Anda di halaman 1dari 8

Health Believe Model Theory

A. Sejarah Teori HBM


HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh
seorang psikologis sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya
kegagalan pada program pencegahan dan pencegahan penyakit (Hocbaum 1958,Rosenstok
1960.1974). Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala gejala sakit yang
terdiagnosis terutama tentang kepatuhan terhadap proses pencarian penyembuhan.
Sebelumnya, Witson (1925) mengembangkan teori yang dinamakan sebagai Teori S-R
atau stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa semua yang terjadi (perilaku)
diakibatkan karena adanya penguatan (reinforcement), kemudian Skiner (1938)
menguatkan bahwa setiap perilaku yang mendapatkan ganjaran memungkinkan seseorang
akan meningkatkan atau mengulangi perilaku tersebut.

Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan
mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan
dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya yang ada dalam
diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya,
yaitu perceivedsusceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived
severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang
dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang
dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan).
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk
menentukan apa yang baik bagi dirinya.

Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu


penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.


Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap
penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan,
penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas
kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku
yang serupa.

B. Variabel Health Believe Model

Terdapat 4 variabel utama dalam Health Belief Model (HBM), yaitu Perceived
susceptibility, Perceived Severity, Perceived Benevits, dan Perceived Barriers. Namun,
baru-baru ini ditambahkan beberapa tahap dalam HBM, yaitu Cues to action, Motivating
factors, dan Self efficacy.

1. Perceived Susceptibility (Persepsi Keretanan)

Persepsi individu terhadap resiko tertular penyakit. Ini merupakan salah satu persepsi
yang kuat untuk mendorong individu dalam berperilaku sehat. Semakin besar persepsi
resiko maka akan semakin besar kemungkinan ketertarikan dalam kebiasaan sehat untuk
mengurangi resiko yang akan terjadi. Persepsi keretanan ini seseorang merasakan
keyakinan/percaya akan kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya. Misalnya, seorang
wanita percaya adanya kemungkinan terkena kanker payudara sebelum dia akan tertarik
untuk melakukan pemeriksaan mammogram.

2. Perceived Severity (Persepsi Keparahan)

Persepsi seseorang yang memprediksikan tingkat keparahan apabila menderita


penyakit tersebut. Perasaan dimana tertular penyakit apabila tidak diobati atau
meninggalkannya, persepsi ini didasarkan pada informasi kesehatan atau pengetahuan.
Tahap ini meliputi evaluasi konsekuensi kesehatan (misalnya, kematian, cacat, dan sakit)
dan konsekuensi social (seperti efek dari kondisi pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan
hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan keparahan ditandai sebagai ancaman.
3. Perseived Benefits (Persepsi Manfaat/Keuntungan)

Mengacu pada pendapat individu terhadap keuntungan yang didapat atau dirasakan
dari suatu kebiasaan baru dalam menguangi resiko suatu penyakit. Masyarakat akan
berperilaku sehat jika mereka percaya bahwa kebiasaan baru tersebut dapat menurunkan
resiko penyakit atau terkena penyakit. Persepsi ini seseorang menimbang keuntungan yang
diperoleh antara biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya, misalnya apakah efektif
biaya yang dikeluarkan pada pemeriksaan Papsmear yang mahal bila dibandingkan dengan
tingkat keseriusan atau resiko penyakitnya juga dapat mempengaruhi keputusan perilaku.
Dengan demikian, individu menunjukkan keyakinan yang optimal dalam kerentanan dan
keparahan yang tidak diharapkan untuk menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kecuali mereka juga menganggap tindakan itu sebagai berpotensi menguntungkan dengan
mengurangi ancaman.

4. Perceived Barriers (Persepsi Hambatan)

Persepsi ini mengacu pada evaluasi individu terhadap hambatan dalam berperilaku/
kebiasaan sehat. Perceived Barriers merupakan factor yang cukup penting dalam
perubahan kebiasaan. Ketika orang/masyarakat percaya bahwa kebiasaan/perilaku sehat
yang baru lebih menguntungkan dari pada kebiasaan yang lama dalam menurunkan resiko,
maka kebiasaan/perilaku sehat yang baru tersebut akan digunakan. Potensi aspek negatif
dari tindakan kesehatan tertentu sebagai hambatan untuk melakukan perilaku yang
direkomendasikan. Seperti, analisis biaya dan manfaatnya dimana individu menimbang
manfaat tindakan yang diharapkan dengan hambatan yang dirasakan, “ini bisa membantu
saya, tapi mungkin mahal, memiliki efek samping negatif, tidak menyenangkan, nyaman,
atau memakan waktu.”

Tingkat gabungan kerentanan dan keparahan menyediakan energi atau kekuatan untuk
bertindak dan persepsi manfaat (minus hambatan) menyediakan pilihan tindakan.

5. Cues to Action (Petunjuk Tindakan)

Merupakan kejadian, orang, atau sesuatu yang dapat membuat orang merubah kebiasaanya.
6. Self-Eficacy (Rasa Percaya Diri)

Merupakan kepercayaan kemampuan diri seseorang dalam melakukan sesuatu.


Kebanyakan orang tidak akan melakukan atau mencoba melakukan sesuatu yang baru
kecuali mereka percaya bahwa meraka dapat melakukannya. Jika seseorang percaya bahwa
kebiasaan baru sangat bermanfaat tetapi ia tidak berfikir atau merasa dapat melakukannya,
maka perubahan kebiasaan tersebut tidak akan pernah terjadi atau dilakukannya.

C. Pengukuran Konsep Health Belief Model


Sangatlah penting mengukur seluruh rentang faktor yang mungkin mempengaruhi
perilaku, hal ini untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran (Measurable Error) dan
tentu akan semakin validitas serta realibilitas. Pengukuran harus spesifik terhadap perilaku
tertentu dan harus relavan untuk populasi mana pengukuran itu akan digunakan. Perbedaan
budaya dan populasi membuat skala penerapan tanpa pemeriksaan seperti itu cenderung
menghasilkan kesalahan. Artinya setiap skala ukur sesuatu tindakan harus jelas dan sudah
diteliti apakah layak atau tidak.

D. Bagan Perubahan Perilaku Masyarakat

Masyarakat umum mempercayai bahwa kepercayaan terhadap perilaku akan


mempengaruhi output dari masing-masing individu. Kemudian melalui pemikiran-
pemikiran tersebut muncul peraturan-peraturan yang membatasi perilaku. Peraturan atau
norma yang lahir kemudian menjadi sebuah intensitas yang pada akhirnya membentuk
sebuah perilaku yang umum dilakukan dimasyarakat.

E. Studi Kasus
Penerapan Health Belief Model (HBM) dalam kasus keikutsertaan pelanggan wanita
pekerja seks dalam voluntary conseling and testing (VCT).

1. Perceived Susceptibility (Kerentanan Yang Dirasakan)


Individu yang mempunyai persepsi tentang kerentanan rendah memiliki proporsi lebih
besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan dengan individu yang persepsinya
tinggi. Sebaliknya individu yang persepsi tentang kerentanannya tinggi memiliki
proporsi lebih besar untuk melakukan VCT dibandingkan dengan individu yang
persepsinya rendah. Ini artinya, individu yang memiliki persepsi kerentanannya tinggi
memilih untuk bertindak melakukan pencegahan melalui tes vct yaitu, melakukan tes
darah apakah individu positif terinfeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV).
2. Perceived Severity (Keparahan Yang Dirasakan)
Individu yang merasa dirinya tidak harus melakukan pencegahan tindak lanjut akan
menghindari aktivitas yang menyebabkan terinfeksi HIV. Sedangkan individu yang
merasa dirinya harus melakukan pencegahan tindak lanjut akan mencari pengobatan
dan hal ini dipengaruhi oleh Perceived Severity yaitu, persepsi keparahan suatu
individu yang mungkin dirasakan bila mengidap suatu penyakit serta pandangan
individu mengenai tingkat keparahan suatu penyakit yang dideritanya sehingga
mendorong untuk mencari pengobatan, keseriusan ini akan bertambah apabila akibat
dari suatu penyakit berakhir dengan kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental,
kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.
3. Perceived Benefit (Keuntungan Yang Dirasakan)
Individu yang mengikuti VCT akan merasa terlindungi dan lebih mengetahui mengenai
kondisi dirinya, sehingga apabila hasil VCT menunjukan positif dapat melakukan
tindakan penanganan sedini mungkin.
4. Perceived Barriers/Cost (Hambatan Yang Dirasakan)
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Health Belief Model yang menyatakan bahwa
dalam melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan HIV/AIDS dipengaruhi
oleh Perceived Barriers/Cost yaitu, persepsi terhadap biaya/ aspek negatif yang
menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan termasuk dalam
melakukan VCT. Tidak hanya biaya yang mampu menjadi faktor penghalang, aspek-
aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan lainnya yang mampu
menghambat seseorang melakukan pencagahan antara lain seperti ketidakpastian, efek
samping; atau penghalang yang dirasakan seperti khawatir tidak cocok, tidak senang,
gugup, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit, harus menyediakan waktu, tempat
pemeriksaan yang jauh, rasa takut dan malu dengan petugas kesehatan, prosedur yang
lama dan rumit, dan faktor-faktor lainnya yang mungkin berperan sebagai
penghalangan untuk merekomendasikan suatu perilaku.
5. Cues to Action (Isyarat Melakukan Tindakan)
Menurut Rosenstock (1982), bahwa dalam melakukan tindakan kesehatan terdapat
faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan
tersebut. Isyarat ini dapat bersifat:
 Isyarat internal, yaitu isyarat untuk bertindak yang berasal dari dalam diri individu,
misal gejala yang dirasakan (demam, panas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, dan lain-lain).
 Isyarat eksternal, yaitu isyarat untuk bertindak yang berasal dari interaksi interper-
sonal, misal media massa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi dengan petugas
kesehatan.

Dalam praktik VCT, seoarang pelanggan WPS akan melakukan VCT karena pernah
mengikuti sosialisasi penyakit HIV/AIDS dari petugas kesehatan, membaca poster tentang
HIV/AIDS atau pengalaman sesama pelanggan atau pekerja.

6. Self Efficacy (Kemanjuran Diri)


Apabila individu memiliki tingkat Self Efficacy yang tinggi kemungkinan untuk
memperoleh hasil negatif atas terkena suatu penyakit HIV/AIDS sangatlah rendah.
Sebaliknya, apabila individu memiliki tingkat Self Efficacy yang rendah, kemungkinan
untuk memperoleh hasil positif atas penyakit HIV/AIDS cukup tinggi.
F. Kelemahan dan Kekurangan Teori HBM

Kelebihan HBM

 HBM mudah dan murah.


 HBM adalah bentuk intervensi praktis untuk peneliti dan perawat
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit
(misal screening, imunisasi, vaksinasi).
 HBM adalah analisator perilaku yang beresiko terhadap kesehatan.

Kelemahan HBM

 Rosenstock berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku untuk


masyarakat kelas menengah saja.
 Sheran dan Orbel (1995) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item kuesioner
HBM tidak random dan dapat dengan mudah 'dibaca' oleh responden sehingga
validasinya diragukan.
 Penelitian cross sectional untuk memperjelas hubungan perilaku dan keyakinan
seseorang.

G. Kesimpulan

Teori perubahan perilaku Health Belief Model mampu menjadi landasan dari suatu
tindakan perilaku individu. Hal ini disebabkan karena untuk menjalankan komponen-
komponen dalam teori Health Belief Model membutuhkan proses kognitif, yaitu
kepercayaan seseorang yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu
lainnya yang mampu memengaruhi perilaku atau tindakan suatu individu terhadap sesuatu.
Ditinjau dari proses terjadinya perubahan perilaku dalam Health Belief Model (HBM),
perilaku akan berubah salah satunya yaitu jika individu diberikan pemahaman tentang
keuntungannya. Dicari dulu penyebab dari suatu perilaku yang kurang baik, lalu diberikan
penyuluhan serta informasi yang terinci tentang keuntungan dari perbaikan perilakunya.
Diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan individu.
H. Daftar Pustaka

Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and Practice
with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press

Fibriana Ika Arulita. Januari 2013. Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks Dalam
Voluntary Conseling and Testing (VCT). Universitas Negeri Semarang. Volume 8,
No.2.http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas, 03 Oktober 2015.

Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo

Stanley, M. A., Maddux, J. E. 1986. Cognitive Processes in Health Enhancement:


Investigation of a Combined Protection Motivation and Self-Efficacy Model. Basic
and Applied Social Psychology, 7(2)

Taylor, S. E., (2012), Health Psychology (8th edition). New York: McGraw-Hill Higher
Education

Anda mungkin juga menyukai