SUHARNO USMAN
C12112612
Oleh
ST]HARNO USMAN
ct2tt26t2
Dosen Pembimbing
Pembimbing II
Dosen Penguji
Penguji I
ii
Hrlsmm Persetujuan
S*ripsi
Oleh
SIIEA*NOUSMAIiI
ct2tt26t2
DosmPennhimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Pada
HarilTanggal : Kamis, 09 Januari 2014
, SUEARNO USMAnI' :
ct2l 12 6t2
Dan yqng bersangf,utan dinyatakan
LIILUS
Tim Penguii Akhin
Penguiil : Erfina, S. Kep.Ns., M. KeP
Keperirwatan
Fakultas Kedokterart
tn"
Ui --- ql
rrt
t9ffil?a1199503 100!l
PERNYATAAIIT KEASLIAhI SKRIPSI
Name ; SUHARNOUSMAN
NomorMahaslswa z C l2l n 6Ij2
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atal
keseluruhan skripsi ini me'nrpakan hasil karya orcng lafuu maka saya bersedia
mempertanggungiawabkannya sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-
bermya atas perbuatan tidak Crpuji ters€but.
Demikiaq pemyataan ini saya buat dalarn kdaan sadar dan tanpa ada lmsur
paksaan sama sekali.
USMAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
Instlasi Rawat Inap VIP, Kelas I, dan Kelas II/III Rumah Sakit Universitas
penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa poin yang
perlu perbaikan dan tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak.
kekeliruan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca demi perbaikan atas kekurangan dari proposal ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu dalam proses
1. Prof. DR. dr. Idrus A. Paturusi, selaku direktur RS Unhas dan juga Rektor
Unhas.
2. Prof. dr. Budu, Ph.D., SpM(K), M.MedEd, selaku dekan fakultas kedokteran
vi
3. Dr. Werna Nontji, S.Kp., M.Kep, selaku ketua program studi ilmu
4. dr. Isra Wahid, Ph.D, selaku kepala bidang penelitian yang telah memberikan
5. dr. Harun Iskandar, Sp.Pd., Sp.P, selaku kepala instalasi rawat inap Rumah
masukan dan saran kepada peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Ns. Erfina, S.Kep., M.Kep, selaku penguji pertama dan Ns. Suni Hariati,
S.Kep., M.Kep selaku penguji kedua, atas kritik dan saran yang konstruktif
9. Orang tua, saudara, sahabat dan rekan sejawat (Ns. B 2012) yang telah
kalangan perawat. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.
Penulis
vii
viii
ABSTRAK
Latar belakang :. Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem yang
memfasilitasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional dan berkualitas.
Hasil penelitian terdahulu tentang analisis pelaksanaan MPKP di RS Ibnu Sina (2009),
menyimpulkan bahwa ada 32 (56%) mengatakan pelaksanaan MPKP masih belum optimal.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui gambaran penerapan model praktik keperawatan
profesional (MPKP) di RS Unhas Makassar.
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan desain survei deskriptif. Instrumen penelitian
menggunakan check list MPKP (lembar observasi). Objek penelitian sistem penerapan MPKP
Hasil penelitian : Jumlah tenaga perawat sebagian besar perawat D3 berada di ruang kelas II/III
(56,52%), perawat S1 berada di ruang VIP (65%). Jumlah bed paling banyak di ruang kelas II/III
(54 bed) dan nilai BOR yang kurang baik pada kelas II/III(68,13%). Jenis tenaga, kepala ruangan
dan PP berpendidikan S1 Ners, PA minimal berpendidikan D3 keperawatan, dan CCM magister
keperawatan. Format SAK (20 domain belum disahkan). Metode asuhan (modifikasi tim-primer).
Operan di ruang VIP (74,35%) dan kelas I (83,75%), ruang kelas II/III (58,96%). Konferensi di
ruang VIP (52,8%) dan kelas II/III (48,6%). Ronde keperawatan, supervisi, discharge planning
(48,48%) belum rutin dilaksanakan. Sentralisasi obat, (100%) baik, Pendokumentasian baik nilai
median VIP (16,3), Kelas I (18,6), Kelas II/III (15,1).
Simpulan & Saran : Jumlah dan jenis tenaga sebagian besar cukup serta metode asuhan (sesuai
teori MPKP), SAK belum formal, teknik pendokumentasian dan operan sebagian besar baik,
konferensi, ronde keperawatan, discharge planning dan supervisi sebagian besar masih kurang
baik, belum rutin dilaksanakan, sentralisasi obat sudah baik. Diperlukan motivasi kuat pada semua
perawat di ruangan agar perawat mampu menerapkan MPKP secara maksimal, berkualitas, kerja
sama tim yang baik, dan berdedikasi tinggi terhadap pekerjaan (asuhan) yang dilakukan.
viii
ABSTRACT
Background :Professional nursing practice models (PNPM) is a system that facilitates nurses in
providing nursing care in a professional and quality. The results of previous research about
analysis of the implementation of PNPM at Ibnu Sina Hospital (2009), concluded that there were
32 (56%) said that the implementation of PNPM is still not effective.
Aims : To find out the description of the application professional nursing practice models (PNPM)
in unhashospitals Makassar.
Methods of study : This study used a descriptive survey design. The research instrument using a
check list PNPM (observation sheet). Research objectis application system PNPM.
Results: The number of nurses most of the nurses were in the room D3 class II/III (56.52%),
nurses S1 is in the VIP room (65 %). Beds number in the room most class II/III (54 beds) and
BOR value that is less good on class II/III (68.13 %). Kinds of personnel, the head of the room and
PN S1 educated nurses, AN minimally educated D3 nursing, and CCM is master of nursing
education. Standard format nursing care/SFN (20 of domain yet ratified). Methods of care
(modification of team-primer). Operands in the VIP room (74.35%) and class I (83.75%),
classroom II/III (58.96%). Conference at the VIP lounge (52.8%) and class II/III (48.6%). Nursing
rounds, supervision, discharge planning (48.48%) have not been routinely implemented.
Centralized drug (100%) good, good documentation VIP median value (16.3), Class I (18.6), Class
II/III (15.1).
Conclusion and Suggestion :The number and kind of personnel sufficient most enough as well as
methods of care (according to the theory PNPM), SFN yet formal, technical documentation and
operands are mostly good, conferences, nursing rounds, discharge planning and supervision most
are unfavorable, yet routinely implemented, centralization drugs overall good. Necessary strong
motivation to all the nurses in the room so that nurses are able to apply the maximum PNPM,
quality, good teamwork, and dedicated to the job (care) performed.
ix
DAFTAR ISI
x
6. MPKP di Indonesia ………………………………………………. 16
D. Pelaksanaan Kegiatan MPKP ………………………………………… 25
E. Kerangka Teori ……………………………………………………….. 43
BAB III Kerangka Konsep & Definisi Operasional
A. Kerangka Konsep Penelitian …………………………………………. 44
B. Definisi Operasional ………………………………………………….. 45
BAB IV Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian ……………………………………….………… 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………… 48
C. Objek Penelitian ……………………………………………………….. 49
D. Alur Penelitian ………………………………………………………... 49
E. Instrumen Penelitian …………………………………………………. 49
F. Metode Pengumpulan Data …………………………………………… 50
G. Rencana Pengolahan & Analisa Data ………………………...……….. 51
H. Etika Penelitian ………………………………………………………... 52
BAB V Hasil dan Pembahasan
A. Hasil …………………………………………………………………… 55
B. Pembahasan …………………………………………………………… 61
C. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………….. 97
BAB VI Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 98
B. Saran …………………………………………………………………... 99
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 9 Pelaksanaan Operan IRNA Vip, Kelas I, & Kelas II/III ……………… 59
Tabel 10 Pelaksanaan Konferensi IRNA Vip, Kelas I, & Kelas II/III ………… 59
Tabel 11 Discharge Planning IRNA VIP, Kelas I, Kelas & II/III …………….. 60
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pemberian pelayanan kesehatan klien di rumah sakit, oleh karena itu profesi
kedalam salah satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan pencapaian tujuan
suatu Rumah sakit. Pelayanan keperawatan sebuah Rumah sakit tidak akan
baik adalah mutu pelayanan tidak akan optimal, masyarakat akan merasakan
tidak puas dengan pelayanan yang diberikan dan tidak kalah pentingnya citra
Rumah sakit di mata masyarakat akan kurang baik. Hasil penelitian oleh
Wirawan (2000), yang meneliti tentang tingkat kepuasan pasien rawat inap
17% pasien rawat inap yang menyatakan puas, sedangkan 83% menyatakan
tidak puas terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Dalam hal ini dapat
1
Hasil penelitian kualitatif Rohmiyati (2009) di RSJD Dr. Amino
asuhan keperawatan kepada klien untuk setiap ruang agar pelayanan dapat
Rumah sakit dapat dianggap masih kurang optimal baik oleh masyarakat
maupun pihak Rumah sakit dalam hal ini tenaga keperawatan. Oleh sebab itu
2
Di Indonesia MPKP mulai dikembangkan oleh Sitorus (1997) di RSUPN
oleh Solihati tahun 2012, yang meneliti tentang penerapan model pelayanan
digunakan sudah baku, akan tetapi model pelayanan yang diterapkan belum
efektif karena masih terdapat beberapa tenaga perawat yang bingung dengan
dibuat seefisien mungkin agar tidak menyita waktu perawat terlalu lama dalam
dilakukan untuk setiap klien, selanjutnya renpra yang telah divalidasi, dibahas
3
Hasil studi yang dilakukan oleh Duffy (2004) menyatakan bahwa proses
praktik berdasarkan temuan atau bukti yang ada merupakan gabungan dari
otentifikasi yang tinggi sangat diperlukan mengingat masyarakat saat ini yang
Selain itu, Penetapan jenis tenaga keperawatan pada setiap unit perawatan
MPKP akan ditemukan beberapa jenis tenaga perawat yang akan memberikan
(PP/PN), dan perawat asosiet. Selain dari pada itu juga terdapat jenis tenaga
kepala ruangan, (Sitorus & Yulia, 2006). Tugas dari masing-masing tenaga
keperawatan. Perincian peran atau tugas dari tiap-tiap tenaga dibuat dengan
Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurida yang meneliti tentang
dari beberapa komponen pada MPKP yang diteliti yaitu kontak/orientasi klien
atau keluarga masih belum efektif karena dapat dilihat ada 32 (56%)
4
anggota tim yang berubah, Sedangkan pada pelaksanaan supervisi masih
asuhan keperawatan MPKP dengan tujuan tenaga perawat baru dapat bekerja
secara profesional dan mampu beradaptasi dengan tenaga perawat yang sudah
lama. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
sudah terlaksana dengan optimal sesuai dengan konsep MPKP atau belum.
B. Rumusan Masalah
hasilnya menyajikan hanya 17% pasien rawat inap yang menyatakan puas,
dibuat seefisien mungkin agar tidak menyita waktu perawat terlalu lama dalam
5
menulis. Selain itu, yang dianggap perlu dinilai adalah proses adaptasi yang
UNHAS dan penerapan MPKP. Bertolak dari latar belakang masalah, peneliti
Universitas Hasanuddin ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
f. Diketahuinya penerapan Operan di instalasi rawat inap VIP, Kelas I,
D. Manfaat Penelitian
1. Akademis
RS Universitas Hasanuddin.
7
3. Bagi Peneliti
secara konkret dan menambah wawasan tentang model asuhan atau praktik
keperawatan profesional.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan dan seni tentang asuhan (care) dan merupakan perpaduan secara
9
Keberhasilan pengelolaan suatu bentuk pelayanan keperawatan
(Kuntoro, 2010).
10
komunikasi dan koordinasi pola yang diperlukan untuk mendukung
1. Definisi MPKP
11
Berdasarkan MPKP yang telah dikembangkan di berbagai rumah sakit,
Hoffart & Woods (1996) dikutip oleh Sitorus (2006), mengatakan bahwa
MPKP terdiri dari lima komponen, yakni : nilai-nilai profesional (inti dari
serta sistem kompensasi dan penghargaan. Model MPKP yang ada masa
2006)
Profesional
12
1) Meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien/keluarga
antara lain :
c. Model praktik
13
2) Praktik keperawatan rumah (diletakkan pada pelaksanaan
rumah sakit).
dan di rumah).
kepada pasien.
14
5. Jenis Model (Metode Praktik Keperawatan Profesional)
dan manajemen kasus (Loveridge & Cummings, 1996; Marquis & Huston,
2000).
15
6. Model Praktik Keperawatan Profesional (Indonesia)
1. Modifikasi Tim-Primer
16
1) Penetapan jumlah tenaga keperawatan
antara lain, :
17
b) Berdasarkan metode hasil lokakarya keperawatan : rumus yang
produktivitas.
jam.
18
Perhitungannya : (Jumlah klien sesuai dengan klasifikasi x
Kepala Ruang
C.C.M
PP I PP II PP III PP IV
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
(Pengaturan jadwal
P I Pagi, Sore, Malam, Dan Libur/Cuti)
Bagan 1 Metode Tim – Primer (Modifikasi)
19
a) Kepala ruang
pada tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang
20
dalam membuat standar asuhan keperawatan (renpra), bersama
c) Perawat primer
pada pagi atau sore karena jika bertugas pada malam hari, PP
21
memimpin overan (timbang terima), pendelegasian beban atau
22
dapat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup
dikembangkan
23
c) Rencana tindakan yang terdapat pada renpra merupakan
“SOAP”
mengkombinasikan keduanya
24
b) Penggunaan keperawatan tim juga tidak secara murni,
rumah sakit masih di dominasi oleh lulusan D-3, ketua tim atau
keperawatan.
Proses
Struktur 4. Metode
1. Jumlah tenaga modifikasi
2. Jenis tenaga keperawatan
3. Standar tenaga primer
Nilai-Nilai Profesional
Bagan 2 MPKP FIKUI-RSPN dr. Cipto Mangunkusumo (Sitorus, 2006, p. 10)
25
setiap hari. Operan pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat agar nantinya
dinas sore atau dinas malam (ruang MPKP dengan tiga tim) secara tulis
Pasien
Tindakan
Perkembangan Keadaan
Pasien/Klien
MASALAH :
Teratasi
Belum teratasi
Teratasi sebagian
Muncul masalah baru
a. Pelaksanaan operan
1) Metode
2) Media
26
3) Pengorganisasian
4) Uraian Kegiatan
b. Evaluasi
1) Struktur (Input)
tersedia antara lain : catatan operan, status klien dan kelompok shift
2) Proses
3) Hasil
27
2. Bimbingan/Panduan PP dalam Melakukan Konferensi
bertujuan untuk :
jawabnya.
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
2) Keluhan klien
28
4) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostik terbaru
5) Masalah keperawatan
8) Rencana medis
e) Ketepatan dokumentasi
kemajuan masing-masing PA
diselesaikannya.
29
keperawatan. Ronde keperawatan dilaksanakan oleh PP bersama dengan
ruangan, perawat asosiet yang juga perlu melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan.
lebih kompleks atau lebih dari satu masalah yang sedang dihadapi
satu jam
diberikan
di depan klien.
30
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan ronde
Tahap Pra PP
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Informed Consent
Hasil pengkajian/validasi
data
a. Praronde : Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka, menentukan tim ronde, mencari sumber atau literatur,
Membuat proposal, Mempersiapkan pasien, diskusi tentang diagnosa
keperawatan, data pendukung, asuhan keperawatan yang diberikan, dan
hambatan selama perawatan pasien/klien.
b. Pelaksanaan ronde : Penjelasan keadaan pasien/klien oleh perawat primer yang
berfokus pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan
atau telah dilakukan serta memilih prioritas yang perlu dibahas/diskusikan,
diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut, pemberian justifikasi oleh
perawat primer atau clinical care manager (konselor)/kepala ruangan tentang
masalah pasien serta intervensi tindakan yang akan dilaksanakan.
31
c. Pascaronde : Evaluasi, revisi, dan perbaikan. Kesimpulan dan rekomendasi
penegakan diagnosis; intervensi keperawatan selanjutnya.
Sentralisasi obat ialah pengelolaan obat dimana semua obat yang akan
(Nursalam, 2007).
berikut ini :
Dokter
Koordinasi dengan Perawat
Pasien/Keluarga
Informed consent
Farmasi/Apotik sentralisasi obat dari
perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima/masuk
Pasien/Keluarga
obat
Pasien/Keluarga
32
masing-masing rumah sakit. Format tersebut harus diisi dengan jelas dan
lengkap (waktu pelaksanaan, tanggal, jam, jenis tindakan, dosis obat, nama
2006).
perawatan di rumah. Akan tetapi, untuk saat ini perencanaan pulang bagi
33
Faktor-faktor yang dikaji dalama Discharge Planning, adalah :
keluarga
dirawat
34
harus dilakukan pasien/klien di rumah sakit dan apa yang harus
di rumah.
(remora) yang telah ditetapkan. Cahyati, 2000 yang dikutip Kuntoro, 2010
a. Kepala ruang
35
b. Pengawasan keperawatan
bawah ini :
Ka.Bid Keperawatan
Tahap Supervisi
Kasi Keperawatan
Pembinaan (3-F) PA PA
Pasca Penyampaian penilaian
(Fair)
Feed back Kinerja perawat &
Follow up, pemecahan Kualitas pelayanan
masalah & reward
Pelaksanaan Supervisi
Bagan 6 Alur Pelaksanaan Supervisi, (Nursalam, 2013)
Tahap Supervisi :
a. Prasupervisi
36
b. Pelaksanan supervisi
memerlukan pembinaan
c. Pascasupervisi (3F);
7. Dokumentasi keperawatan
Ada empat aspek kunci pada model pelayanan, keempat aspek kunci
37
pendokumentasian merupakan sebuah catatan otentik dan legal mengenai
bukti konkrit atas tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala
lainnya
d. Sebagai literatur atau bahan rujukan dalam peningkatan ilmu dan kiat
keperawatan
untuk uji coba dan aplikasi dilaksankan minggu III-IV, secara garis besar
meliputi :
38
auskultasi), pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, dan lain-
penunjang/diagnostik.
1) Diisi lengkap dalam 24 jam pertama klien masuk (untuk klien baru)
klien masuk
3) Keluhan utama saat klien masuk, kemudian beri tanda check list
2012).
39
c. Perencanaan (intervensi) : terdiri atas berbagai komponen, antara lain;
masalah
kedua
ketiga
d) Dapat diukur
40
c) Melibatkan pasien dan keluarga
keluarga
5) Evaluasi
kriteria :
41
Komponen evaluasi, mencakup aspek (KAPP; kognitif, afektif,
penyembuhan
a) Masalah teratasi
diperlukan
baru.
42
E. Kerangka Teori
Struktur MPKP :
Jumlah tenaga
Jenis
ketenagaan
Standar asuhan
(renpra)
Metode
pemberian
askep
Sistem Penerapan di
pengelolaan ruangan ; Mutu Asuhan
MPKP dalam Optimal Keperawatan
pemberian Belum
askep optimal
Aplikasi MPKP :
Operan atau
konferensi
Ronde
Sentralisasi
obat
Discharge
planning
Supervisi
Dokumentasi
otentik
Bagan 7 Kerangka Teori, (Sitorus, 2006), Hoffart & Woods (1996).
43
BAB III
(Notoatmodjo, 2010).
Struktur MPKP :
Jumlah tenaga
Jenis ketenagaan
Standar asuhan
(renpra)
Metode
pemberian askep
44
B. Definisi Operasional & Kriteria Hasil
3. Standar asuhan Pedoman yang digunakan Lembar Baik : Jika dalam Ordinal
(renpra) dalam memberikan observasional satu RS mempunyai
asuhan keperawatan (Unit Rumah standar asuhan
(disesuaikan dengan sakit) (renpra) dan
klien yang berkebutuhan dilaksanakan sesuai
khusus berdasarkan 10 format yang ada dan
kasus utama) telah dibakukan
Cukup Baik : jika
dalam satu RS
standar asuhan yang
dibuat dilaksanakan
tapi belum
dibakukan
Kurang Baik : tidak
ada format standar
asuhan (renpra)
yang dibuat
4. Metode asuhan Cara atau metode dalam Lembar Baik : jika di tiap Ordinal
keperawatan melakukan asuhan observasional ruangan metode
keperawatan kepada (Kriteria atau yang diterapkan
klien yang diterapkan di Karakteristik sesuai dengan
tiap ruang perawatan metode pada kriteria atau
Lampiran karakteristiknya
Empat) Kurang : jika di tiap
ruangan metode
45
yang diterapkan
tidak sesuai dengan
kriteria/karakteristik
9. Sentralisasi obat Pengelolaan semua obat Lembar Baik : jika > 60% Ordinal
yang akan diberikan observasi kegiatan sentralisasi
kepada pasien/klien oleh obat dilaksanakan
perawat pada unit RS. Kurang : jika < 60%
Dan unit rawat inap kegiatan sentralisasi
MPKP selama 16 hari obat dilaksanakan
46
dan empat hari/ruangan
10. Discharge Kegiatan yang dilakukan Lembar Baik : jika > 75% Ordinal
planning sebelum pasien/klien observasi kegiatan DP
(Perencanaan pulang ke rumah. dilaksanakan
pulang) (selama 16 hari pada Cukup : jika 60-
setiap pasien yang akan 75% kegiatan DP
pulang pada ruang dilaksanakan
Medical Record dan unit Kurang : jika < 60%
perawatan) kegiatan DP
dilaksanakan
11. Supervisi Kegiatan dengan Lembar Baik : jika > 75% Ordinal
membuat perencanaan observasi kegiatan supervisi
oleh kepala ruang/tim dilaksanakan
supervisi kemudian Cukup : jika 60-
dilaksanakan dalam 75% kegiatan
kurun waktu selama 16 supervisi
hari dan empat dilaksanakan
hari/ruangan) melalui Kurang : jika < 60%
persepsi dari perawat kegiatan supervisi
dilaksanakan.
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Analysis Survey). Survei ini tujuan utamanya untuk mengetahui tentang tugas
dengan pekerjaan mereka. Selain itu survei ini juga dapat mengetahui status
dan hubungan antara satu dengan lainnya, atau hubungan antara atasan dengan
bawahan, kondisi kerja, serta fasilitas yang ada untuk melaksanakan tugas
(Notoatmodjo, 2010).
atau nilai-nilai dari perubahan yang dapat dibuat dalam bentuk angka-angka
48
C. Objek Penelitian
Pada penelitian ini objek yang akan diteliti bukan berupa populasi dan
yang menjadi fokus objek yang akan diteliti merupakan sebuah struktur atau
Universitas Hasanuddin, jadi objek yang diteliti bukan berupa orang atau
D. Alur Penelitian
Instrumen berupa lembar observasi yang berisi tentang konsep MPKP yang
tiap poin pernyataannya diadopsi (diadaptasi) dari Nursalam (2013) dan Ratna
Sitorus (2006) yang telah diuji kredibilitas dan validitasnya. Lembar observasi
49
karakteristik MPKP terdiri atas dua lampiran (Lampiran pertama tentang
1. Jenis data
berupa data awal tentang sejarah penerapan MPKP di RS. Unhas dan
penelitian.
perawatan.
50
kegiatan-kegiatan MPKP (operan, konferensi, ronde keperawatan,
MPKP.
1. Pengolahan data
wawancara, dan rekam medik akan diolah sesuai dengan tahapan editing,
a. Editing
dengan baik. Tahap ini dilakukan dengan meneliti tiap lembar lembar
MPKP.
b. Scoring
c. Coding
51
d. Entry
Setelah semua data telah diberi skor dan kode maka data
e. Cleaning
dikumpulkan.
2. Analisa Data
masing-masing.
H. Etika Penelitian
partisipasi perawat dalam penelitian tanpa unsur paksaan dan memilki hak
52
ruangan dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, selanjutnya
2. Beneficience (Manfaat)
3. Justice (Keadilan)
tanpa ada yang terasa lebih diatas dibandingkan dengan ruangan yang lain,
53
perawat serta kerja samanya selama proses pengobservasian (penelitian
berlangsung).
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
berlokasi di samping kiri jalan masuk pintu II Unhas. Rumah sakit ini
Indonesia setelah UI, UGM, dan Undip. Informasi dari dekan fakultas
masyarakat sehingga hanya tersedia 300 tempat tidur. Lain halnya dengan
tersedia tempat tidur di sana sekitar 700 tempat tidur. Tetapi pada
prinsipnya rumah sakit ini tidak lepas dari visi misi perguruan tinggi,
sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dan sesuai visi misinya yang
55
memadukan antara pendidikan, penelitian, dan pemeliharaan kesehatan
penerapan MPKP di tiga ruang rawat inap yaitu VIP, Kelas I, Kelas II dan
tenaga perawat yang dibutuhkan di setiap ruang rawat inap, standar asuhan
yang diterapkan. Selain itu juga beberapa data tentang pelaksanaan MPKP
pendokumentasian.
56
a. Ketenagaan/Staffing di ruang MPKP
Table 6 Distribusi Frekuensi Jumlah Tempat Tidur dan BOR (Bed Occupancy
Rate) di IRNA VIP, Kelas I, Kelas II dan III RS Universitas Hasanuddin
Tahun 2013
Ruang Jumlah TT BOR
%
VIP 18 81,48
Kelas I 36 77,50
Kelas II dan III 54 68,13
VIP dan Kelas I (77,50%) dan BOR yang kurang baik pada kelas II/III
(68,13%). Jumlah tempat tidur (bed) paling banyak pada ruang kelas II
dan III (54 bed) mengingat jumlah klien yang dirawat lebih banyak.
57
b. Jenis tenaga keperawatan
kelas I dengan tiga tim yang ada terkait jumlah klien yang dirawat di
Dan setiap ruang ada satu Perawat administrasi dengan kualifikasi D-3
keperawatan
standar asuhan keperawatan dan satu format SAK yang kosong. Ketiga
ruangan (VIP lepa-Lepa, kelas I sandeq, dan kelas II/III katinting) yang
diteliti.
58
e. Pendokumentasian
f. Operan (Overan)
Tabel 9 Pelaksanaan Operan (Overan) di IRNA VIP, Kelas I, dan Kelas II/III
RS Universitas Hasanuddin Tahun 2013
Ruang Operan (Overan) N.rata Ket.
Pagi Ket. Sore Ket. Malam Ket. -rata
(%) (%) (%) (%)
VIP 82,04 Baik 74,35 Cukup 66,66 Cukup 74,35 Cukup
Kelas I 92,30 Baik 79,48 Baik 79,48 Baik 83,75 Baik
Kelas 71,79 Cukup 56,40 Kurang 48,71 Kurang 58,96 Kurang
II/III
g. Konferensi (Conference)
59
Tabel 10 menunjukkan pelaksanaan konferensi baik pre maupun
i. Sentralisasi Obat
Unhas.
k. Supervisi
hanya di ruang rawat inap VIP (Lepa-Lepa) dan Kelas I (Sandeq) dan
60
dengan hasil cukup baik (83%), sedangkan kelas II/III (Katinting) tidak
B. Pembahasan
1. Ketenagaan/Staffing
sudah cukup, terdapat 20 orang perawat di ruang VIP (18 kamar / 18 bed),
tiap ruangan ada empat bed) dan kelas III (5 kamar / 30 bed/ tiap kamar
ada enam bed) memiliki tenaga perawat sebanyak 23 orang. Pada ruang
terhadap enam pasien (bed), sedangkan di kelas II dan III ada dua ruangan
7-8 klien, sedangkan di ruang kelas III setiap satu PA bertanggung jawab
terhadap 9-10 klien. Hasil penelitian telah sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Sitorus (2006) bahwa pada ruang rawat MPKP murni
61
pembagian tenaga perawat tiap ruangan disetiap shiftnya menggunakan
menangani perawatan total care lebih dibanding dengan tim yang lainnya.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan data yang didapatkan di tiga
cukup.
dianggap baik (70-80%) dibawah 70% sudah dianggap kurang baik. Tidak
ada ruangan yang mencapai nilai BOR 100% mengingat terdapat beberapa
62
kategori yang akan diperlukan di setiap ruangan dalam melakukan asuhan
yang penting, karena jika jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah
bahwa MPKP yang tengah diterapkan di RS Unhas jika dilihat dari segi
63
Health Education khusus disampaikan oleh perawat masih jarang
2. Jenis Ketenagaan
(VIP, Kelas I, dan Kelas II/III) sebagian besar sudah baik. Pernyataan
beberapa jenis tenaga perawat yaitu CCM, KaRu, PP/PN, dan PA, serta
merawat klien secara langsung. Di sisi lain hal yang perlu diperhatikan
64
juga adalah tersedianya pendamping orang sakit, hasil penelitian
medis yang telah digunakan klien/pasien. Di mana hal tersebut bukan lagi
KaRu di setiap ruangan memiliki jadwal dinas pagi setiap harinya, dengan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien ada CCM yang dapat diajak
65
perencanaan tersebut. Hal tersebut tidak sebanding dengan hasil observasi
yang dilakukan, para CCM tersebut memiliki tugas pokok utama yaitu
dinas/shift mereka sulit untuk dibuat. Akan tetapi sesuai dengan SK yang
Sebuah artikel yang dibuat oleh Marquis and Huston (2000) dimana di
66
ataukah di jajaran instansi pendidikan, padahal keberadaan mereka sangat
baik, telah sesuai dengan teori yang ada dan sebaiknya tetap dipertahankan
SAK yang ada sudah dibuat dalam sebuah format SAK dan digunakan di
semua ruang rawat inap. Format standar renpra (SAK) tersebut belum
dibedakan penggunaannya dari segi usia (bayi, anak, dewasa, dan lansia)
keperawatan terkait dengan pengesahan SAK dan SOP. Hal ini belum
sejalan dengan teori menurut Nursalam (2013) bahwa SAK yang baik
67
adalah SAK yang telah dibakukan dan disahkan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
format SAK dan SOP yang ada digunakan dalam pembuatan perencanaan
Sejalan dengan teori menurut Ratna Sitorus (2012) bahwa ada standar
Ada 20 domain yang ada dalam format SAK dan bersifat umum
format SAK kosong yang dapat digunakan oleh perawat pada saat akan
telah ada. Hal ini sejalan dengan teori menurut Nursalam (2013) dan
68
Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
kepada klien lebih efektif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
efektif.
atau SAK dan SOP yang telah ada dengan tujuan dapat memberikan
pada pasien. Ada empat model umum asuhan keperawatan, yaitu : model
69
dan dimodifikasi menjadi satu yaitu tim-primer, yang merupakan bagian
dari empat model umum asuhan keperawatan yang sering digunakan baik
Selanjutnya pada metode ini akan dinilai (supervisi) oleh ketua tim/PP,
Unhas cukup efektif jika dilihat dari kualifikasi pendidikan tiap PP/PN di
telah berpendidikan S1-Ners dan D-III keperawatan, dan tidak ada yang
Setiap ruang MPKP terdapat satu orang atau lebih perawat profesional
yang biasa disebut perawat primer (PP) yang mempunyai tanggung jawab
dan tanggung gugat atas asuhan keperawatan yang telah diberikan dan
70
inap RS Universitas Hasanuddin dan juga ruang perawatan lainnya
rumah sakit sampai keluar rumah sakit seperti yang telah diterapkan pada
kuat dan berkelanjutan antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
tahun 2012 dan Arum & Abu Muhlisin tahun 2005 yang mengatakan
71
Selain itu juga tidak ditunjang oleh kecukupan tenaga, dan pendidikan
perawat.
yang telah rusak, belum lengkapnya beberapa alat kesehatan seperti EKG
ruangan, Infus pump, Syringe pump yang kurang, alat tenun/linen yang
kurang, dan linen yang sudah kusam dan bernoda nampak masih terpakai,
serta tensi meter di setiap samping tempat tidur/bed klien belum tersedia,
klien terkait dengan perawat yang bertanggung jawab atas setiap klien
5. Pendokumentasian
ruangan masih ada lima dokumen pasien (nilai median 8,5/< 11,5) yang
masing ruangan : dua dokumen dari ruang VIP (3,4) dan kelas II/III (3,4),
72
serta satu dokumen dari kelas I (1,7). Hal ini mengindikasikan masih ada
diteliti sudah cukup baik tidak ada yang mempunyai nilai median (≤11,5),
ruang VIP dari 10 dokumen ada delapan dokumen klien yang baik (16,3),
Kelas I ada Sembilan dokumen yang baik (18,6) dan Kelas II/III ada
delapan dokumen yang baik (15,1). Hal ini diduga merupakan pengaruh
segala tindakan kepada pasien apakah itu dari tenaga dokter maupun
bolpoin bertinta hitam, dan perawat bertinta biru. Hal ini dimaksudkan
perawat yang ada di ruang rawat inap RS Unhas telah pernah diberikan
73
Sejalan dengan teori menurut Nursalam (2013) bahwa
gugat terhadap segala tindakan yang telah dilakukan. Ada tiga komponen
ketua tim/PP.
yang baik dan lengkap, sehingga informasi tentang kondisi klien dapat
74
telah ada dan penggunaan catatan perkembangan terintegrasi dalam
psiko-sosial dan spiritual klien pada ruang VIP (0,4%), Kelas I (0,2%), dan
Kelas II/III (0,6%), pengkajian tentang pola hidup klien pada ruang VIP
dilakukan dalam 24 jam setelah klien masuk pada ruang VIP (0,4%), Kelas
perawat yang bertanggung jawab terhadap klien tersebut pada ruang VIP
(0,4%) dan Kelas II/III (0,2%). Senada dengan hasil penelitian sebelumnya
oleh Presidentyas Bimo tahun 2009 dimana pada tahap pengkajian terdapat
(22,02%) dokumen belum lengkap, dimana dari lima poin yang ada pada
kurang sesuai dengan teori yang ada pada MPKP, dikarenakan pada
75
pengetahuan yang baik tentang masalah yang sedang dihadapi. Dan
kesanggupan perawat untuk berpikir kritis dan waktu yang tersedia dalam
berada pada situasi yang mendukung, sebab kemampuan seperti itu tidak
ruang VIP (0,75%), Kelas I (0,5%), dan Kelas II/III (1%), (2%) belum
baik setiap keluhan yang dirasakan oleh klien. Selain itu permasalahan
76
yang dirasakan oleh klien itu sangat kompleks dan saling berhubungan
klien tersebut pada ruang VIP (0,43%), Kelas I (0,29%), dan Kelas II/III
ruang VIP (0,43%), Kelas I (0,29%), dan Kelas II/III (0,43%), (1,01%)
Kelas I (0,57%), dan Kelas II/III (0,71%). Senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Solihati tahun 2012 bahwa ada (52,6%) perencanaan untuk
mengatasi masalah klien baik itu bersifat aktual, potensial, maupun resiko
intervensi keperawatan.
Perawat primer (PP) atau ketua tim dan perawat asosiet (PA/pelaksana)
77
terapi keperawatan, tindakan kolaborasi, dan respon klien terhadap
perawat primer dan perawat pelaksana. Akan tetapi penerapan SAK pada
didokumentasikan pada ruang VIP (1,5%), Kelas I (1,5%), dan Kelas II/III
baik.
6. Operan (Operand)
saat pelaksanaan operan pagi, sore, dan malam baik I, II, dan III tim
secara penuh belum maksimal dilakukan, pada operan pagi III perawat
78
juga tidak melakukan diskusi dengan masing-masing tim dan PA. Selain
itu pada operan sore dan malam yang I, II, III perawat tidak langsung
ditutup oleh kepala ruangan/PP/PJ shift dan pada operan malam III PJ shift
I saat pelaksanaan operan pagi dan sore yang I tim perawat yang bertugas
pengkajian secara penuh, dan operan III operan tidak ditutup oleh
KaRu/PP. Saat pelaksanaan operan sore I, II, III malam I, dan II perawat
operan juga tidak ditutup oleh KaRu/PP, pada operan malam II dan III
II/III saat pelaksanaan operan pagi, sore, dan malam yang I, II, dan III tim
berikutnya selain itu beberapa poin lain yang tidak dilaksanakan seperti
secara penuh belum maksimal, operan tidak ditutup oleh KaRu/PP/Pj shift,
KaRu/PP/Pj shift tidak membuka acara operan, dan operan di ruang klien
79
Menurut kepala ruangan kelas II/III yang diwawancarai mengatakan
waktu istirahat klien. Selain itu perbandingan jumlah klien (397 klien)
yang terlalu banyak dengan jumlah perawat yang bertugas di ruangan kelas
198 orang, dan total = 199 orang). Sehingga pelaksanaan operan di ruang
perawatan lainnya sebanyak tiga kali dilakukan dalam sehari, yaitu pada
pergantian shift malam ke pagi (07.30), pagi ke sore (13.30), dan sore ke
dan ditutup oleh kepala ruangan untuk operan shift pagi dan sore.
tiap kebutuhan klien, setiap kali melakukan operan selalu ada klarifikasi
atau Tanya jawab dan validasi ulang terhadap semua hal yang
80
Hasil penelitian sejalan dengan teori menurut Keliat (2000) dari
(laporan), serah terima antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dinas
pagi ke dinas sore dipimpin oleh KaRu/PP, sedangkan operan dinas sore
ke malam dipimpin oleh Pj tim sore ke Pj tim malam. Akan tetapi, pada
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Arum Pratiwi dan Abi Muchlisin
tahun 2005 di tiga Rumah sakit yang berbeda ketiganya melakukan operan
Adapun caranya operan dengan membaca buku laporan oleh satu orang
perawat pelaksana (PA) yang dihadiri oleh semua perawat yang akan
belum dilakukan serta perkembangan klien saat itu. Sejalan dengan teori
membaca status/dokumen klien oleh satu orang PA dan dibuka oleh PP/Pj
detail.
81
Semua perawat telah mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan
(kelas I (Sandeq), dan kelas II/III (Katinting), sesuatu yang sifatnya sangat
selanjutnya, menanyakan apa yang dirasakan oleh klien saat ini, tidurnya
situasi dan kondisi klien saat itu, semakin banyak yang mesti dilaporkan
maka semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan, dari hasil observasi
pagi dan sore) serta kepala ruangan. Setelah operan dilaksanakan, kepala
82
Peneliti mengasumsikan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
(katinting) kurang baik, antara lain : perawat yang kurang disiplin waktu
membawa buku catatan pada saat operan, lebih sering berfokus pada
7. Konferensi (Conference)
conference pagi dan sore pada ruang VIP, untuk pre conference I dan II
menutup acara, pada post conference II dan III, Katim (PP) tidak menutup
acara, selain itu post conference I pagi tidak dilakukan di meja masing-
83
masing tim, KaRu/Katim (PP) tidak membuka acara, Katim (PP) tidak
II dan III pagi dan sore Katim (PP) tidak menanyakan tindak lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya, Katim (PP)
conference pagi dan sore pada ruang Kelas I, untuk pre conference I, II, III
tidak menutup acara, pre conference pagi dan sore I dan II Katim (PP)
Sedangkan post conference pagi I, II dan III pada ruang Kelas I Katim
(PP) tidak menutup acara post conference, post conference I sore dan III
pagi, post conference II sore Katim (PP) tidak menanyakan tindak lanjut
asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya. Post
conference II dan III sore Katim (PP) tidak menanyakan hasil asuhan
conference pagi dan sore pada ruang Kelas II/III, untuk pre conference I,
II, III tidak dilakukan di meja masing-masing tim, Katim (PP) / Pj shift
masing klien. Sedangkan post conference I, II, dan III pagi dan sore tidak
84
acara post conference, dan Katim/PP tidak menutup acara, pada post
conference III pagi Katim (PP) tidak menanyakan kendala dalam asuhan
dan di meja tim masing-masing yang dipimpin oleh ketua tim/PP atau
penanggung jawab tim. Adapun isi dari pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari ketua tim/PP atau PJ
tim. Sedangkan isi dari post conference adalah hasil asuhan keperawatan
Sejalan dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Nurida (2009)
anggota tim yang berubah, seperti halnya yang terjadi pada perawat di RS
kecocokan dan kekompakan antara ketua tim dan anggota tim perawat.
Peneliti menyimpulkan bahwa dua ruang rawat inap (VIP dan Kelas
II/III) dari tiga ruangan yang diteliti bahwa konferensi (pre dan post
85
konferensi dilakukan lagi akan menyita waktu perawat/PA untuk segera
melakukan tindakan.
masukan dan tindak lanjut rencana asuhan yang akan diberikan kepada
dilaksanakan, kemudian di akhir sesi acara baik pre dan post conference
86
penjelasan tentang klien oleh perawat yang berfokus pada masalah
keperawatan. Ronde hampir dihadiri oleh semua anggota tim, topik dan
masalah yang ada di ruangan dan lebih ditekankan kepada klien yang
di tiap ruangan selain kesempatan perawat yang terbatas adalah tim yang
hanya diikuti oleh sebagian perawat. Hal ini disebabkan oleh kegiatan
terbatas.
Selain itu semua ruangan masih harus menunggu kehadiran CCM yang
87
Pelaksanaan ronde keperawatan tidak harus dihadiri oleh CCM
yang perlu ikut dilibatkan pula seluruh anggota tim kesehatan lainnya
(Nursalam, 2002).
88
9. Sentralisasi Obat
perkembangan klien pada setiap klien yang baru masuk dengan format
a. Klien atau keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam
b. Setiap hari bila ada resep dari dokter diserahkan lebih dahulu kepada
d. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima dicek dan diparaf oleh perawat
yang menerima
f. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dosis atau aturan minum
g. Bila obat habis akan diminta resep kepada dokter (khusus klien dengan
89
i. Bila klien pulang dan obat masih ada atau belum habis, sisa obat yang
j. Kemudian disertai dengan bukti tanda tangan saksi, klien, dan perawat
buku sentralisasi obat serta form bukti tanda tangan saksi, klien dan
diterapkan di RS Unhas :
pencatatan obat
terapi.
90
10. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
saat pulang/evaluasi akhir saat klien pulang, obat yang masih diminum,
observasi masih ada sebagian poin yang belum diisi dari beberapa poin
psikologis klien, sumber dan sistem yang ada di masyarakat, fasilitas saat
profesi manajemen keperawatan. Pihak instansi dalam hal ini Rumah sakit
91
Unhas belum menyediakan, anggaran yang belum tersedia untuk
Sejalan dengan teori menurut Hurts (1990) dikutip oleh Kristina (2007)
digunakan lagi oleh klien, obat-obat tersebut tetap dibawa pulang oleh
klien/keluarga.
92
Peneliti membuat asumsi, bahwa pelaksanaan discharge planning
(perencanaan pulang) di tiga ruang rawat inap (RS Unhas) tersebut masih
akan tetapi hanya dilakukan oleh sebagian perawat dan cuma dilaksanakan
Education baik dari tenaga medis lainnya dengan perawat dapat lebih jelas
11. Supervisi
oral perawat yang melakukan lupa melakukan double check (oleh tim
sejwat) : nama obat, dosis, dan hasil perhitungan, dan beberapa perawat
pemberian obat oral, dan pemberian obat per IV (injeksi IV). Supervisi
93
wawancara oleh setiap kepala ruangan untuk di ruangan VIP (Lepa-Lepa)
perawat pelaksana (PA) berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah
94
Setelah supervisi dilaksanakan, supervisor (kepala ruangan dan
pelaksana (PA) dan PP oleh kepala ruangan (KaRu). Masalah lain yang
Hasil penelitian dari segi format yang digunakan sejalan dengan teori
95
pencapaian atau keberhasilan dan memberi solusi pada masalah-masalah
supervisi pada ruang MPKP dilaksanakan secara rutin agar supervisi dapat
menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staff maka perlu
disusun standar dan jadwal pasti dalam melakukan supervisi dan rutin
dilaksanakan.
atau bulanan dengan fokus yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan
96
C. Keterbatasan Penelitian
instrumen lain yang di buat sendiri oleh peneliti dengan berasaskan dari
variabel.
97
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di ruang rawat inap VIP
baik, namun masih ada beberapa poin yang perlu dievaluasi kembali dalam
(PA).
aktual, maupun resiko dan beberapa SOP yang telah ada. Format standar
RS Universitas Hasanuddin.
98
4. Metode yang diterapkan, MPKP murni atau metode gabungan (modifikasi
tim-primer).
11. Supervisi, supervisi sudah baik, namun pelaksanaannya belum rutin setiap
bulannya.
B. Saran
rawat inap. Meninjau ulang kembali hambatan apa saja yang dirasakan
99
penelitian masih ada beberapa poin kurang baik dan belum optimal
pelaksanaannya.
ditingkatkan.
tentang hal-hal prinsip dari teknik operan yang baik sesuai dengan
100
metode MPKP, Sebaiknya jadwal tetap visite dokter di buat terutama
yang ada.
khusus.
2. Tenaga keperawatan
101
sama tim yang baik, dan berdedikasi tinggi terhadap pekerjaan (asuhan)
yang dilakukan.
3. Peneliti lain
yang sama, diharapkan mengambil semua unit rawat inap yang ada di
penelitian dapat lebih ditelaah dan dipahami lagi. Selain itu, peneliti
diteliti.
102
DAFTAR PUSTAKA
Duffy, J.R. 2004. Implementing the Quality-Caring Model in Acute Care. Journal
Of Nursing administration. 35(1): p. 4-6.
Fowler, J., Hardy, J., & Howarth, T. 2006. Trialling Collaborative nursing models
of care : The impact of change. Australian Journal of Advanced Nursing
Vol. 23, No. 4, p. 41.
Hastono, P.S & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Ed. 1, Jakarta : Rajawali.
Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat
ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi
Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan.
Kurnia, E., Damayanti, N. A., & Nursalam. (April 2011). Formula Penghitungan
Tenaga Keperawatan Modifikasi FTE dengan Model Asuhan Keperawatan
Profesional Tim. Jurnal Ners vol.6 No.1 , 11-20.
Marquis, B. L., and Huston, C. J., (2000), Leadership roles and management
function in nursing : teory and application, Lippincott, Philadelphia.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan ; Konsep Proses & Praktik,
Ed.4, alih bahasa Yasmin, dkk. Jakarta : EGC.
xviii
3) Katim/PP menanyakan rencana
harian masing-masing perawat
pelaksana (PA)
4) Katim/PP memberikan masukan
dan tindak lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
5) Katim/PP memberikan
reinforcement/reward
6) Katim/PP/Pj shift menutup acara
b. Post Conference
1) Dilakukan di meja masing-
masing tim
2) Katim/PP menanyakan hasil
asuhan masing-masing
klien/pasien
3) KaRu/Katim/PP/Pj Tim
membuka acara
4) Katim/PP menanyakan kendala
dalam asuhan yang telah
diberikan
5) Katim/PP menanyakan tindak
lanjut asuhan klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift
berikutnya
6) Katim/PP menutup acara
3. RONDE KEPERAWATAN (Nursing
Round)
a. Persiapan (Praronde)
1) Menentukan kasus & topik
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literatur
4) Membuat proposal (studi kasus
atau resume keperawatan)
5) Mempersiapkan pasien :
informed conscent & pengkajian
6) Diskusi dengan anggota tim/PA.
b. Pelaksanaan
1) Penjelasan tentang pasien oleh
perawat yang berfokus pada
masalah keperawatan
2) Diskusi antaranggota tim tentang
kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh
xix
perawat tentang masalah pasien
serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
c. Pascaronde
1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
2) Kesimpulan & rekomendasi
penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
4. SENTRALISASI OBAT (Pengelolaan
logistik & obat)
a. Penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang dapat
didelegasikan kepada staf (perawat)
yang ditunjuk
b. Format sentralisasi obat berisi :
nama, no. registrasi, umur, ruangan
c. Mekanisme penyimpanan
d. Obat yang diterima dicatat dalam
buku besar persediaan atau dalam
kartu persediaan
e. Memeriksa persediaan obat,
pemisahan antara obat untuk
penggunaan obat oral dan luar
f. Mengupdate informasi kardex setiap
pergantian shift
5. PERENCANAAN PULANG
(Discharge Planning)
a. Persiapan :
Mengidentifikasi kebutuhan
pemulangan pasien dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada
saat pasien pulang, antar lain :
1) Pengetahuan pasien/keluarga
tentang penyakit
2) Kebutuhan psikologis
3) Bantuan yang diperlukan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan aktivitas
hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, dan lain-lain
5) Sumber dan sistem yang ada di
xx
masyarakat
6) Sumber finansial
7) Fasilitas saat di rumah
8) Kebutuhan perawatan dan
supervisi di rumah
b. Pelaksanaan
1) Pemberian HE (Health
Education)
2) Pembagian brosur/leaflet
3) Dilakukan secara kolaboratif
serta disesuaikan dengan sumber
daya dan fasilitas yang ada
6. SUPERVISI
a. Pelaksanaan
1) Supervisi dilakukan oleh ketua
tim terhadap kinerja dari
anggotanya dalam melaksanakan
askep
2) Proses askep secara keseluruhan
diproses oleh kepala ruangan
3) Supervisi sudah dilaksanakan,
namun petunjuk pelaksanaan
supervisi belum ada, sehingga
tidak ada program kerja
supervisi
b. Pasca-Supervisi-3F
1) Supervisor memberikan nilai
supervisi (adil)
2) Supervisor memberikan
feedback dan klarifikasi
3) Supervisor memberikan
reinforcement dan follow up
perbaikan.
xxi
Lampiran 2 : INSTRUMEN EVALUASI DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian meliputi pemeriksaan
fisik
2. Pengkajian meliputi status
psikososial-spiritual klien
3. Pengkajian meliputi pola hidup
klien
4. Pengkajian lengkap dilakukan
dalam waktu 24 jam setelah klien
masuk
5. Pengkajian lengkap dilakukan oleh
perawat yang bertanggung jawab
terhadap klien tersebut
B. Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah klien
2. Diagnosis keperawatan mencakup
tentang masalah psikososial
3. Diagnosis keperawatan mencakup
tentang masalah kurangnya
pengetahuan klien
4. Diagnosis keperawatan dirumuskan
dengan benar (PE/PES)
C. Perencanaan (Intervensi)
1. Rencana asuhan keperawatan
dikembangkan oleh perawat yang
bertanggung jawab pada klien
teresebut
2. Terdapat rumusan tujuan
keperawatan disertai kriteria
evaluasi
3. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan observasi
keperawatan
4. Rencana asuhan keperawatan
mencakup terapi keperawatan
5. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan pendidikan
kesehatan
6. Rencana asuhan keperawatan berisi
tindakan kolaborasi
7. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan yang
menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga
xxii
No Aspek Yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik
D. Tindakan (Implementasi)
1. Tindakan observasi keperawatan
yang dilakukan didokumentasikan
2. Tindakan terapi keperawatan yang
dilakukan didokumentasikan
3. Tindakan pendidikan kesehatan
yang dilakukan didokumentasikan
4. Tindakan kolaborasi yang
dilakukan didokumentasikan
5. Respons klien terhadap tindakan
keperawatan didokumentasikan
E. Evaluasi
1. Diagnosis keperawatan dievaluasi
setiap hari sesuai dengan
SOAP/SOAPIE
2. Diagnosis keperawatan yang sudah
teratasi terlihat di dalam
dokumentasi
Cara pengisian :
1. Setiap status rekam medik dinilai berdasarkan penjelasan pada kolom yang ada di atas,
dan status pertama menjadi nomor satu pada kolom kode berkas rekam medik.
2. Beri angka satu (1) bila > 75% dokumentasi yang terisi, dan beri angka nol (0) bila
kurang dari 75% dokumentasi yang terisi
xxiii
Lampiran 1
Master Tabel
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Operan
Operan I (Pagi) Total Operan II (Pagi) Total Operan III (Pagi) Total
Ruang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item
VIP (Lepa-Lepa) 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 10
Kelas I (Sandeq) 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
Operan I (Sore) Total Operan II (Sore) Total Operan III (Sore) Total
Ruang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item
VIP (Lepa-Lepa) 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 10
Kelas I (Sandeq) 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10
Operan I (Malam) Total Operan II (Malam) Total Operan III (Malam) Total
Ruang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item
VIP (Lepa-Lepa) 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 8
Kelas I (Sandeq) 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11
Keterangan :
Ya =1
Tidak = 0
xxiv
Lampiran 2
Master Tabel
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Konferensi
Konferensi I (Pagi) Konferensi II (Pagi) Konferensi III (Pagi)
Total Total Total
Ruang Pre Conference Post Conference Pre Conference Post Conference Pre Conference Post Conference
VIP (Lepa-Lepa) 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 6 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 6 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 7
Kelas I (Sandeq) 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 10 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 8
VIP (Lepa-Lepa) 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 5 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 8
Kelas I (Sandeq) 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 7 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 8 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7
Keterangan :
Ya =1
Tidak = 0
xxv
Lampiran 3 INSTRUMEN EVALUASI DOKUMENTASI KEPERAWATAN
No Aspek Yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
A. Pengkajian Ruang VIP (Lepa-Lepa)
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
1 klien 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
C. Perencanaan (Intervensi)
Rencana asuhan keperawatan dikembangkan oleh perawat
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7
yang bertanggung jawab pada klien teresebut
Terdapat rumusan tujuan keperawatan disertai kriteria
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
evaluasi
Rencana asuhan keperawatan mencakup tindakan observasi
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
keperawatan
E. Evaluasi
Diagnosis keperawatan dievaluasi setiap hari sesuai dengan
1 SOAP/SOAPIE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
Total 21 19 17 21 17 20 19 20 22 21 197
Kode 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
xxvi
Kode Berkas Rekam Medik
No Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ket.
A. Pengkajian Ruang Kelas I (Sandeq)
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
1 klien 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
C. Perencanaan (Intervensi)
Rencana asuhan keperawatan dikembangkan oleh perawat
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8
yang bertanggung jawab pada klien teresebut
Terdapat rumusan tujuan keperawatan disertai kriteria
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
evaluasi
Rencana asuhan keperawatan mencakup tindakan observasi
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
keperawatan
Total 22 20 18 17 20 20 22 21 21 22 203
Kode 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
9
xxvii
Kode Berkas Rekam Medik
No Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total
A. Pengkajian Ruang Kelas II/III (Katinting)
C. Perencanaan (Intervensi)
Rencana asuhan keperawatan dikembangkan oleh perawat
1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 7
yang bertanggung jawab pada klien teresebut
Terdapat rumusan tujuan keperawatan disertai kriteria
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
evaluasi
Rencana asuhan keperawatan mencakup tindakan observasi
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
keperawatan
Total 19 17 18 18 19 17 20 19 18 20 185
Kode 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
xxviii
Distribusi Frekuensi Kegiatan Ruang MPKP : Instalasi Rawat Inap VIP, Kelas I, dan Kelas II/III RS Univesitas Hasanuddin
Keterangan :
A. Kegiatan konferensi : nilai pre dan post conferens di jumlahkan kemudian dibagi dengan dua (pagi & sore)
1. VIP = Pre 61,11 + 55,6 = 116,7/2 = 58,35%
= Post 44,43 + 50 = 94,43/2 = 47,21%
2. Kelas I = Pre 72,21 + 61,11 = 133,32/2 = 66,66%
= Post 77,76 + 61,11 = 138,87/2 = 69,44%
3. Kelas II/III = Pre 50 + 44,43 = 94,43/2 = 47,21%
= Post 55,6 + 44,43 = 100,03/2 = 50,01%
xxix
B. Pelaksanaan discharge planning diukur/observasi sebanyak 3x/ruangan :
1. VIP (Lepa-Lepa’) :
a. 6 = 54,54%
b. 4 = 36,36%
c. 5 = 45,45% persentase (%) : a+ b+c = 136,35/3 = 45,45%
2. Kelas I (Sandeq) :
a. 5 = 45,45%
b. 7 = 63,63%
c. 7 = 63,63% persentase (%) : a+b+c = 172,71/3 = 57,57%
3. Kelas II/III (Katinting) :
a. 4 = 36,36%
b. 5 = 45,45%
c. 5 = 45,45% persentase (%) : a+b+c = 127,26/3 = 42,42%
xxx
KEUE]ITERIAN PE]IIDIDIKNU DAN KEBU DAYann
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKI,TLTAS KEDOKMRAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\ (PSIA
JL.PENNTIS KEMERDEKAAIY KAI}4PUS TAIvIALAT{REA KM. TO MAKASSAR 90245
TELP : 04tt-5E60t0,586296 FAX.04t t -586i297
08 Juli 2013
Nomor : 4I7luN.4.7 .4.1 .27 tPL.02t2013
Hal : Izin Penelitian
Kepada
Yth. : Direktur RS. Universitas Hasanuddin
di-
Tempat
Dengan hormat, dalam rangka penyelesaian studi Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, maka dengan ini dimohon
kiranya Mahasiswa yang tersebut namanya di bawah ini :
Nama : Suharno Usman