severity
Perceived Seriousness/Severity atau keparahan yang dirasakan atau
sebagai persepsi subjektif seseorang tentang risiko terkena penyakit (Anies,
2006), biasanya diaplikasikan dengan menentukan dan menjelaskan konsekuensi
dari risiko dan kondisinya. Misalnya, Perempuan percaya kanker payudara adalah
penyakit yang membahayakan sehingga diperlukan langkah pencegahan. Solusi
untuk permasalahan ini adalah sosialisasi pada perempuan-perempuan dengan
dipaparkan data-data kasus kanker payudara.

3. Perceived Benefits
Perceived Benefits atau manfaat yang dirasakan ini lebih mengacu pada
individu yang menunjukkan keyakinan optimal dalam kerentanan dan keparahan
tidak diharapkan untuk menerima tindakan kesehatan yang direkomendasikan
kecuali jika mereka juga menganggap tindakan tersebut berpotensi
menguntungkan dengan mengurangi ancaman, biasanya diaplikasikan dengan
menentukan Tindakan untuk memperjelas efek positif yang diharapkan dan
menjelaskan bukti efektivitas. Misalnya, Perempuan percaya dengan melakukan
periksa payudara sendiri adalah upaya preventif yang menguntungkan. Solusi
untuk permasalahan ini adalah menguatkan gerakan masyarakat pencegahan
kanker payudara dan memberikan contoh orang yang berhasil mengatasi kanker
payudara melalui beberapa tahapan pencegahan.

4. Perceived Barriers

7
Perceived Barriers atau rintangan yang dirasakan mengacu pada perasaan
seseorang terhadap hambatan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
disarankan (Lamorte, 2016), biasanya diaplikasikan dengan mengidentifikasi
dan mengurangi hambatan melalui kepastian. Misalnya, Perempuan harus
menghitung masa Subur terlebih dahulu sebelum melakukan periksa payudara
sendiri sehingga muncul keinginan dalam melakukanya. Soludi permasalahan
ini adalah pelayanan dan fasilitas kesehatan dipermudah dengan prosedur self
check up sederhana bagi perempuan.

5. Cues to Action
Cues to Action atau strategi untuk mengaktifkan kesiapan seperti
mengambil tindakan (persepsi kerentanan dan manfaat yang dirasakan) hanya
dapat diperkuat oleh faktor-faktor lain, terutama dengan isyarat untuk memicu
tindakan, seperti peristiwa tubuh, atau oleh peristiwa lingkungan, seperti
publisitas media. Biasanya diaplikasikan dengan memberikan informasi tata
cara dan dengan mempromosikan kesadaran. Misalnya, seorang perempuan
pengidap kanker payudara melakukan tindakan nyata periksa payudara sendiri
dan membuat jadwal masa menstruasi sehingga mengetahui masa subur.
Solusi dari permadalahan ini adalah memberi pelayana dan fasilitas kesehatan
seperti program medical check up gratis setiap 1 tahun sekali.

6. Self-Efficacy
Self-efficacy didefinisikan sebagai "keyakinan bahwa seseorang dapat
berhasil melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil"
(Bandura, 1997). Bandura membedakan ekspektasi efikasi diri dari ekspektasi
hasil, yang didefinisikan sebagai ekspektasi seseorang memperkirakan bahwa
perilaku tertentu akan mengarah pada hasil tertentu. Biasanya diaplikasikan
dengan memberikan pelatihan, bimbingan, dan penguatan positif. Misalnya,
membuat seorang perempuan pengidap kanker payudara merasa percaya diri
setelah melakukan periksa payudara sendiri. Solusi permasalahan ini adalah
dengan menguatkan spiritual individunya dan meyakinkan masyarakat

8
terkhusus perempuan untuk check up dengan memberikan testimoni orang
yang sama-sama mengidap penyakit tersebut agar lebih yakun dan antusias
dalam menjalaninya.

2.5 Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan Health Belief Model

Strategi promosi kesehatan berdasarkan Health Belief Model sebagai upaya solusi dari
permasalahan kanker payudara pada perempuan yang telah dijelaskan di atas adalah yang
Pertama Perceived Susceptibility, sosialisasi tentang kanker payudara terutama pada demografi
perempuan. Kedua Perceived Seriousness/Severity, Sosialisasi pada perempuan-perempuan
dengan dipaparkan data-data kasus kanker payudara. Ketiga Perceived Benefits, Menguatkan
gerakan masyarakat pencegahan kanker payudara dan memberikan contoh orang yang berhasil
mengatasi kanker payudara melalui beberapa tahapan pencegahan. Keempat Perceived Barriers,
Pelayanan dan fasilitas kesehatan dipermudah dengan prosedur self check up sederhana bagi
perempuan. Kelima Cues to Action, Pelayanan dan fasilitas kesehatan seperti program medical
check up gratis setiap 1 tahun sekali. Keenam Self-Efficacy, Menguatkan spiritual individunya
dan meyakinkan masyarakat terkhusus perempuan untuk check up dengan memberikan testimoni
orang yang sama-sama mengidap penyakit tersebut agar lebih yakun dan antusias dalam
menjalaninya.

2.6 Relevansi Health Belief Model dengan Promosi Kesehatan

Health Belief Model merupakan salah satu pendekatan promosi kesehatan yang
digunakan dalam perubahan perilaku yang berorientasi terhadap persepsi pasien. Berdasarkan
Health Belief Model, seseorang akan mengubah perilaku mereka ketika memahami bahwa suatu
penyakit dianggap serius, jika tidak, mereka tidak akan beralih menuju perilaku sehat. Seseorang
akan termotivasi melakukan tindakan yang akan meningkatkan kesehatannya jika mereka
percaya tubuhnya berisiko terhadap penyakit, penyakit akan berpengaruh negatif pada
kesehatannya, dan kebiasaan khusus yang akan meningkatkan kualitas hidup mereka (Kharsandi,
Hasanzadeh, Ghobadzadeh, 2012).

9
Health Belief Model digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan
menjelaskan perilaku peran-orang sakit, juga telah digunakan secara luas dalam penelitian lintas
disiplin seperti kedokteran, psikologi, perilaku sosial, dan gerontologi (Bastable, 2002). Dari
proses terjadinya perubahan perilaku dalam Health Belief Model, salah satu faktor yang
mempengaruhi seseorang dapat melakukan perilaku patuh terhadap kesehatanya berasal dari
bagaimana seseorang mempersepsikan suatu penyakit dan bisa membuat individu untuk mau
atau tidak mau melakukan perilaku yang berkaitan dengan kesehatannya. Melakukan perilaku
patuh terhadap kesehatan sesuai yang telah disarankan perlu dilakukan atas kesadaran pada diri
sendiri. Kesadaran diri ini terbentuk sebab individu memiliki pengetahuan atau pemahaman
terhadap suatu hal, hal ini berkaitan dengan pentingnya memiliki pengetahuan dan pemahaman.
Promosi kesehatan mengupayakan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan imbauan, memberikan informasi, memberikan
kesadaran, dan sebagainya.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menimbulkan rasa
percaya diri maupun sikap, kepercayaan kesehatan, dan perilaku setiap hari sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan hal terpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Hal ini sependapat dengan Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2012)
yang menyatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses,
seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran dari sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long-lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Saat ini Health Belief Model adalah teori yang paling sering digunakan dalam pendidikan
kesehatan, promosi kesehatan, dan pencegahan penyakit. Ketika digunakan dengan tepat, itu
menyediakan data penilaian terorganisir tentang kemampuan dan motivasi klien untuk mengubah
status kesehatan mereka. Program pendidikan kesehatan dapat dikembangkan agar lebih sesuai
dengan kebutuhan klien (Tarkang & Zotor, 2015).

10

Anda mungkin juga menyukai