Anda di halaman 1dari 224

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan professional. Dalam pemberian pelayanan keperawatan secara
professional diharapkan perawat mampu menyelesaikan tugasnya dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien
menuju kearah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2002). Untuk
mewujudkan harapan tersebut dapat dilakukan dengan penataan kembali
system model keperawatan professional (MAKP), mulai dari ketenagaan,
penetapan MAKP, dan perbaikan dokomentasi keperawatan.Selain itu
sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang
terjadi di Indonesia, maka model sistim asuhan keperawatan harus berubah
mengarah pada suatu praktik keperawatan professional sehingga peran dan
fungsi perawat sesuai dengan tanggungjawab dan tanggung gugatnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa system pelayanan
kesehatan mengalami perubahan mendasar mulai memasuki abad ke – 21.
Perubahan tersebut sebagai dampak dari perubahan social politik,
kependudukan serta perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi. Ketiga
perubahan tersebut membawa implikasi terhadap perubahan system
pelayanan keperawatan dan hal ini merupakan tantangan bagi perawat
Indonesia untuk menuju proses profesionalisme. Untuk menjawab tantangan
tersebut, manajemen keparawatan harus diaplikasikan dalam tantanan
pelayanan nyata, sehingga konsep yang harus dikuasai adalah konsep
tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan
yang berupa rencana strategi melalui pendekatan pengumpulan data, analisa
SWOT, dan penyusunan langkah perencanaan, pelaksanaan secara
operasional, khususnya dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan
professional (MAKP), dan melakukan pengawasan serta pengendalian
(Nursalam, 2002).

1
Kualitas pelayanan keperawatan dapat dinilai dari tingkat keilmuan
perawat, ketrampilan perawat, dan perilaku serta jenis metode asuhan
keparawatan professional (MAKP) yang digunakan. Saat ini metode asuhan
keparawatan professional (MAKP) yang dapat dikembangkan adalah
MAKP tim yang merupakan suatu metode penugasan dimana 1 ruang
perawat bertangguang jawab penuh selama 1 shift terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan keluar rumah
sakit. Kelebihan dari MAKP timbang terima adalah memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh serta mendukung pelaksanaan
proses keparawatan. Selain itu pembagian tugas yang jelas dan
memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan bagi pasien, perawat dan tenaga kesehatan lain sehingga
tercapai suatu pelayanan yang berkualitas.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan mahasiswa Prodi
Ners Universitas Kadiri di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo pada
tanggal 17–19 Juni 2014, didapatkan model asuhan keperawatan yang
digunakan di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo adalah model asuhan
keperawatan professional tim (MAKP tim). Dan berdasarkan hasil
wawancara pada pasien mengenai pelayanan perawat Ruang Bougenvile
RSD Mardi Waluyo terhadap 24 responden (pasien) didapatkan 18 orang
(75%) menyatakan pelayanan perawat baik, 4 Orang (16,7%) menyatakan
pelayanan perawat cukup, dan 2 orang (13,3%) menyatakan pelayanan
perawat kurang.
Berdasarkan situasi tersebut, maka model yang akan digunakan untuk
praktik manajeman mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Ners Universitas
Kadiri di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo adalah model asuhan
keperawatan professional tim (MAKP tim) dengan melaksanakan supervise
keperawatan, discharge planning, timbang terima, dokumentasi
keparawatan, dan sentralisasi obat dengan melibatkan perawat ruangan dan
pembimbing rumah sakit serta pembimbing institusi. Model asuhan
keperawatan ini akan diterapkan oleh mahasiswa Prodi Ners Universitas
Kadiri di ruang kelolaan, yaitu kamar 9 dengan kapasitas 5 bed untuk

2
pasien kelas 3, kamar 10 dengan kapasitas 2 bed untuk kamar ekstra dan
kamar 11 dengan kapasitas 1 bed untuk kamar ekstra. Saat ini jumlah pasien
di Kamar 9, 10 dan 11 adalah 8 pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah manajemen atau pengelolaan Ruang Bougenvile RSD
Mardi Waluyo Blitar?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan model asuhan keperawatan professional tim (MAKP
tim)
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data di Ruang Bougenvile
RSD Mardi Waluyo Blitar
2. Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
3. Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang telah ditetapkan
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian model asuhan keperawatan professional : timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru
5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional :timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, penerimaan pasien baru.
6. Mengevaluasi rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional :timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, penerimaan pasien baru.

3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP Team di
Ruang Bougenvile RSUD Mardi Waluyo.
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di Ruang
Bougenvile RSUD Mardi Waluyo.
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional di Ruang Bougenvile RSUD Mardi
Waluyo.
1.4.2 Bagi Perawat Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar
1. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di ruang Bougenvile yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP.
2. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat
melaksanakan MAKP Tim dengan optimal.
3. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
4. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.4.3 Bagi Pasien dan Keluarga
1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal.
2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan\
Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dengan bahan
tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP Tim.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen


2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses untuk melaksanakan pekerjaan
melalui upaya orang lain. Menurut Liang Lie, manajemen adalah suatu ilmu
dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrol dari
benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya
(Liang Lie, 2008 dalam Nursalam, 2011).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Didalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant dan Massey, 1999 dalam Nursalam, 2011).
2.1.2 Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari Manage, yaitu mengatur. Dimana dalam hal
mengatur ada beberapa pertanyaan; mengapa harus diatur dan apa tujuan
pengaturan tersebut diadakan. Manajemen merupakan usaha dari orang-
orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Visi dan Misi)
sehingga akan ada hubungan antara administrasi, manajemen, dan
organisasi. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa
manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan  akan lebih
sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen:
1. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi
2. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-
tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-
pihak berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan,
maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja,  asosiasi
perdagangan, masyarakat dan pemerintah

5
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum
adalah efisiensi dan efektivitas.
Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning), perencanaan merupakan:
a. Gambaran apa yang akan dicapai
b. Persiapan pencapaian tujuan
c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d. Persiapan tindakan-tindakan
e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis
f. Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (Organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat-alat keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (Actuating)
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja   bukan hanya karena perintah tetapi harus dengan
kesadaran sendiri dan termotivasi.
4. Pengendalian/pengawasan (Controlling) merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5. Penilaian (Evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai.

2.2 Konsep Manajemen Keperawatan


2.2.1 Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat diPengertiankan sebagai suatu proses
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan
proses manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan
obejektif (Huber, 2006).

6
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat
(Suyanto, 2008).
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga
prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,
karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan
rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari
prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi
keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan
pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi
keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer
mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat
diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual,
yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2)
Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik. 3)
Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dengan individu atau kelompok.
2.2.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing
(Kepegawaian), Directing (Pengarahan), Controlling
(Pengendalian/Evaluasi).

7
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya
akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan
pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning
adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan
dan siapa yang melakukannya.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap Dalam Perencanaan
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

8
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai
5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang
dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab
untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara
menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standart untuk
mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional
terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai.
Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi
pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari
kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan.
Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan

9
2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
3) Memudahkan kordinasi
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

10
(Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat
dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para
pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
3) Pendelegasian wewenang
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
6) Mendelegasikan wewenang
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk
menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana
penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK).
SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik

11
dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang
diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya,
evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan
pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff
harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya
dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah
dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat
dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga
dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis
yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya
ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat
yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi

12
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.
Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000),
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan
sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu  untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin
dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan
yaitu:
a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat
agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan

13
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap
orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan
karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya.
Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan
manajemen partisipasi oleh perawat professional.
5. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan
fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang
erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan
terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi
yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan
(Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan

14
dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu
memperhatikan beberapa prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
3) Harus memandang ke depan
4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
5) Harus objektif
6) Harus fleksibel
7) Harus menunjukkan pola organisasi
8) Harus ekonomis
9) Harus mudah dimengerti
10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit
bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek
termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan
sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk
mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
a. Analisa tugas: Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur
yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan,

15
anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif
beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
b. Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan
2.2.3 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian
anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur
organisasi
3. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan
keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur
strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek,
mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang
ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya
4. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang 
efektif
5. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
6. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
8. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi

16
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
2.2.4 Komponen Manajemen Keperawatan
1. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
2. Proses
Pada umumnya  merupakan kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup penting
dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu
tatanan organisasi.
3. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran.
4. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan
dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional,
evaluasi penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai
standard akreditasi.
5. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey
kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.

17
2.3 Sumber Daya Manusia (M1/MAN)
2.3.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan
keluar dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh
kesempatan pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua
biasanya telah bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan
berbagai keuntungan lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau
produktivitas dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini
disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisiknya sudah mulai menurun.
Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan
fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat
produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan (Mangkunegara, 2006).
2.3.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan
pendapat-pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama
dengan pria ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang
konsisten pria-wanita dalam kemampuan memecahkan masalah,
ketrampilan, analisis, dorongan, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan
bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam
produktifitas kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen
kerja karyawati lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim,
2005). Alasan yang paling logis adalah karena secara tradisional wanita
memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada
anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti kematian tetangga dan
sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja.
2.3.3 Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari
prestasi kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil
kesimpulan yang meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset

18
menunjukkan bahwa suatu hubungan yang positif antara senioritas dan
produktivitas pekerjaan. Masa kerja yang diekspresikan sebagai pengalaman
kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas
karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif
dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan keluar
masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik
tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
2.3.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005)
yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu
upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal.
Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin
menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3
Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin
menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1
Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan ke
S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke Magister
Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan (Gartinah et. al., 1999).
2.3.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang
tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia,
yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan
pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya

19
diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal,
sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat (1993) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu
bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito (1982) mengungkapkan tentang tujuan pelatihan
sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku
dan pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun
lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan
dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas sematamata hanya
untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan
diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik
biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari
pada individu yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada
peningkatan pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan
sikap peserta pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau
pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora (1995)
yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang
dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun
perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas
tertentu.
2.3.6 Bed Occuption Rate (BOR)
BOR adalah indikator tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di
rumah sakit. Rumus untuk mencari BOR adalah sebagai berikut:
BOR/hari         = Jumlah pasien  x 100%
                                                TT

20
BOR/bulan      = Jumlah pasien dalam 30 hari  x 100%
                       TT  x 30 hari   
BOR/tahun      = Jumlah pasien dalam 1 tahun  x 100%
                    TT x 365
2.3.7 Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam perhitungan
kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap.
1. Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979)
Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah
tempat tidur sebagai perbandingan dari kebutuhan perawat yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah. Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah
perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas
perawat di rumah sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan
oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika
kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas,
sedangkan jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.
Tabel 2.1 Rasio jumlah tempat tidur dan kebutuhan perawat
Rumah Sakit Perbandingan

Kelas A dan B TT : Tenaga medis = (4-7) : 1


TT : Tenaga keperawatan =1:1
TT : Nonkeperawatan =3:1
TT : Tenaga Nonmedis =1:1

Kelas C TT : Tenaga medis =9:1


TT : Tenaga keperawatan = (3-4) : 2
TT : Nonkeperawatan =5:1
TT : Tenaga Nonmedis =3:4

Kelas D TT : Tenaga medis = 15 : 1


TT : Tenaga keperawatan =2:1
TT : Tenaga Nonmedis =6:1

Khusus Disesuaikan

21
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak
rumah sakit yang lambat laun meninggal cara ini karena adanya beberapa
alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah
sakit dan profesional.
2. Metode Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Sebagai
contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan
pelayanan, mulai dari pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter,
penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya.
Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu
berjalan dengan baik.
a. Hudgins
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat
jalan menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar
waktu pelayanan pasien rawat jalan, yaitu dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Standar waktu pelayanan pasien rawat jalan
Lama waktu (menit untuk pasien
Kegiatan
Baru Lama

Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7

Perghitungan menggunakan rumus:


Rata-rata jam perawatan/hari x jumlah rata-rata pasien/hari
Jumlah jam kerja/hari

b. Douglas

22
Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat
inap sebagai berikut:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3-4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Kategori I: perawatan mandiri
a) Dapat melakukankebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti
pakaian.
b) Makan, dan minum dilakukan sendiri.
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
d) Observasi tanda vital setiap shif.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f) Persiapan prosedur pengobatan.
2) Kategori II: perawatan intermediate
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c) Pengobatan lebih dari satu kali.
d) Pakai kateter foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat.
f) Pengobatan perlu prosedur.
3) Kategori III: perawatan total
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b) Observasi tanda vital tiap 2 jam.
c) Pemakaian slang NGT.
d) Terapi intravena.
e) Pemakaian suction.
f) Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar.

Catatan:

23
 Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari;
 Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien;
 Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan
pada klasifikasi di atasnya.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-
masing kategori mempunyai nilai standar per shif, yaitu dalam Tabel
2.3.
Tabel 2.3 Nilai standar jumlah perawat per shif berdasarkan klasifikasi
pasien
Kalsifikasi pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
pasien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst.

3. Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan
yang memenag nyata dilakukan oleh perawat. Setiap pasien yang masuk
ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
a. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
b. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
c. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di RS Provinsi di Filipina, menghasilkan data
sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan selama 24 jam
Jenis pelayanan Rata-rata jam perawatan/hari/pasien
Nonbedah 3,4
Bedah 3,5
Campuran bedah dan nonbedah 3,5
Postpartum 3
Bayi baru lahir 2,5

4. Metode Gilles

24
a. Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah:
AxBxC = F =H
(C-D) x E G
Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah perawatan yang diberikan perawat pertahun
G = jumlah jam kerja efektif per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Rata-rata jam perawatan/hari x Rata-rata jumlah jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif/hari
c. Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutukan
maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =
5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja/hari
Tambahan tenaga:
5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif/tahun
Catatan:
1) Jumlah hari takkerja/tahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12
hari) + cuti sakit/ijin (10 hari) = 86 hari.
2) Jumlah hari kerja efektif/tahun.
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari.
3) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat per minggu = 40 jam.
4) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari.
5) Jumlah tenaga keperawatan dibutuhkan di satu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekuarangan/cadangan)

25
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pershif, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah
55% tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu sebagai berikut:
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuahn pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat
dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial
care, total care, dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan
langsung setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu
perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:
1) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
2) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
3) Total care dibutuhkan 1-1½ x 4 jam : 4-6 jam
4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam.
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatam, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota
tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi
pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroid = 38 menit/pasien/hari,
sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan
penelitian di rumah sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien
(Gillies, 1996).
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi:
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer
dalam Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan
kesehatan ialah 15 menit/pasien/hari.

5. Metode formulasi Nina

26
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan
tenaga:
a. Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien.
b. Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien
dalam satu hari.
c. Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun.
C = B x 365 hari
d. Tahan IV
Dihitung D = jumlah perkiaraan realistis jam perawatan yang
dibutuhkan selama setahun. D = C x BOR/80, 80 adalah nilai tetap
perkiraan realistis jam perawatan.
e. Tahap V
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan.
E = D/1878.
Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365 52 hari
minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6
jam).
6. Metode hasil lokakarya keperawatan
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya
keperawatan dengan mengubah satuan hari dengan minggu. Rumus untuk
penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut.
Jam perawatan 24 jam x 7(tempat tidur x BOR)
+25 %
Hari kerja efektif x 40 jam
Formulasi ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu
yang dihitung dari: 365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12
hari cuti tahunan) = 289 hari atau 41 minggu. Angka 7 pada rumus
tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. Nilai 40 jam didapat
dari jumlah jam kerja dalam seminggu. Tambahan 25% adalah untuk
penyesuaian terhadap produktivitas.

27
7. Menghitung tenaga keperawatan berdasarkan Full Time Equivalent
(FTE)
Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah
berdasarkan pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat
pendidikan dan keterampilan perawat serta filosofi organisasi tentang
perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis perawat
dilakukan berdasarkan Full Time Equivalent (FTE). Konsep FTE
didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun,
artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2080 jam dalam periode 52
minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun
nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif
yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga
mempertingbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan
tingkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam
perawatan yang dibutuhkan.
Contoh penghitungan FTE dan tenaga perawat:
Total beban kerja unit (W) atau jumlah jam kerja perawat dapat
ditentukan berdasarkan jumlah rerata jam perawatan dalam 24 jam
(ACH) dan hari perawatan pasien (PD) menggunakan rumus berikut.
5
W= (PDi x AC Hi)
Ʃ
Keterangan:
W : Beban kerja (Workload)
PD : Hari perawatan pasien (Patient Days)
ACH : Rerata jumlah jam kerja perawat (Average care hours per 24
hours)
Ʃ : Jumlah tingkat klasifikasi pasien
5 : Konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien

28
Tabel 2.5 Rerata jumlah jam perawatan dan hari rawat pasien
Tingkat klasifikasi Rerata jam perawatan Proyeksi jumlah hari rawat
pasien dalam 24 jam pasien
1 3,5 1.500
2 5,0 2.500
3 9,0 3.000
4 13,0 2.100
5 17,5 1.100
Berdasarkan tabel hasil di atas dapat dihitung bahwa total beban
kerja unit adalah 91.300 jam
Informasi tambahan yang didapatkan adalah:
a. 1 FTE = 2.080 jam
b. Persentase jam produktif perawat adalah 85% (jadi rerata jam
produktif adalah 1.768/FTE)
c. Tenaga perawat di unit ini dijadwalkan untuk bekerja sesuai standar
yaitu 55% untuk shif siang dan 45% untuk shif malam
d. Kualifikasi tenaga perawat adalah 75% Registered Nurse (RN), 15%
Licensed Pratical Nurse (LPN), 10% Nurse Assistants (NA).
Tenaga perawat keseluruhan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
91.300 Jam yang dibutuhkan dalam setahun 51,64 FTE tenaga perawat yang
=
1.769 Jam produktif /FTE dibutuhkan dalam satu tahun

Jumlah perawat yang dibutuhkan pada shif siang dan malam


dihitung dengan cara berikut.
a. Siang : 51,64 FTE x 55% = 28,4 FTE
b. Malam : 51,64 FTE x 45% = 23,2 FTE
Jenis tenaga perawat yang dibutuhkan ditentukan dengan cara
berikut:
a. Siang:
1) RN : 28,4 x 75% = 21,3
2) LPN : 28,4 x 15% = 4,26
3) NA : 28,4 x 10% = 2,84
b. Malam:
1) RN : 23,2 x 75% = 17,4
2) LPN : 23,2 x 15% = 3,48
3) NA : 23,2 x 10% = 3,32.

29
8. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit (Depkes, 2011)
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus
memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar
terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai berikut.
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan:
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus;
2) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien;
3) Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari;
4) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shif
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi dengan hari libur/cuti/hari besar (Loss day).
Jumlah hari minggu1 tahun+ cuti+hari besar
Loss day = x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas


nonkeperawatan (non-nursing job), seperti: membuat perincian
pasien pulang, kebersihan ruangan kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
Jumlah tenaga: tenaga yang tersedia x faktor koreksi
5) Tingkat ketergantungan pasien:
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan
pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
a) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
 Makan dan minum dilakukan sendiri;
 Ambulasi dengan pengawasan;
 Observasi dengan tanda-tanda vital dilakukan setiap shif;

30
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
b) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
 Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu;
 Observasi tanda-tanda vital setiap empat jam;
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
c) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
 Sebagian besar aktivitas dibantu;
 Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
 Terpasang kateter foley, Intake dan output dicatat;
 Terpasang infus;
 Pengobatan lebih dari sekali;
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
d) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
 Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
 Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua
jam;
 Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;
 Gelisah/disorientasi.
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan:
Hari libur/cuti/hari besar (Loss Day)
Jumlah hari minggu1 tahun+ cuti+hari besar
Loss day = x Jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
nonkeperawatan (non-nursing job), seperti: membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan kebersihan alat-alat makan pasien dan
lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi


1) Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi:

31
a) Jumlah dan jumlah operasi;
b) Jumlah kamar operasi;
c) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari
kerja;
d) Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat
sirkulasi (2orang/tim);
e) Tingkat ketergantungan pasien:
 Operasi besar: 5 jam/operasi;
 Operasi sedang: 2 jam/operasi;
 Operasi kecil: 1 jam/operasi;
Rumus:

( Jumlah jam perawatan


hari
jumlah operasi ) x jumlah perawat dalamtim

Jam kerja efektif /hari


c. Jumlah tenaga di ruang penerimaan
1) Ketergantungan pasien di ruang penerimaan: 15 menit
2) Ketergantungan di RR: 1 jam
Jumlah jam perawatan x Rata−rata jumlah pasien/hari
Jamkerja efektif /hari
Perhitungan di atas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi
dipersiapkan oleh CSSD
d. Jumlah tenaga di instalasi gawat darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
1) Rata-rata jumlah pasien per hari
2) Jumlah jam perawatan per hari
3) Jam efektif per hari
Rata−rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan /hari
Jam kerja efektif / hari
Ditambah lost day 86/279 x jumlah kebutuhan

e. Critical Care
Rata-rata jumlah pasien/hari = 10

32
Jumlah jam perawatan/hari = 12
pasien perawatan
Rata−rata jumlah x jumlah jam
hari hari
Jumlah jam kerja/hari
Ditambah lost day 86/279 x jumlah kebutuhan
f. Rawat Jalan
Jumlah pasien/hari = 100 orang
Jumlah jam perawatan/hari = 15 menit
pasien perawatan
Rata−rata jumlah x jumlah jam
hari hari
efektif
Jam ( 7 jam ) x 60 menit
hari
Ditambah koreksi 15%
g. Kamar Bersalin
Waktu pertolongan kala I-IV = 4 jam/pasien
Jam kerja efektif = 7 jam/hari
Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
Jumlah setiap harirata−rata x 4 jam
7 Jam/hari
Ditambah lost day.

2.4 Sarana dan Prasarana (M2/MATERIAL)


2.4.1 Sarana dan Prasarana
Tabel 2.6 Standar Alat Keperawatan Dan Kebidanan Di Ruangan
Kebidanan Menurut DEPKES (2001)
No. Nama Barang Standar
1 Partus set 70% x persalinan/hari
2 Hekting set 50% x persalinan/hari
3 Alat vacuum 1 set
4 Alat forceps 1 set
5 Alat kuret 2 set
6 Alat resusitasi ibu dan bayi 2 set
7 Infuse set 6 set
8 Perawatan bayi baru lahir 1 set
9 Bengkok
10 Perdarahan post partum set 30% x persalinan/hari

Tabel 2.7 Standar Keperawatan Dan Kebidanan Di Ruang Rawat Inap


Menurut DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat

33
1 Tensi meter 2/ruangan
2 Stetoskop 2/ruangan
3 Timbangan BB/TB 1/ruangan
4 Irigator set 2/ruangan
5 Sterilisator 1/ruangan
6 Tabung oksigen + flow meter 2/ruangan
7 Slym Zuiger 2/ruangan
8 V C set 2/ruangan
9 Gunting verband 2/ruangan
10 Korentang dan semptung 2 /ruangan
11 Bak instrument besar 2/ruangan
12 Bak instrument sedang 2/ruangan
13 Bak instrument kecil 2/ruangan
14 Blas spuit 2/ruangan
15 Gliserin spuit 2/ruangan
16 Bengkok 2/ruangan
17 Pispot 1: ½
18 Urinal 1: ½
19 Set angka jahitan 1: ½
20 Set ganti balutan 5/ruangan
21 Thermometer 5/ruangan
22 Standar infuse 1:1
23 Eskap 1: ¼
24 Masker O2 2/ruangan
25 Nasal kateter 2/ruangan
26 Reflek hamer 2/ruangan

Tabel 2.8 Alat Tenun Menurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Gurita 1: 1 ½
2 Gordyn 1:2
3 Kimono/ baju besar 1:5
4 Sprei besat 1:5
5 Manset dewasa 1: ¼
6 Manset anak 1: 1/3
7 Mitela/ topi 1: 1/3
8 Penutup sprei 1:5
9 Piyama 1:5
10 Selimut wool 1:1
11 Selimut biasa 1:5
12 Selimut anak 1:6-8
13 Sprei kecil 1:6-8
14 Sarung bantal 1: 6
15 Sarung guling 1:3
16 Sarung kasur 1:1
17 Sarung buli-buli panas 1: ¼
18 Sarung eskap 1: ¼
19 Sarung windring 1: 1/10
20 Sarung O2 1: 1/3
21 Taplak meja pasien 1:3
22 Taplak meja teras 1:3
23 Vitrase 1:2
24 Tutup alat 1:2
25 Steek laken 1:6-8

34
26 Handuk 1:3
27 Waslap 1:5
28 Banak short 1: ½
29 Gurita dewasa 1: ½
30 Handuk fontanin 1: 1/5
31 Lap piring 1: ¼
32 Lap kerja 1: ½
33 Masker 1: ½
34 Popok bayi 1:15
35 Baju bayi 1:8
36 Duk 1: 1/3
37 Duk bolong 1: 1/3

Tabel 2.9 Alat Rumah Tangga Menurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Kursi roda 2-3/ruangan
2 Komot 1/ruangan
3 Lemari obat emergency 1/ruangan
4 Light cast 1/ruangan
5 Meja pasien 1:1
6 Over bed table 1:1
7 Standard infuse 2-3/ruangan
8 Standard Waskom double 4-6/ruangan
9 Waskom mandi 8-12/ruangan
10 Lampu sorot 1/ruangan
11 Lampu senter 1-2/ruangan
12 Lampu kunci duplikat 1/ruangan
13 Nampan 2-3/ruangan
14 Tempat tidur fungsional 1:1ruangan
15 Tempat tidur biasa 1:1/2 /ruangan
16 Troly obat 1/ruangan
17 Troly balut 1/ruangan
18 Troly pispot 1/ruangan
19 Troly suntik 1/ruangan
20 Timbangan BB/TB 1/ruangan
21 Timbangan bayi 1/ruangan
22 Dorongan O2 1/ruangan
23 Plato/ piring makan 1:1/ruangan
24 Piring snack 1:1/ruangan
25 Gelas 1:2/ruangan
26 Tatakan dan tutup gelas 1:2/ruangan
27 Sendok 1:2/ruangan
28 Garpu 1:2/ruangan
29 Kran air 1:1/ruangan
30 Baki 5/ruangan
31 Tempat sampah pasien 1:1/ruangan
32 Tempat sampah besar tertutup 4/ruangan
33 Senter 2/ruangan

Tabel 2.10 Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap Menurut
DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien: Alat

35
1 Formulir  pengkajian  awal 1:1
2 Formulir  rencana  keperawatan 1:5
3 Formulir  catatan  perkembangan pasien 1:10
4 Formulir  observasi 1:10
5 Formulir  resume  keperawatan 1:1
6 Formulir  catatan  pengobatan 1:10
7 Formulir  medik  lengkap 1:1
8 Formulir  laboratorium lengkap 1:3
9 Formulir  rontgen 1:2
10 Formulir  permintaan darah 1:1
11 Formulir  keterangan kematian 5 lambar /bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir  konsul 1;5
14 Formulir  permintaan makanan 1:1
15 Formulir  permintaan obat 1:1
16 Buku ekspidisi 10 / ruangan / tahun
17 Buku register pasien 4 / ruangan / tahun
18 Buku folio 4/ ruangan / tahun
19 White  board 1/ ruangan
20 Perforator 1/ruangan
21 Steples 2/ ruangan
22 Pensil 5/ ruangan
23 Pensil merah biru 2/ ruangan
24 Spidol  White  board 6/ ruangan

2.5 Metode (M3/METHODE)


Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menompang pemberian asuhan tersebut menurut (Hoffart
& Woods, 1996).
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP di RSUPN
Cipto Mangunkusumo sejak 1996, dan masukan dari berbagai pihak telah
dipikirkan untuk mengembangkan suatu MPKP, sebagai transisi menuju
model PKP yang disebut model praktek keperawatan professional pemula
(PKPP). Disamping itu  sehubungan dengan adanya pola pengembangan
pendidikan tinggi keperawatan antara lain rencana pembukaan pendidikan
spesialis keperawatan, maka perlu dipikirkan pemanfaatan tenaga ini
nantinya di klinik. Oleh karena itu direncanakan terdapat beberapa jenis
MPKP, yaitu:
1. Model Praktek Keperawatan  Profesional III

36
Melalui pengembangan MPKP III dapat diberikan asuhan
keperawatan professional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaat hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini, akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II. Pada ketenagan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu
tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi
tentang  asuhan keperawatan  kepada perawat primer pada area
spesialisasinya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawatan
spesialis direncanakan  1 orang untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model praktek keperawatan professional pemula (MPKP),
merupakan tahap awal untuk menuju MPKP. Pada model ini  mampu
diberikan asuhan keperawatan professional tingkat pemula. Pada model
ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional I dan
untuk  ini diperlukan penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan. Model ini merupakan model yang akan dikembangkan
secara bertahap (Developmental model) dan telah telah diuji coba di
RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUP Persahabatan.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP), yakni:
2.5.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Dibawah ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode dalam
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus

37
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan
keperawatan.
1. Keperawatan Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal
Kelebihannya:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekuarangan tenaga
c. Perawat senior memyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/ atau belum
berpengalaman.
Kelemahanya:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

Kepala Ruang

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:

Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien

Gambar 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Fungsional”

38
2. Keperawatan TIM
Metode penugasan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
Kelebihannya:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya:
a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep Metode Tim
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran Kepala Ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung Jawab Anggota Tim
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antartim.
c. Memberikan laporan.
Tanggung Jawab Ketua Tim
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

39
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelengarakan konferensi
Tanggung Jawab Kepala Ruang
a. Perencanaan
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruang masing-masing
2) Mengikuti serah terima pasien di shiff berikutnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang akan digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
7) Mendelegasikan tugas saat karu tidak ada di tempat kepada ketua
tim.
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
9) Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberikan pujian kepada ketua tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap

40
4) Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir kegiatan
5) Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas.
7) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2) Melalui supervisi:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, dewan inspeksi
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada pada
saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim
c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua
tim
d) Audit keperawatan

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

41
Gambar 2.2 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team
Nursing”(Marquis & Huston, 1998)
3. Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selam 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan Keperawatan selama
pasien dirawat.
Kelebihannya:
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri.
c. Keuntungan yang dirasakan oleh pasien, perawat, dokter dan RS
1) Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
2) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang
selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya:
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer:
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi

42
c. Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer:


a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f. Menerima dan menyesuaikan rencana.
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat.
i. Membuat jadwal perjanjian klinis.
j. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran Kepala ruang dalam Metode Primer
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
b. Orientasi dan merencanakan kerjawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf.
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
Tabel 2.11 Peran masing-masing komponen Kepala Ruangan;
Perawat Primer; dan Perawat Associate
Kepala Ruangan (KARU) Perawat Primer (PP) Perawat Associate (PA)
 Menerima paien baru  Membuat perencanaan  Memberikan ASKEP
 Memimpin rapat ASKEP  Mengikuti timbang
 Mengevaluasi kinerja  Mengadakan tindakan terima
perawat kolaborasi  Melaksanakan tugas
 Membuat daftar dinas  Memimpin timbang yang didelegasikan
 Menyediakan material terima  Mendokumentasikan
 Perencanaan, pengawasan,  Mendelegasikan tugas tindakan keperawatan.
pengarahan dan  Memimpin ronde
pengawasan keperawatan
 Mengevaluasi

43
pemberian ASKEP
 Bertanggung jawab
terhadap pasien
 Memberi petunjuk jika
pasien akan pulang
 Memimpin timbang
terima
 Mengisi Resume
keperawatan

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP1 PP2

PA1 PA2
PA2 PA2
Pasien Pasien

Gambar 2.3 Bagan Pengembangan MAKP: Primer di ruang Bedah Mata


kelas I & II; Bedah G; dan R. Jantung RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

Dokter Sarana RS Kepala Ruang

Perawat Primer

Pasien/ Klien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


evening night jika diperlukan

Gambar 2.4 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan “Primary Nursing”


(Marquis & Huston, 1998)
4. Keperawatan Kasus
Setiap perawat yang melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat
mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk

44
setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yangn sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intensive
care.
Kelebihannya:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ klien Pasien/ klien Pasien/ klien

Gambar 2.5 Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing”


(Marquis & Huston, 1998)
5. Modifikasi Tim Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakan pendidikan S1 keperawatan
atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Di samping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS

45
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan
dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002 dalam Nursalam,
2008):
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
(empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, disamping
seorang kepala ruang rawat, juga Ners. Perawat Associate (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3
keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada
setiap shift jaga terlihat pada gambar 2.6 dibawah ini.

Kepala Ruang

PP1 PP1 PP1 PP1

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/ Cuti)


Gambar 2.6 Metode Primary Tim (Modifikasi)
2.5.2 Uraian Tugas
Adapun tugas dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat
Asociate menurut MPKP Pemula adalah sebagai berikut ini:
1. Kepala Ruang Rawat
Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah
perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman dan
pada MPKP tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP atau

46
Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja
yaitu dinas pagi.
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketrampilan ruangan
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
diruangan
d. Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan
pembimbing klinik). Dalam pemberian askep diruangan, dengan
mengikuti sistim MPKP yang sudah ada
e. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
f. Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktik diruangan
g. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat
mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat tim yang
bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan
h. Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima
set setiap hari
i. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal
implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional
j. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepasa
PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah
pengawasan kepala ruang rawat dan CCM
k. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan diruangan
l. Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang
ada diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
m. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan
(bersama dengan CCM)
n. Membuat peta resiko diruangan
2. Perawat Primer/Ketua Tim

47
Perawat rimer (PP) pemula adalah perawat lulusan DIII kepewatan
dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP minimal 1 tahun.
PP dapat bertugas pada pagi, sore atau malam  hari. Namun sebaiknya PP
hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam
hari, PP akan libur beberapa hari sehingga sulit untuk menilai
perkembangan pasien. Melakukan konrak dengan klien/keluarga pada
awal masuk ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan
ini dibina secara terus menerus. Pada saat melakukan
pengkajian/tindakan pada pasien/ keluarga.
a. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau hari
libur
b. Menetapkan rencana asuhan  keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian
c. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat
d. Menetapkan PA yang bertangung jawab ada setiap pasien, setia kali
giliran jaga. Pembaggian klien berdasarkan jumlah pasien, tingkat
ketergantungan pasien
e. Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakkan
tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
f. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
g. Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan
dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
h. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
i. Melakukan kegiatan serah terima pasien dibawah tanggung jawabnya
besama PA
j. Mendamingi dr visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak
ada, visite didampingi oleh PA sesuai dengan timnya
k. Melakukan evaluasi asuha keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari

48
l. Melakukan pertemuan dengan pasien/ keluarga minimal setiap dua
hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada
kondisi klien)
m. Bila PP cuti /libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau
CCM
n. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/ keluarga
o. Membuat perencanaan pulang pasien
p. Bekerja sama denganCCM dalam mengidentifikasi isu yang
memerlukan pembuktian sehingga tercipta Evidence Based Practice
(EBP)
3. Perawat Acocciate/ Perawat Pelaksana
PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah
perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. Namun, pada  beberapa
kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan,
beberapa MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan dengan SPK
tetapi memiliki pengalaman  yang cukup lama dirumah sakit.
a. Membaca ranpra yang telah ditetakan  PP
b. Membina hubungan tarapeutik dengan pasien/ keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP
c. Menerima klien baru (kontrak dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat
d. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
f. Mengikuti visite dokter jika PP tidak ada di tempat
g. Melakukan tinadakn keperawatan pada pasiennya berdasarkan renpra
h. Membuat laporan pergantian dinas setelah selesai dinas diparaf
i. Mengkomunikasikan kepada PP /PJ dinas bila menemukan masalah
yang perlu diselesaikan
j. Berperanserta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
klien/keluarga yang dilakukan oleh PP

49
k. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkaitan dengan timny
l. Membantu tim lainyan yang membutuhkan
m. Memberikan resep dan meneria obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP

Sedangkan menurut JCIA (Joint Comition International Acreditation)


tugas dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat Asociate adalah
sebagai berikut ini:
1. Kepala Ruang Rawat
a. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik
b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan
d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian
e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan
keperawatan
g. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi
tentang implementasi MPKP
h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan
memberikan masukan untuk perbaikan
i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan
2. Kepala Group
a. Bersama anggota group melaksanakan ASKEP sesuai standar
b. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim
(group petugas ganti) mengawasi: kondisi pasien/anggota keluarga,
logistik keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan
pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan

50
c. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnnya
d. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya
e. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
f. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter
g. Membantu pelaksanaan rujukan
h. Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga baru mengenai:
tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas
i. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
j. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan
yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan
k. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
l. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan ASKEP serta tenaga
keperawatan
m. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan
3. Perawat Pelaksana
a. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
b. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi pasien/anggota keluarga, logistik keperawatan,
administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan
c. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya
d. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya
e. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
f. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter
g. Membantu pelaksanaaan rujukan

51
h. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai: tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
i. Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan
j. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik
k. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
l. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
m. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
n. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi pasien/anggota keluarga
dan lingkungannya
o. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota
keluarga/keluarga

Menurut fungsi-fungsi manajemen tugas dari Kepala Ruangan,


Perawat Primer, dan Perawat Asociate adalah sebagai berikut ini:
1. Kepala Ruangan
a. Perencanaan
1) Menunjukkan ketua TIM akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi
dan persiapan pulang, bersama ketua TIM
4) Mengidentifikasi jumlah  perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua TIM, mengatur
penugasan atau penjadwalan
5) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
6) Mengikuti Visite dokter untukmnegetahui kondisi,patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

52
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah Sakit
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua TIM dan anggota TIM secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 3 ketua
TIM, dan ketua TIM membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lainnya
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan dituasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat
kepada ketua TIM
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan penanganannya
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
2) Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas
dengan baik
3) Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan ASKEP pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

53
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7) Meninggkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain

d. Pengawasan
1) Melalui Komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi lansung dengan ketua TIM
maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien
2) Melalui Supervisi
Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir ketua TIM, membacadan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laoran ketua TIM
tentang pelaksanaan tugas. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua TIM dan Audit keperawatan.
2. Ketua TIM
a. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien
sejak masuk sampai pulang
b. Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya
c. Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya
d. Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
e. Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
f. Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan
g. Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan

54
h. Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu
i. Mengembangkan perencanaan pulang
j. Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh anggota tim
k. Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan
lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien 
l. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konfrensi
m. Mengevaluasi pemberian ASKEP dan hasil yang di capai serta
pendokumentasiannya
3. Anggota TIM
a. Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar
b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien/keluarga
c. Mengikuti serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi pasien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan
d. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya
e. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
f. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter bila Kepala Group tidak ditempat
g. Membantu pelaksanaaan rujukan dan menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan diaganostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan
h. Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai: tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
i. Membuat laporan pergantian dinaas dan setelah selesai diparaf
j. Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan
k. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik

55
l. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
m. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
n. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga
dan lingkungannya
o. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota
keluarga/keluarga
p. Mengkomunikasikan kepada Kepala Ruangan/Kepala Group jika ada
masalah yang belum terselesaikan
q. Memeriksa kelengakapan status keperawatan
r. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan kepala group
2.5.3 Timbang Terima
1. Pengertian
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nurslama, 2011).
2. Tujuan
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum  pasien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
3. Langkah-Langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal – hal apa yang akan disampaikan
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang   
selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja  untuk dinas yang menerima operan

56
d. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu–buru
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama langsung
melihat  keadaan

4. Prosedur
a. Persiapan
1) Sarana Prasarana
a) Saat timbang terima perawat menyiapkan status pasien
b) Perawat telah menyiapkan buku catatan dan peralatan tulis
2) Perawat
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap
b) Timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan pada pergantian
shift dan malam ke pagi dari pagi ke sore. Sedangkan pergantian
shift dari sore ke malam dipimpin oleh ketua tim atau perawat
primer
b. Pelaksanaan
1) Urutan Pelaksanaan
a) Dilaksanakan setiap pergantian shift
b) Pelaksanaan dimulai dari nurse station
c) Timbang terima di lanjutkan melihat langhsung kondisi pasien
d) Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat dan di serah terimakan
pada perawat shift berikutnya
e) Perawat shift berikutnya validasi data kepasien
f) Perawat menyapa pasien dan menanyakan kondisi/ keluhan yang
dirasa saat ini
g) Waktu untuk timbang terima tidak lebih dari 5 menit kecuali
pasien kondisi khusus
h) Penyampaian dilakukan singkat dan jelas
2) Isi Timbang Terima

57
a) Perawat menyebutkan identitas pasien
b) Perawat menyebutkan diagniosa medis
c) Perawat menyebutkan data obyektif
d) Perawat menyebutkan data penunjang lain
e) Perawat menyebutkan masalah keperawatan yang belum
dilaksanakan
f) Perawat menyebutkan intervensi kolaboratif
g) Perawat menyebutkan persiapan yang perlu dilakukan  dalam
kegiatan selanjutnya
c. Post Timbang Terima
1) Perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan hasil
validasi data langsung
2) Perawat yang memimpin timbang terima menyebutkan rencana
kerja bagi shift berikutnya
3) Mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku laporan
oleh perawat primer atau ketua tim
Gambar 2.7 Alur Timbang Terima

2.5.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


1. Pengertian

58
Dokumentasi adalah bukti bahwa tanggung jawab hukum dan etik
perawat terhadap pasien sudah dipenuhi dan bahwa pasien menerima
asuhan keperawatan yang bermutu (Lyer, 2005).
Menurut Tungpalan (1983) dalam Handayaningsih (2009),
dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian
merupakan pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa baik dari objek
maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan penting.
Menurut Fisbach (1991) dalam Hartati (2010), pelaksanaan
dokumentasi keperawatan adalah sebagai salah satu alat ukur untuk
mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan
keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit.
2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pencatatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan adalah
untuk mengidentifikasi status kesehatan klien (pasien) dalam rangka
mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan, dan mengevaluasi tindakan, serta untuk penelitian,
keuangan, hukum, dan etika.
Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan lengkap,
jelas, obyektif, ada tanggal, dan harus ditandatangani oleh perawat,
karena mempunyai manfaat yang penting bila dilihat dari berbagai aspek,
yaitu:
a. Hukum: Data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif,
dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal, dan
perlu dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interprestasi yang salah
b. Jaminan Mutu Pelayanan: Pendokumentasian data pasien yang
lengkap dan akurat akan memberikan jaminan mutu pelayanan
c. Komunikasi: Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat “perekam”
terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien
d. Keuangan: Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah
diberikan yang didokumentasikan dengan lengkap dan dapat

59
dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
keperawatan bagi pasien
e. Pendidikan: Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran
f. Penelitian: Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan
pengembangan profesi keperawatan
g. Akreditasi: Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat
sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien (Nursalam, 2009).
3. Komponen Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Komponen dokumentasi asuhan keperawatan meliputi komponen
isi dokumentasi dan komponen dalam konsep penyusunan dokumentasi.
Komponen isi dokumentasi meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan,
rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi, tanda
tangan dan nama terang perawat, catatan keperawatan, resume
keperawatan, dan catatan pasien pulang atau meninggal dunia (Nursalam,
2009). Sedangkan komponen model dokumentasi yang digunakan
mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Keterampilan berkomunikasi yang baik memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya mengenai apa
yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat
b. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi
masalah, perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengobservasi
dan mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang diberikan
dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada profesi kesehatan
lainnya
c. Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat
pola pendokumentasi, sebagai pedoman praktik pendokumentasian.
(Nursalam, 2009).
4. Tahap-Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

60
a. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Standar dokumentasi untuk pengkajian keperawatan adalah
perawat mendokumentasikan data pengkajian keperawatan dengan
cara yang sistematis, komprehensif, akurat, dan terus-menerus
(Nursalam, 2009). Berikut adalah kriteria penulisan dokumentasi
pengkajian keperawatan:
1) Gunakan format yang sistematis untuk mendokumentasikan
pengkajian
2) Gunakan format yang telah tersusun untuk mendokumentasikan
pengkajian
3) Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang
digunakan
4) Tulis data objektif tanpa bias dan memasukkan pendapat pribadi
5) Sertakan pernyataan yang mendukung interprestasi data objektif
6) Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis
7) Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh
instansi
8) Tuliskan secara jelas dan ringkas
b. Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
Pendokumentasian diagnosis keperawatan merupakan daftar
masalah kesehatan klien yang menyertakan catatan keperawatan
(Nursalam, 2009). Kriteria penulisan diagnosis keperawatan adalah
sebagai berikut:
1) Memakai PE dan PES (Problem, Etiologi, Sign/Symptom)
2) Catat diagnosis keperawatan potensial dalam sebuah
problem/format etiologi
3) Memakai istilah yang telah distandarkan oleh NANDA
4) Merujuk pada daftar yang dapat diterima
5) Memulai penulisan pernyataan  diagnosis sesuai dengan penulisan
diagnosis
6) Pastikan Pengertian karakteristik telah didokumentasikan

61
7) Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan ditulis pada
daftar masalah
8) Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk
9) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk
pengkajian, intervensi, dan evaluasi
10) Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari
langkah-langkah proses keperawatan
11) Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus
merefleksikan dimensi dalam masalah yang berorientasi pada
sistem pendokumentasian perawat
12) Suatu agenda mungkin diperlukan untuk membuat diagnosis
keperawatan dan sistem pendokumentasian yang relevan
c. Dokumentasi Rencana Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien dengan kriteria
penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif, yaitu:
1) Sebelum menulis rencana asuhan keperawatan, kaji ulang data
yang ada
2) Daftar dan jenis masalah aktual, risiko, dan potensial
3) Berilah gambaran dan ilustrasi khususnya diagnosis
4) Kriteria hasil harus ditulis dengan jelas, khusus, dan terukur
5) Rencana keperawatan harus selalu ditandatangani dan diberi
tanggal
6) Mulai rencana intervensi dengan menggunakan kata kerja (action
verb)
7) Alasan prinsip kekhususan (specificity)
8) Tuliskan rasionalisasi dari rencana intervensi
9) Rencana intervensi harus selalu tertulis dan ditandatangani
10) Rencana intervensi harus didokumentasikan sebagai hal permanen
11) Sertakan klien dan keluarganya dalam perencanaan jika
memungkinkan

62
12) Rencana intervensi harus sesuai dengan waktu yang ditentukan
dan diusahankan untuk selalu diperbaharui (Nursalam, 2009).
d. Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Komponen penting pada dokumentasi intervensi adalah
mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang
terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi
(Nursalam, 2009).
1) Why. Harus dijelaskan alasan intervensi harus dilaksanakan
2) What. Ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan/intervensi
3) When. Pendokumentasian ketika melaksanakan intervensi sangat
penting
4) How. Intervensi dilaksanakan dalam penambahan
pendokumentasian
5) Who. Siapa yang melaksanakan intevensi harus selalu dituliskan
pada dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban
e. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil
observasi dan analisa perawat terhadap respon klien segera pada saat
dan setelah intervensi keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat
dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yang terjadi saat itu. 
Sedangkan evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan
rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan
pada tujuan keperawatan (Nursalam, 2009).
5. Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Standar dokumentasi asuhan keperawatan menurut Departemen
Kesehatan (1995) dalam Nursalam (2011) sebagai berikut:
Tabel 2.12 Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
No Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spriritual)
3. Data dikaji sejak klien masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan

63
B. DIAGNOSIS
1. Diagnosis keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosis keperawatan mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosis keperawatan aktual/potensial
C. PERENCANAAN
1. Berdasarkan diagnosis keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen klien/subjek, perubahan, perilaku,
kondisi klien, dan/atau kriteria
4. Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci, dan
jelas, dan/atau melibatkan klien/keluarga
5. Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan klien/keluarga
6. Rencana intervensi menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain
D. INTERVENSI
1. Intervensi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respons klien terhadap intervensi keperawatan
3. Revisi intervensi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua intervensi yang telah dilaksanakan didokumentasikan dengan ringkas dan
jelas
E. EVALUASI
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan
F. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan intervensi yang dilaksanakan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
4. Setiap melakukan intervensi/kegiatan perawat mencantumkan paraf dan nama
dengan jelas, serta tanggal dan waktu dilakukannya intervensi
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sumber: Nursalam (2009)
2.5.5 Ronde Keperawatan
1. Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, di samping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsulen, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim (Nursalam, 2009).
Karakteristik:
a. Pasien dilibatkan secara langsung
b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat associate, perawat primer dan konsulen melakukan diskusi
bersama
d. Konsulen memfasilitasi kreatifitas

64
e. Konsulen membantu mengembangkan kemampuan perawat associate,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada pasien
melalui pendekatan berpikir kritis

b. Tujuan Khusus
1) Memudahkan cara berpikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
3) Memudahkan pemikiran tentang keperawatan yang berasal dari
masalah pasien
4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan
masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi
6) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
3. Peran
a. Perawat Primer dan Perawat Associate
Dalam melaksanakan pekerjaan perlu adanya sebuah peranan
yang dapat memaksimalkan kebersihan antara lain:
1) Menjelaskan  keadaan dan data demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan  selanjutnya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b. Peran Perawat Primer Lain dan Konsulen
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional

65
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
4. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Penetapan kasus minimal sehari sebelum waktu pelaksanan ronde
2) Pemberian informed consent kepada pasien dan keluarga
3) Melakukan pengkajian
4) Melakukan analisa data
5) Membuat rencana keperawatan
6) Melakukan implementasi asuhan keperawatan
7) Membuat catatan perkembangan
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang ronde pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana yang
akan atau dilaksanakan dan memiliki prioritas yang akan
didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberi justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konselor/manajer tentang masalah klien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan
4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada yang
akan ditetapkan
c. Pasca Ronde
1) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
2) Bagaimana peran perawat primer dan perawat associate dalam
pelaksanaan pengorganisasian ronde

66
Gambar 2.8 Alur pelaksanaan ronde keperawatan

2.5.6 Pengelolaan Sentralisasi Obat

67
1. Pengertian
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah
satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/ alur yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar – benar dapat dikontrol oleh perawat
sehingga resiko kerugian baik secara material maupun secara non
material dapat dieliminir (Nursalam, 2009).
2. Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam
pemberian obat
b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun
secara moral
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efesien
d. Menyeragamkan pengelolaan obat
e. Mengamankan obat – obat yang dikelola
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis,
waktu, dan cara
3. Teknik Pengelolaan
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh ( sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien
diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat.
c. Penerimaan Obat:
1) Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah terima
obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan dalam kartu kontrol dan diketahui oelh keluarga / pasien

68
dalam buku masuk obat. Keluarga atau klien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan/ bilamana obat tersebut akan habis
3) Pasien/ keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta sediaan obat
4) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
d. Pembagian Obat
1) Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat
2) Obat – obat yang telah disiapkan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang etrcantum dalam buku
daftar pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan
terapi di instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien
3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh kepala
ruangan/ petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat yang hampir habis diinformasikan pada keluarga
dan kemudian dimintakan kepada dokter penanggung jawab pasien
e. Penambahan Obat Baru
1) Informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat
2) Obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya dilakukan
pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan pada
keluarga dengan kartu khusus obat
f. Obat Khusus
1) Sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan rute
pemberian obat yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar
2) Pemberian obat khusus menggunakan kartu khusus
3) Informasi yang diberikan kepada keluarga/ pasien: nama obat,
kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab

69
obat, dan wadah obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat.

Gambar 2.9 Alur Sentralisasi Obat

2.5.7 Supervisi Keperawatan


1. Pengertian

70
Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat
dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan
pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan
pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan
pengevaluasian setiap kinerja karyawan (Muninjaya, 1999 dalam
Universitas Sumatera Utara, 2012).
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang
sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung
jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat
dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan
supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan
bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para
perawat (Suyanto, 2008 dalam Universitas Sumatera Utara, 2012).
2. Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang
keperawatan (Nursallam, 2011) antara lain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi,
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan,
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard,
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik,
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi,

71
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
3. Sasaran Supervisi
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang
disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek
dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta
bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran
berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan
disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli
dan Bachtiar, 2009).
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara
lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan
ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian
tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan,
kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008 dalam Universitas Sumatera
Utara, 2012).
4. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh
banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan
efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

72
Gambar 2.10 Alur Supervisi Keperawatan

73
2.5.8 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
1. Pengertian
Perencanaan pulang meruakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990).
Menurut Hurts (1996) perencanaan pulang merupakan proses yang
dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah.
Perencanaan pulang di dapatkan dari proses interaksi dimana
perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk
memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang di perlukan
oleh pasien di mana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien,
yaitu pencegahan, teraupetik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang
sebenarnya (Swenberg, 2000).
2. Tujuan
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki  serta mempertahankan
status kesehatan  pasien
f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
3. Manfaat
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit.
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan intuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru

74
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
rumah (Spath, 2003).
4. Prinsip
a. Pasien  merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu di kaji dan di evaluasi
b. Kebutuhan dari pasien  diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang tumbul di rumah dapat segera diantisipasi
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan di lakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan. Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan
pulang harus dilakukan
5. Jenis-Jenis
a. Conditioning Discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat
b. Absolute Discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila pasien perlu di rawat kembali, maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.
c. Judicial Discharge (pulang paksa), kondisi ini di perbolehkan pulang,
tetapi pasien harus di pantau dengan melakukan kerja sama dengan
perawat puskesmas terdekat.
Menurut Neylor (2003), beberapa tindakan keperawatan yang dapat di
berikan pada pasien sebelum pasien di perbolehkan pulang antara lain:

75
1. Pendidikan kesehatan, diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan serta  keluarga tentang
perawaytan asien pulang
2. Program pulang bertahap, bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali
ke lingkung keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus
dilakukan  pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan keluarga
3. Rujukan, integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan
rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah
Gambar 2.11 Alur Discharge Planning

Dokter dan tim Ners Katim dibantu


kesehatan lain Perawat pelaksana

Penentuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


administrasi  Kontrol dan obat/nersan
 Nutrisi
 Aktivitas dan istirahat
 Perawatan diri

Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas

2.6 Pembiayaan (M4/MONEY)


2.6.1 Kompensasi

76
Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan
imbalan finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah:
1. Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per
jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan,
bulanan, atau tahunan
2. Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di
luar gaji atau upah yang diberikan organisasi
3. Tunjangan
4. Fasilitas (Simamora, 2004).
2.6.2 Reward
Hazli (2002) menPengertiankan reward yaitu hadiah dan hukuman
dalam situasi kerja, hadiah menunjukkan adanya penerimaan terhadap
perilaku dan perbuatan, sedangkan hukuman menunjukkan penolakan
perilaku dan perbuatannya.
Wahyuningsih (2009) juga menPengertiankan reward adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Francisca (2006)
memfokuskan Pengertian reward sebagai hadiah atau bonus yang diberikan
karena prestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling
sederhana berupa kata-kata seperti pujian adalah salah satu bentuknya.
Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang
dalam organisasi (Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai
evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini
juga ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward
yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari
apa yang mereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara
fundamental.
2.6.3 Punishment

77
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang pasti
beda persepsi dan beda pendapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan
dalam perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti
hukuman dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat
mendidik. Selain itu punishment juga merupakan alat pendidikan regresif,
artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan
kepada hal-hal yang benar. Ngalin purwanto (1988:238) membagi
punishment menjadi dua macam yaitu:
1. Hukuman prefentif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau
supaya tidak terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk
mencegah agar tidak terjadi pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya
sebelum terjadi pelanggaran dilakukan. Contoh perintah, larangan,
pengawasan, perjanjian dan ancaman
2. Hukuman refresif yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya
pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu
terjadi setelah terjadi kesalahan.

2.7 Pemasaran (M5/MARKETING)


2.7.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah
konsumen dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh
pernyataan Hoffman dan Beteson (1997), yaitu: ”weithout custumers, the
service firm has no reason to exist”. Pengertian kepuasan masyarakat
menurut Mowen (1995,): ”Costumers satisfaction is defined as the overall
attitudes regarding goods or services after its acquisition and uses”. Oleh
karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan lebih jauh lagi
kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga menyebabkan

78
ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat akan suatu
produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang disediakan
oleh badan usaha yang lain.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang
dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan
(aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
1. Efektif
2. Sederhana
3. Kejelasan dan kepastian
4. Keterbukaan
5. Efisiensi
6. Ketepatan waktu
7. Responsif
8. Adaptif
Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah
Indonesia untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan sektor
publik. Salah satu produk peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan
publik yang telah dikeluarkan untuk melakukan penilaian dan evaluasi
terhadap kinerja unit pelayanan publik instansi pemerintah adalah
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP-
25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang Pedoman Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Ke-14
indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran berdasarkan keputusan
menteri pendayagunaan aparatur negara di atas adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan

79
tanggung jawab). Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan
petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi
waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab petugas
pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
4. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan
pelayanan kepada masyarakat.
5. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
6. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
7. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan
ramah serta saling menghargai dan menghormati.
8. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
9. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
10. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
11. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan.
12. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap
resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
2.7.2 Hak dan Kewajiban pasien
1. Hak Pasien:
a. Hak untuk memperoleh informasi meliputi:
1) Diagnosa penyakit yang dideritanya

80
2) Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3) Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta
rencana tindakan untuk mengatasainya
4) Perkiraaan biaya pengobatan
b. Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya,
sesuai dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit Mardi Waluyo
c. Hak untuk memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau
pemeriksaan yang akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan
penyakit yang dideritanya
d. Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan
standar profesi kedokteran
e. Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
f. Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
profesi keperawatan
g. Hak atas “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
rekam medisnya
2. Kewajiban Pasien:
Pasien, dan keluarga  tau penaggung jawab pasien berkewajiban:
a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib Rumah Sakit Mardi Waluyo
Blitar
b. Memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang penyakit yang
diderita kepada dokter dan para medis
c. Mematuhi segala petunjuk dokter, para medis, bidan yang merawat
d. Pasien dan atau penanggung jawabnya wajib melunasi semua biaya
pelayanan pengobatan
e. Wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati bersama pihak Rumah
Sakit sebelum dan selama menjalani pengobatan

81
BAB 3
PENGKAJIAN, DIAGRAM LAYANG DAN PLAN OF ACTION (POA)

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen


keperawatan yang meliputi pengumpulan data, analisa SWOT dan identifikasi
masalah.

3.1 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar
3.1.1 Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit Daerah Mardi Waluyo Sebagai Rumah
Sakit Pilihan Utama Masyarakat yang Mampu Bersaing di Era Global di
Tahun 2015”
3.1.2 Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna kepada masyarakat.
2. Membangun citra pelayanan kesehatan yang partisipasif.
3. Membangun kerja sama dengan rumah sakit pemerintah, rumah sakit
swasta dan pihak ketiga.
4. Meningkatkan sistem manajemen rumah sakit.
5. Meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan sumber daya manusia serta
mengupayakan peningkatan kesejahteraan karyawan.
3.1.3 Motto rumah sakit mardi waluyo Blitar
Kesehatan dan kepuasaan anda adalah kebahagiaan kami.

3.2 Pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan tanggal 16 Juni - 19 Juni 2014, meliputi
ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran
atau market. Kemudian data yang didapat dianalisis menggunakan SWOT.

82
Dari hasil analisis didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih
satu sebagai prioritas masalah.

3.2.1 Sumber Daya Manusia (M1/MAN)


1. Struktur Organisasi Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar

Kepala Ruangan
Widyantoro, S.Kep, Ns
POS Administrasi
Suciono Ninik Istiwiyah
Wakil Kepala Ruangan
Titik Wahyuni, S.Kep, Ns

KATIM
PJ TIAP BAGIAN
1. Yunita P, AMK DI RUANGAN
2. Lukin, Amd. Kep
3.PPSri Budi E, AMK
4. Binti Khoirin, Amd. Kep
5. Ferli H, AMK
6. Sriharini, AMK
7. Ni’amah, AMK

1. Lidya Wahyu K, AMK


2. M. Rifqi Amalya F, AMK
3. W. Ahmadiwati, Amd. Kep
4. Agus Kholiq, Amd. Kep
Tenaga magang;
1. Ainur Rosida, Amd. Kep
2. Yuyun Puspitasari, Amd. Kep

PASIEN

83
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo
Blitar

2. Tenaga
a. Tenaga Perawat
Tabel 2.1 Tenaga Perawat di Ruang Bougenvile
Mulai Dinas di
Golonga
No. Nama Pendidikan Status Ruang
n
Bougenvile
1. Widyantoro, S.Kep, Ns S1 PNS III D 2011
2. Titik Wahyuni, S.Kep, Ns S1 PNS III C 2014
3. Yunita P, AMK DIII PNS III A 2005
4. Lukin, Amd. Kep DIII PNS III A 2008
5. Sri Budi E, AMK DIII PNS III A 2010
6. Binti Khoirin, Amd, Kep DIII PNS III A 2014
7. Ferli H, AMK DIII PNS III A 2014
8. Sriharini, AMK DIII PNS III A 2009
9. Ni’amah, AMK DIII PNS III A 2014
10. Lidya Wahyu K, AMK DIII PNS II C 2010
11. M. Rifqi Amalya F, AMK DIII PNS II C 2009
12. W. Ahmadiwati, Amd. Kep DIII PNS II C 2009
13. Agus Kholiq, Amd. Kep DIII PNS II C 2010
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

Tabel 2.2Kualifikasi Perawat Di Ruang Bougenvile


No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis Pelatihan yang Diikuti
1 S1 keperawatan 2 orang >10 th : 2 orang PNS: 2 Widyantoro : MAKP,
orang Instruktur Klinik,
Preseptorship, Pelatihan
Inner Beauty, Pelatihan
Spirometri
Titik Wahyuni : MAKP
2. D3 Keperawatan 11 orang >10 th : 4 orang PNS: 11 Yunita P : MAKP
5-10 th : 4 orang orang Lukin : MAKP
< 5 th : 3 orang Sri Budi E : MAKP
Binti Khoirin : MAKP
Ferli H : MAKP
Sriharini : MAKP
Ni’amah : MAKP
Lidya Wahyu K : -
M. Rifqi Amalya F : -
W. Ahmadiwati : -
Agus Kholiq : -
Total 13 orang
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

84
Berdasarkan Tabel 2.1 – 2.2 didapatkan tenaga S1 keperawatan
adalah 2 orang, dan D3 keperawatan adalah 11 orang. Maka total
perawat di ruang Bougenvile adalah 13 orang

Tabel 2.3 Tenaga Magang di Ruang Bougenvile


Mulai Dinas di Ruang
No. Nama Pendidikan
Bougenvile
1. Ainur Rosida, Amd. Kep DIII 2013
2. Yuyun Puspitasari, Amd. Kep DIII 2014
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

Tabel 2.4 Kualifikasi Perawat Magang di Ruang Bougenvile


No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis Pelatihan yang
Diikuti
1. D3 Keperawatan 2 orang < 6 bulan : 1 orang Magang: Ainur Rosida : BCLS
6 bulan - 1 th : 1 orang 2 orang Yuyun Puspitasari : -

Total 2 orang
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

Berdasarkan tabel 2.3 – 2.4 didapatkan tenaga perawat yang


magang dari D3 keperawatan 2 orang. Maka jumlah tenaga magang di
ruang Bougenvile adalah 2 orang.
b. Tenaga Non Perawat
Tabel 2.5 Tenaga Non Perawat di Ruang Bougenvile
Mulai Dinas di
No. Nama Pendidikan Status Jabatan
Ruang Bougenvile
1. Ninik Istiwiyah SMEA PNS Administrasi 2009
2. Suciono SMA Honorer POS -
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014
Berdasarkan tabel 2.5 terdapat tenaga non perawat di ruang
Bougenvile yaitu 2 orang yang di ruang Bougenvile.
c. Pasien
1) Data pelayanan keperawatan
Tabel 2.5 Hasil persepsi pasien/keluarga terhadap mutu pelayanan
keperawatan di ruang Bougenvile
INTERPRETASI JAWABAN
TINGKAT
RESPONDEN
KEPUASAN
JUMLAH PROSENTASE

85
PUAS 18 75 %
CUKUP 4 16,7 %
PUAS
TIDAK PUAS 2 8,3 %
Jumlah 24 100%
Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel 2.5 hasil persepsi pasien/keluarga terhadap
mutu pelayanan keperawatan sebagian besar 75 % puas terhadap
pelayanan keperawatan di ruang Bougenvile RS Mardi Waluyo
Kota Blitar.
2) Gambaran kasus
Pengkajian Kasus diambil dari dokumentasi ruangan pada
bulan Juni 2014.
Tabel 2.7 Gambaran Kasus di Ruang Bougenvile pada bulan Mei
2014
No. Data Jumlah Prosentase (%)
1. Cerebral Vaskuler Accident 51 42,2
2. Katarak 24 19,8
3. Diabetes Mellitus 13 10,7
4. Cidera Kepala Ringan 6 5,0
5. Gastritis 6 5,0
6. Heart Failure 5 4,1
7. Hipertensi 5 4,1
8. Cidera Otak Berat 4 3,3
9. Epidural Hematoma 4 3,3
10. Vertigo 3 2,5
Jumlah 121 100
Data Sekunder : Ruang Bougenvile tahun 2014
Berdasarkan tabel 2.7 didapatkan hasil kasus terbanyak pada
bulan Juni di ruang Bougenvile adalah Cerebral Vaskuler Accident
(42,2%).
d. Tenaga Medis
Tabel 2.9 Tenaga Medis di Ruang Bougenvile
No Spesialis No Nama
1. Syaraf a. dr. Novi
b. dr. Suhariono
2. Bedah Syaraf a. dr.Yudi, Sp.BS
b. dr. Kahmim, Sp.BS
3. Mata a. dr. Muhdahani
b. dr. Agustin
4. THT a. dr. Erie
5. Kulit Kelamin a. dr. Katje
6. Dalam a. dr. Mia Melinda Sp.PD
b. dr. Rofika Hanifa Sp.PD

86
c. dr. I. G.B Putra Sp.PD
d. dr.Yudi Agung Wibisono Sp.PD
7. Umum a. dr. Heria
b. dr. Novita
c. dr. Wahyuwati
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014
Berdasarkan tabel 2.8 terdapat 15 tenaga medis di Ruang
Bougenvile dengan masing-masing pasien memiliki dokter
penanggung jawab
e. Mahasiswa keperawatan yang praktek di Ruang Bougenvile
Tabel 2.9 Mahasiswa Praktik di Ruang Bougenvile pada tanggal 16
Juni 2014
No. Asal Institusi Tanggal Jumlah
1. FIK UNIV KADIRI MANAJEMEN 16 Juli 2014 – 26 Agustus 2014 11
2. FIK UNIV KADIRI SEMESTER VIII 16 Juli 2014 – 21 Juli 2014 9
3. STIKES KARYA HUSADA PROFESI 16 Juli 2014 – 21 Juli 2014 3
4. STIKES KARYA HUSADA DIII 16 Juli 2014 – 21 Juli 2014 4
5. AKBID BRAWIJAYA HUSADA 9 Juli 2014 – 21 Juli 2014 4
Jumlah 31
Data primer tahun 2014
3. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat
a. Tanggal 19 Juni 2014
1) Perhitungan Metode Rasio
Rumah sakit tipe B dengan jumlah tempat tidur 27 buah, maka
seorang pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan
jumlah tenaga keperawatan adalah:
1/1 x 27 = 27
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit mardi
waluyo Blitar ruang Bougenvile adalah 27 orang.
2) Perhitungan Menurut DEPKES 2002
► Jumlah jam perawatan per hari
Mandiri : 2x7 = 14 jam
Partial : 3x10 = 30 jam
Total : 5x7 = 35 jam
Perawatan tsk langsung: 30 menit x 24= 720 mnt = 12 jam
Waktu KIE pasien: 15 menit x 24 = 360 menit = 6 jam

= 97 jam perhari

87
► Jumlah tenaga yang dibutuhkan perhari adalah :
Jumlah Jam Tenaga keperawatan Perhari
Jam Kerja Efektif
= 97 Jam : 7 (jam kerja efektif) = 14 Orang
► Loss Day
(Jumlah Hari Minggu Dalam SatuTahun+Cuti+ Hari Besar) x ( Kebutuhan Tenaga)
(Jumlah Hari Kerja Efektif )

(52+12+14) x 14 = 1092 : 286 = 3,82 = 4


286
► Tugas non tenaga keperawatan
(Kebutuhan Tenaga + Loss Day) x 25%
= (14+4) x 25 = 450/100 = 4,5 = 5
100
► Jumlah kebutuhan tenaga seluruhnya adalah :
Kebutuhan Tenaga + Faktor Koreksi (Loss Day + Tugas non
tenaga keperawatan)
14 + (4+5) = 14+9 = 23 orang Tenaga keperawatan Perhari
► Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shift, Proporsi dinas Pagi: 47%, Sore: 35% dan Malam: 17%.
(Warstler (dalam Swansburg, 1999)
Pagi : 47% x 23= 11 orang
Sore : 35% x 23= 8 orang
Malam : 17% x 23= 4 orang
a) Analisa
Dari perhitungan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan
jumlah tenaga ketenaga keperawatanan perhari di ruang
Bougenvile, pada 19 Juni 2014 masih kurang memenuhi standar,
yang ideal menurut perhitungan adalah sejumlah 23 tenaga
keperawatan, sedangkan tenaga keperawatanan yang jaga di
ruangan Bougenvile perhari adalah 13-15 orang tenaga
keperawatan perharinya, sehingga membutuhkan lebih banyak

88
lagi Tenaga keperawatan pelaksana untuk membantu Tenaga
keperawatan tim di Ruang Bougenvile. Apabila jumlah ini dapat
direalisasikan, maka dapat dibentuk susunan model keperawatan
tim dengan bentuk sebagai berikut :

Dinas pagi:
Kepala ruangan : 1 orang
WaKaru : 1 orang
Katim 1 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 4 orang
Katim 2 : 1 orang
Perawat pelaksana : 3 orang
11 orang
Dinas siang
Katim 1 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 3 orang
Katim 2 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 3 orang
8 orang
Dinas malam
Perawat Pelaksana : 4 orang
Total : 23 orang tenaga keperawatan
3) Perhitungan Douglas
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 7 7 x 0,17 = 1,19 7 x 0,14 = 0,98 7 x 0,07 = 0,49
Pasial 10 10 x 0,27 = 2,7 10 x 0,15 = 1,5 10 x 0,10 = 1
Total 7 7 x 0,36 = 2,52 7 x 0,3 = 2,1 7 x 0,20 = 1,4
Jumlah 24 6,41 4,58 2,89
6 5 3
Total tenaga perawat:
Pagi : 6 orang
Sore : 5 orang
Malam : 3 orang

89
14 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 14 = 4,32 (Dibulatkan 4 orang)
279
Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam
1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari
di ruang Bougenvile adalah 14 orang + 4 orang lepas dinas + 2
oarang tenaga; Kepala ruang dan wakil = 20 orang.
4) Perhitungan Gillies
a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari, yaitu:
 Keperawatan langsung:
Keperawatan mandiri 7 orang pasien 7 x 2 jam = 14 jam
Keperawatan sebagian 10 orang pasien 10 x 3 jam= 30 jam
Keperawatan total 7 orang pasien 7 x 6 jam = 42 jam
Jumlah 86 jam
 Keperawatan tidak langsung: 24 orang pasien x 1 jam = 24
jam
 Penyuluhan kesehatan = 24 orang pasien x 0,25 jam = 6 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 116 jam.
b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 116 jam : 24 pasien = 5 jam.
c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada
ruangan tersebut adalah langsung menggunakan rumus Gillies di
atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
5 jam/pasien/hari x 24 pasien/hari x 265 hari = 31800 = 16
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 27 = 5 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 16
+ 5 = 21 orang/hari.

90
d) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per hari, yaitu:
24 orang x 5 jam = 17 orang
7 jam
e) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shif, yaitu dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg,
1990).
 Shif pagi 47% = 7,9 orang (8 orang)
 Shif sore 36% = 6,1 orang (6 orang)
 Shif malam 17% = 2,9 orang (3 orang)
f) Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
 55% = 11,55 (12 orang) tenaga profesional
 45% = 9,45 (9 orang) tenaga nonprofesional.
b. Tanggal 20 Juni 2014
1) Perhitungan Menurut DEPKES 2002
► Jumlah jam perawatan per hari
Mandiri : 2x11 = 22 jam
Partial : 3x8 = 24 jam
Total : 5x6 = 30 jam
Perawatan tsk langsung: 30 menit x 25= 750 mnt = 12,5 jam
Waktu KIE pasien: 15 menit x 25 = 375 menit = 6,25 jam

= 94,75 jam perhari


► Jumlah tenaga yang dibutuhkan perhari adalah :
Jumlah Jam Tenaga keperawatan Perhari
Jam Kerja Efektif
= 94,75 Jam : 7 (jam kerja efektif) = 14 Orang
► Loss Day
(Jumlah Hari Minggu Dalam SatuTahun+Cuti+ Hari Besar) x ( Kebutuhan Tenaga)
(Jumlah Hari Kerja Efektif )

91
(52+12+14) x 14 = 1092 : 286 = 3,82 = 4
286
► Tugas non tenaga keperawatan
(Kebutuhan Tenaga + Loss Day) x 25%
= (14+4) x 25 = 450/100 = 4,5 = 5
100
► Jumlah kebutuhan tenaga seluruhnya adalah :
Kebutuhan Tenaga + Faktor Koreksi (Loss Day + Tugas non
tenaga keperawatan)
14 + (4+5) = 14+9 = 23 orang Tenaga keperawatan Perhari
► Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shift, Proporsi dinas Pagi: 47%, Sore: 35% dan Malam: 17%.
(Warstler (dalam Swansburg, 1999)
Pagi : 47% x 23= 11 orang
Sore : 35% x 23= 8 orang
Malam : 17% x 23= 4 orang
b) Analisa
Dari perhitungan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan
jumlah tenaga ketenaga keperawatanan perhari di ruang
Bougenvile, pada 20 Juni 2014 masih kurang memenuhi standar,
yang ideal menurut perhitungan adalah sejumlah 23 tenaga
keperawatan, sedangkan tenaga keperawatanan yang jaga di
ruangan Bougenvile perhari adalah 13-15 orang tenaga
keperawatan perharinya, sehingga membutuhkan lebih banyak
lagi Tenaga keperawatan pelaksana untuk membantu Tenaga
keperawatan tim di Ruang Bougenvile. Apabila jumlah ini dapat
direalisasikan, maka dapat dibentuk susunan model keperawatan
tim dengan bentuk sebagai berikut :
Dinas pagi:
Kepala ruangan : 1 orang
WaKaru : 1 orang

92
Katim 1 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 4 orang
Katim 2 : 1 orang
Perawat pelaksana : 3 orang
11 orang
Dinas siang
Katim 1 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 3 orang
Katim 2 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 3 orang
8 orang
Dinas malam
Perawat Pelaksana : 4 orang
Total : 23 orang tenaga keperawatan
2) Perhitungan Douglas
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 11 11 x 0,17 = 1,87 11 x 0,14 = 1,54 11 x 0,07 = 0,77
Pasial 8 8x 0,27 = 2,16 8 x 0,15 = 1,2 8 x 0,10 = 0,8
Total 6 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,3 = 1,8 6 x 0,20 = 1,2
Jumlah 25 6,19 4,54 2,77
6 5 3
Total tenaga perawat:
Pagi : 6 orang
Sore : 5 orang
Malam : 3 orang
14 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 14 = 4,32 (Dibulatkan 4 orang)
279
Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam
1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.

93
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari
di ruang Bougenvile adalah 14 orang + 4 orang lepas dinas + 2
oarang tenaga; Kepala ruang dan wakil = 20 orang.

3) Perhitungan Gillies
a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari, yaitu:
 Keperawatan langsung:
Keperawatan mandiri 11 orang pasien 11 x 2 jam = 22 jam
Keperawatan sebagian 8 orang pasien 8 x 3 jam = 24 jam
Keperawatan total 6 orang pasien 6 x 6 jam = 36 jam
Jumlah 82 jam
 Keperawatan tidak langsung: 25 orang pasien x 1 jam = 25
jam
 Penyuluhan kesehatan = 25 orang pasien x 0,25 jam = 6,25
jam
Total jam secara keseluruhan adalah 113,25 jam.
b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 113,25 jam : 25 pasien = 5 jam.
c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada
ruangan tersebut adalah langsung menggunakan rumus Gillies di
atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
5 jam/pasien/hari x 25 pasien/hari x 265 hari = 33125 = 16
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 27 = 5 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 16
+ 5 = 21 orang/hari.
d) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per hari, yaitu:
25 orang x 5 jam = 18 orang
7 jam

94
e) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shif, yaitu dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg,
1990).
 Shif pagi 47% = 8,4 orang (8 orang)
 Shif sore 36% = 6,5 orang (7 orang)
 Shif malam 17% =3,1 orang (3 orang)
f) Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
 55% = 11,55 (12 orang) tenaga profesional
 45% = 9,45 (9 orang) tenaga nonprofesional.
c. Tanggal 21 Juni 2014
1) Perhitungan Menurut DEPKES 2002
► Jumlah jam perawatan per hari
Mandiri : 2x8 = 16 jam
Partial : 3x11 = 33 jam
Total : 5x5 = 25 jam
Perawatan tsk langsung: 30 menit x 24= 720 mnt = 12 jam
Waktu KIE pasien: 15 menit x 24 = 360 menit = 6 jam

= 92 jam perhari
► Jumlah tenaga yang dibutuhkan perhari adalah :
Jumlah Jam Tenaga keperawatan Perhari
Jam Kerja Efektif
= 92 Jam : 7 (jam kerja efektif) = 13 Orang
► Loss Day
(Jumlah Hari Minggu Dalam SatuTahun+Cuti+ Hari Besar) x ( Kebutuhan Tenaga)
(Jumlah Hari Kerja Efektif )

(52+12+14) x 13 = 1014 : 286 = 3,55 = 4


286
► Tugas non tenaga keperawatan
(Kebutuhan Tenaga + Loss Day) x 25%
= (13+4) x 25 = 425/100 = 4,25 = 4
100

95
► Jumlah kebutuhan tenaga seluruhnya adalah :
Kebutuhan Tenaga + Faktor Koreksi (Loss Day + Tugas non
tenaga keperawatan)
13 + (4+4) = 13+8 = 21 orang Tenaga keperawatan Perhari
► Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shift, Proporsi dinas Pagi: 47%, Sore: 35% dan Malam: 17%.
(Warstler (dalam Swansburg, 1999)
Pagi : 47% x 21= 10 orang
Sore : 35% x 21= 7 orang
Malam : 17% x 21= 4 orang
c) Analisa
Dari perhitungan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan
jumlah tenaga ketenaga keperawatanan perhari di ruang
Bougenvile, pada 21 Juni 2014 masih kurang memenuhi standar,
yang ideal menurut perhitungan adalah sejumlah 21 tenaga
keperawatan, sedangkan tenaga keperawatanan yang jaga di
ruangan Bougenvile perhari adalah 13-15 orang tenaga
keperawatan perharinya, sehingga membutuhkan lebih banyak
lagi Tenaga keperawatan pelaksana untuk membantu Tenaga
keperawatan tim di Ruang Bougenvile. Apabila jumlah ini dapat
direalisasikan, maka dapat dibentuk susunan model keperawatan
tim dengan bentuk sebagai berikut :
Dinas pagi:
Kepala ruangan : 1 orang
WaKaru : 1 orang
Katim 1 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 3 orang
Katim 2 : 1 orang
Perawat pelaksana : 3 orang
10 orang
Dinas siang
Katim 1 : 1 orang

96
Perawat Pelaksana : 3 orang
Katim 2 : 1 orang
Perawat Pelaksana : 2 orang
7 orang
Dinas malam
Perawat Pelaksana : 4 orang
Total : 21 orang tenaga keperawatan
2) Perhitungan Douglas

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 8 8 x 0,17 = 1,36 8 x 0,14 = 1,12 8 x 0,07 = 0,56
Pasial 11 11 x 0,27 = 2,97 11 x 0,15 = 1,65 11 x 0,10 = 1,1
Total 5 5 x 0,36 = 1,8 5 x 0,3 = 1,5 5 x 0,20 = 1
Jumlah 24 6,13 4,27 2,66
6 4 3
Total tenaga perawat:
Pagi : 6 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang
13 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 13 = 4,01 (Dibulatkan 4 orang)
279
Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam
1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari
di ruang Bougenvile adalah 13 orang + 4 orang lepas dinas + 2
oarang tenaga; Kepala ruang dan wakil = 19 orang.
3) Perhitungan Gillies
a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari, yaitu:
 Keperawatan langsung:

97
Keperawatan mandiri 8 orang pasien 8 x 2 jam = 16 jam
Keperawatan sebagian 11 orang pasien 11 x 3 jam= 33 jam
Keperawatan total 5 orang pasien 5 x 6 jam = 30 jam
Jumlah 79 jam
 Keperawatan tidak langsung: 24 orang pasien x 1 jam = 24
jam
 Penyuluhan kesehatan = 24 orang pasien x 0,25 jam = 6 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 109 jam.
b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 109 jam : 24 pasien = 5 jam.
c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada
ruangan tersebut adalah langsung menggunakan rumus Gillies di
atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
5 jam/pasien/hari x 24 pasien/hari x 265 hari = 31800 = 16
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 27 = 5 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 16
+ 5 = 21 orang/hari.
d) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per hari, yaitu:
24 orang x 5 jam = 17 orang
7 jam
e) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shif, yaitu dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg,
1990).
 Shif pagi 47% = 7,9 orang (8 orang)
 Shif sore 36% = 6,1 orang (6 orang)
 Shif malam 17% = 2,9 orang (3 orang)
f) Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
 55% = 11,55 (12 orang) tenaga profesional
 45% = 9,45 (9 orang) tenaga nonprofesional.

98
4. ALOS
Jumlah lama di rawat
Jumlah pasienkeluar (Hidup+ Mati)
a. 19 Juni 2014
Pasien A : 7
Pasien B : 4
Pasien C : 9
Pasien D : 8
Pasien E : 7
Jumlah lama di rawat 35
= =7
Jumlah pasienkeluar (Hidup+ Mati) 5
b. 20 Juni 2014
Pasien A : 5
Pasien B : 7
Jumlah lama di rawat 12
= =6
Jumlah pasienkeluar ( Hidup+ Mati) 2
c. 21 Juni 2014
Pasien A : 5
Pasien B : 8
Pasien C : 7
Pasien D : 4
Jumlah lama di rawat 24
= =6
Jumlah pasienkeluar ( Hidup+ Mati) 4

3.2.2 Sarana dan Prasarana (M2/MATERIAL)


Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan pembelajaran
manajemen keperawatan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kadiri mengambil tempat di ruang Bougenville lantai 2 RSD Mardi Waluyo
Blitar. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 16 Juni – 20 juni.

99
Adapun data yang didapat sebagai berikut :
1. Lokasi dan Denah Ruangan
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran praktik profesi keperawatan adalah di
ruang Bougenvile lantai 2 RSD Mardi Waluyo Blitar. Adapun dalam
ruang Bougenvile lantai 2 RSD Mardi Waluyo Blitar terdiri dari 3 kelas,
yaitu: ruang kelas 1, 2 ruang kelas 2, 2 ruang kelas 3, 2 ruang intermediet
, 2 ruang ekstra, dan dalam ruang kantor terdapat 3 meja, 5 kursi putar
tanpa lengan, 5 tempat duduk kayu, 2 kursi plastik, 1 almari tempat
menyimpan form pncatatan dan pelaporan juga status pasien, 1 almari
untuk menyimpan alat tenun, 1 almari untuk menyimpan alat medis, 1
almari untuk menyimpan consumable ( obat-obatan dan bahan habis
pakai ), 1 wastael, 1 spol hock, 1 sterilisator, loker, kulkas. Di dalam
Ruang kantor terdapat ruang karu yang di dalamnya ada 1 meja 1 kursi, 1
ruang sholat yang tergabung dengan kamar ganti dan kamar mandi.

100
Berikut adalah gambar denah ruang Bougenvile.

DENAH RUANG BOUGENVILE


U

L 10 K 11

6 7 8 9

E
5
I

H
4 D F
G

A 1 2 101 3 B
C

Keterangan:
A : R. Gudang 1 : Kamar 1
B : R. Spool Hock 2 : Kamar 2
C : R. Tindakan 3 : Kamar 3
D : R. Nurse Station 4 : Kamar 4
E : R. Karu 5 : Kamar 5
F : R. Alkes 6 : Kamar 6
G : R Kamar Ganti 7 : Kamar 7
H : R. Toilet 8 : Kamar 8
I : R. Linen Bersih 9 : Kamar 9
J : R. Administrasi 10 : Kamar Ekstra 1
K : R. Morning Report 11 : Kamar Ekstra 2
L : R. Gudang
2. Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 16 Juni – 20 juni
didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur di ruang Bougenville lantai 2
terdapat 27 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
a. Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Bougenville lantai 2
Kelas I : 6 bed (@ 2bed)
Kelas II : 4 bed (@ 2 bed)
Kelas III : 10 bed ( @ 5 bed)
Intermediet : 4 bed (@ 2 bed)
Ruang titipan : 3 bed (@ 2 dan 1 bed)
b. Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktek
manajemen keperawatan.
Kelas III
Ruang 9 : 5 bed
Ruang 10 : 2 bed

102
Ruang 11 : 1 bed

3. Peralatan
a. Peralatan
Daftar peralatan dan bahan yang tersedia diruang bougenvil
RSD Mardi Waluyo Blitar
KONDISI
NO NAMA ALAT JUMLAH RUSAK RUSAK KETERANGAN
BAIK
RINGAN BERAT
1 Alat Glucotes 2 1
2 Alat cukur 2 1
3 Bak instrumen bsr 3 3
4 Bak instrumen sdg 2 2
5 Bak instrumen kcl 4 4
6 Bengkok bsr 4 4
7 Bengkok kcl 4 4
8 Blass spuit 1 1
9 Brancar 1 1
10 Bantal angin 1 1
11 Cucing SS besar 3 3
12 Cucing SS kecil 4 4
13 Dresing Troly 1 1
14 Duk klem 1 1
15 Es cup 3 3
16 Es kraag 4 4
17 Gunting angkat jht 2 2
18 Gunting bengkok besar 2 2
19 Gunting kecil lancip 4 4
20 Gunting verban besar 1 1
21 Gunting kecil tumpul 2 2
22 Gunting verban kecil 4 4
23 Gunting jaringan lancip 3 3
24 Gunting bengkok kecil 3 3
25 HB meter 1 1
26 Hamer reflek 3 3
27 Instrumen kabinet 1 1
28 Irrigator SS 2 2
29 Juction race 1 1
30 Klem pean 1 cm 3 3
31 Klem pean besar 1 1
32 Korentang 3 3
33 Kasur angin Ex 2000 3 3
34 Kasur angin rawat luka 1 1
35 Kursi roda 2 2
36 Lightcase 1 1
37 Mangkok stainlees 3 3
38 Manset dewasa 1 1
39 Manset anak 1 1

103
40 Medicine troly 1 1
41 Pinset anatomi 4 4
42 Pinset chirrugi 4 4
43 Pen light 1 1
44 Rak pispot SS 1 1
45 Spuit gliserin 2 2
46 Standar cuci tangan 2 2
47 Standar infus TT 21 21
48 Stickpan SS 6 6
49 Stickpan nelamin 11 11
50 Stetoskop reister+med 5 3 2
51 Spuit kaca 200cc 1 1
51 Termometer air raksa 0 0
53 Termometer elektrik 1 1
54 Timbangan badan 2 2
55 Tensimeter reister 4 4
56 Tensimeter jalan 1 1 Masih di IPS
57 Toples SS 3 3
58 Tongue spatel 4 4
59 Troly 02 2 2
60 Tromol besar 21-27 cm 1 1
61 Tromol kecil (21-27) 1 1
62 Tempat korentang 2 2
63 Troly 02 kecil + tabung 1 1
64 Troly aluminium kaca 2 2
65 Troly besi 2 2
66 Troly stenlis 1 1
67 Tornikuet 2 2
68 Urinal plastik 4 4
69 Urinal stenlis 4 4
70 WWZ 6 6
71 Waskom aluminium 7 7
72 Waskom stenlis besar 7 7
73 Waskom stenlis kecil 11 11
Rawat luka set Bila
2 2
dikelompokkan

b. Alat rumah Tangga


Daftar alat rumah tangga yang tersedia diruang bougenvil RSD
Mardi Waluyo Blitar
KONDISI
RUSAK
NO NAMA ALAT JUMLAH RUSAK KETERANGAN
BAIK RINGA
BERAT
N
1 Bad side kabinet 6 6
2 Bancik kaki 12 12
3 Clasic bad 14 14
4 Coldcas 1 1
5 Komputer set 2 2
6 Jam dinding 7 7
7 Gayung 15 15
8 Kaca meja 3 3

104
9 Kursi lipat fultura 2 2
10 Kursi lipat elephan 3 3
11 Kursi kayu busa 1 1
12 Kursi tunggu 4 sited 3 3
13 Kursi tunggu pasien 24 24
14 Kursi citose 13 13
15 Kursi putar + tangan 2 2
16 Kursi putar tanpa tangan 7 7
17 Ranjang obat 16 16
18 Ranjang snack 1 1
19 Keranjang 4 4
20 Kalkulator 2 2
21 Kompor gas + regulator 1 1
22 Kipas angin besar berdiri 2 2
23 Lemari pasien kayu 22 22
24 Lemari bupet 1 1
25 Lemari tanggung 1 1
26 Lemari besar 3 3
27 Lemari almunium + kaca 1 1
28 Lemari status 1 1
29 Loker 1 1
30 Lampu cek uang palsu 1 1
31 Meja tulis ½ biru 2 2
32 Meja kayu ukiran 2 2
33 Meja kursi triplek 0 0
34 Meja besar 1 1
35 Papan tulis melamin 3 3
36 Panci almunium 1 1
37 Printer 2 2
38 Rak handuk alumunium 7 7
39 Rak piring 1 1
40 Sketsel kayu 2 2
41 Sketsel kaca 2 2
42 Sikat bowel 2 2
43 Tempat tidur kayu 1 1
44 Tempat tidur 3 kran 2 2
45 Tempat tidur 2 kran 8 6 2
46 Troly loundry 1 1
47 Timba plastik besar 10 10
48 Timba plastik sedang 3 3
49 Tempat sampah besar 6 6
50 Tempat sampah kecil 7 7
51 Tempat sampah abu – abu 12 12
52 TV LCD panasonic 1 1

c. ALAT TENUN
Daftar alat tenun yang tersedia diruang bougenvil RSD Mardi
Waluyo Blitar
KONDISI
NO NAMA ALAT JUMLAH RUSAK RUSAK KETERANGAN
BAIK
RINGAN BERAT
1 Baju operasi 6 4

105
2 Baju operasi bayi 1 1
3 Baju pengunjung inter 8 8
4 Bantal dakron oskar 12 12
5 Bantal dakron putih 12 10 2
6 Celemek plastik 2 2
7 Guling spon 6 6
8 Guling dakron 4 4
9 Handuk tangan 7 7
10 Handuk gantung 5 5
11 Korden plisket besar hijau 22 22 Dipinjam
flamboyan 12
12 Korden plisket kecil hijau 3 3
13 Korden plisket besar putih 12 12
14 Korden vitran besar 1 1
15 Korden vitran kecil 0 0
16 Kasur spon lama 16 15 1
17 Kasur spon baru 11 11
18 Kasur spon bungkus kain 1 1
19 Lurup 4 4
20 Matran brancar 1 1
21 Plastik bening 18 18
22 Perlak 25 25
23 Sprei 63 60 3
24 Selimut tebal 36 36
25 Selimut lorek 39 38 1
Ukuran tidak
26 Sarung bantal 25 25
sesuai btl
27 Sarung guling 32 32
28 Sarung escrah 3 3
29 Sarung 02 18 18
30 Sarung operasi 10 8
31 Sprei brancar 4 4
32 Scort karyawan 31 31
33 Taplak meja besar kotak 1 1
34 Taplak meja batik 2 2
35 Taplak kecil kotak 1 1
36 Topi / mitela 7 7
37 Tutup alat 5 5
38 Tutup ECG 1 1

d. ALAT MEDIS
Daftar alat medis yang tersedia diruang bougenvil RSD Mardi
Waluyo Blitar
KONDISI
NO NAMA ALAT JUMLAH RUSAK RUSAK KETERANGAN
BAIK
RINGAN BERAT
1 Ambu bag dewasa 2 2
2 ECG 1 1
3 Infus pump 1 1
4 Light case 1 1
5 Manometer 02 5 5
6 Manometer sentral 8 8 Tabung air rusak

106
7 Syiring pump 4 4
8 Suction pump 2 2
9 Sterilisator kering 1 1
10 Monitor 2 2

e. Alat Pencatatan dan Pelaporan


Daftar alat pencatatan dan pelaporan yang tersedia diruang
bougenvil RSD Mardi Waluyo Blitar
KONDISI
RUSAK
NO NAMA ALAT JUMLAH RUSAK KETERANGAN
BAIK RINGA
BERAT
N
1 Kertas S 70 gram 1 RIM  Habis terpakai

2 Amplop sedang 1PAK  Habis terpakai

3 Buku skrip 4 BIJI  Habis terpakai

4 Buku folio 100 1 BIJI  Habis terpakai

5 Tinta komputer hitam 1  Habis terpakai

6 Blanko resep JPS 4 PAK  Habis terpakai

7 Isi staples kecil 3 PAK  Habis terpakai

8 Spidol besar permanen 1 BIJI  Habis terpakai

9 Tip –X 0  Habis terpakai

10 Spidol white board 0 Habis terpakai


11 Tinta komp.warna 0  Habis terpakai

12 Klip kertas kecil/besar 2/1  Habis terpakai

13 Stamp pad 1 

14 Penghapus 0 

15 Perforator 3 

16 Glukol 1  Habis terpakai

17 Staples besar 2 

18 Binder klip 1  Habis terpakai

19 Pensil 2  Habis terpakai

107
20 Amplop kecil/besar/coklat 1/1/1  Habis terpakai

21 Spidol blue/red 1/1  Habis terpakai

22 Stabilo 0  Habis terpakai

23 Penggaris 0 

4. Alur Pengadaan Barang di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar

Kepala Ruang

logistik farmasi: obat-obatan

pengadaan ATK, kebutuhan rumah tangga, alat elektronik, alat tenun.

Gambar 2.3 Alur Pengadaan Barang

5. Fasilitas Pasien

KAMAR NAMA BARANG JUMLAH KONDISI USULAN


Kamar 1 kelas 1 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 AC
1 Baik -
 Jam dinding
1 Baik -
 Televisi
Kamar 2 kelas 1 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -

108
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
 AC 1 Baik -
 Jam dinding 1 Baik -
 Televisi 1 Baik -
Kamar 3 kelas 1 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 AC
1 Baik -
 Jam dinding
1 Baik -
 Televisi
Kamar 4 kelas 3 1 kamar untuk 5 pasien, memiliki
wanita fasilitas :
 Kursi 5 Baik -
 Bed pasien 5 Baik -
 Meja 5 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 Jam dinding
Ruang 5 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
intermediet A fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 AC
1 Baik -
 Jam dinding
Ruang 6 kelas 2 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 AC
1 Baik -
 Jam dinding
Ruang 7 kelas 2 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -

109
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
 AC 1 Baik -
 Jam dinding 1 Baik -
Ruang 8 1 kamar untuk 2 pasien, memiliki
intermediet B fasilitas :
 Kursi 2 Baik -
 Bed pasien 2 Baik -
 Meja 2 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 AC
1 Baik -
 Jam dinding
Ruang 9 kelas 3 1 kamar untuk 5 pasien, memiliki
fasilitas :
 Kursi 5 Baik -
 Bed pasien 5 Baik -
 Meja 5 Baik -
 Kamar mandi dan WC 1 Baik -
 Pispot 1 Baik -
 Wastafel dan kaca rias 1 Baik -
 Tempat sampah 1 Baik -
1 Baik -
 Jam dinding

6. Persediaan obat
a. Kotak emergensi
Cek list untuk obat emergensi dilakukan oleh pihak ruangan
yang idealnya dilakukan setiap hari.
Tabel 2.8 Daftar Obat-obatan dan Alat Emergensi yang
Tersedia di Ruang Bougenville lantai 2
No Obat dan Alat Emergensi Jumlah
Obat-obatan
1 Furosemide -
2 Bisolvon -
3 Lutrotam -
4 Piracetam -
5 Neurolin -
6 Dipenhidramin -
7 Ketorolac -
8 Novalgin -
9 Ranitidin -

110
10 Metoclopramid -
11 Cefotaxime -
12 Ampicilin -
13 Gentamycin -
Cairan infus :
1 Glucosa 5% -
2 Natrium clorida 0,9% -
3 Otsu D5 1/2NS -
4 Glukosa 10% -
5 Ringer laktat -
Alat-alat emergensi:
1 Ambu bag -
2 Selang Oksigen -
3 Nasopharingeal tube -
4 Mayo tuve -
5 Sheryng Pum -
6 Resusitasi Jantung Paru -
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

b. Alur layanan farmasi di ruang Bougenvile lantai 2 RSD Mardi Waluyo


Blitar

IFRS
Legalisir resep APOTEK IKS ASKES
ASKES Verifikasi Ambil obat
Penulisan R/di kantor pengambilan obat

Resep dari klinik/IGD IFRS


JAMKESMAS Persyaratan jamkesmas
Verifikasi
Pelayanan obat

IFRS
JAMKESMAS Persyaratan administrasi
NON KUOTA Verifikasi dan legalisir resep
Pelayanan obat

111
IFRS
Persyaratan jamkesmas
JAMKESMAS Verifikasi
Pelayanan obat
Resep dari irna/ICU

IFRS
JAMKESMAS NON Persyaratan jamkesmas non kuota
KUOTA Verifikasi
Pelayanan obat

Alur layanan farmasi di ruang Bougenville lantai 2 RSD Mardi Waluyo

3.2.3 Metode (M3/METHODE)


1. Penerapan Model MAKP
Ruang Bougenville RSD Mardi Waluyo Blitar sampai saat ini
menerapkan model asuhan keperawatan MAKP Metode penugasan tim
yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Ruang
Bougenville membagi menjadi 2 tim, yaitu Tim 1 dan Tim 2 yang terdiri
atas tenaga perawat profesional. Komposisi tenaga pada saat shift sudah
terbagi meliputi tenaga senior dan yunior pada setiap shift. Walaupun
demikian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, komunikasi antara anggota dapat

112
terjalin dengan baik, dan dalam melayani pasien perawat bersikap sopan
dan ramah. Namun adanya kebijakan rumah sakit terhadap
profesionalisasi keperawatan, maka MAKP Tim perlu dikembangkan
secara optimal untuk mengantisipasi persaingan antar rumah sakit yang
semakin ketat, tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional, serta
semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum.
Berikut adalah uraian tugas Karu, Katim, PP di ruang Melati
a. Uraian Tugas kepala ruangan
Tabel 2.19 Rekapitulasi Uraian Tugas Kepala Ruangan di ruang
Bougenville Tahun 2014.
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruang
1. √
masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien di shift berikutnya √
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien :
3. gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua √
tim
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
4. berdasrkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama √
ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan
5. Merumusakan metode penugasan yang akan digunakan √
6. Merumuskan tujuan metode penugasan √
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
7. √
secara jelas
Membuat rentang kendali kepala ruangan membawai 1
8
ketua tim dan ketua tim membawai 2 – 3 perawat
9 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
10 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tugas saat karu tidak ada di tempat
11
kepada ketua tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
12
mengurus administrasi pasien
13 Identifikasi masalah dan cara penanganan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
14
tim
Meberi pujian kepada ketua tim yang melaksanakan
15
tugas dengan baik
Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan,
16
ketrampilan dan sikap
17 Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir kegiatan
18 Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
19
dalam melaksanakan tugas
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
20
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
21 Melalui kemunikasi
22 Melalui supervisi

113
Rata-rata 86% 14%
Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tugas kepala
ruangan hampir seluruhnya dilaksanakan, yaitu sebesar sebesar 86%.
b. Uraian Tugas Ketua Tim
Tabel 2.20 Rekapitulasi Uraian Tugas Ketua Tim di Ruang
Bougenville Tahun 2014.
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Membuat perencanaan √
2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi √
3. Mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai √
tingkat kebutuhan pasien
4. Mengembangkan kemampuan anggota √
5. Menyelenggarakan konferensi √
Rata-rata 80% 20%
Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas ketua
tim sebagian besar sudah dilakukan yaitu sebesar 80%.

c. Uraian Tugas anggota tim


Table 2.21 Rekapitulasi Uraian Tugas Perawat Pelaksana di
Ruang Bougenville tahun 2014.
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung √
jawabnya
2. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim √
3. Memberikan laporan √
Rata-rata 100% 0%
Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tugas
perawat pelaksana sebagian besar dilakukan yaitu sebesar 100%.
2. Penerimaan Pasien Baru
Pasien rawat inap RSD Mardi Waluyo Blitar ruang Bougenville
menerima pasien melalui IGD atau Poli Umum dengan atau tanpa

114
rujukan dari dokter. Penentuan ruang rawat inap ditentukan oleh pasien
dan keluarga pasien. Setelah ditentukan ruang rawat inap, selanjutnya
dilakukan pengkajian oleh perawat ruangan meliputi identitas pasien,
keluhan utama, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik (review
of system). Kemudian perawat melaporkan ke dokter kondisi pasien baru.
Terkadang perawat mengorientasikan ruangan dan menjelaskan fasilitas
yang ada, serta tata tertib yang ada.
Dengan adanya kebijakan rumah sakit terhadap profesionalisasi
perawatan dan dengan adanya mahasiswa praktik dirasa bisa membantu
proses penerimaan pasien baru. Dengan adanya tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih
profesional, dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum
dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan mutu kerja perawat dalam
proses penerimaan pasien baru.

a. Alur penderita masuk ruang Bougenville

Tempat penerimaan pasien (TPP)


Pasien dari;
Pendaftaran
Poliklinik
Informasi kondisi ruangan
UGD
Persyaratan administrasi

INSTALASI PERAWATAN INTENSIF (ICU) Rawat Inap R.Bougenville


Kelas I
Kelas II RAWAT INAP LAIN
Kelas III

115

Keluar RS Meninggal
KASIR

Pulang/Rujuk Kamar Jenazah



Pulang

Gambar 2.5 Alur Penderita Masuk Ruang Bougenville RSD Mardi Waluyo Blitar

3. Timbang Terima
Timbang terima di ruang Bougenville selama ini dilakukan setiap
pergantian shhift. Untuk timbang terima pagi tahap dari timbang terima
sudah dijalankan secara lengkap yaitu membacakan buku laporan
timbang terima, dan selanjutnya perawat yang shift malam dan pagi
memvalidasi ke pasien secara langsung. Untuk yang shift sore dan malam
timbang terima hanya dilakukan diruang perawat dan validasi dilakukan
ketika memberikan injeksi dan pemeriksaan tanda-tanda vital. Dalam
timbang terima terkadang dilakukan tanpa melibatkan semua perawat.
Timbang terima yang dilakukan diruang Bougenville sudah
menjabarkan tentang data (keluhan subyektif dan obyektif pasien)
masalah keperawatan yang masih dialami pasien, intervensi keperawatan

116
yang sudah dilakukan , intervensi yang belum atau akan dilakukan dalam
mengatasi masalah pasien dan tindakan medis yang telah dilakukan dan
advice dokter yang akan dilakukan. Sebagai seorang perawat harus
menunjukkan aksistensinya di dunia pelayanan kesehatan yaitu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Salah satu cara
menunjukkan aksistensi kita sebagai seorang perawat yaitu dalam bentuk
pelaporan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan. Selain itu
penulisan timbang terima masih belum terdokumentasikan secara baik
dan benar. Dokumentasi timbang terima di ruang Bougenville
menggunakan buku. Untuk format penulisan dokumentasi timbang
terima yaitu: Nama, diagnosa medis, kelas dan nomor ruangan, intervensi
yang telah dilakukan dan yang belum dilakukan. Penulisan data
subyektif, obyektif, dan intervensi masih ditulis dalam satu tabel yang
sama.
Dilaksanakannya proses timbang terima yang akan memungkinkan
distribusi informasi mengenai perawatan pasien secara komprehensif
yang akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan
dapat mengakomodasi adanya tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan keperawatan yang lebih profesional. Dan sebagai perwujudan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien.
Tabel 2.23Rekapitulasi Timbang Terima Dari Dinas Malam Ke Dinas
Pagi Dan Dari Dinas Pagi Ke Dinas Sore Ruang Bougenville
RSD Mardi Waluyo Blitar tahun 2014.

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


1 Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift √
operan (tepat waktu)
2 Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan √
pasien yang dilakukan timbang terima khususnya
pasien yang memiliki permasalahan yang belum / dapat
teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut
3 Ketua tim menyampaikan timbang terima pada ketua √
tim berikutnya : jumlah pasien, idenditas klien,
diagnose medis, data (data subyektif dan data
obyektif ), masalah keperawatan yang muncul,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilakukan, intervensi kolaborasi dan dependen, rencana
umum dan persiapan yang perlu dilakukan

117
4 Kedua kelompok dinas sudah siap √
5 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku √
catatan
6 Kepala ruang membuka acara timbang terima √
7 Perawat yang melakukan timbang terima dapat √
melakukan klarifikasi, Tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal – hal yang ditimbang terimakan
dan yang tidak jelas
8 Kepala ruang maupun ketua tim menyampaikan √
kebutuhan dasar secara jelas, singkat, dan tepat
9 Perawat yang melaksanakan timbang terima melakukan √
pengkajian secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dasar, dan tindakan yang
telah / belum dilaksanakan
10 Hal-hal yang sifatnya kusus dan memerlukan perincian √
matang sebaiknya dicatat secara kusus untuk
diserahterimakan kepada shift berikutnya
11 Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih √
dari 5 menit kecuali pada kondisi kusus yang
memerlukan keterangan yang rumit
12 Diskusi √
13 Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara √
langsung pada format timbang terima yang
ditandatangani PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga
berikutnya diketahui kepala ruangan
14 Ditutup oleh kapala ruangan √
Jumlah 7 7
Prosentase 50% 50%
Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perawat
melakukan timbang terima dilakukan dengan cukup baik akan tetapi ada
sebagian item tidak dilakukan saat timbang terima, yaitu sebesar 50 %.
4. Ronde Keperawatan
Dari hasil observasi selama 7 hari di ruang Bougenville RS Mardi
Waluyo Kota Blitar, perawat tidak pernah melakukan ronde keperawatan.
Saat melakukan wawancara kepada perawat, perawat mengatakan bahwa
ronde keperawatn hampir tidak pernah dilakukan karena terbatasnya
tenaga perawat dan kesibukan perawat. Kecuali apabila ada mahasiswa
yang praktek managemen, ruang Bougenville memfasilitasi untuk
diadakan ronde keperawatan.
5. Sentralisasi Obat (Pengelolaan Obat)
Pengelolan obat sudah dilakukan di Ruang Bougenville RSD Mardi
Waluyo Blitar, hal tersebut ditunjukkan dengan tersedianya sarana dan
prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat (tempat obat, format

118
sentralisasi obat) terutama obat oral. Kepala ruangan mendukung
kegiatan sentralisasi obat, serta adanya kemauan perawat untuk
melakukan sentralisasi obat. Pemberian obat yang dibeli dari apotik oleh
keluarga pasien kemudian dicatat pada format sentralisasi obat yang telah
tersedia di lembar sentralisasi obat, terkecuali obat injeksi yang disimpan
oleh keluarga pasien. Kemudian obat oral di kelola oleh perawat
ruangan.
Namun demikian belum ada lembar serah terima obat, informed
consent kepada pasien tentang sentralisasi obat, dan juga belum ada bukti
pemberian obat kepada pasien dan keluarga bahwa obat dikelola oleh
perawat yang bertugas di ruangan. Dan belum ada pembagian tugas dan
tanggung jawab tentang sentralisasi obat yang jelas. Depo farmasi belum
ada di setiap ruangan yang ada di ruang Bougenville, tetapi masih sentral
di depo farmasi rumah sakit. Tidak ada supervisi dari kepala bidang
keperawatan dan kepala di Ruang Bougenville RSD Mardi Waluyo Blitar
terhadap kegiatan desentralisasi obat. Tidak ada pengelolaan obat sisa
bagi pasien BPJS, Askes, Astek, ataupun umum. Adanya tuntutan pasien
untuk mendapatkan pelayanan yang professional. Pasien kadang tidak
percaya tentang pengelolaan obat yang dilakukan.
Alur pengelolaan obat yang dilaksanakan di Ruang Bougenville
RSD Mardi Waluyo Blitar sebagai berikut :
a. Resep dari Dokter di salin dalam format sentralisasi obat penderita.
Kemudian ditulis nama obat, waktu pemberian, jumlah obat yang ada
di resep. Lalu keluarga dan perawat menandatangani format, tetapi
pada pelaksanaan masih banyak belum ditandatangani oleh keluarga
pasien.
b. Resep di bawa ke loket farmasi untuk ditukar dengan obat.
c. Obat yang diterima keluarga pasien diserahkan pada perawat, lalu
dicek macam obat, jumlah obat dan nama penderita, kemudian ditulis
dalam format sentralisasi obat, untuk penerimaan obat belum
dicantumkan nama perawat dan tandatangan penerima obat.

119
d. Setelah obat diterima, obat injeksi dikembalikan dan disimpan di meja
pasien yang terletak di dekat tempat tidur pasien sedangkan obat oral
disimpan dalam kotak-kotak obat yang tersedia di ruang perawat.
e. Pada saat pembagian obat oral, obat dibagi melalui masing-masing
kotak yang ada di dalam loker pasien dan dicocokan dengan daftar
obat penderita, waktu pemberian, jenis obat dan nama penderita. Obat
injeksi diambil di loker pasien dan kemudian di cocokan dengan buku
injeksi pasien.

Alur Pengadaan obat


Dokter Visite

Dokter memberi resep

Resep obat dicatat perawat dalam lembar pencatatan dan diserahkan pada keluarga

Keluarga pasien mengambil obat di instalasi farmasi

Obat diserahkan oleh keluarga pasien ke perawat

Perawat menyimpan obat oral, sedangkan obat injeksi diberikan lagi ke keluarga pasien supaya disimpan di almari dekat bed pas

120
Perawat mengatur jadwal pemberian obat

Perawat memberikan obat ke pasien


Gambar 2.6 Alur Pengadaan Obat untuk Pasien Umum di Ruang Bougenville
6. Supervisi
RSD Mardi Waluyo Blitar merupakan rumah sakit pendidikan yang
terakreditasi B, ruangan Bougenville merupakan kelas I, II, dan III yang
memerlukan perhatian di bidang penyakit bagian syaraf, Supervisi
keperawatan di ruang Bougenville telah dilakukan dari KARU kepada
KATIM ke perawat pelaksana, pelaksanaan supervisi dilakukan secara
visual dan dengan beberapa format tertentu, supervisi ini biasanya
dilakukan di tengah-tengah pelaksanaan tugas serta apabila terjadi
kesalahan pada proses asuhan keperawatan langsung dilakukan
pembenahan secara langsung, dan biasanya supervisi ini terjadwal. Di
ruang Bougenville RSD Mardi Waluyo dilakukan supervisi dari RS ke
ruangan dengan menggunakan format tertentu, formatnya tentang
perhitungan jumlah pasien dan telah menggunakan format yang sesuai
dengan standart teori, adanya program latihan, dan sosialisasi tentang
supervisi, maka pendokumentasian supervisi telah dilakukan, petunjuk
pelaksanaan supervisi telah ada dan telah ada formatnya sendiri.
Supervisi dilaksanakan sesuai kebijakan dan kebutuhan supervisor,
terbukanya peluang untuk melanjutkan pendidikan atau magang dan
adanya kerjasama yang baik antar perawat dan mahasiswa.
7. Discharge Planning
Di ruang Bougenville discharge planning terdapat format yang
memuat pasien pulang yang berisi sama dengan format discharge
planning yang sesuai. Kegiatan discharge planning yang sudah dilakukan
antara lain : penjelasan tentang kontrol setelah KRS,namun hanya pada
beberapa pasien dan terdokumentasikan dalam status pasien/ tidak ada

121
arsip discharge planning yang tersimpan untuk ruangan. Kegiatan
discharge planning yang belum dilakukan antara lain : penjelasan tentang
obat, aktivitas dan perawatan setelah di rumah, , belum ada leaflet yang
membahas tentang penyakit dan perawatan di rumah dan belum adanya
kemauan perawat untuk memberikan penkes kepada pasien dan keluarga
mulai dari pasien datang hingga pulang.
8. Dokumentasi Keperawatan (LARB/ Lengkap, Akurat, Relevan, Baru)
Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
Bougenville yang diterapkan sudah memiliki sistem yang baik. Model
pendokumentasian asuhan keperawatan yang digunakan adalah model
POR (Problem Oriented Record) yaitu model dokumentasi keperawatan
yang memuaskan data menurut masalah klien. Selain itu juga tersedianya
sarana dan prasarana untuk tenaga kesehatan seperti tenaga administratif
dan lembar dokumentasi. Dalam dokumentasi keperawatan, pengkajian
menggunakan model ROS dan diagnose keperawatan sampai evaluasi
menggunakan SOAP. Ruang Bougenville system pendokumentasian
sudah menggunakan sistem komputerisasi yang dilengkapi dengan SAK
dengan system print out dan SOP juga tersedia.
Akan tetapi tersedianya fasilitas yang cukup memenuhi syarat
ternyata belum diikuti dengan pelaksanaan yang maksimal, seperti : (1)
untuk SOP tidak diletakkan di dekat alat-alat yang digunakan untuk
perawatan. Hal ini dimaksudkan supaya perawat dalam melaksanakan
perawatan tidak meninggalkan standart yang sudah tersedia, (2) format
pengkajian yang sudah tersedia tidak segera diisi ketika pasien masuk,
(3) SAK tidak segera diperbaharui ketika terjadi perubahan pada
diagnose keperawatan/ masalah pasien, (4) pengawasan terhadap
pendokumentasian di ruang Bougenville belum dilaksanakan secara
maksimal.
Di RSD Mardi Waluyo Blitar memberikan kemudahan kepada
perawat dalam mengikuti pelatihan khususnya manajemen dan IT, di
ruang Bougenville juga terdapat mahasiswa PSIK yang melakukan
praktek manajemen yang mengembangkan sistem dokumentasi model

122
POR (SOAP)dan perawat ruangan menerima secara terbuka serta mau
bekerjasama dengan baik.
Salah satu hambatan yang menyebabkan proses dokumentasi tidak
maksimal yaitu beban kerja yang tinggi dan mobilitas pasien yang cepat
menyebabkan waktu untuk pencatatan dan pelaporan menjadi lebih
sedikit. Padahal pendokumentasian merupakan aspek legal bagi perawat.
3.2.4 Pembiayaan (M4/MONEY)
Pengelolahan RSD Mardi Waluyo Blitar dikelola oleh pemerintah.
Pengadaan dana bagi ruangan dan operasional ruangan didapat dari
pemerintah, kerjasama dengan asuransi (BPJS).
Tabel 2.25Biaya Perawatan dan Tarif Ruangan di Ruang Bougenvile
NO NAMA/JENIS TINDAKAN JASA SARANA JASA PELAYANAN TARIP
.
I. RETRIBUSI AKOMODASI PERAWATAN PER HARI
1. KELAS I 80.000 20.000 100.000
2. KELAS II 48.000 12.000 60.000
3. KELAS III 24.000 6.000 30.000
II. RETRIBUSI VISITE DOKTER PER KUNJUNGAN
1. KELAS I 7.000 28.000 35.000
2. KELAS II 4.000 16.000 20.000
3. KELAS III 2.000 8.000 10.000
III. RETRIBUSI JASA PERAWATAN PER HARI
1. KELAS I 2.000 8.000 10.000
2. KELAS II 1.200 4.800 6.000
3. KELAS III 600 2.400 3.000
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

Tabel 2.26Retribusi Jasa Pelayanan Ruang Bougenvile


NO. URAIAN INTERMIDIET KELAS I KELAS II KELAS III
1 Kamar 100.000 100.000 60.000 30.000
2 Jasa Perawat 10.000 10.000 6.000 3.000
3 Visite/konsul 50.000 35.000 20.000 10.000
4 Map 10.000 10.000 10.000 10.000
5 ECG 40.000 23.000 23.000 16.000
6 KM 10.000 10.000 10.000 10.000
7 Gizi 7.500 7.500 7.500 3.000
8 Syringe pump 32.000 32.000 26.000 20.000
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014

Tabel 2.27Biaya Perawatan dan Tindakan di Ruang Bougenvile


NO. URAIAN INTERMIDIET KELAS I KELAS II KELAS III
1 Injeksi 15.000 15.000 15.000 10.000
2 Skin test 11.000 11.000 9.000 7.000
3 Pasang infus 32.000 32.000 26.000 20.000

123
4 Pasang tranfusi 16.500 16.500 16.500 16.500
set
5 Pasang cateter 16.000 16.000 13.000 10.000
6 Pasang O2 12.000 12.000 10.000 7.500
7 Pasang NGT 28.000 28.000 23.000 17.500
8 Psg./lepas traksi 40.000 40.000 28.000 22.000
9 Psg./lepas tampon 35.000 35.000 24.500 19.000
10 Psg. Spalk 50.000 50.000 35.000 28.000
panjang
11 Psg. Spalk pendek 40.000 40.000 28.000 22.000
12 Pasang Mayo 9.000 9.000 9.000 9.000
13 Psg. Ransel 15.000 15.000 15.000 15.000
verban
14 Pasang SPP 15.000 15.000 15.000 15.000
15 Rawat infus 12.000 12.000 10.000 8.000
16 Rawat cateter 8.000 8.000 6.500 5.000
17 Rawat luka 40.000 48.000 38.000 28.000
18 Rawat ganggren 59.000 59.000 48.000 37.000
19 Rawat combustio
- < 15% 55.000 55.000 38.500 31.000
- 15-30% 80.000 80.000 56.000 45.000
- >30% 140.000 140.000 98.000 78.000
20 Rawat jenazah 16.000 16.000 13.000 10.000
21 Ganti cairan 16.000 16.000 13.000 10.000
22 Ambil darah vena 16.000 16.000 13.000 10.000
23 Nekrotomi 70.000 70.000 49.500 39.000
24 Angkat jahitan 25.000 25.000 17.500 14.000
25 Lavemen 59.000 59.000 48.000 37.000
26 Nebulizer 25.000 40.000 25.000 25.000
27 Suction 24.000 24.000 19.500 15.000
28 Cek GDA stik 33.500 33.000 27.000 21.000
29 Kumbah lmbg/GC 59.000 59.000 48.000 37.000
30 Kompres 10.000 10.000 7.000 6.000
31 Tranfusi darah 16.200 16.200 16.200 16.200
32 Diit per sonde 24.000 24.000 19.500 15.000
33 Regulasi 90.000 90.000 70.000 60.000
34 RJP 100.000 96.000 78.000 6.000
35 Lepas infus 16.000 16.000 13.000 10.000
36 Lepas cateter 16.000 16.000 13.000 10.000
37 Lepas drain 32.000 32.000 26.000 20.000
38 Lepas WSD 71.000 71.000 71.000 71.000
39 Supposutoria 22.500 22.500 18.000 14.000
40 Kasur angin 13.000 13.000 13.000 13.000
41 Obs TTV 15.000 15.000 13.000 10.000
42 Paket diit per
NGT
- psg NGT
- Makan/hr NGT 60.000 60.000 50.000 15.000
43 Pre Op I
- psg infus,skiren 30.000 30.000 22.5000 15.000
44 Pre Op II
- psg infus,
cateter, skiren, 75.000 75.000 57.500 39.000
lavemen
45 Post Op I
- rwt luka, 45.000 45.000 35.000 27.000

124
obsrvasi
46 Post Op II
- rwt luka,
60.000 60.000 45.000 31.500
obsrvasi
47 Paket HM
- NGT, GC,
90.000 90.000 70.000 49.000
lavemen
Data Sekunder : Administrasi Ruang Bougenvile tahun 2014
3.2.5 Pemasaran (M5/MARKETING)
1. Sistem Pemasaran
Berdasarkan pengkajian pada hari selasa - rabu, tanggal 16- 18 juni
2014 dalam hal marketing RSD Mardi Waluyo cukup baik. Warga
menyatakan memilih RSD Mardi Waluyo sebagai tempat berobat karena
letak RSD Mardi Waluyo yang strategis yakni dekat dengan pusat kota
sangat menguntungkan,selain itu masyarakat bisa menggunakan jasa
ASKES, UMUM, JAMSOSTEK,TELKOM, dan bangunan RSD Mardi
Waluyo yang megah menjadi daya tarik bagi masyarakat.
Dalam sistem pemasarannya, upaya promosi yang dilakukan RSD
Mardi Waluyo antara lain bekerja sama dengan poliklinik milik RS yang
melalukan siaran lewat boardcasting. Penyebaran brosur- brosur RS juga
dilakukan sebagai bagian dari upaya promosi. RSD Mardi Waluyo juga
menyediakan pengobatan gratis bagi masyarakat yang memiliki ASKES.
RSD Mardi Waluyo bekerja sama dengan JAMSOSTEK,
JAMKESDA, JAMKESMAS, ASKES, dan TELKOM.
2. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari selasa - kamis, tanggal 17-
19 Juni 2014, didapatkan gambaran kapasitas pelayanan rawat inap
Ruang bougenfil 4 bulan terahir, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.28 Gambaran Umum Jumlah pelayanan rawat inap bulan februari 2014

KASUS
NO URAIAN BDH KLTK Lain-
saraf TH8T Mata total
saraf LMN lain
1 Jumlah TT 9 8 3 3 1 24 T.tidur
2 Pasien awal bulan 9 0 0 0 0 6 15 Orang
3 Pasien masuk 51 33 4 31 0 49 171 Orang
4 Pasien keluar (H+M) 50 28 4 29 0 53 167 Orang
5 Pasien keluar hidup 38 23 4 29 0 51 145 Orang
6 Pasien keluar mati 11 7 0 0 0 2 22 Orang
< 48 JAM 7 6 0 0 0 2 16 Orang

125
>48 JAM 4 1 0 0 0 0 6 Orang
7 Jumlah lama dirawat 211 86 8 34 0 194 534 Hari
8 Pasien akir bulan 10 5 0 2 0 2 19 Orang
9 Jumlah hari
223 94 8 41 0 188 497 Hari
prwtn(HP)
10 Max. Sensus harian 10 8 1 4 0 12 24 Orang
11 Jumlah hari bln ini 28 28 28 28 28 28 28 Hari
12 Rata –rata pasien 1 7.193
3.0323 0.258 1.323 0 6.068 17,74 Orang
hari 5
13 BOR 88.49 ####
41.964 9.524 48.41 0 73.96 %
2 #
14 Rata –rata lama di
4.22 3.0714 2 1.172 ##### 3.66 3.20 Hari
rwt/ Alos
15 BTO 5.555 ####
3.5 1.333 9.667 0 6.96 Kali
6 #
16 TOI (9XTT)-7/H+M 0.58 4.6429 19 1.483 ##### -3.55 1.05 Hari
17 NDR 80 35.714 0 0 ##### 0 35.93 %
18 GDR 131.7
220 250 0 0 ##### 37.74 %
4
Data sekunder tahun 2014

Tabel 2.29 Gambaran Umum Jumlah pelayanan rawat inap pada bulan
maret 2014
KASUS
NO URAIAN BDH KLTK Lain-
saraf THT Mata Total
saraf LMN lain
1 Jumlah TT 9 8 3 3 1 24 T.tidur
2 Pasien awal bulan 10 2 0 2 0 3 19 Orang
3 Pasien masuk 71 23 3 29 0 35 163 Orang
4 Pasien keluar (H+M) 74 21 3 30 0 33 164 Orang
5 Pasien keluar hidup 59 19 3 30 0 31 145 Orang
6 Pasien keluar mati 15 2 0 0 0 2 19 Orang
< 48 JAM 7 2 0 0 0 1 10 Orang
>48 JAM 8 0 0 0 0 1 9 Orang
7 Jumlah lama dirawat 304 72 7 36 0 120 563 Hari
8 Pasien akir bulan 7 4 0 1 0 5 18 Orang
9 Jumlah hari 296 77 7 35 0 118 561 Hari
prwtn(HP)
10 Max. Sensus harian 14 4 1 3 0 8 24 Orang
11 Jumlah hari bln ini 31 31 31 31 31 31 31 Hari
12 Rata –rata pasien 1 9.548 2.4839 0.226 1.129 0 3.806 18.10 Orang
hari 4
13 BOR 106.0 31.048 7.527 37.63 0 #### 75.40 %
9 #
14 Rata –rata lama di 4.108 3.4286 2.333 1.2 ##### 3.636 3.43 Hari
rwt/ Alos 1
15 BTO 8.222 2.625 1 10 0 #### 6.83 Kali
2 #
16 TOI (9XTT)-7/H+M - 8.1429 28.67 1.933 ##### -3.58 1.12 Hari
0.229
7
17 NDR 108.1 0 0 0 ##### 30.3 5.49 %
1

126
18 GDR 202.7 96.238 0 0 ##### 60.61 11.59 %
Data sekunder tahun 2014

Tabel 2.29 Gambaran Umum Jumlah pelayanan rawat inap pada bulan
april 2014
KASUS
NO URAIAN BDH KLTK Lain-
saraf THT Mata Total
saraf LMN lain
1 Jumlah TT 9 8 3 3 1 24 T.TDR
2 Pasien awal bulan 7 4 0 1 0 6 18 Orang
3 Pasien masuk 56 37 4 33 1 24 157 Orang
4 Pasien keluar (H+M) 61 35 4 32 1 26 159 Orang
5 Pasien keluar hidup 47 31 4 32 1 25 140 0rang
6 Pasien keluar mati 14 4 0 0 0 1 19 Orang
< 48 JAM 6 3 0 0 0 0 9 Orang
>48 JAM 8 1 0 0 0 1 10 Orang
7 Jumlah lama dirawat 319 190 11 39 3 106 657 Hari
8 Pasien akir bulan 2 6 0 2 0 4 16 Orang
9 Jumlah hari 240 156 10 35 3 113 616 Hari
prwtn(HP)
10 Max. Sensus harian 11 8 1 3 1 7 25 Orang
11 Jumlah hari bln ini 30 30 30 30 30 30 30 Hari
12 Rata –rata pasien 1 7.7419 5.0322 0.323 1.129 0.097 3.645 20.53 Orang
hari 3
13 BOR 88.889 65 11.11 38.89 10 #### 85.56 %
#
14 Rata –rata lama di 5.2295 5.4286 2.75 1.121 3 4.077 4.13 Hari
rwt/ Alos 9
15 BTO 6.7778 4.375 1.333 10.67 1 #### 6.63 Kali
#
16 TOI (9XTT)-7/H+M 0.4918 2.4 20 1.719 27 -4.35 0.65 Hari
17 NDR 131.15 28.571 0 0 0 38.46 6.29 %
18 GDR 229.51 114.29 0 0 0 38.46 11.95 %
Data sekunder tahun 2014
Gambaran Umum Jumlah pelayanan rawat inap pada bulan mei 2014
KASUS
NO URAIAN BDH KLTK Lain-
saraf THT Mata total
saraf LMN lain
1 Jumlah TT 9 8 3 3 1 24 T.TDR
2 Pasien awal bulan 7 4 0 1 0 6 18 Orang
3 Pasien masuk 56 37 4 33 1 24 157 Orang
4 Pasien keluar (H+M) 61 35 4 32 1 26 159 Orang
5 Pasien keluar hidup 47 31 4 32 1 25 140 0rang
6 Pasien keluar mati 14 4 0 0 0 1 19 Orang
< 48 JAM 6 3 0 0 0 0 9 Orang
>48 JAM 8 1 0 0 0 1 10 Orang
7 Jumlah lama dirawat 319 190 11 39 3 106 657 Hari
8 Pasien akir bulan 2 6 0 2 0 4 16 Orang
9 Jumlah hari 240 156 10 35 3 113 616 Hari
prwtn(HP)
10 Max. Sensus harian 11 8 1 3 1 7 25 Orang

127
11 Jumlah hari bln ini 30 30 30 30 30 30 30 Hari
12 Rata –rata pasien 1 7.741 5.0322 0.323 1.129 0.097 3.645 20.53 Orang
hari 9 3
13 BOR 88.88 65 11.11 38.89 10 #### 85.56 %
9 #
14 Rata –rata lama di 5.229 5.4286 2.75 1.121 3 4.077 4.13 Hari
rwt/ Alos 5 9
15 BTO 6.777 4.375 1.333 10.67 1 #### 6.63 Kali
8 #
16 TOI (9XTT)-7/H+M 0.491 2.4 20 1.719 27 -4.35 0.65 Hari
8
17 NDR 131.1 28.571 0 0 0 38.46 6.29 %
5
18 GDR 229.5 114.29 0 0 0 38.46 11.95 %
1
Data sekunder tahun 2014

Berdasarkan hasil pengkajian pada hari selasa - kamis, tanggal 17-


19 Juni 2014, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur Ruang
Bougenvile, yaitu 24 tempat tidur dan 3 ekstra tempat tidur dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.28 Gambaran Umum Jumlah Tempat Tidur di Ruang Bougenvile
Tanggal 17 Juni 2014
No. Shift Jumlah Tempat Tidur BOR
1. Pagi 24 (3 bed kosong) 24/27x100%= 88,89 %
Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel pada tanggan 17 Juni 2014 didapatkan rata-rata
jumlah tempat tidur yang terpakai yaitu 88,89 %

Tabel 2.29 Gambaran Umum Jumlah Tempat Tidur di Ruang Bougenvile


Tanggal 18 Juni 2014
No. Shift Jumlah Tempat Tidur BOR
1. Pagi 25 (2 bed kosong) 25/2725x100%=92,59 %
Data primer tahun 2014
Berdasarkan table pada tanggal 18 Juni didapatkan rata-rata jumlah
tempat tidur yang terpakai yaitu 92,59 %

Tabel 2.30 Gambaran Umum Jumlah Tempat Tidur Pasien Kelolaan


Mahasiswa Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang
Bougenvile Tanggal 19 Juni 2014

128
No. Shift Jumlah Tempat Tidur BOR
1. Pagi 24 (3 bed kosong) 24/27x100%=88,89 %
Data primer tahun 2014
Berdasarkan table pasien kelolaan pada tanggal 19 Juni 2014
didapatkan rata-rata jumlah tempat tidur yang terpakai yaitu 88,89%
1. Jumlah kasus terbanyak
- 10 kasus terbanyak di ruangan Bougenvile bulan februari 2014
NO JENIS PENYAKIT JMLH ORANG
1 CVA 34
2 KATARAK 24
3 DM 12
4 VERTIGO 6
5 CKD 6
6 HT 5
7 COB 4
8 TONSILEKTOMI 4
9 COR 3
10 GASTRITIS 3
Data sekunder tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas pada bulan februari total jumlah
kasus terbanyak yaitu CVA , berjumlah 34, katarak 24, DM 12
pasien.
- 10 kasus terbanyak di ruangan Bougenvile bulan maret 2014
NO JENIS PENYAKIT JMLH ORANG
1 CVA 53
2 KATARAK 27
3 VERTIGO 7
4 CKD 5
5 DM 4
6 SDH 4
7 COR 3
8 EPILEPSI 3
9 OF 2
10 HF 2
Data sekunder tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas pada bulan maret kasus penyakit
yang terbanyak CVA dengan total pasien, berjumlah 34, katarak
27, vertigo 7 pasien.
- 10 kasus terbanyak di ruangan Bougenvile bulan april 2014
NO JENIS PENYAKIT JMLH ORANG
1 CVA 53
2 KATARAK 32
3 VERTIGO 6
4 SKULL DEFECT 5

129
5 ICH 4
6 DM 3
7 COMATIO CEREBRI 3
8 TONSILEKTOMI 3
9 DYSPEPSI SYNDRUM 3
10 TU CEREBRI 2
Data sekunder tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas pada bulan april total jumlah kasus
terbanyak yaitu CVA , berjumlah 53, katarak, 32, vertigo 6 pasien.
- 10 kasus terbanyak di ruangan Bougenvile bulan mei 2014
NO JENIS PENYAKIT JMLH ORANG
1 CVA 51
2 KATARAK 24
3 DM 13
4 CKR 6
5 GASTRITIS 6
6 HF 5
7 HT 5
8 TONSILEKTOMI 4
9 EDH 4
10 VERTIGO 4
Data sekunder tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas pada bulan mei ,total jumlah kasus
terbanyak yaitu CVA , berjumlah 51, katarak 24, DM 13 pasien.
 Jumlah pasien askes, umum, gakin, tagihan di ruangan Bougenvile
Gambaran Umum Jumlah pelayanan menggunakan jaminan
rawat inap pada Februari 2014
NO CARA BAYAR JUMLAH
1 KELAS 1
ASKES 43 orang
UMUM 13 orang
JAMSOSTEK 0 orang
TELKOM 1 orang
57
2 KELAS 11
ASKES 18 orang
UMUM 16 orang
JAMSOSTEK 0 orang
TELKOM 0 orang
34
3 KELAS 111
UMUM 42 orang
JAMKESMAS
KOTA 12 orang
KABUPATEN 17 orang
LUAR 1 orang
JAMKESDA
KOTA 8 orang

130
KABUPATEN 0 orang
80
TOTAL 171 orang

Gambaran Umum Jumlah pelayanan menggunakan jaminan


rawat inap pada bulan maret 2014
NO CARA BAYAR JUMLAH LAMA DIRAWAT
1 KELAS 1
ASKES 40 orang 119 hari
UMUM 5 orang 16 hari
JAMSOSTEK 0 orang 0 hari
TELKOM 1 orang 5 hari
JUMLAH 36 orang 140

2 KELAS II
ASKES 15 orang 58 hari
UMUM 15 orang 45 hari
JAMSOSTEK 0 orang 0 hari
TELKOM 0 orang 0 hari
JUMLAH 30 orang 103

3 KELAS III
UMUM 30orang 86 hari
JAMKESMAS
- KOTA 7 orang 30 hari
- KAB 49 orang 164 hari
- LUAR 4 orang 9 hari

JAMKESDA
- KOTA 8 orang 32 hari
- KAB 0 orang 0 hari
JUMLAH 98 321
TOTAL 164 orang 564 hari

Gambaran Umum Jumlah pelayanan menggunakan jaminan


rawat inap pada bulan april 2014
NO CARA BAYAR JUMLAH
1 KELAS 1
ASKES 22
UMUM 13
JAMSOSTEK 0
TELKOM 0
35
2 KELAS 11
ASKES 19
UMUM 11
JAMSOSTEK 0
TELKOM 0

3 KELAS 111
UMUM 35

131
JAMKESMAS -
KOTA 15
KABUPATEN 37
LUAR 0
JAMKESDA
KOTA 5
KABUPATEN 0
TOTAL 157

Gambaran Umum Jumlah pelayanan menggunakan jaminan


rawat inap pada bulan mei 2014
NO CARA BAYAR JUMLAH
1 KELAS 1 38 ORANG
ASKES 21 ORANG
UMUM 0 ORANG
JAMSOSTEK 0 ORANG
TELKOM 0 ORANG
59
2 KELAS 11
ASKES 20 ORANG
UMUM 15 ORANG
JAMSOSTEK 0 ORANG
TELKOM 0 ORANG
35
3 KELAS 111
UMUM 38 ORANG
JAMKESMAS
KOTA 12 ORANG
KABUPATEN 41 ORANG
LUAR 5 ORANG
JAMKESDA
KOTA 7 ORANG
KABUPATEN 0 ORANG
TOTAL 197
ORANG
3. Mutu Pelayanan Keperawatan
Tingkat kepuasan pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap
kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang
berisi 23 soal berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan
mencakup pemberiaan penjelasan orientasi ruangan, pemberian
penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama
memberikan asuhan keperawatan, jawaban pada pertanyaan pilihan
terdiri atas tiga jawaban yaitu “setuju”, sangat setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Adapun indicator kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner yang berjumlah 17

132
pertanyaaan, masing-masing pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban
kemudian ditotal tiap-tiap responden dan dijumlah secara keseluruhan.

3.3 Analisis SWOT


1. M1 (Ketenagaan)
a. Penentuan Bobot
Skala
No Faktor Strategi K SP x K Bobot
prioritas
1. M1 (Ketenagaan)
Faktor intenal (IFAS)
STRENGTH
a. Adanya 13 tenaga keperawatan 4 4 16 16/40 = 0,4
(kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana) dengan tingkat
pendidikan:
S1 = 2 Orang
D3 = 11 Orang
b. Adanya 2 tenaga magang dengan 1 4 4 4/40 = 0,1
tingkat pendidikan:
D3 = 2 Orang
c. Tenaga keperawatan di ruang 2 4 8 8/40 = 0,2
bougenvile sebagian besar 61,5%
pernah mengikuti pelatihan MAKP
d. Tenaga keperawatan yang bekerja di 3 4 12 12/40 = 0,3
ruang bougenvile sudah memiliki
pengalaman kerja yang tinggi
sehingga mampu mengelola pasien
dengan baik
Jumlah 40 1
WEAKNESS
a. Jumlah perawat masih belum 3 3 9 9/18 = 0,5
sebanding dengan jumlah pasien,
jumlah perawat yang dibutuhkan per
hari yang bertugas di ruang
bougenvile 16-17 orang sedangkan
jumlah perawat 15 orang jadi
kekurangan perawat 1-2 orang
b. Tenaga keperawatan di ruang 2 3 6 6/18 = 0,3
bougenvile sebagian besar 84,6 %
berlatar pendidikan D3.
c. Tenaga keperawatan di ruang 1 3 3 3/18 = 0,2
bougenvile sebagian besar belum
pernah mengikuti pelatihan yang
menunjang skill dalam keperawatan.
(misalnya mengikuti latihan-latihan
seperti BCLS dll)
Jumlah 18 1
Faktor eksternal (EFAS)
OPPRTUNITY
a. Terdapat mahasiswa yang melakukan 4 4 16 16/40 = 0,4
praktik manajemen keperawatan.
b. Adanya mahasiswa yang praktik di 3 4 12 12/40 = 0,3

133
ruangan
c. Kepala ruangan dan staffnya 2 4 8 8/40 = 0,2
menerima dengan baik dan
memfasilitasi mahasiswa manajemen
dan praktik di ruangan.
d. Adanya kerja sama antara perawat 1 4 4 4/40 = 0,1
ruangan dan mahasiswa.
Jumlah 40 1
THREAT
a. Adanya tuntutan dari pasien untuk 1 3 3 3/18 = 0,2
pelayananan yang lebih profesional.
b. Makin tingginya kesadaran 2 3 6 6/18 = 0,3
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
c. Persaingan antar rumah sakit dalam 3 3 9 9/18 = 0,5
bidang pelayanan
Jumlah 18 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam tabel berikut :


No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1. M1 (Ketenagaan) S-W
Faktor intenal (IFAS) 3,3 – 3,1 = 0,2
STRENGTH
a. Adanya 13 tenaga keperawatan 0,4 4 1,6
(kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana) dengan tingkat
pendidikan:
S1 = 2 Orang
D3 = 11 Orang
b. Adanya 2 tenaga magang dengan 0,1 2 0,2
tingkat pendidikan:
D3 = 2 Orang
c. Tenaga keperawatan di ruang 0,2 3 0,6
bougenvile sebagian besar 61,5%
pernah mengikuti pelatihan MAKP
d. Tenaga keperawatan yang bekerja di 0,3 3 0,9
ruang bougenvile sudah memiliki
pengalaman kerja yang tinggi
sehingga mampu mengelola pasien
dengan baik
Jumlah 1 12 3,3
WEAKNESS
a. Jumlah perawat masih belum 0,5 4 2
sebanding dengan jumlah pasien,
jumlah perawat yang dibutuhkan per
hari yang bertugas di ruang
bougenvile 16-17 orang sedangkan
jumlah perawat 15 orang jadi
kekurangan perawat 1-2 orang
b. Tenaga keperawatan di ruang 0,3 3 0,9
bougenvile sebagian besar 84,6 %
berlatar pendidikan D3.
c. Tenaga keperawatan di ruang
bougenvile sebagian besar belum 0,2 1 0,2
pernah mengikuti pelatihan yang

134
menunjang skill dalam keperawatan.
(misalnya mengikuti latihan-latihan
seperti BCLS dll)
Jumlah 1 8 3,1
Faktor eksternal (EFAS)
OPPRTUNITY
a. Terdapat mahasiswa yang melakukan 0,4 3 1,2
praktik manajemen keperawatan.
b. Adanya mahasiswa yang praktik di 0,3 2 0,6
ruangan
c. Kepala ruangan dan staffnya 0,2 3 0,6
menerima dengan baik dan
memfasilitasi mahasiswa manajemen
dan praktik di ruangan.
O-T
d. Adanya kerja sama antara perawat 0,1 3 0,3
2,7 – 2,2 = 0,5
ruangan dan mahasiswa.
Jumlah 1 9 2,7
THREAT
a. Adanya tuntutan dari pasien untuk 0,2 3 0,6
pelayananan yang lebih profesional.
b. Makin tingginya kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
c. Persaingan antar rumah sakit dalam 0,5 2 1
bidang pelayanan
Jumlah 1 7 2,2

2. M2 (Sarana Prasarana)
a. Penentuan bobot
Skala
No. Faktor strategi Interna K SP x K Bobot
prioritas
2. Faktor Internal (IFAS)
STRENGHT
a. Tersedianya ners stasion 1 3 3 3/18= 0,17
b. Tersedianya sarana rekam medik 2 3 6 6/18 =033
buku injeksi, lembar dokumentasi,
buku timbang terima.
c. Mempunyai peralatan oksigen dan 3 3 9 9/18 = 0,5
serta perawat ruangan mampu
menggunakan sesuai SOP
JUMLAH 18 1
WEAKNESS
a. SOP tidak diletakkan didekat alat 1 6 6 6/126= 0,048
atau ditempelkan ditempat yang
mudah dibaca dan belum digunakan
secara maksimal. 12/126 =
b. Sarana prasarana ruangan pasien 2 6 12 0,095
sebagian ada yang belum optimal
c. Belum mempunyai mesin EKG 3 6 18 18/126 =
khusus ruang Boegenville 0,143
d. Pengelolaan sampah ruangan kurang 4 6 24 24/126 =
maksimal antara sampah medis dan 0,190
non medis
e. Belum ada lefleat untuk pasien yg 5 6 30 30/126 = 0,
akan pulang. 238

135
f. Pengelolaan alat-alat konsumable 6 6 36 36/126 =
(obat-obatan habis pakai) kurang 0,286
maksimal.
JUMLAH 126 1
External factor analysis strategi ( EFAS )
OPPORTUNITY
a. Mempunyai kapasitas 27 bed 1 2 2 2/6 = 0.33
b. Tersedianya dana untuk perbaikan 2 2 4 4/6 = 0.67
dan penggantian alat-alat yang tidak
layak dipakai/rusak
JUMLAH 6 1
THEARTENED
a. Tuntutan dari masyarakat untuk 1 3 3 3/18= 0,17
mendapatkan pelayanan yang
profesional
b. Adanya tuntuntan yang tinggi dari 2 3 6 6/18 =033
pasien untuk memberikan sarana
prasarana yang memadai
c. Sebagai ruang bedah syaraf adanya 3 3 9 9/18 = 0,5
kesenjangan antara jumlah pasien
dengan peralatan yang diperlukan.
JUMLAH 18 1

No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x rating


2. Faktor Internal (IFAS)
STRENGHT
a. Tersedianya ners stasion 0,17 4 0,68
b. Mempunyai peralatan oksigen dan serta 0,33 4 1,32
perawat ruangan mampu menggunakan
sesuai SOP
c. Tersedianya sarana rekam medik buku 0,5 3 1,5
injeksi, lembar dokumentasi, buku
timbang terima.
JUMLAH 1 11 3,5
WEAKNESS
a. SOP tidak diletakkan didekat alat atau 0,05 3 0,15
S–W
ditempelkan ditempat yang mudah
3,5 -3,29 =
dibaca dan belum digunakan secara
0,21
maksimal.
b. Sarana prasarana ruangan pasien 0,09 3 0,27
sebagian ada yang belum optimal
c. Belum mempunyai mesin EKG khusus 0,14 3 0,42
ruang Boegenville
d. Pengelolaan sampah ruangan kurang 0,19 3 0,57
maksimal antara sampah medis dan non
medis
e. Belum ada lefleat untuk pasien yg akan 0,24 3 0,72
pulang.
f. Pengelolaan alat-alat konsumable (obat- 0,29 4 1,16
obatan habis pakai).
JUMLAH 1 10 3,29
External factor analysis strategi O-T
( EFAS ) 2,33 – 2,5
OPPORTUNITY = -0,17
a. Mempunyai kapasitas 27 bed 0,33 3 0,99
b. Tersedianya dana untuk perbaikan dan 0,67 2 1,34

136
penggantian alat-alat yang tidak layak
dipakai/rusak
JUMLAH 1 5 2,33
THEARTENED
a. Tuntutan dari masyarakat untuk 0,17 3 0,51
mendapatkan pelayanan yang
profesional
b. Adanya tuntuntan yang tinggi dari 0,33 3 0,99
pasien untuk memberikan sarana
prasarana yang memadai
c. Sebagai ruang bedah syaraf adanya 0,5 2 1
kesenjangan antara jumlah pasien
dengan peralatan yang diperlukan.
JUMLAH 1 2,5

3. M3 (Methode)
a. Penentuan bobot :
Skala
Faktor strategi internal K SP x K Bobot
Prioritas
M3 – METODE
MAKP
Internal Factor ( IFAS)
STRENGE
a. Ruang Bougenville Mardi Waluyo Blitar 1 4 4 4/40=0,1
saat ini menerapkan model asuhan
keperawatan MAKP Tim Modifikasi.
b. Tim sudah memakai anggota yang 4 4 16 16/40=0,4
berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan.
c. Komposisi tenaga pada saat shift sudah 2 4 8 8/40=0,2
terbagi meliputi tenaga senior dan yunior
pada saat shift.
d. Diskusi tim untuk memecahkan masalah 3 4 12 12/40=0,3
dan anggota tim dalam melayani pasien
perawat bersikap sopan dan ramah.
Total 40 1
WEAKNESS
a. Shift sore dan malam belum 2 2 4 4/6=0,667
dikatagorikan sebagai model MAKP
Tim Modifikasi karena ketua tim
kadang-kadang tidak ada dalam shift
tersebut.
b. Pembagian tugas tidak sesuai dengan job 1 2 2 2/6=0,333
description.
Total 6 1
External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 1 1 1/1=1
a. Adanya dukungan dari rumah sakit
terhadap profesionalisasi keperawatan.
Total 1 1
1 2 2 2/6=0,333
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat yang semakin
tinggi terhadap peningkatan pelayanan 2 2 4 4/6=0,667
keperawatan yang lebih professional.

137
b. Semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum.
Total 6 1

b. Semua hasil di atas dimasukkan dalam table berikut :


Faktor strategi internal BOBOT RATING Bobot x Rating
MAKP
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Ruang Bougenville Mardi Waloyo Blitar 0,1 3 0,3
sampai saat ini menerapkan model
asuhan keperawatan MAKP Tim
Modifikasi.
b. Tim sudah memakai anggota yang 0,4 3 1,2
berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan.
c. Komposisi tenaga pada saat shift sudah 0,2 4 0,8
terbagi meliputi tenaga senior dan yunior
pada saat shift.
S-W
d. Diskusi tim untuk memecahkan masalah 0,3 3 0,9
yang terjadi sudah dilakukan dan
3,2 – 2 =
anggota tim dalam melayani pasien
1,2
perawat bersikap sopan dan ramah.
Jumlah 3,2
WEAKNESS
a. Shift sore dan malam belum 0,67 2 1,34
dikatagorikan sebagai model MAKP
Tim Modifikasi karena ketua tim
kadang-kadang tidak ada dalam shift
tersebut.
b. Pembagian tugas tidak sesuia dengan job 0,33 2 0,66
description.
Jumlah 2 2
OPPORTUNITY
a. Adanya dukungan dari rumah sakit 1 4 4 O-T
untuk meningkatkan profesionalisasi 4-1,66 =
keperawatan 2,34
Jumlah 4
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat yang semakin
tinggi terhadap peningkatan pelayanan 0,67 1 0,67
keperawatan yang lebih professional.
b. Semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum. 0,33 3 0,99
Jumlah 1,66

M3 – METODE (Dokumentasi)
a. Penentuan bobot :
Skala K SP x K Bobot
Faktor strategi internal
Prioritas
Dokumentasi Keperawatan
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Dokumentasi sudah dilakukan di Ruang 5 5 25 25/75=0,33
Bougenville

138
b. Model pendekomentasian asuhan 4 5 20 20/75=0,27
keperawatan yang digunakan adalah
model POR (Problem Oriented Record)
c. Tersedianya sarana dan prasarana untuk 1 5 5 5/75=0,07
tenaga kesehatan dan lembar
dokumentasi.
d. Dokumentasi keperawatan, pengkajian 3 5 15 15/75=0,2
menggunakan model ROS (record
oriented sources) dan diagnose
keperawatan sampai evaluasi.
e. Sistem pendekomentasian administrasi 2 5 10 10/75=0,13
sudah menggunakan sistem
komputerisasi.
Jumlah 15 75 1

WEAKNESS
a. SOP tidak diletakkan didekat alat-alat 2 4 8 8/24=0,33
yang digunakan untuk keperawatan.
b. Perumusan diagnose mayoritas hanya 3 4 12 12/24=0,5
mengangkat satu masalah keperawatan.
c. Pengawasan terhadap pendokumentasian 1 4 4 4/24=0,17
belum dilaksanakan secara maksimal.
Jumlah 6 24 1
External Factor Analysis Strategic
(EFAS)
OPORTUNITY
a. Terdapat mahasiswa keperawatan yang 2 2 4 4/6=0,67
melakukan praktek manajemen
keperawatan.
b. Adanya kerjasama antar mahasiswa 1 2 2 2/6=0,33
dengan perawat ruangan.
Jumlah 6 1
THREATENED
a. Tingkat ketergantungan pasien yang 2 2 4 4/6=0,67
tinggi menyebabkan waktu untuk
pencatatan dan pelaporan menjadi lebih
sedikit.
b. Tingginya jumlah pasien serta 1 2 2 2/6=0,33
minimalnya tenaga perawat sehingga
pencatatan dan pelaporan membutuhkan
waktu yang lebih.
Jumlah 6 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam tabel berikut :


Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x rating
Dokumentasi Keperawatan
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Dokumentasi sudah dilakukan di Ruang 0,33 4 1,32 S-W
Bougenville. 3,06-
b. Model pendokumentasian asuhan 0,27 2 0,54 1,98=1,08
keperawatan yang digunakan adalah
model POR (Problem Oriented Record)
c. Tersedianya sarana dan prasarana untuk 0,07 4 0,28
tenaga kesehatan dan lembar
dokumentasi.
d. Dokumentasi keperawatan, pengkajian 0,2 2 0,4

139
menggunakan model ROS (Persistem)
dan diagnose keperawatam sampai
evaluasi.
e. Sistem pendokumentasian administrastif 0,13 4 0,52
sudah menggunakan sistem
komputerisasi.
Jumlah 1 3,06
WEAKNESS
a. SOP tidak dilektakkan didekat alat-alat 0,33 2 0,66
yang digunakan untuk keperawatan.
b. Perumusan diadnosa keperawatan 0,5 2 1
mayoritas hanya mengangkat satu
masalah keperawatan.
c. Pengawasan terhadap pendokumentasian 0,17 2 0,32
belum dilaksanakan secara maksimal.
Jumlah 1 1,98
External Factor Analysis Strategic
(EFAS)
OPPORTUNITY O-T
a. Terdapat mahasiswa PSIK yang 0,67 2 1,34 2,33-
melakukan praktek manajemen yang 1,67=0,66
mengembangkan sistem dokumentasi
model POR.
b. Adanya kerjasama antar ,ahasiswa 0,33 3 0,99
dengan perawat ruangan.
Jumlah 1 2,33
THREATENED
a. Tingkat ketergantungan yang tinggi 0,67 2 1,34
menyebabkan waktu untuk pencatatan
dan pelaporan menjadi lebih sedikit.
b. Tingginya jumlah pasien serta 0,33 1 0,33
minimalnya tenaga perawat sehingga
pencatatan dan pelaporan membutuhkan
waktu yang lebih.
Jumlah 1 1,67

M3-METODE (Ronde Keperawatan)


a. Penentuan bobot :
Skala SP x
Faktor strategi Internal K Bobot
prioritas K
Ronde keperawatan
Internal factor (IFAS)
STRENGTH
a. Perawat sudah mengerti tentang definisi 3 3 9 9/18=0,5
ronde keperawatan.
b. Bidang keperawatan dan ruangan 1 3 3 3/18=0,16
mendukung adanya kegiatan ronde.
c. Diskusi langsung antara perawat, dokter dan 2 3 6 6/18= 0,3
tim kesehatan yang terkait selama ini sudah
dilaksanakan.
Jumlah 18 0,96

140
WEAKNESS
a. Ronde keperawatan jarang dilakukan di 1 3 3 3/18=0,16
Ruang Bougenville.
b. Ronde keperawatan belum terjadwal dengan 2 3 6 6/18=0,3
baik.
c. Serta pendokumentasian hasil-hasil ronde 3 3 9 9/18=0,5
belum dilaksanakan secara optimal.
Jumlah 18 0,96
External Factor Analysis Staregic (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya kesempatan dari karu untuk 1 2 2 2/6=0,33
mengadakan ronde keperawatan pada
perawat.
b. Adanya mahasiswa praktek manajemen 2 2 4 4/6= 0,67
keperawatan.
Jumlah 6 1

THREATHENED
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1 2 2 2/6=0,33
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
yang professional.
b. Adanya persaingan antar ruangan dalam 2 2 4 4/6=0,67
pemberian pelayanan.
Jumlah 6 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam tabel berikut :


Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x Rating
Ronde Keperawatan
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Perawat sudah mengerti tentang definisi 0,5 2 1
ronde keperawatan.
b. Bidang keperawatan dan ruangan 0,16 2 0,32
mendukung adanya kegiatan ronde.
c. Diskusi langsung antara perawat, dokter 0,3 2 0,6
dan tim kesehatan yang terkait selama
ini sudah dilaksanakan S-W
Jumlah 0,96 1,92 1,92-2,22= -
WEAKNESS 0,3
a. Ronde keperawatan jarang dilakukan di 0,16 2 0,32
Ruang Bougenvile.
b. Ronde keperawatan belum terjadwal 0,3 3 0,9
dengan baik.
c. Serta pendokumentasian hasil-hasil 0,5 2 1
ronde belum dilaksanakan secara
optimal.
Jumlah 0,96 2,22
External Factor Analysis Strategic
(EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya kesempatan dari karu untuk 0,33 3 0,99
mengadakan ronde keperawatan pada
perawat. O-T
b. Adanya mahasiswa praktek manajemen 0,67 2 1,34 2,33-1=
keperawatan. 1,33
Jumlah 1 2

141
THREATHENED
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,33 1 0,33
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang professional.
b. Adanya persaingan antar ruangan dalam
pemberian pelayanan. 0,67 1 0,67
Jumlah 1 1

M3 – METODE (Supervisi)
a. Penentuan bobot :
Skala SP x
Faktor strategi Internal K Bobot
prioritas K
Supervisi
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Rumah Sakit Daerah Mardi Waloyo Blitar 1 3 3 3/18=0,17
terakreditasi B.
b. Supervise keperawatan di ruang Bougenville 2 3 6 6/18=0,33
sudah dilakukan KARU kepada KATIM dan
dari KATIM ke perawat pelaksana.
c. Karu dan Katim mendukung kegiatan supervise 3 3 9 9/18=0,5
demi peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
Jumlah 18 1
WEAKNESS
a. Belum adanya program yang terjadwal dengan 3 5 15 15/75= 0,2
baik.
b. Belum memiliki format yang baki dalam 2 5 10 10/75=0,13
pelaksanaan program supervise.
c. Kurangnya program, latihan dan sosialisasi 5 5 25 25/75=0,33
tentanf supervise.
d. Pendokumentasian supervise belum dilakukan. 4 5 20 20/75=0,26
e. Petunjuk pelaksanaan supervise belum ada. 1 5 5 5/75=0,06
Jumlah 75
External Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Supervisi keperawatan dilakukan di ruang 1 1 1 1/1=1
Bougenville sudah dilakukan, dan adanya
kemampuan ruangan untuk berubah.
Jumlah 1 1
THREATENED
a. Tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan 1 1 1 1/1=1
yang professional.
Jumlah 1 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam tabel berikut :


Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x Rating
Supervisi
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Rumah Sakit Daerah Mardi Waloyo 0,17 3 0,51
Blitar terakreditasi B.
b. Supervise keperawatan di ruang 0,33 2 0,66
Bougenvile sudah dilakukan KARU

142
kepada KATIM dan dari KATIM ke
perawat pelaksana.
c. Karu dan Katim mendukung kegiatan 0,5 2 1
supervise demi peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.
Jumlah 1 2,17 S-W
WEAKNESS 2,17-2,23=
a. Belum adanya program yang terjadwal 0,13 3 0,39 -0,06
dengan baik.
b. Belum memiliki format yang baik dalam 0,06 1 0,06
pelaksanaan program supervise.
c. Kurangnya program, latihan dan 0,26 3 0,78
sosialisasi tentanf supervise.
d. Pendokumentasian supervise belum 0,33 2 0,66
dilakukan.
e. Petunjuk pelaksanaan supervise belum 0,2 2 0,4
ada.
Jumlah 1 2,23
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x rating
External Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Supervisi keperawatan dilakukan di 1 3 3
ruang Bougenville sudah dilakukan, dan
adanya kemampuan ruangan untuk O-T
berubah 3-2=1
Jumlah 1 3
THREATENED
a. Tuntutan pasien untuk mendapatkan 1 2 2
pelayanan yang professional
Jumlah 1 2

M3 – METODE (Discharge Planning )


a. Penentuan Bobot
Skala SP x
Faktor strategi internal K BOBOT
Prioritas K
Discharge Planning
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Terdapat format yang memuat resume pasien 2 3 6 6/18=0,33
pulang yang berisi sama dengan format
discharge planning yang sesuai
b. Kemamuan perawat untuk memberikan penkes 3 3 9 9/18=0,5
kepada pasien dan keluarga mulai dari pasien
datang hingga pulang
c. Kegiatan discharge planning telah dilakukan 1 3 3 3/18=0,17
Jumlah 18 1
WEAKNESS
a. Disharge planning dilakukan pada saat 1 3 3 3/18=0,17
pasien pulang
b. Tidak terdokumentasi dalam status pasien 2 3 6 6/18=0,33
atau tidak ada arsip discharge planning yang
tersimpan untuk ruangan.
c. Belum ada leafletnya 3 3 9 9/18=0,5
Jumlah 18 1
External Faktor (EFAS)
OPORTUNITY

143
a. Adanya mahasiswa S1 yang praktek manajemen 1 2 2 2/6=0,33
keperawatan,
b. Kerjasama yang baik antara mahasiswa dan 2 2 4 4/6=0,67
perawat
Jumlah 6 1
THREATENED
a. Adanya tuntutan masyarakat untuk 2 2 4 4/6=0,67
mendapatkan pelayanan masyarakat yang
optimal.
b. Adanya persaingan rumah sakit swasta yang 1 2 2 2/6=0,33
semakin ketat.
Jumlah 6 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam tabel berikut :


Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x rating
Discharge Planning
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Terdapat format yang memuat resume 0,33 3 0,99
pasien pulang yang berisi sama dengan
format discharge planning yang sesuai
b. Kemamuan perawat untuk memberikan 0,5 2 1
penkes kepada pasien dan keluarga
mulai dari pasien datang hingga pulang S-W= 2,5-3=
c. Kegiatan discharge planning telah 0,17 3 0,51 -0,5
dilakukan
Jumlah 1 2,5
WEAKNESS
a. Disharge planning dilakukan pada saat 0,17 3 0,51
pasien pulang
b. Tidak terdokumentasi dalam status 0,33 3 0,99
pasien atau tidak ada arsip discharge
planning yang tersimpan untuk ruangan.
c. Pemberian leaflet belum optimal. 0,5 3 1,5
Jumlah 1 3
Faktor strategi internal bobot Rating Bobot x rating
External Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa S1 yang praktek 0,33 2 0,66
manajemen keperawatan
b. Kerjasama yang baik antara mahasiswa 0,67 2 1,34
dan perawat
Jumlah 1 2
THREATENED O-T=
a. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,67 1 0,67 2-1,66= 0,34
mendapatkan pelayanan masyarakat
yang optimal.
b. Adanya persaingan rumah sakit swasta 0,33 3 0,99
yang semakin ketat.
Jumlah 1 1,66

M3 – METODE (Timbang Terima)


a. Penentuan bobot :
Skala SP x
Faktor strategi Internal K Bobot
prioritas K

144
Timbang Terima
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Proses timbang terima sudah dijadikan secara 3 3 9 9/18=0,5
lengkap.
b. Format timbang terima sudah tersedia dalam 2 3 6 6/18=0,33
bentuk buku.
c. Tenaga perawat di Ruang Bougenville sudah 1 3 3 3/18=0,17
cukup potensial.
Jumlah 18 1
WEAKNESS
a. Pre, saat di nurse station tidak menjabarkan 3 4 12 12/40=0,3
tentang, masalah keperawatan yang masih
dialami pasien.
b. Penulisan timbang terima masih belum 4 4 16 16/40=0,4
terdokumentasikan secara baik dan benar
(Masalah keperawatan tidak tertulis, intervensi
yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan tertulis dalam satu kolom yang
sama).
c. Perawat lebih mengutamakan tindakan 1 4 4 4/40=0,1
kolaboratif daripada tindakan keperawatan
secara mandiri.
d. Timbang terima terkadang tidak dilakukan 2 4 8 8/40=0,2
kepada semua anggota shift.
Jumlah 40
External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa yang praktek manejemen. 2 2 4 4/6=0,67
b. Adanya kerja sama yang baik antara perawat 1 2 2 2/6=0,33
dan mahasiswa.
Jumlah 6 1
THREATENED
a. Tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan 1 1 1 1/1=1
yang professional.
Jumlah 1 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam table berikut :


Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x Rating
Timbang Terima
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Proses timbang terima sudah dijadikan 0,5 3 1,5
secara lengkap.
b. Format timbang terima sudah tersedia 0,33 3 0,99
dalam bentuk buku.
c. Tenaga perawat di Ruang Bougenville 0,17 4 0,51
sudah cukup potensial.
Jumlah 1 3
WEAKNESS
a. Pre, saat di nurse station tidak 0,3 2 0,6
menjabarkan tentang, masalah S-W
keperawatan yang masih dialami pasien. 3-1,8= 1,2

145
b. Penulisan timbang terima masih belum 0,4 2 0,8
terdokumentasikan secara baik dan benar
(Masalah keperawatan tidak tertulis,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang
belum dilakukan tertulis dalam satu kolom
yang sama).
c. Perawat lebih mengutamakan tindakan 0,1 2 0,2
kolaboratif daripada tindakan keperawatan
secara mandiri.
d. Timbang terima terkadang tidak dihadiri 0,2 1 0,2
semua anggota shift.
Jumlah 1 1,8
Faktor StrategiIinternal Bobot Rating Bobot x Rating
External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa yang praktek 0,67 2 1,34
manejemen.
b. Adanya kerja sama yang baik antara 0,33 3 0,99 O-T
perawat dan mahasiswa. 2,03-3=
Jumlah 1 2,03 -0,97
THREATENED
a. Tuntutan pasien untuk mendapatkan 1 3 3
pelayanan yang professional.
Jumlah 1 3

M3 – METODE (Penerimaan Pasien Baru)


a. Penentuan bobot :
Skala K SP x Bobot
Faktor strategi Internal
prioritas K
M3-METODE
PBB
Internal factor (IFAS)
STRENGTH
a. Pasien rawat inap RSD Mardi Waluyo Blitar 3 3 9 9/18=0,5
ruang Bougenville dapat melalui UGD atau
poli Umum dengan atau tanpa rujukan dari
dokter.
b. Penentuan ruang rawat inap ditentukan oleh 1 3 3 3/18=0,17
pasien dan keluarga pasien.
c. Dilakukan pengkajian oleh perawat ruangan
meliputi identitas pasien, keluhan utama, 2 3 6 6/18=0,33
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan
fisik (review of system)
Jumlah 18 1
WEAKNESS
a. Perawat terkadang tidak menjelaskan fasilitas 1 2 2 2/6=0,33
yang tersedia di rumah sakit.
b. Perawat terkadang menjelaskan hak dan 2 2 4 4/6=0,67
kewajiban pasien dan tata tertip ruangan.
Jumlah 6 1
External factor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya dukungan dari rumah sakit terhadap 2 2 4 4/6=0,67
profesionalisme keperawatan dalam
meningkatkan kwalitas pelayanan pada

146
pasien.
b. Adanya mahasiswa praktik. 1 2 2 2/6=0,33
Jumlah 6 1
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi 1 2 2 2/6=0,33
terhadap peningkatan pelayanan keperawatan
yang lebih professional.
b. Semakin tingginya kesadaran masyarakat 2 2 4 4/6=0,67
akan hukum.
Jumlah 6 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam table berikut :


Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x Rating
M3-METODE
PBB
Internal factor (IFAS)
STRENGTH
a. Pasien rawat inap RSD Mardi 0,5 2 1
Waluyo Blitar ruang Bougenville
dapat melalui UGD atau poli Umum
dengan atau tanpa rujukan dari S-W
dokter. 1,67-1,98=
b. Penentuan ruang rawat inap 0,17 2 0,34 -0,31
ditentukan oleh pasien dan keluarga
pasien.
c. Dilakukan pengkajian oleh perawat 0,33 1 0,33
ruangan meliputi identitas pasien,
keluhan utama, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik
(review of system)
Jumlah 1 3,33
WEAKNESS
a. Perawat terkadang tidak 0,33 2 0,66
menjelaskan fasilitas yang tersedia
di rumah sakit.
b. Perawat terkadang menjelaskan hak 0,66 2 1,32
dan kewajiban pasien dan tata tertip
ruangan.
Jumlah 1 1,98

External factor (EFAS) 0,67 2 1,34


OPPORTUNITY
a. Adanya dukungan dari rumah sakit
terhadap profesionalisme
keperawatan dalam meningkatkan 0,33 2 0,66
kualitas pelayanan pada pasien.
b. Adanya mahasiswa praktik
Jumlah 1 2
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat yang semakin 0,33 3 0,99
tinggi terhadap peningkatan O-T
pelayanan keperawatan yang lebih 2-1,66= 0,34
professional.
b. Semakin tingginya kesadaran 0,67 1 0,67
masyarakat akan hukum.

147
Jumlah 1 1,66

4. M4 (Keuangan)
a. Penentuan Bobot

Skala SP x
Faktor strategi internal K Bobot
prioritas K
(MONEY)
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Pengelolaan RSD Mardi Waluyo Blitar 1 3 3 3/18=0,17
di kelola oleh pemerintah daerah kota
Blitar.
b. Pengadaan dana dan operasional 2 3 6 6/18=0,33
ruangan didapatkan dari RSD Mardi
Waluyo blitar bekerja sama dengan
asuransi (BPJS, PT. KAI,
PERHUTANI).
c. Daftar biaya perawatan dan tarif 3 3 9 9/18=0,5
ruangan di ruang Bougenvile sudah
tertera.
Jumlah 18 1
WEAKNESS
a. Administrasi pembayaran tidak 24 jam. 1 2 2 2/6=0,33
b. Ketika hari libur administrasi juga ikut 2 2 4 4/6=0,67
libur sehingga pasien KRS administrasi
menjadi tertunda
Jumlah 6 1
External Faktor (EFAS)
OPORTUNITY
a. Adanya kerjasama dengan perusahaan 1 1 1 1/1=1
asuransi.
Jumlah 1 1
TREATENED
a. Adanya tuntutan dari pasien tentang 1 1 1 1/1=1
administrasi yang terperinci sesuai
tindakan yang diberikan oleh perawat
dan dokter.
Jumlah 1 1

b. Semua hasil diatas dimasukkan dalam tabel berikut :

Faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x rating


(MONEY)
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
a. Pengelolaan RSD Mardi 0,17 4 0,68
Waluyo Blitar di kelola oleh
pemerintah daerah kota Blitar.
b. Pengadaan dana dan 0,33 4 1,32
operasional ruangan
didapatkan dari RSD Mardi
Waluyo blitar bekerja sama
dengan asuransi (BPJS, PT. S-W

148
KAI, PERHUTANI). 3,5-3,33=
c. Daftar biaya perawatan dan 0,5 3 1,5 0,17
tarif ruangan di ruang
Bougenvile sudah tertera.
Jumlah 1 3,5
WEAKNESS
a. Administrasi pembayaran 0,33 4 1,32
tidak 24 jam.
b. Ketika hari libur administrasi 0,67 3 2,01
juga ikut libur sehingga pasien
KRS administrasi menjadi
tertunda
Jumlah 1 3,33
External Faktor (EFAS)
OPORTUNITY
a. Adanya kerjasama dengan 1 4 4
perusahaan asuransi.
Jumlah 1 4 O-T=
TREATENED 4-3=1
1. Adanya tuntutan dari pasien 1 3 3
tentang administrasi yang
terperinci sesuai tindakan
yang diberikan oleh perawat
dan dokter.
Jumlah 1 3

5. M5 (Marketing dan Mutu)


a. Penentuan bobot
Skala
No. Analisis SWOT K Sp x K Bobot
prioritas
Internal factor (IFAS)
STRENGTH
a. RSD Mardi Waluyo Blitar 1 5 5 5/75=0,8
merupakan satu-satunya rumah sakit
pemerintah yang ada di kota Blitar
b. RSD Mardi Waluyo lebih dekat 4 5 20 20/75=0,28
dengan tempat tinggal

149
c. Masyarakat puas dengan pelayanan 2 5 10 10/75=0,14
yang diberikan
d. Masyatakat bisa menggunakan jasa 3 5 15 15/75=0,2
ASKES,UMUM, BPJS, dll
e. Sistem pamasaran dilakukan melalui 5 5 25 25/75=0,3
baleho
JUMLAH 75 1
WEAKNESS
a. Berdasarkan hasil kuisoener sebesar 2 2 4 4/6=0,67
60% Menyatakan pasien pulang
tidak diberikan KIE, cara minum
obat, dll,
b. Dari jumlah pasien 50 % pasien 1 2 2 2/6 = 0,33
tidak menggunakan gelang identitas
Total 6 1
Extrenal Factor ( EFAS )
OPPORTUNITY
a. RSUD Mardi waluyo blitar dapat 1 1 1 1/1= 1
menampung pasien dengan kapasitas
pasien yang cukup banyak.
JUMLAH 1 1
THREATEND
a. Banyaknya rumah sakit swasta 1 1 1 1/1=1
diblitar dan adanya persaingan
antara rumah sakit mengenai
peningkatan pelayanan.
JUMLAH 1 1

b. Semua hasil diatas dimasukan dalam tabel berikut :


Faktor stategis internal Bobot Rating Bobot X rating
Internal factor
( IFAS)
STRENGTH
a. Letak RSD Mardi Waluyo yang 0,08 4 0,32
strategis dengan pusat kota
b. Masarakat bisa menggunakan jasa 0,28 4 1,12
,ASKES,UMUM, BPJS
c. Bangunan RSD Mardi yang megah 0,14 4 0,56
S-W=3,8-
sehingga menjadi daya tarik bagi
3,34=0.46
masarakat
d. Sistem pemasaran dilakukan melalui 0,2 3 0,6
baleho
e. Menyediakan pengobatan gratis bagi 0,3 4 1,2
yang memiliki ASKES dan BPJS.
TOTAL 1 3,8
WEAKNESS
a. Berdasarkan hasil kuisoener sebesar 0,67 4 2,68
60% Menyatakan pasien pulang tidak
diberikan KIE, cara minum obat, dll,
b. Dari jumlah pasien 50 % pasien tidak 0,33 2 0,66
menggunakan gelang identitas,
Total 1 1,46
External factor (EFAS)
OPORTUNITY
a. Dengan RSD mardi yang mempunyai 1 4 4
gedung baru dapat menampung pasien O-T=4-3=1
dari kabupaten dan kota dengan

150
kapasitas pasien yang banyak.
Total 1 4
THREATENED
a. Dengan pelayanan rumah sakit yang 1 3 3
belum optimal bias menurunkan
tingkat kepercayaan masarakat
terhadap rumah sakit mardi waluyo
Total 1 3

3.4 Diagram Analisis SWOT pada MAKP

MAKP
TURN
AGRESIF
AROUND 2

151
1,5
RK

SV M4 M5 PO
1

DK
M1
0,5
DP
W PBB S
0.5
-1,5 0 1 1,5
-1 - 0.5 0,5
M2

- 0.5

TT

DIVENSIF DIFERSIVIKASI

Gambar 2.7 Diagram Analisis SWOT pada MAKP

Keterangan :
M1 : Man (0,2;0,5) (S-O)
M2 : Material (0,21;-0,17) (S-O)
M3
DK : Dokumentasi Keperawatan (1,08; 0,66) (S-O)
RK : Ronde Keperawatan (-0,3;1,33) (S-W)
PO : Pengelolaan Obat (2; 1) (S-O)

152
SV : Supervisi (-0,06; 1) (S-O)
TT : Timbang Terima(1,2;-0,97) (S-T)
DP : Discharge Planning (0,17;-0,33) (S-O)
PPB : Penerimaan Pasien Baru (1,34;-0,67) (S-T)
MAKP : Sistem Asuhan Keperawatan Profesional (1,2;2,34) (S-O)
M4 : Money (0,17;1) (S-O)
M5 : Marketing dan Mutu (0,46;1) (S-O)

3.5 Identifikasi Masalah


Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan analisis
SWOT maka kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Penerapan sistem MAKP di Ruang Bougenvile menggunakan Tim
Modifikasi.
2. Ronde Keperawatan jarang dilakukan di Ruang Bougenvile.
3. Supervisi sudah dilakukan tetapi belum terjadwal dan belum memiliki
format yang baku dalam pelaksanaan program supervisi.
4. Discharge planning sudah dilakukan setiap pasien akan pulang, namun
belum dilaksanakan secara optimal.
5. Timbang terima di Ruang Bougenvile selama ini sudah dilakukan pada
setiap pergantian shift jaga namun cara penyampaiannya masih sangat
sederhana.
6. Sistem Pendokumentasian setiap hari di Ruang Bougenvile
menggunakan SOAP dalam catatan perkembangan.
7. Penerimaan pasien baru di Ruang Bougenvile sudah dilakukan, namun
belum dilakukan dengan optimal.
8. Pengelolaan obat di Ruang Bougenvile menggunakan sistem
sentralisasi obat untuk obat oral, dan desentralisasi obat untuk obat
injeksi.
9. Setelah dilakukan pengumpulan data tentang jumlah tenaga perawat
dibandingkan dengan jumlah pasien pada tanggal 17 Juni sampai
dengan tanggal 19 Juni 2014 di dapatkan bahwa sumber daya manusia
yang ada tidak sebanding dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien.

153
10. Sarana dan Prasarana di Ruang Bougenvile kurang memadai.

3.6 Prioritas Masalah


Skor Analisa SWOT
Masalah Prioritas
IFAS EFAS
MAKP 1,2 2,34 5
M1 (Man) 0,2 0,5 8
M2 (Material) 0,21 -0,17 10
Ronde Keperawatan -0,3 1,33 1
Supervisi -0,06 1 2
Timbang Terima 1,2 -0,97 9
Discharge Planning -0,5 0,34 3
Penerimaan Pasien Baru -0,32 0,32 4
Pengelolaan Obat 2 1 6
Dokumentasi Keperawatan 1,08 0,66 7
M4 (Money) 0,17 1 11
M5 (Marketing) 0,46 1 12

154
3.7 Plan Of Action (POA)
Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Penanggung Jawab Waktu
Keberhasilan
1. Ronde Diharapkan setelah 1. Menentukan penanggung jawab ronde Ronde Yunifa Qoiria
keperawata dilakukan praktik profesi keperawatan keperawatan
n sudah manajemen keperawatan 2. Menyusun proposal ronde keperawatan dilakukan dengan
pernah oleh mahasiswa ruang 3. Menentukan penderita yang akan dijadikan optimal
dilakukan Dahlia mampu menerapkan subyek ronde keperawatan berdasarkan
di ruang satu model ronde kriteria ronde
dahlia tapi keperewatan sesuai dengan 4. Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde
belum kriteria ronde keperawatan keperawatan
optimal 5. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanana
ronde keperawatan
6. Melaksanakan ronde keperawatan bersama –
sama karu dan staf perawat serta profesi lain
( dokter, ahli gizi, fisioterapis)
2. Supervisi Mampu menerapkan 1. Menentukan penanggung jawab supervisi 1. Supervisi Rizal Bayu Setyawan
supervise keperawtan 2. Membuat proposal supervise dilakukan
dengan benar 3. Melaksanakan supervise keperawatan sesuai jadwal
bersama-sama perawat ruangan 2. Supervisi
4. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dilakukan
supervise keperawatan sesuai dengan
5. Membuat format supervisi tugas pokok
dan fungsi
3. Timbang Timbang Terima dilakukan 1. Menentukan penanggungjawab Timbang 1. Timbang Talimatul Oktavia dan Timbang Terima
Terima secara optimal dan Terima. Terima Gustin Ika
terdokumentasi. 2. Membuat proposal timbang terima dilakukan di
3. Menyusun format Timbang Terima klien nurse station
serta petunjuk tehnik pengisiannya. dan klien.
4. Melaksanakan Timbang Terima. 2. Isi Timbang
Terima tentang
masalah

155
keperawatan
yang sudah
dan belum
teratasi.
3. Timbang
Terima
terdokumentasi
dengan baik.
4. Penerimaa Dilakukan secara optimal 1. Menentukan penanggung Jawab penerimaan 1. Setiap klien Andhik Hidayat Penerimaan
n Pasien dan terdokumentasi. pasien baru yang baru Pasien Baru
Baru 2. Membuat proposal penerimaan pasien baru masuk ruangan
3. Melaksanakan penerimaan pasien baru Bougenvilledila
setiap ada pasien baru. kukan
penerimaan
pasien baru
dengan baik

156
BAB 4
IMPLEMENTASI

Pada bab ini kami uraikan tentang aplikasi model praktek keperawatan
profesional dalam manajemen keperawatan di RSD Mardi Waloyo Blitar di ruang
Bougenfil kelas II dan III, ruang kamar 9, kamar 10, kamar 11, dari tanggal 16
juni s/d 26 juli 2014. Dalam pelaksanaan MPKP selalu menekankan pada tiga
komponen utama yaitu : (1) Metode pemberian asuhan keperawatan, (2) Penataan
tenaga keperawatan, dan (3) Dokumentasi proses keperawatan. Dan bentuk dari
kegiatan MAKP itu sendiri yaitu : (1) Sentralisasi Obat, (2) Timbang Terima,(3)
Ronde Keperawatan, dan (4) Supervisi keperawatan.
4.1 Penatalaksanaan Ketenagaan Keperawatan
4.1.1 Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan kelompok adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan format catatan harian mengenai jumlah penderita setiap hari
( BOR) pada tanggal 30 juni sampai dengan tanggal 20 juli 2014.
2. Menyiapkan format klasifikasi & kriteria tingkat ketergantungan
penderita berdasarkan teori orem yaitu Self Care Deficit ( terlampir).
3. Menyiapkan konsep perhitungan kebutuhan ketenagaan berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien.
4.1.2 Pelaksanaan
1. mengumpulkan data mengenai jumlah pasien serta tingkat
ketergantungan pada shif pagi pada tanggal 30 juni sampai tanggal 20 juli
2014.
2. melakukan tabulasi data melaksanakan perhitungan jumlah kebutuhan
tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Berdasarkan penerapan MAKP selama 3 minggu
pada kamar 9, 10 ,11, dengan jumlah pasien sebanyak 30 dengan tingkat
ketergantungan yang terperinci sebagai berikut :

Jumlah
Tanggal Tingkat ketergantungan kebutuhan
perawat
Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
30 juni 2014 - - - 6 4 4 2 4 4 5,71
1 juli 2014 - 1 1 6 4 4 2 3 3 5,71
2 juli 2014 - - 2 5 6 5 3 2 1 6,1

157
3 juli 2014 - - - 4 4 4 1 2 4 3,2
4 juli 2014 - - - 3 5 5 5 3 2 7
5 juli 2014 - - - 4 2 3 3 3 2 5,5
6 juli 2014 - - - 3 4 4 2 1 1 3,8
7 juli 2014 - - - 7 6 6 1 1 1 5,2
8 juli 2014 - - - 5 4 4 3 2 2 6,1
9 juli 2014 Libur cuti pemilu
10 juli 2014 1 2 1 4 3 4 3 2 1 6
11 juli 2014 - - - 6 6 6 - 1 - 3,6
12 juli 2014 - - - 3 - - - 1 1 1,8
13 juli 2014 - - - - - - 1 1 2 1
14 juli 2014 - - - 5 4 5 2 4 2 5,1
15 juli 2014 - - - 6 6 6 2 2 2 5,7
16 juli 2014 - - - 3 6 6 2 2 2 3,8
17 juli 2014 - - - 6 6 6 2 2 2 5,7
18 juli 2014 - 1 2 5 5 4 3 2 2 6,1
19 juli 2014 - 1 - 3 3 5 2 3 3 4,3
20 juli 2014 - - - 5 5 5 3 3 3 6,1
3. melakukan perhitungan perkiraan jumlah tenaga yang bertugas dalam
sehari pada setiap siff jumlah tingkat ketergantungan yang berbeda –
beda.
4.1.3 Hambatan
Kelompok tidak mengalami hambatan dalam perhitungan tenaga
selama praktek profesi ners menejemen keperawatan, karena jumlah
mahasiswa sudah sesuai dengan tingkat kebutuhan pasien yang telah terbagi
dalam tiga tingkat ketergantungan yaitu total care, parsial care, dan mandiri
care.
4.1.4 Dukungan
Kepala ruangan memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan serta
memberikan masukan, dukungan, saran, kritik, yang membangun saat
mahasiswa melakukan praktek menejemen keperawatan dan pemberian
asuhan keperawatan di Ruang Bougenfil RSD Mardi Waluyo Blitar
khususnya kamar 9, 10, dan 11.

4.1.5 Solusi
Membuat form BOR untuk mendistribusikan tingkat ketergantungan
pasien dan kebutuhan tenaga perawat.

4.2 Sistem MAKP


4.2.1 Persiapan
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapakan sistem asuhan
keperawatan tim. Adapun bagan sistem asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut :

158
Kepala ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Pasien / klien Pasien / klien


Pasien / klien

Bagan 4.1 Sistem pemberian sistem asuhan keperawatan team nursing


(marquis & Huston,1988).
4.2.2 Pelaksanaan
Penerapan sistem asuhan keperawatan tim dilaksanakan pada tanggal
30 juni 2014, dimana masing-masing anggota kelompok berperan sebagai
kepala ruangan, katim, dan perawat pelaksana. Sistem asuhan keperwatan
profesional tim dilaksanakan selama 3 minggu dengan peran yang sudah
terjadwal ( jadwal peran, uraian tugas dan jadwal dinas). Pada minggu
pertama pada tanggal 30 juni - 6 juli 2014 berdasarkan hasil penerapan
MAKP yang dilakukan di kamar kelolaan 9, 10 dan 11 didapatkan jumlah
pasien sebanyak 49 pasien dengan berbagai distribusi sebagai berikut :

Distribusi berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin F %
Laki – laki 25 51%
Perempuaan 24 49%
Jumlah 49 100%
Dari tabel 4.2.1 menunjukan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak
yaitu 25 orang (51%)
Distribusi berdasarkan usia
Usia F %
<20 2 4%
21-40 6 12%
41-60 30 61%
61-80 11 23%
>81 0 0%
Jumlah 49 100%
Dari tabel 4.2.2 menunjukan bahwa usia antara 41-60 paling banyak
yaitu berjumlah 30 orang (61%).
Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat ketergantungan

159
Tingkat ketergantungant F %
Total 18 37%
Parcial 31 63%
Mandiri 0 0%
Jumlah 49 100%
Dari tabel 4.2.3 menunjukan bahwa tingkat ketergantungan terbanyak
adalah partial yaitu 31 pasien (63%)
Distribusi frekuensi berdasarkan diagnosa medis
NO JENIS KASUS JMLH ORANG
1 CVA 14
2 KATARAK 10
3 DM 11
4 COLIK ABDOMEN 2
5 POST OP TREPANASI (COB) 2
6 LAIN-LAIN 10

Distribusi frekuensi berdasarkan kepuasan pelayanan perawat


Tingkat kepuasan F %
Puas 47 96%
Cukup puas 2 4%
Kurang puas 0 0%
Jumlah 49 100%
Dari tabel 4.2.5 menunjukan bahwa
Ruang bougenfil RSD Mardi Waluyo Blitar sampai pada saat ini
menerapkan sistem asuhan keperawatan tim, sehingga asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan baik, terarah, dan sangat memuaskan.
4.2.3 Hambatan
Tingakat ketergantungan pasien yaitu total care yang paling banyak
namun kurngnya kesadaran keluarga dalam memberikan posisi miring kiri
dan miring kanan, kurangnya pemahaman keluarga tentang pemakaian
bedak, penggantian alat tenun hanya sekali dalam sehari, sering terjadi
lipatan pada laken dan perlak sehingga dapat terjadi penekanan pada kulit.
4.2.4 Dukungan
1. Kepala ruangan mendukung pelaksanaan sistem asuhan keperawatan tim.
2. Adanya kepercayaan pasien terhadap perawat
3. Adanya kepercayaan perawat senior terhadap mahasiswa
4. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung
4.2.5 Solusi
Lembar observasi jaminan mutu pelayanan asuhan keperawatan
dengan menggunakan penilaian resiko dekubitus berdasarkan braden skale.

4.3 Discharge Planning


4.3.1 Persiapan
1. Menyiapakan format Discharge planing.resume keperawatan, lembar

160
discharge planing kartu, Discharge planing, leaflet
2. Mengadakan kolaborasi dengan tim kesehatan (dokter, dan ahli gizi)
3. Mengadakan pendekatan/kontrak dengan pasien dan keluarga mengenai
rencana pelaksanaan Discharge planing.
4.3.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan Discharge planing dimulai pada hari senin 30 juni 2014
dilakukan setiap kali pasien pulang dan pasien yang telah dilakukan
Dischart planing dilakukan praktek manajemen keperawatan sebanyak 30
orang. Kegiatan ini hampir mencapai 80%. Kegiatan Discharge planing
dihadiri oleh pembimbing akademik dan pembimbing klinik manajemen
keperawatan yang dilaksanakan tanggal 15 juli 2014 pada ny.siti rofingah
dengan diagnosa post operasi katarak, pesan yang disampaikan meliputi
definisi katarak, tanda dan gejala katarak, faktor resiko terjadinya katarak,
hal-hal yang perlu diperhatikan, obat-obatan yang harus diminum (dosis,
warna dan efek samping), nutrisi yang harus dikonsumsi dirumah dan
rencana kontrol yang harus diikuti klien. Kegiatan tersebut dapat berjalan
sesuai dengan proposal yang telah disusun sebelumnya, semua anggota
kelompok dapat berperan sesuai dengan perannya masing-masing.
Dalam pelaksanaan Discharge planing kita juga menyertakan
beberapa barang yang dibawa pulang oleh pasien diantaranya: leaflet, obat
dan kartu discharge planing.
4.3.3 Hambatan
Selama dalam pelaksanaan kegiatan discharge planing, ada sedikit
hambatan pada persiapan dan anggota yang belum lengkap.
4.3.4 Dukungan
Pasien dan keluarga bersedia dan kooperatif saat dilakukan discharge
planing, kepala ruang mendukung dilakukanya discharge planing serta
mahasiswa mampu bekerja sama saat pelaksanaan discharge planing.

4.4 Penerimaan Pasien Baru


4.4.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah :
1. Menyiapkan perlengkapan administrasi
2. Menyiapkan perlengkapan kamar sesuai pesan (bed, lemari)
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru (lembar inform konsen,
lembar pengkajian, status pasien, lembar tata tertip pasien, lembar
kepuasan pasien, buklet hak dan kewajiban pasien dan lembar pasien

161
MRS)
4.4.2 Pelaksanaan
Pelaksaan penerimaan pasien baru dikamar 9,10 dan 11 sudah
dilaksanakan setiap kali ada pasien baru. Kegiatan ini sudah berjalan secara
maksimal dan hampir mencapai 100%. Pelaksanaan kegiatan ini yang
dihadiri oleh katim, perawat pelaksana pada tanggal 15 juli 2014. Kegiatan
ini selalu dilaksanakan setiap ada pasien baru. Pelaksanaan kegiatan
inimendapat bimbingan yang senantiasa diberikan oleh pembimbing klinik
dan akademik untuk meningkatkan keterampilan, dan sikap sehingga
pelaksanaan penerimaan pasien baru bisa berjalan lancar, sesuai teori
dengan aplikasi yang mudah diterapkan.
Pelaksanaan penerimaan pasien baru dikamar 9, 10 dan 11 sudah
sesuai dengan standart dan telah didokumentasikan dengan baik. Semua
persiapan dan kelengkapan yang ada di ruangan telah dijelaskan pada pasien
dan keluarga.
4.4.3 Hambatan
Kurangnya kesadaran keluarga dalam melakukan tata tertip rumah
sakit.
4.4.4 Dukungan
Pasien dan keluarga kooperatif saat menjelaskan tentang keadaan
kamar, hak dan kewajiban, sehingga dapat meningkatkan saling percaya
antara pasien, keluarga dan mahasiswa dalam bekerja sama pada saat
pelayanan kesehatan diberikan
4.4.5 Solusi
Mahasiswa membuat tata tertip rumah sakit, hak dan kewajiban pasien
dalam bentuk boklet yang telah diberikan pada pasien saat masuk ruang
bougenvile

4.5 Sentralisasi Obat


4.5.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dapat dilakukan oleh kelompok secara
optimal. Kelompok melanjutkan uji coba pemberian jadwal minum obat dari
kelompok terdahulu. Dan dalam pelaksanaan sentralisasi obat tidak
ditemukan hambatan yang berarti. Dalam proses penyiapan obat mengacu
pada lembar monitoring pemberian obat oral yang disesuaikan dengan
instruksi medis yang dalam pelaksanaannya digunakan kartu obat. Untuk
saat ini sentralisasi obat hanya difokuskan pada obat oral dan bukan pada

162
obat injeksi. Keberhasilan pelaksanaan sentralisasi obat ini tidak lepas dari
kepercayaan dari pasien terhadap perawat serta dukungan dari perawat
ruangan dan tim dokter yang bertanggung jawab di kelas II dan III kamar 9,
10, dan 11.
4.5.2 Hambatan
Selama dalam melaksanakan kegiatan dischart planing, ada sedikit
hambatan pada persiapan dan anggota yang belum lengkap.
4.5.3 Dukungan
Pasien dan keluarga bersedia dan kooperatif saat dilakukan dischart
planing, tenaga kesehatan lain ( ahli gizi, dan kepala ruang) mendukung
pelaksanaan dischart planing. Mahasiswa mampu bekerja sama pada saat
pelaksanaan dischart planing.
4.5.4 Solusi
Pemberian lefleat Katarak untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan mengurangi waktu untuk kerja perawat.

4.6 Timbang Terima


4.6.1 Persiapan
Persiapan timbang terima mulai direncanakan pada tanggal 30 juni
2014, persiapan yang dilakukan antara lain :
1. Dibuat proposal timbang terima keperawatan setelah dibentuk
penanggung jawab pelaksanaan timbang terima keperawatan.
2. Menyususn format timbang terima keperawatan beserta petunjuk teknis
pengisian.
3. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima keperawatan.
4.6.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dikamar 9, 10 dan 11 sudah dilaksanakan
setiap pergantian shif. Kegiatan ini sudah berjalan secara maksimal dan
hampir mencapai 100%. Pelaksanaan kegiatan hari ini yang dihadiri oleh
supervisior pada tanggal 17 juli 2014 yang dilaksanakan setiap pergantian
shif malam ke pagi. Bimbingaan senantiasa diberikan oleh pembimbing
akademik dan klinik untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap sehingga pelaksanaan timbang terima bisa berjalan lancar, sesuai
dengan aplikasi yang mudah dan mudah diterpakan.
Pelaksanana timbang terima di kamar 9, 10, dan 11 sudah sesuai
dengan standart dan telah didokumentasikan dengan baik dibuku timbang
terima khususnya pada saat pergantian sift pagi ke shif sore, shif sore ke sif

163
malam dan seterusnya, dan untuk pesan khusus telah didokumentasikan
pada format timbang terima yang nantinya dimasukan dalam status pasien.
4.6.3 Hambatan
Selama pelaksanaan tidak terdapat hambatan yang berarti karenya
adanya koordinasi yang baik antara anggota kelompok yang berperan aktif
dan kesadaran akan kedisiplinan.
4.6.4 Dukungan
Dukungan positif selalu diberikan baik oleh pembimbing akademik,
pembimbing klinik kepala ruang, maupun perawat ruangan saat pelaksanaan
timbang terima keperwatan. Bimbingan dan arahan selalu diberikan secara
langsung ataupun tidak langsung.

BAB 5
EVALUASI

5.1 Penataan Ketenagaan Keperawatan


5.1.1 Evaluasi Struktur Penataan Ketenagaan Keperawatan

164
Dalam penataan ketenagaan kelompok mempersiapkan buku catatan
harian, jumlah penderita, format klasifikasi dan tingkat ketergantungan
pasien, konsep perhitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat.
5.1.2 Evaluasi Proses Penataan Ketenagaan Keperawatan
Pada pelaksanaan penataan ketenagaan, kelompok tidak mengalami
hambatan yang berarti karena semua format sudah dipersiapkan sebelum
pelaksanaan dan adanya acuan untuk perhitungan tenaga.
5.1.3 Evaluasi Hasil Penataan Ketenagaan Keperawatan
Kebutuhan tenaga perawat rata-rata per hari diruangan Bougenvile
selama pelaksanaan MAKP dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien dan hampir 100%, dimana terdapat mahasiswa yang
praktek klinik diruangan sebanyak 23 Mahasiswa sehingga tingkat
ketergantungan pasien dengan tingkat kebutuhan jam perawatan pasien
dapat terpenuhi.

5.2 Sistem MAKP


5.2.1 Evaluasi Struktur
1. Melakukan perhitungan tenaga perawat
2. Melakukan perhitungan jumlah kebutuhan perawat
3. Melakukan perhitungan BOR pada tanggal 30 Juni – 20 Juli 2014
4. Melakukan pembagian kriteria ketergantungan pasien : minimal care,
partial care dan total care
5.2.2 Evaluasi Proses
1. Terbentuk struktur organisasi perawat Katim diruang Bougenvile
2. Terdapat deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat Katim

5.2.3 Evaluasi Hasil


1. Dapat diterapkan sistem asuhan keperawatan tim
2. Klien puas dengan pelaksanaan MAKP Tim selama 3 minggu diruangan
Bougenvile dari total jumlah pasien sebanyak 125 orang dengan tingkat
ketergantungan yaitu 110 orang (88%) menyatakan puas, 15 orang (12%)
menyatakan cukup puas, 0 orang (0%) menyatakan kurang puas
sedangkan untuk kamar kelolaan sebanyak 49 orang dengan tingkat
kepuasan, 47 orang (96%) menyatakan puas, 2 orang (4%) cukup puas
dan 0 orang (0%) menyatakan kurang puas

165
3. Jumlah kebutuhan perawat belum seimbang dengan tingkat
ketergantungan pasien
4. Penerapan Asuhan Keperawatan diruang Bougenvile masih mengalami
kendala dimana diagnosa keperawatan pada saat pasien masuk masih
tetap sama sampai pada saat pasien keluar Rumah Sakit
5. Dalam penerapan MAKP Praktik Profesi Ners Manajeman Keperawatan
yang dilakukan selama 3 minggu di kamar 9, 10 dan 11 khususnya dalam
penilaian dekubitus dengan berdasarkan Skala Brade, yang dikategorikan
dalam tiga tingkatan yaitu resiko ringan (29%), resiko sedang (31%) dan
resiko serius (40%)
6. Penggunaan Skala VIP diruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar,
sudah dijalankan untuk menilai terjadinya plebitis namun ruangan telah
menerapkan penggantian infus selama 5 hari.

5.3 Discharge Planning


5.3.1 Evaluasi Struktur
Sistem Discharge Planning dapat berjalan dengan baik, dengan
tersedianya format Discharge Planning, resume keperawatan, kartu
Discharge Planning, lembar Discharge Planning, foto rongent pasien,dan
leaflet. Pengisian lembar Discharge Planning, kartu Discharge Planning,
diisi oleh katim, resume keperawatan juga diisi oleh katim, namun pada
pelaksanaan Discharge Planning yang dihadiri oleh supervisor pada tanggal
11 juli 2014, resume keperawatan sudah diisi.
5.3.2 Evaluasi Proses
Pelaksanaan Discharge Planning dimulai pada tanggal 30 juni 2014
yang dihadiri oleh pembimbing akademis, kepala ruangan (pembimbing
klinik, katim, perawat pelaksana, pasien dan keluarga. Setiap peran
menjalankan tugas sesuai dengan job description masing-masing. Karu
diperankan oleh Yunifa Qoiria, katim oleh Yosef Adi Sulistyo, dan Achmad
Miftachul Huda sebagai perawat pelaksana.
5.3.3 Evaluasi Hasil
Dalam pelaksanaan Discharge Planning mencapai 80 % tindakan
yang telah dilakukan kepada pasien yang dirawat di ruang Boegenvile.
Informasi yang disampaikan pada saat Discharge Planning dapat diterima
dan dipahami oleh pasien dan keluarga.

5.4 Timbang Terima

166
5.4.1 Evaluasi Struktur
Pada pelaksanaan timbang terima, karu katim I, katim II, perawat
pelaksana I, perawat pelaksana II telah memahami tugas dan tanggung
jawab masing-masing, sehingga tidak terjadi kesalahn prosrdur maupun
peran dalm pelaksanaan timbang terima keperawatan.
Sarana dan prasarana sudah tersedia dan siap digunakan saat
pelaksanaan timbang terima keperawatan meliputi : status klien dan work
sheet. Kepala ruangan memimpin timbang terima keperawatan yang
dilaksanakan pada pergantisn Shift
5.4.2 Evaluasi Proses
Proses pelaksanaan timbang terima keperawatan yang diterapkan
sudah sesuai dengan teori dan konsep timbang terima keperawatan.
Timbang terima keperawatan dilaksanakan setiap pergantian shift atau
operan. Di Ruang Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima keperawatan dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah
dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat
jaga berikutnya. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah: identitas klien, diagnosa medis, masalah kaperawatan, data fokus
(keluhan subjektif dan objektif), tindakan keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan. Intervensi kolaboratif dan mandiri, rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya. Kegiatan
timbang terima keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2014.
Proses timbang terima keperawatan dipimpin oleh karu dan diikuti
oleh seluruh perawat yang bertugas sebelumnya dan yang akan mengantikan
dinas. Perawat yang melakukan timbang terima keperawatan dapat
melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang dioperkan dan
menanyakan hal yang kurang jelas. Penyampaian timbang terima secara
jelas dan singkat. Lama timbang terima setiap pasien tidak boleh lebih dari
lima menitkecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci. Kepala ruangan dan semua perawat keliling kesetiap
klien dan melakukan validasi data. Pelaporan untuk timbang terima ditulis
secara langung pada format laporan ruangan oleh katim I dan II dan ditanda
tangani oleh karu.
5.4.3 Evaluasi hasil

167
Hasil yang dapat disimpulkan dari evaluasi sudah sesuai dengan alur
konsep dan teori, baik dari segi persiapan dan pelaksanaan. Kegiatan ini
hampir mencapai 100%.

5.5 Evaluasi Kepuasan Pasien


5.5.1 Evaluasi Struktur
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan memberikan kuisioner pada
klien yang berisi 18 pertanyaan. Untuk jawaban “ya” diberi bobot 2,
kadang-kadang diberi bobot 1, “tidak” diberi bobot 0. Kategori penilaian
puas (>70%), kurang puas (>20%).
5.5.2 Evaluasi Proses
Kuesioner dibagikan pada pasien sebelum KRS. Berdasarkan hasil
kuesioner tentang kepuasan pasien yang dibagikan kepada 49 responden
menyatakan pelayanan perawat di ruang Bougenville RSD Mardi Waluyo
Blitar kamar 9, 10, 11, yang menyatakan puas yaitu sebanyak 47 orang
(96%), 2 orang (4%) menyatakan pelayanan perawat cukup puas dan 0
orang (0%) menyatakan kurang puas. Dari hasil kuesioner tersebut dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan penerapan MAKP dimana pasien lebih
puas dengan pelayanan perawat ruang Bougenville RSD Mardi Waluyo
Blitar.
5.5.3 Evaluasi Hasil
Dari hasil penilaian kinerja perawat diruang Bougenvile selama
penerapan MAKP didapatkan hasil seperti dalam bagan di bawah ini:

5.6 Penerimaan Pasien Baru


5.6.1 Evaluasi Struktur
Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU,
KATIM, dan Perawat Pelaksana. Sedangkan pada shift sore dilakukan oleh
Katim dan Perawat pelaksana. Pada pelaksanaan penerimaan pasien baru,
karu katim I, katim II, perawat pelaksana I, perawat pelaksana II telah
memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga tidak terjadi
kesalahan prosedur maupun peran dalm pelaksanaan penerimaan pasien
baru.
Tersedia sarana dan prasarana antara lain format penerimaan pasien
baru, format pengkajian, informed consent sentralisasi obat, nursing kit,
lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan, lembar hak dan

168
kewajiban pasien, kartu pengunjung, kuisioner kepuasan pasien sangat
menunjang palaksanaan penerimaan pasien baru.
5.6.2 Evaluasi Proses
Pasien baru disambut oleh KARU, dan diterima oleh KATIM, dan
Perawat Pelaksana. Pasien baru diberi penjelasan tentang perawatan
(termasuk discharge planning dan Sentralisasi obat), serta tata tertib
ruangan dan orientasi ruangan. Perawat melakukan komunikasi terapeutik
dengan klien dan keluarga. KATIM melakukan anamnesa dengan dibantu
oleh Perawat Pelaksana. Selanjutnya karu memberikan evaluasi dan reward
kepada katim dan perawat pelaksana yang bertugas.
5.6.3 Evaluasi Hasil
Hasil penerimaan pasien baru dilaksanakan dan didokumentasikan
dengan benar oleh katim dan perawat pelaksananya. Pasien dan keluarga
mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, perencanaan medis, tata
tertib serta hak dan kewajiban pasien. Karu sudah menjalankan perannya
untuk menyambut pasien baru ketika terjadi pada shift pagi dan memberikan
reward.

5.7 Sentralisasi Obat


5.7.1 Evaluasi Struktur
Pada pelaksanaan sentralisasi obat, katim I, katim II, perawat
pelaksana I, perawat pelaksana II telah memahami tugas dan tanggung
jawab masing-masing, sehingga tidak terjadi kesalahan prosedur maupun
peran dalam pelaksanaan sentralisasi obat.
Sarana dan prasarana sudah tersedia dan siap digunakan saat
pelaksanaan timbang terima keperawatan meliputi : status klien, KPO (kartu
pengambilan obat),almari/loker penyimpanan obat oral serta ranjang untuk
menyimpan obat selain obat oral .
5.7.2 Evaluasi proses
Proses pelaksanaan sentralisasi obat yang diterapkan sudah sesuai
dengan rencana dan alur yang telah ditentukan berdasarkan teori dan konsep
sentralisasi obat. Pasien telah menyetujui informed consent untuk dilakukan
sentralisasi obat. Sentralisasi obat dilaksanakan oleh perawat yang bertugas
sesuai dengan perannya.
5.7.3 Evaluasi Hasil
Dari hasil penilaian dari pelaksananan sentralisasi obat Klien puas
dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat yang dikelola oleh perawat di R.

169
Boegenville. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai prinsip 6
benar. Perawat mudah mengontrol pemberian obat. Pendokumentasian
pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
5.8 Dokumentasi
5.8.1 Evaluasi Struktur
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dilakukan oleh perawat yang
bertugas
5.8.2 Evaluasi proses
Dokumentasi keperawatan sudah dilakukan. Sejauh ini dokumentasi
dilakukan setiap setelah dilakukan tindakan keperawatan dan rutin serta
tersusun dengan baik. Dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan
5.8.3 Evaluasi hasil
Berdasarkan hasil penilaian dari pelaksananan dokumentasi
keperwatan didapatkan hasil penilaian Masalah teratasi. Masalah tidak
teratasi, harus pengkajian dan perencanaan tindakan ulang. Masalah teratasi
sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan. Timbul masalah baru.

BAB 6
PENUTUP

170
6.1 Kesimpulan
1. Model praktik keperawatan professional ruang Bougenvile RSD mardi
waluyo blitar adalah MAKP Tim disesuaikan dengan klasifikasi
pendidikan tenaga keperawatan diruang Bougenvile, dimana perawat
ruang Bougenvile seluruhnya adalah 15 Orang dengan klasifikasi
pendidikan S1 yang menempuh Ners sebanyak 2 orang, dan D3 sebanyak
13 orang (pegawai tetap 11 Orang, dan magang 2 orang).
2. Model dokumentasi keperwatan di ruang Bougenvile menggunakan
format asuhan keperawatan dengan system POR (Problem oriented
record) yaitu system dokumentasi keperawatan yang memusatkan data
menurut masalah klien. Dalam dokumentasi keperawatan pengkajian
menggunakan Rangge of system dan diagnose keperawatan sampai
evaluasi mengguanakn SOAP
3. Dalam melakukan timbang terima pasien, perawat di ruang Bougenvile
sudah melakukan dengan baik, namun timbang terima tidak didahului
dengan preconveren dan hanya dilakukan oleh perawat sift malam
kepada perawat sift pagi dan dari perawat sift pagi kepada sift sore.ift
pagi kepada sift sore.ift pagi kepada sift sore.sedangkan timbang terima
pasien oleh perawat sift sore kepada sift malam belum dilakukan secara
optimal bahkan terkadang tidak validasi ke pasien. Isi timbang terima
sudah lengkap.
4. Pengelolaan obat di ruang Bougenvile menggunakan desentralisasi obat
oral
5. Dischart planning di ruang Bougenvile sudah dilaksanakan namun hanya
sebatas dari instalasi Gizi yang sudah memberikan leaflet dan penjelasan,
sedangkan tentang penyakit yang diderita belum diberikan penjelasan
dan leaflet
6. Ronde keperawatan di ruang Bougenvile belum dilakukan namun secara
langsung ronde keperawatn didiskusikan langsung dalam ruangan

6.2 Saran
1. Pelaksanaan timbang terima perlu dioptimalkan terutama dalam
pelaksanaan preconveren dan validasi ke pasien.
2. Sebaiknya ronde keperawatan perlu dilakukan diruang Bougenvile
sebagai bukti peran aktif perawat dalam menyelesaikan masalah
kesehatan pasien.

171
3. Pelaksanaan discharge planning perlu dilaksanakan, direncanakan
sebelum pasien pulang dan sebaiknya dilengkapi dengan pemberian
leaflet penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Ditjend PPM dan PL,
Jakarta.
Gillies, D.A, (1996). Nursing Management A System Approach 3ed. Phyladephia:
WB Sauders Company
Huber, (2006), Leadership and Nursing Care Manajemen, Third Edition,
Philadelphia.
Nursalam.(2011).Manajemen Keperawatan.edisi 3.Jakarta : Salemba Medika.
Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina:
Jakarta.

172
Suyanto. (2008).Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra Cendikia Jogjakarta
Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki:
Yogyakarta.

LAMPIRAN

A. Ronde

173
B. Supervisi
BAB I
KEGIATAN
1.1 Pelaksanaan
Kegiatan supervisi tindakan injeksi intra vena akan dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat : RUANG BOUGENVILE RSD MARDI WALUYO
Topik : Supervisi peran perawat dalam tindakan . . . .
Supervisor : Rizal Bayu Setyawan, S.Kep
Sasaran : Pasien
1.2 Struktur Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan :
2. Ketua Tim :
3. Perawat Pelaksana :
1.3 Materi Yang Disupervisi
1. Persiapan tindakan pemasangan venflon
2. Pelaksanaan tindakan pemasangan venflon
1.4 Media Supervisi
1. Instrumen pemasangan venflon
2. Instrumen Supervisi

174
a. Format instrumen supervisi
b. Format laporan supervisi keperawatan
1.5 Mekanisme Kegiatan
Tahap PERAWAT
Temp
kegiat KARU KATIM PELAKSAN
at
an A
Pra 1. Salam Pembuka 1. Menguraikan 1.Menerima Rua
Superv 2. Menyampaikan tentang tindakan delegasi ng
isi tujuan supervisi pemasangan dari Ketua Kar
5 menit 3. Menentukan venflon hari itu Tim untuk u
kegiatan yang 2. Mende menyiapkan
akan disupervisi: legasikan kepada perlengkapa
mengecek jadwal Perawat Pelaksana n
pemasangan untuk menyiapkan pemberian
venflon milik PP perlengkapan pemasanga
4. Menjelaskan pemasangan n venflon
instrumen/ format venfloni
penilaian yang
akan digunakan.
5. Mempersilahkan
PP untuk
tindakan
pemasangan
venflon
Superv 1. Melakukan 1. Melakukan cross 1. Membantu Bed
isi pengawasan & check kelengkapan PP Pasien
15 koordinasi pemasangan venflon mempersia
menit 2. Menilai 2. Menjelaskan kepada pkan alat
pelaksanaan pasien dan keluarga yang belum
pemasangan tentang prosedur ada untuk
venflon pemasangan venflon pemasanga
berdasarkan yang akan n venflon
format supervisi dilaksanakan 2. Membawa
3. Melakukan 3. Melakukan langkah- peralatan
crosscheck langkah pemasanga
kelengkapan alat. pemasangan venflon n venflon
4. Mencatat : ke bed
jika ditemukan a) Menyiapkan pasien
ada hal-hal yang lingkungan yang
perlu didiskusikan aman dan
bersama PP dan nyaman
PA. b) Memasang
5. Mengisi sketsel
format/ instrumen c) Membawa alat-
penilaian supervisi alat ke dekat
6. Menyampai pasien
kan hasil penilaian d) Mencuci tangan
supervisi e) Mengatur letak
7. Memberika baring pasien
n feedback, f) Periksa larutan
reward, follow up dengan tekhnik
dan konsep solusi 6 benar
terhadap masalah g) Buka set infuse

175
yang ditemukan dengan
memperhatikan
sterilitas
h) Tempatkan klem
rol kurang lebih
2-5 cm dibawah
ruang drip dan
gerakkan klem
rol pada posisi
off
i) Tusukkan set
infus kedalam
botol. Alirkan
cairan kedalam
selang dengan
menekan ruang
drip
j) Yakinkan selang
bersih dari
udara
k) Pakai sarung
tangan
disposible
l) Menyiapkan area
yang akan
ditusuk
m)Menutup jarum
infus dengan
penutupnya lalu
diplesterkan ke
tiang infus
n) Memasang
engalas dibawah
anggota badan
yang akan
dipasang infus
o) Bendung dengan
menggunakan
torniquet
p) Menghapus
hamakan kulit
dengan kapas
alkohol
q) Menusukkan
jarum infu ke
vena dengan
lubang jarum
menghadap ke
atas
r) Torniquet
dilepas bila
darah sudah
masuk selang
s) Menutup bagian
yang ditusuk

176
dengan kassa
steril yang
sudah diberi
betadin
t) Pasang selang
infus dengan
venflon
u) Menghitung
tetesan infus
sesuai dengan
kebutuhan
v) Fiksasi selang
infus
w) Merapikan
pasien
x) Membereskan
alat
y) Perawat cuci
tangan
z) Mendokumentasi
kan tindakan
4. Mene
mui Karu untuk
evaluasi tindakan
KATIM dan PA
5. Mendengarkan
Post 1. Dokumenta 1. Tanda tangan 1.Mendengar Ruang
Superv si hasil supervisi hasil supervisi kan dengan Karu
isi 2. Salam 2. Mendengarkan seksama
10 penutup dengan seksama 2.Menerima
menit 3. Menerima hasil
hasil penilaian penilaian

1.6 Evaluasi
1. Struktur:
a. Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan
b. Menyusun konsep supervisi keperawatan.
c. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
d. Menentukan materi supervisi.
e. Persiapan alat dan pasien
2. Proses:
a. Melaksanakan supervisi keperawatan oleh Karu kepada Katim dan
Perawat Pelaksana
b. Katim dan Perawat Pelaksana melaksanakan tugas sesuai dengan
diskripsi tugas masing-masing
c. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
d. Karu mengisi lembar penilaian sesuai petunjuk teknis pengisian

177
3. Hasil:
a. Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
b. Supervisi dilaksanakan sesuai dengan rencana
c. Supervisor mengevaluasi hasil supervisi dan memberikan reward pada
Katim dan Perawat Pelaksana

MANEJEMEN KEPERAWATAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOUGENVILE RSD MARDI WALUYO BLITAR

LEMBAR EVALUASI SUPERVISI KEPERAWATAN


Dilakukan
No. Evaluasi
Ya Tidak
Struktur
1. Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan
2. Menyusun konsep supervisi keperawatan.
3. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
4. Menentukan materi supervisi.
5. Persiapan alat dan pasien
Proses
1. Melakukan cross check kelengkapan pemasangan
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur injeksi intra
vena yang akan dilaksanakan
3. Melakukan langkah-langkah tindakan pemasangan venflon :
a) Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
b) Memasang sketsel
c) Membawa alat-alat ke dekat pasien
d) Mencuci tangan
e) Mengatur letak baring pasien
f) Periksa larutan dengan tekhnik 6 benar
g) Buka set infuse dengan memperhatikan sterilitas
h) Tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm dibawah ruang drip dan
gerakkan klem rol pada posisi off
i) Tusukkan set infus kedalam botol. Alirkan cairan kedalam selang
dengan menekan ruang drip
j) Yakinkan selang bersih dari udara

178
k) Pakai sarung tangan disposible
l) Menyiapkan area yang akan ditusuk
m) Menutup jarum infus dengan penutupnya lalu diplesterkan ke tiang
infus
n) Memasang engalas dibawah anggota badan yang akan dipasang
infus
o) Bendung dengan menggunakan torniquet
p) Menghapus hamakan kulit dengan kapas alkohol
q) Menusukkan jarum infu ke vena dengan lubang jarum menghadap
ke atas
r) Torniquet dilepas bila darah sudah masuk selang
s) Menutup bagian yang ditusuk dengan kassa steril yang sudah diberi
betadin
t) Pasang selang infus dengan venflon
u) Menghitung tetesan infus sesuai dengan kebutuhan
v) Fiksasi selang infus
w) Merapikan pasien
x) Membereskan alat
y) Perawat cuci tangan
z) Mendokumentasikan tindakan
Hasil
1. Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
2. Supervisi dilaksanakan sesuai dengan rencana
3. Supervisor mengevaluasi hasil supervisi dan memberikan reward pada
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana

Mekanisme Pelaksanaan Supervisi


Dilakukan
No. Evaluasi
Ya Tidak
Pra Supervisi
Kepala Ruangan
1. Salam Pembuka
2. Menyampaikan tujuan supervisi
3. Menentukan kegiatan yang akan disupervisi: mengecek jadwal
pemasangan venflon milik Katim
4. Menjelaskan instrumen/ format penilaian yang akan digunakan.
5. Mempersilahkan Katim untuk tindakan pemasangan venflon
Katim
1. Menguraikan tentang tindakan pemasangan venflon hari itu
2. Mendelegasikan kepada Katim untuk menyiapkan perlengkapan
pemasangan venflon
Perawat Pelaksana
1. Menerima delegasi dari Katim untuk menyiapkan perlengkapan
pemasangan venflon
Supervisi
Kepala Ruangan
1. Melakukan pengawasan & koordinasi
2. Melakukan crosscheck kelengkapan alat.
3. Menilai pelaksanaan pemasangan venflon berdasarkan format
4. supervisi
Mencatat jika ditemukan ada hal-hal yang perlu didiskusikan bersama
5. Katim dan Perawat Pelaksana.
6. Mengisi format/ instrumen penilaian supervisi

179
7. Memberi kesempatan pada Katim untuk evaluasi diri
8 Menyampaikan hasil penilaian supervisi
Memberikan feedback, reward, follow up dan konsep solusi terhadap
masalah yang ditemukan
1. Katim
2. Melakukan cross check kelengkapan pemasangan venflon
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur
3. pemasangan venflon yang akan dilaksanakan
4. Mendelegasikan pada Perawat Pelaksana untuk membantu
pemasangan venflon
Melakukan langkah-langkah pemasangan venflon :
a) Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
b) Memasang sketsel
c) Membawa alat-alat ke dekat pasien
d) Mencuci tangan
e) Mengatur letak baring pasien
f) Periksa larutan dengan tekhnik 6 benar
g) Buka set infuse dengan memperhatikan sterilitas
h) Tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm dibawah ruang drip dan
gerakkan klem rol pada posisi off
i) Tusukkan set infus kedalam botol. Alirkan cairan kedalam selang
dengan menekan ruang drip
j) Yakinkan selang bersih dari udara
k) Pakai sarung tangan disposible
l) Menyiapkan area yang akan ditusuk Menutup jarum infus dengan
penutupnya lalu diplesterkan ke tiang infus
m) Memasang Pengalas dibawah anggota badan yang akan dipasang
infus
n) Bendung dengan menggunakan torniquet
o) Menghapus hamakan kulit dengan kapas alkohol
5. p) Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap
6. ke atas
q) Torniquet dilepas bila darah sudah masuk selang
1. r) Menutup bagian yang ditusuk dengan kassa steril yang sudah
diberi betadin
2. s) Pasang selang infus dengan venflon
t) Menghitung tetesan infus sesuai dengan kebutuhan
u) Fiksasi selang infus
v) Merapikan pasien
w) Membereskan alat
x) Perawat cuci tangan
y) Mendokumentasikan tindakan
Menemui Karu untuk evaluasi tindakan Katim dan Perawat Pelaksana
Menemui Karu untuk evaluasi tindakan Katim dan Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Membantu Katim mempersiapkan alat yang belum ada untuk
pemasangan venflon
Membawa peralatan pemasangan venflon ke bed pasien
Post Supervisi
Kepala Ruangan
1. Dokumentasi hasil supervisi
2. Salam penutup
Katim
3. Tanda tangan hasil supervisi
4. Mendengarkan dengan seksama

180
5. Menerima hasil penilaian
Perawat Pelaksana
6. Mendengarkan dengan seksama
7. Menerima hasil penilaian

PENDIDIKAN PRAKTIK PROFESI NERS (P3N)


MANEJEMEN KEPERAWATAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOUGENVILE RSD MARDI WALUYO BLITAR

181
FORMAT SUPERVISI PEMASANGAN VENFLON

Hari/Tanggal : :......................... Supervisor : ....................


Yang disupervisi : .......................... Ruangan : ...................

Dilakukan
Aspek Keteranga
Parameter Bobo Y Tida
Penilaian n
t a k
Persiapan A. Menyiapk
an Alat Steril. 1
1. Infus Set Steril 1
2. KassaSteril. 1
3. Bak Injeksi. 1
4. Spuit sesuai kebutuhan
B. Menyiapk 1
an alat non steril. 1
1. Cairan Infus 1
2. Abocath 1
3. Sarung Tangan. 1
4. Alkohol 70%. 1
5. Kapas 1
6. Betadin 1
7. Torniquet 1
8. Pengalas. 1
9. Perlak 1
10. Bengkok. 1
11. Korentang 1
12. Plester 1
13. Guntung 1
14. Alat tulis. 1
15. Jam tangan dengan
detikan. 3
Pelaksanaa C. Menyiapk
n an bahan-bahan. 2
1. Obat.
D. Menyiapkan Pasien.
1. 1
Memberi penjelasan kepada
pasien tentang prosedur
yang akan dilakukan.
2. M 2
engatur posisi pasien yang
nyaman. 2
Pelaksanaan Pemasangan 3
Venflon:
a) Menyiapkan lingkungan 2
yang aman dan nyaman 2
b) Memasang sketsel
c) Membawa alat-alat ke 3
dekat pasien
d) Mencuci tangan 3
e) Mengatur letak baring

182
pasien 2
f) Periksa larutan dengan
tekhnik 6 benar
g) Buka set infuse dengan
memperhatikan sterilitas
h) Tempatkan klem rol kurang 3
lebih 2-5 cm dibawah
ruang drip dan gerakkan
klem rol pada posisi off
i) Tusukkan set infus
kedalam botol. Alirkan 3
cairan kedalam selang
dengan menekan ruang drip 3
j) Yakinkan selang bersih
dari udara 2
k) Pakai sarung tangan
disposible
l) Menyiapkan area yang
akan ditusukMenutup
jarum infus dengan 2
penutupnya lalu
diplesterkan ke tiang infus
m) Memasang pengalas 1
dibawah anggota badan
yang akan dipasang infus 1
n) Bendung dengan
menggunakan torniquet 2
o) Menghapus hamakan kulit
dengan kapas alkohol
p) Menusukkan jarum infu ke 2
vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas 3
q) Torniquet dilepas bila
darah sudah masuk selang 3
r) Menutup bagian yang
ditusuk dengan kassa steril 2
yang sudah diberi betadin 2
s) Pasang selang infus dengan 1
venflon 1
t) Menghitung tetesan infus 1
sesuai dengan kebutuhan
u) Fiksasi selang infus
v) Merapikan pasien
Sikap w) Membereskan alat
x) Perawat cuci tangan 1
y) Mendokumentasikan 1
tindakan 3
3
Sikap perawat pada waktu
injeksi:
Evaluasi 1. Komunikasi. 2
2. Kerjasama.
3. Tanggung Jawab.
4. Kewaspadaan. 2

183
Evaluasi: 2
1. Mengevaluasi lokasi
penyuntikan dan kelancaran
tetesan.
2. Mengevaluasi kenyamanan
posisi.
3. Mengobservasi
kemungkinan plebitis.

Total Nilai 90

Kriteria:
Baik : 75-90
Cukup : 50-75
Kurang : < 50

Blitar, .......
Kepala ruangan

( )

PENDIDIKAN PRAKTIK PROFESI NERS (P3N)


MANEJEMEN KEPERAWATAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOUGENVILE RSD MARDI WALUYO BLITAR

LEMBAR PENILAIAN PERAN PERAWAT


DALAM TINDAKAN PEMASANGAN VENFLON

Hari/Tanggal :......................... Supervisor : .................................


Yang disupervisi : .......................... Ruangan : .................................
Aspek Dilakukan
Parameter Keterangan
Penilaian Ya Tidak
Tugas 1. Membuat jadwal rencana
Katim pemasangan venflon.
2. Mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan

184
pemasangan venflon.

Sikap Meliput:
1. Komunikasi.
2. Kerjasama.
3. Tanggung Jawab.
4. Kewaspadaan

Tugas 1. Memberikan pemasangan


Perawat venflon sesuai jadwal rencana.
Pelaksana 2. Memberi rasa aman dan
nyaman pada saat pemasangan
venflon.
3. Mencatat dan melaporkan
tindakan yang dilakukan dan
respon pasien.

Sikap Meliputi:
1. Komunikasi.
2. Kerjasama.
3. Tanggung Jawab.
4. Kewaspadan.

Blitar, .......
Kepala ruangan

( )

PENDIDIKAN PRAKTIK PROFESI NERS (P3N)


MANEJEMEN KEPERAWATAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOUGENVILE RSD MARDI WALUYO BLITAR

FORMAT DOKUMENTASI SUPERVISI

Hari/Tanggal : Supervisor :
Yang disupervisi : Ruangan :
Masalah Solusi Follow Up

185
C. Timbang Terima
BAB I
KEGIATAN
1.1 Pelaksanaan Kegiatan

Hari / tanggal : selasa / 15 juli 2014


Pukul : 11.00 s/d selesai
Pelaksana :
1. Achmad Miftachul Huda, S.Kep.
2. Andhik Hidayat, S.Kep.
3. Gustin Ika H, S.Kep.
4. Ika Laura D, S.Kep.
5. Kholid Shofi, S.Kep.
6. Luthfil Hakim, S.Kep.
7. Mia Margaretha M, S.Kep.
8. Rizal Bayu Setyawan, S.Kep.
9. Yunifa Qoiria, S.Kep.
10. Talimatul Oktavia, S.Kep.
11. Yosef Adi S. , S.Kep.

186
Topik : Timbang Terima
Tempat : Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar
Sasaran : Pasien di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar
1. Penanggung Jawab
Talimatul Oktavia & Gustin Ika H
2. Tujuan
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, diharapkan semua
perawat di Ruang Bougenvile mampu melaksanakan timbang terima
dengan benar.
3. Waktu
Jam 11.00
4. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Yunifa Qoiria
Ketua tim (Pagi) : 1. Yosep Adi S
2. Lutfil Hakim
Perawat pelaksana (Pagi) : 1. Achmad Miftachul Huda
2. Rizal Bayu Setyawan
Ketua tim (Sore) : Kholid
Perawat pelaksana (Sore) : Talimatul
Ketua Tim (Malam) : Ika Laura
Perawat pelaksana (malam) : Mia Margareta

1.2 Metode dan Media


1. Metode :
a. Karu memimpin proses Timbang Terima
b. Melakukan timbang terima antara Ketua tim pagi dengan Ketua tim
sore.
c. Melaporkan status keadaan klien dari Ketua tim pagi ke Ketua tim
sore.
d. Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
2. Media :
a. Materi disampaikan secara lisan.
b. Dokumentasi klien (status).
c. Lembar Timbang Terima

1.3 Alur Timbang Terima

187
KLIEN

DIAGNOSA MEDIS MASALAH KOLABORATIF DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA
TINDAKAN

TELAH BELUM
DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN / KEADAAN PASIEN

MASALAH TERATASI SELURUHNYA, SEBAGIAN, BELUM TERATASI DAN TERDAPAT MASALAH BARU

1.4 Instrumen
1. Status klien
2. Nursing kit.
3. Catatan/Lembar timbang terima

1.5 Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Pra 1. Kedua 10 menit Nurse Station Karu, Katim dan


Timbang kelompok dinas Perawat pelaksana
Terima sudah siap dan
berkumpul di Nurse
Station
2. Karu
mengecek kesiapan
timbang terima tiap
Katim
3. Kelompok
yang akan bertugas
menyiapkan catatan
(Work Sheet),
Katim yang akan
mengoperkan,
menyiapkan lembar
timbang terima &
nursing kit
4. Kepala
ruangan membuka
acara timbang

188
terima dilanjutkan
dengan doa.
Pelaksanaa 1. Ketua tim 20 menit Nurse Karu, Katim dan
n Timbang dinas pagi Station Perawat pelaksana
Terima melakukan timbang
terima kepada
Katim dinas sore.
Hal-hal yang perlu
disampaikan Katim
pada saat timbang
terima :
a. Identitas klien
dan diagnosa
medis termasuk
hari rawat
keberapa atau
post op hari
keberapa.
b. Masalah
keperawatan.
c. Data yang
mendukung.
d. Tindakan
keperawatan
yang
sudah/belum
dilaksanakan.
e. Rencana
umum yang
perlu dilakukan: Disamping
Pemeriksaan tempat tidur
penunjang, klien
konsul, prosedur
tindakan
tertentu.
2. Karu
membuka dan
memberi salam
kepada klien, Katim
pagi menjelaskan
tentang klien,
Katim sore
mengenalkan
anggota timnya dan
melakukan validasi
data.
3. Lama
timbang terima
setiap klien kurang
lebih 5 menit,
kecuali kondisi
khusus yang
memerlukan
keterangan lebih
rinci.
Post 1. Klarifikasi hasil 5 menit Nurse Karu
timbang validasi data oleh station Katim
terima Katim sore. Perawat pelaksana
2. Penyampaian alat-
alat kesehatan
3. Laporan timbang
terima
ditandatangani oleh
kedua Katim dan
mengetahui Karu
(kalau pagi saja).

189
4. Reward Karu
terhadap perawat
yang akan dan
selesai bertugas.
5. Penutup oleh karu.
1.6 Resume Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal : selasa / 15 juli 2014
Jam : 11. 00
Tempat : Ruang Bougenvil
Acara : Timbang Terima.
A. Presensi
1. Pembimbing dari pendidikan sebanyak 1 orang.
2. Supervisor sebanyak 1 orang.
3. Pembimbing Ruangan Bougenfil sebanyak 1 orang
4. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kadiri
sebanyak 11 Mahasiswa.
1.7 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan
kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh Ketua
tim.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Ketua tim malam menyerahkan ke Ketua tim berikutnya
yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse
station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi
timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi
yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila
ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

190
BAB 2
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai
keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan
yang optimal.

D. Penerimaan Pasien Baru


BAB 1
KEGIATAN
1.1 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal : Kamis, 10 Juli 2014
Waktu : 30 Menit
Pelaksana : Kepala ruangan, Katim dan perawat pelaksana
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan penerimaan pasien baru
Tempat : Ruang Boegenvile RSD Mardi Waloyo Blitar
Sasaran : Pasien baru masuk di Ruang Boegenvile

191
1.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Yunifa Qoiria, S.Kep
Katim 1 : Yosef Adi S., S.Kep
Perawat pelaksana 1 : Achmad Miftachul Huda, S.Kep

Katim 2 : Luthfil Hakim, S.Kep


Perawat pelaksana 2 : Rizal Bayu Setyawan, S.Kep

1.3 Metode
1. Penjelasan
2. Diskusi / Tanya jawab
3. Observasi

1.4 Media
1. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
2. Menyiapkan format pengkajian
3. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat.
4. Menyiapkan nursing kit
5. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
6. Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien
7. Menyiapkan kartu pengunjung
8. Menyiapkan kuisioner kepuasan pasien

192
1.5 Alur Penerimaan Pasien Baru
Pra Karu memberitahu Katim akan ada pasien baru

Katim menyiapkan:

1. Menyiapkan format penerimaan pasien baru


2. Menyiapkan format pengkajian
3. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat.
4. Menyiapkan nursing kit
Pelaksanaan 5. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan
pengunjung ruangan
6. Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien
7. Menyiapkan kartu pengunjung
8. Menyiapkan kuisioner kepuasan pasien
9. Tempat tidur pasien baru

Karu, Katim dan Perawat Pelaksana menyambut


pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh Katim dan Perawat Pelaksana

Katim menjelaskan segala sesuatu yang tercantum


dalam lembar penerimaan pasien baru

Post Terminasi

Evaluasi

Bagan 3.2 Alur Penerimaan Pasien Baru

193
1.6 Mekanisme penerimaan pasien baru
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA
Pra 1. Karu memberitahu Katim bahwa NUM’s 5 menit Karu Katim
Penerimaa akan ada pasien baru Office
n pasien 2. Katim menyiapkan hal-hal yang
baru diperlukan dalam penerimaan pasien
baru, diantaranya, menyiapkan format
penerimaan pasien baru, format
pengkajian, informed consent sentralisasi
obat, nursing kit, lembar tata tertib
pasien dan pengunjung ruangan, lembar
hak dan kewajiban pasien, kartu
pengunjung dan kuisioner kepuasan
pasien.
3. Katim meminta bantuan Perawat
Pelaksana untuk mempersiapkan tempat
tidur pasien baru
4. Karu menanyakan kembali pada
Katim tentang kelengkapan untuk
penerimaan pasien baru.
5. Katim menyebutkan hal-hal yang
telah dipersiapkan
Pelaksanaa 1. Karu dan Katim menyambut Kamar 20 menit Karu
n pasien dan keluarga dengan memberi Pasien Katim
penerimaa salam serta memperkenalkan diri dan Perawat
n pasien Katim pada klien/keluarga Pelaksana
baru 2. Katim menunjukkan tempat Pasien dan
tidur pasien yang akan ditempati. keluarga
3. Di tempat tidur pasien, Katim
melakukan anamnesa dengan dibantu
oleh Perawat Pelaksana.
4. Kemudian Katim mengisi
lembar pasien masuk serta menjelaskan
mengenai beberapa hal yang tercantum
dalam lembar penerimaan pasien baru.
5. Ditanyakan kembali pada
pasien dan keluarga mengenai hal-hal
yang belum dimengerti.
6. Katim, pasien dan keluarga
menandatangani persetujuan sentralisasi
obat.
7. Katim dan Perawat Pelaksana
kembali ke Nurse Station.
Post 1. Karu memberikan reward pada Nurse 5 menit Karu
penerimaa Katim dan Perawat Pelaksana Station Katim
n pasien Perawat
baru Pelaksana

1.7 Evaluasi
Evaluasi struktur
1. Tersedia sarana dan prasarana yang menunjang antara lain Menyiapkan
format penerimaan pasien baru, format pengkajian, informed consent
sentralisasi obat, nursing kit, lembar tata tertib pasien dan pengunjung
ruangan, lembar hak dan kewajiban pasien, kartu pengunjung, kuisioner
kepuasan pasien

194
2. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, Katim, dan
Perawat Pelaksana. Sedangkan pada shift sore dilakukan oleh Katim dan
Perawat Pelaksana
Evaluasi proses
1. Pasien baru disambut oleh Karu, Katim, dan Perawat Pelaksana.
2. Pasien baru diberi penjelasan tentang perawatan (termasuk Sentralisasi
obat), medis, serta tata tertib ruangan dan orientasi ruangan.
3. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
4. Katim melakukan anamnesa dengan dibantu oleh Perawat Pelaksana.
Evaluasi hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta tata
tertib ruangan.

195
PENDIDIKAN PRAKTIK PROFESI NERS (P3N)
MANAJEMEN KEPERAWATAN
ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOEGENVILE RSD MARDI WALOYO
BLITAR

LEMBAR PENERIMAAN PASIEN BARU

NAMA : NO. REG :


ALAMAT : DOKTER :
DX MEDIS : TANGGAL :
NO. TELP :

Penjelasan tentang :
1. Memperkenalkan diri
2. Perkenalkan perawat yang bertanggung jawab
3. Perkenalkan dokter yang bertanggung jawab
4. Penjelasan aturan RS
a. Fasilitas d. Waktu makan
b. Jam berkunjung e. Waktu kegiatan
c. Penunggu pasien perawatan
5. Orientasikan pasien dengan ruangan/lingkungan
a. Kamar mandi
b. Musholla
c. Ruang perawat
d. Pispot
e. Tata usaha
f. Kantin
g. Arah kiblat
6. Penjelasan sistem sentralisasi obat
7. Perkenalan pasien baru dengan pasien lain yang
sekamar
8. Dilarang membawa barang berharga.
9. Menanyakan kembali tentang kejelasan
informasi yang telah disampaikan

Saya menyetujui dan bersedia mematuhi tata tertib dan konsekuensinya selama
saya dirawat di Ruang Melati, sesuai dengan yang telah dijelaskan.

Keterangan : isi dengan ”” jika sudah dilakukan

Blitar, ......................

196
Perawat Pasien/Keluarga

(...............................) (.................................)

197
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN
LEMBAR PENERIMAAN PASIEN BARU

1. Pengisian dilakukan oleh perawat yang bertugas.


2. Pengisian nama, alamat,no. telp, no reg, diagnosa
medis dan tanggal.
3. Memberikan tanda ”” setelah diberikan penjelasan
tentang :
a. Identitas perawat yang menerima
b. Perawat yang bertanggungjawab
c. Dokter yang bertanggungjawab
d. Penjelasan akan aturan RS meliputi: fasilitas, jam berkunjung,
penunggu pasien, waktu makan dan waktu perawatan.
e. Penjelasan mengenai ruangan/lingkungan meliputi : kamar mandi,
musholla, ruang perawat, tata usaha, farmasi, dan spoel hock.
f. Penjelasan mengenai sistem sentralisasi obat.
g. Memperkenalkan pasien baru dengan pasien lain yang sekamar.
h. Memberitahukan larangan membawa barang berharga
i. Menayakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
4. Setelah keluarga/pasien menyetujui dan bersedia
mematuhi tata tertib dan konsekuensinya selama dirawat di Ruang Boegenvile
RSD Mardi Waloyo Blitar, keluarga/pasien menandatangani lembar
penerimaan pasien baru sebagai bukti persetujuan.
5. Perawat yang memberikan penjelasan
menandatangani lembar penerimaan pasien baru sebagai bukti telah
memberikan penjelasan.

198
E. Kepuasan Pasien
1. Lembar Observasi kepuasan pasien
KUESIONER KEPUASAN PASIEN
TERHADAP PELAYANAN MAHASISWA PRAKTIK MANAJEMEN
KEPERAWATAN
DI RUANG BOUGENVILLE RSU MARDIWALUYO BLITAR

1. Perawat memperkenalkan diri kepada Anda


 ya  tidak  kadang-kadang
2. Perawat bersikap sopan dan ramah ketika melayani Anda
 ya  tidak  kadang-kadang
3. Perawat menjelaskan peraturan dan tata tertib rumah sakit saat pertama kali
Anda masuk rumah sakit
 ya  tidak  kadang-kadang
4. Perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit saat Anda masuk
rumah sakit
 ya  tidak  kadang-kadang
5. Perawat menjelaskan tempat-tempat yang penting (kamar mandi, ruang
perawat, tata usaha, dll) untuk kelancaran perawatan
 ya  tidak  kadang-kadang
6. Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada anda
 ya  tidak  kadang-kadang
7. Kepala ruangan/perawat menunjukkan tentang perawat yang bertanggung
jawab pada anda
 ya  tidak  kadang-kadang
8. Perawat memperhatikan keluhan anda
 ya  tidak  kadang-kadang
9. Perawat menanggapi keluhan Anda
 ya  tidak  kadang-kadang
10. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi anda
 ya  tidak  kadang-kadang
11. Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan keperawatan
 ya  tidak  kadang-kadang
12. Perawat meminta persetujuan kepada anda/keluarga sebelum melakukan
tindakan
 ya  tidak  kadang-kadang
13. Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan sebelum
melakukan tindakan
 ya  tidak  kadang-kadang

199
14. Perawat menjelaskan resiko/bahaya tindakan pada anda sebelum melakukan
tindakan
 ya  tidak  kadang-kadang
15. Perawat memantau keadaan dan melakukan observasi pasien secara rutin
 ya  tidak  kadang-kadang
16. Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri
 ya  tidak  kadang-kadang
17. Perawat selalu berhati-hati dalam melakukan tindakan
 ya  tidak  kadang-kadang
18. Perawat menilai kembali keadaan anda setelah melakukan tindakan
keperawatan
 ya  tidak  kadang-kadang

Kritik dan Saran :


........................................................................................................................
......................................................

200
201
2. Tabulasi Kepuasan Pasien Desiminasi Awal
1 1 1 1 1 1 Prosentas Kode Keterangan:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 17 Jumlah
0 1 3 4 6 8 e
P1 3 1 1 3 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 3 3 2 32 59 % 3 Kode 1: Puas
P2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 47 87 % 1
P3 3 1 3 2 2 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 3 2 3 36 67 % 3 Kode 2: Cukup Puas
P4 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 46 85 % 1
Kode 3: Tidak Puas
P5 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 46 85 % 1
P6 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 44 82 % 1
P7 2 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 42 78 % 2
P8 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 44 82 % 1
P9 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 45 83 % 1
P1 1
3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 46 85 %
0
P1 1
3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 46 85 %
1
P1 1
2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 45 83 %
2
P1 2
1 3 1 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 42 78 %
3
P1 1
2 2 1 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 45 83 %
4
P1 1
2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 1 44 82 %
5
P1 2
1 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 41 76 %
6
P1 1
2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 45 83 %
7
P1 1
3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 46 85 %
8
P1 1
2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 45 83 %
9

202
P2 2
3 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 39 72 %
0
P2 1
2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 46 85 %
1
P2 1
3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 48 89 %
2
P2 1
3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 47 87 %
3
P2 1
2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 44 82 %
4

3. Tabulasi Kepuasan Pasien Desiminasi Akhir


Prosentas Kode Keterangan:
1 2 3 2 3 6 3 8 9 10 11 12 13 12 13 16 13 18 Jumlah
e
P1 1 3 1 1 3 2 2 3 3 1 1 2 3 2 3 3 2 2 38 70 % 2 Kode 1: Puas
P2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 47 87 % 1
P3 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1 Kode 2: Cukup Puas
P4 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 2 46 85 % 1
Kode 3: Tidak Puas
P5 2 3 3 3 3 1 3 1 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 46 85 % 1
P6 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 1 2 3 1 3 3 44 82 % 1
P7 3 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 1 3 2 3 1 2 2 42 78 % 2
P8 3 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 44 82 % 1
P9 2 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 45 83 % 1
P10 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 46 85 % 1
P11 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 46 85 % 1
P12 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 45 83 % 1
P13 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 44 82 % 1
P14 3 3 3 2 2 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 45 83 % 1

203
P15 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 44 82 % 1
P16 3 3 1 3 2 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 2 2 3 45 83 % 1
P17 2 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 45 83 % 1
P18 3 3 3 1 2 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46 85 % 1
P19 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P20 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 44 82 % 1
P21 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 46 85 % 1
P22 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 48 89 % 1
P23 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 47 87 % 1
P24 2 3 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 44 82 % 1
P25 3 3 3 1 2 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46 85 % 1
P26 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P27 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P28 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P29 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P30 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P31 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P32 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 48 89% 1
P33 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 47 87 % 1
P34 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P35 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P36 3 3 3 1 2 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46 85 % 1
P37 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P38 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P39 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P40 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P41 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 1 2 3 1 3 3 44 82 % 1
P42 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P43 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P44 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 1 2 3 1 3 3 44 82 % 1
P45 2 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 3 44 82 % 1
P46 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 47 87 % 1

204
P47 2 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 45 83 % 1
P48 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 3 3 46 85 % 1
P49 3 3 3 1 2 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46 85 % 1

205
F. Sentralisasi obat
BAB 1
PELAKSANAAN SENTRALISASI OBAT

1.1 Pelaksanaan Kegiatan


Hari /Tanggal : Selasa, 15 Juli 2014
Pukul : 10.00 WIB
Pelaksana : Kelompok 1 Manajemen
Topik : Sentralisasi obat
Tempat : Ruang Bougenvile Kamar 10B
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Acara dihadiri oleh :
1. Pembimbing dari pendidikan 1 orang
2. Pembimbing dari ruangan 1 orang
3. Mahasiswa Universitas Kadiri sebanyak 11 orang

1.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Yunifa Qoiria, S.Kep
Ketua TIM : Yosef Adi S., S.Kep
Perawat Pelaksana : Achmad Miftachul Huda, S.Kep
Pasien : Ny. “S”
Pembimbing : Widyantoro, S.Kep, Ns.

1.3 Pengorganisasian Peran


1. Kepala Ruangan
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktik.
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. Ketua Tim
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.

206
3. Perawat pelaksana
Melakukan pencatatan dan kontrol pemakaian obat selama klien dirawat.

1.4 Metode
1. Melakukan persiapan sentralisasi obat meliputi informed consent, lembar
serah terima obat dan bukti pemberian obat.
2. Melaksanakan sentralisasi obat berkolaborasi dengan bagian farmasi.
3. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat.

1.5 Media (Instrumen)


1. Informed Consent pengelolaan sentralisasi obat (terlampir beserta
juknis).
2. Lembar serah terima obat (terlampir beserta juknis).
3. Daftar pemberian obat (terlampir beserta juknis).
4. Kotak penyimpanan obat.

1.6 Mekanisme Sentralisasi Obat


TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU
Pra Katim ke KARU : Ruang 5 menit
pelaksanaan 1. Katim melapor KARU bahwa KARU
pasien lama/baru yang belum di
lakukan sentralisasi obat.
2. KARU menyetujui Katim untuk
melaksanakan sentralisasi obat.
3. KARU menanyakan cek persiapan
sentralisasi obat.
4. Katim menyebutkan hal-hal yang
perlu disiapkan.
5. KARU memeriksa kelengkapan
sentralisasi obat (meliputi informed
consent, lembar serah terima obat, dan
bukti pemberian obat, dan kotak
penyimpanan obat).
6. Kontrak waktu dengan pasien dan
keluarga.
Pelaksanaan 1. KARU, Katim dan Perawat Bed pasien 20 menit
Pelaksana menuju ke bed pasien untuk dan Nurse
melaksanakan sentralisasi obat. Station
2. KARU memberi salam pada
klien/keluarga, memperkenalkan diri

207
dan mempersilahkan Katim untuk
menjelaskan sentralisasi obat.
3. Katim melakukan kontrak waktu
kemudian menjelaskan tentang
sentralisasi obat (informed consent,
lembar serah terima obat, bukti
pemberian obat dan tempat
penyimpanan obat yang ada di ruang
pasien kepada pasien dan keluarga,
menjelaskan tentang tujuan, dan
manfaat dilaksanakan sentralisasi
obat, menjelaskan syarat-syarat
menebus obat). Katim memberi
kesempatan keluarga untuk bertanya.
4. KARU melakukan validasi.
5. Katim meminta keluarga dan atau
pasien untuk mengisi persetujuan
dilakukan sentralisasi obat
6. Katim dan keluarga menghitung
jumlah obat yang telah diambil dari
farmasi dibantu oleh Perawat
Pelaksana yang kemudian
didokumentasikan dalam lembar serah
terima obat.
7. Perawat Pelaksana melakukan
pencatatan pada lembar pemberian
obat dan jumlah obat yang diterima.
8. Katim dibantu Perawat Pelaksana
menyiapkan obat sesuai program
terapi baik oral maupun injeksi.
9. Katim memberikan penjelasan
pada pasien dan keluarga mengenai
nama obat yang akan diberikan,
manfaat, dosis, cara pemberian, efek
samping obat dan kontraindikasinya.
10. Katim dibantu Perawat Pelaksana
memberikan obat injeksi atau oral
kepada pasien dengan melibatkan
keluarga sesuai jadwal.
11. Sambil menunggu Perawat
Pelaksana memberikan obat Katim
mengajak salah satu keluarga ke ruang
perawat (nurse station) untuk
ditunjukkan tempat penyimpanan
obat.
12. Perawat Pelaksana
menandatangani daftar pemberian
obat serta mengobservasi efek

208
samping efek samping dari obat yang
telah diberikan.
13. Setelah obat diberikan, keluarga
diminta menandatangani daftar
pemberian obat tersebut.
Post 1. KARU mengecek kembali Nurse 5 menit
pelaksanaan kelengkapan dokumentasi sentralisasi Station
obat, antara lain dokumentasi pada
bukti pemberian obat, lembar serah
terima obat dan informed consent,
serta cara pendokumentasian pada
daftar pemberian obat.
2. Karu memberikan reward kepada
Katim dan Perawat Pelaksana.

1.7 Hasil Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
Persiapan dilakukan selama 6 hari mulai dari pembuatan proposal,
berlatih role play sampai kegiatan penerimaan pasien baru dilakukan.
Acara sesuai dengan jadwal pada Gann Chart. Pasien yang dilakukan
sentralisasi obat adalah pasien lama di Kamar 10B Ruang Bougenvile
RSD Mardi Waluyo Blitar.
2. Evaluasi Proses
No Waktu Kegiatan

3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan dihadiri oleh pembimbing Institusi dan Kepala Ruangan
Bougenvile.

209
b. Acara dimulai sesuai waktu yang ditentukan
c. Selama kegiatan, masing – masing mahasiswa bekerja sesuai
dengan peran masing – masing
d. Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik

G. Discharge Planning
BAB 1
KEGIATAN

210
1.1 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ tanggal : Selasa, 15 Juli 2014
Jam : 11.00 WIB
Topik : Discharge planning
Tempat : Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar
Sasaran : Pasien dan Keluarga
1.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Yunifa Qoiria, S.Kep
Ketua TIM : Yosef Adi S., S.Kep
Perawat Pelaksana : Achmad Miftachul Huda, S.Kep

1.3 Mekanisme kegiatan


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Kegiatan klien Pelaksana
dan keluarga
Persiapan 1. Katim memberitahu Karu akan 5 menit Nurse Karu
(pra DP) ada pasien yang rencana KRS dan Station Katim
mau dilakukan discharge planning
2. Katim sudah siap dengan format
discharge planning dalam status
pasien, dan kartu discharge
planning serta leaflet yang di
perlukan.
3. Katim menghadap Karu dan
menyebutkan hal-hal yang telah
disiapkan dan perlu diajarkan
pada klien dan keluarga.
4. Kepala ruangan memeriksa
kelengkapan dicharge planning.
Yaitu :
1) Booklet
2) Discharge planning card
3) Lembar pendokumentasi an DP
4) Tiruan makanan atau alat
peraga lainnya
5) Lembar kepuasan pasien
6) Tas berisi hasil photo Rontgen/
laboratorium.
5. Setelah persiapan lengkap, Katim
mengajak dokter dan Nutrisionist
ruangan, bersama Karu, menuju
ke kamar pasien.
Pelaksanaan 1. Bersama Katim, Perawat 20 menit Kamar Menjawab Karu, Katim,
discharge Pelaksana, dokter dan klien sapaan Perawat
planning Nutrisionist Karu menyapa klien Pelaksana
sambil tersenyum Menjawab dan
2. Karu menanyakan keadaan klien pertanyaan Nutrisionist

211
dan menjelaskan bahwa klien
sudah diijinkan untuk pulang Mendengarkan
3. Karu memberitahukan pada klien
bahwa Katim, dokter dan
Nutrisionist ingin menyampaikan
beberapa informasi untuk
persiapan klien di rumah.
4. Karu pamit pada pasien untuk
meninggalkan ruangan dan
mempersilakan Katim, dokter dan
Nutrisionist melanjutkan
kegiatan. Mendengarkan
5. Katim menyampaikan kontrak
waktu, memberikan pendidikan
kesehatan, melakukan
demonstrasi dan redemonstrasi
tentang :
a. Jadwal Kontrol
b. Aktivitas dan istirahat
c. Minum obat teratur
d. Perawatan diri selama di
rumah
Dokter menyampaikan tentang
kondisi penyakit klien.
Nutrisionist menyampai-kan
tentang diet klien selama di
rumah Bertanya
6. Katim, dokter dan Nutrisionist
memberi kesempatan kepada
klien dan keluarga untuk
bertanya. Menjawab
7. Katim, dokter dan Nutrisionist Pertanyaan
menanyakan kembali pada pasien
dan keluarga tentang materi yang
telah disampaikan. Mendengarkan
8. Katim, dokter dan Nutrisionist
memberikan reinforcement
kepada klien dan keluarga. Menjawab
9. Katim, Perawat Pelaksana, sambil
dokter dan Nutrisionist tersenyum
mengucapkan terima kasih. Katim
dan nutrisionist memberikan
booklet, hasil-hasil photo/
laboratorium serta kartu
discharge planning dan surat-
surat yang diperlukan klien.
10. Karu memvalidasi informasi
yang diberikan oleh Katim dan
tim kesehatan lain.
11. Katim /Perawat Pelaksana
melakukan pendokumentasian.
Penutup 1. Karu memeriksa kelengkapan 5 menit Nurse Mendengarkan Karu
pendokumentasian, memberikan station
pujian dan masukan atau saran
kepada Katim dan Perawat Menjawab
Pelaksana salam
2. Mengucapkan terima kasih
3. Menutup dengan salam

212
1.4 Evaluasi
1. Stuktur
a. Persiapan dilakukan saat Pasien masuk Ruang Bougenvile RSD
Mardi Waluyo Blitar
b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
c. Menyusun proposal
d. Menetapkan kasus.
e. Pengorganisasian peran.
f. Penyusunan booklet, kartu discharge planning dan lembar
discharge planning.
g. Persiapan obat, hasil-hasil lab, dan pemeriksaan penunjang.
h. Kontrak waktu dengan keluarga dan pasien
2. Proses
a. Kelancaran kegiatan.
b. Peran serta perawat yang bertugas.
c. Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi
3. Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga.
Klien dapat menyebutkan kembali tentang aturan pengobatan, rencana
kontrol setelah pulang dari rumah sakit sesuai jadwal kontrol atau bila
ada keluhan. Juga aturan diet dan jadwal minum obat (jika ada obat yang
dibawa pulang) dan aktivitas/ kegiatan di rumah.

PETUNJUK TEHNIS PENGISIAN


DISCHARGE PLANNING CARD
1. Bagian depan kartu meliputi:

213
No RM, nama, jenis kelamin, umur, alamat, nama dokter yang merawat
diisi sesuai dengan data pasien
2. Bagian dalam kartu meliputi:
a. Pulang dari RSD Mardi Waluyo Blitar diisi dengan tanda cheklist ()
pada kotak sesuai dengan kondisi pasien saat keluar dari RS
b. MRS : diisi dengan tanggal dan diagnosa medis saat pasien masuk RS
c. KRS : diisi dengan tanggal dan diagnosa medis saat pasien keluar RS
d. Yang dibawa pulang : diisi dengan tanda cheklist () pada kotak sesuai
dengan hasil pemeriksaan apa saja yang telah dilakukan, kartu kontrol,
kartu discharge planning, dan dokumen lain yang boleh dibawa pulang
oleh pasien
e. Kontrol ulang : diisi dengan tanggal dan tempat kontrol pasien
f. Perawatan di rumah
g. Aturan diet : diisi dengan makanan apa saja yang boleh dikonsumsi dan
tidak boleh dikonsumsi oleh pasien
h. Aktifitas dan istirahat : diisi dengan aktifitas apa saja yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien, olah raga dan istirahat
yang cukup
i. Obat: diisi dengan sisa obat yang masih ada dan bisa dibawa pulang
oleh pasien, dosis dan jumlahnya
j. Perawatan luka di rumah : diisi dengan apakah pasien harus dilakukan
dilakukan perawatan luka saat di rumah (jika ya, dilakukan perawatan
luka dengan apa, berapa kali sehari dan diberi obat apa tidak)
k. Yang perlu dibawa saat kontrol : diisi dengan hal-hal apa saja yang harus
dibawa saat kontrol
l. Tanda tangan pasien/ keluarga dan perawat diisi dengan tanda tangan
dan nama terang
m. Bagian belakang kartu meliputi catatan diisi dengan hal-hal apa saja
yang harus diperhatikan atau dilakukan oleh pasien dan keluarga setelah
pulang dari rumah sakit yang tidak tercantum pada poin-poin di atas

214
PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOUGENVIL RSD MARDI WALUYO BLITAR

215
LEMBAR DISCHARGE PLANNING
No. Reg : Alamat :
Nama : Ruang Rawat :
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
Diagnosa MRS : Diagnosa KRS :
Diagnosa Keperawatan :

Aturan Diet :

Obat-obat yang masih diminum, dosis, warna dan efek samping :

Aktifitas dan istirahat :

Tanggal / tempat kontrol :

Yang dibawah pulang (hasil Lab, Foto, ECG) :

Dipulangkan dari RS Ngudi Waluya Wlingi dengan keadaan


 Sembuh  Pulang paksa
 Meneruskan dengan obat jalan  Lari
 Pindah ke RS lain  Meninggal
Lain-lain : (Surat keterangan istirahat)

Blitar,......
Pasien / Keluarga Perawat

( ) ( )
Mengetahui
Kepala Ruang

( )

PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
DI RUANG BOUGENVIL RS MARDI WALUYO BLITAR

RESUME KEPERAWATAN

216
NAMA : JENIS KELAMIN : L / P
NO. RM: RUANG :

1. Tanggal masuk RS :
Dokter yang merawat :
Dokter konsultan :
Tanggal KRS :

2. Masa perawatan
a. Keadaan waktu masuk :
……………......................................................................................................
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..

b. Masalah keperawatan selama dirawat :


……………………………………………………………………………......
……………………………………………………………………………......
..………………………………………………………………………………

c. Tindakan yang di berikan :


1) Tindakan keperawatan
……………………………………………………………………….....
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………..............................
...

2) Tindakan medis :
……………………………………………………………………….....
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………..............................
...

3) Pemeriksaan penunjang medis :


……………………………………………………………………….....
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………..............................
...
4) Keadaan pasien saat pulang
……………………………………………………………………….....
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………..............................
...

3. Pasien Pulang
Masalah keperawatan yang perlu di lanjutkan di rumah

217
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
…..……......
…………………………………………………………………………....…..

Blitar,...........
Kepala Ruang /Tim Jaga

(………………………..)

218
H. Dokumentasi

ASUHAN KEPERAWATAN RUANG BOGENVILE RSD MARDI


WALUYO BLITAR
BEKERJA SAMA DENGAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI

FORMAT PENGKAJIAN
Jam :
Pengkajian tgl : NO. RM :
Tanggal MRS : Dx. Masuk :
Ruang/Kelas : Dokter yang merawat :

Nama : Jenis Kelamin :


Umur : Status Perkawinan :
Agama : Penanggung Biaya :
Identitas

Pendidikan :
Pekerjaan :
Keluhan utama :

Riwayat penyakit saat ini :


Riwayat keperawatan (Nursing History)

Penyakit yang pernah diderita :

Riwayat Pengobatan :
Nama Obat Cara pemberian Frekuensi Waktu terakhir diberikan

Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat alergi:  ya  tidak Jelaskan :

Riwayat Tranfusi darah :  ya  tidak reaksi :


Riwayat merokok :  ya  tidak
Riwayat minuman keras :  ya  tidak
Riwayat operasai :  ya  tidak
Sebutkan dan kapan :

Pemeriksaan Fisik

219
Keadaan Umum:  baik  sedang  lemah
Kesadaran:  Composmetis  Apatis  somnolen  Sopor  koma
GCS : Eye : Verbal : Motorik :
Tanda vital TD: mmHg Nadi: x/mnt Suhu : ºC RR: x/mnt

BB : Kg TB : Cm LLA :

Pola nafas irama:  Teratur  Tidak teratur


Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas:  verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
B1-Pernafasan

Sesak nafas  Ya  Tidak


Batuk  Ya  Tidak
Produksi sputum :  Ya Warna : konsistensi :  Tidak

Masalah: 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. Gangguan pertukaran gas
3. Pola nafas tidak efektif

Irama jantung :  Reguler  Ireguler


S1/S2 tunggal :  Ya  Tidak
Nyeri dada :  Ya  Tidak
B2-Kardiovaskuler

Bunyi jantung :  Normal  Murmur  Gallop lain-lain


CRT:  < 3 dt  > 3 dt
Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
JVD :
Cyanosis
Masalah: 1. Gangguan perfusi jaringan
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktifitas
B3-Persyarafan

Refleks fisiologis :  patella  triceps  biceps lain-lain:


Refleks patologis :  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:
Keluhan pusing :  Ya  Tidak

Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  unisokor ukuran : mm
Reflek cahaya (ka/ki) : /
Diameter : /
Sklera/konjungtiva :  Anamis  Ikterus lain-lain :
Penglihatan :  normal  kabur  pakai kaca mata  pakai lensa kontak

Pendengaran (telinga) :  bersihl  kotor  tinitus ka/ki  otitis media ka/ki


Gangguan pendengaran :  Ya  Tidak jelaskan :

Penciuman (hidung) :  tidak bermasalah  tersumbat sekret  epistaksis


Bentuk :  normal  tdak normal jelaskan :
Gangguan penciuman :  normal  tidak normal jelaskan :

Pola tidur :  normal  sulit tidur sering terbangun


Istirahat / tidur: jam/hari
Lain-lain:

220
Masalah: 1. Gangguan persepsi sensori
2. Resiko cedera
3. Gangguan istirahat tidur

Kebersihan:  Bersih  Kotor


Urin : Jumlah: cc/hr Warna: Bau:
B4 – bladder :Perkemihan

Alat bantu (kateter, dan lain-lain):


Kandung kencing: Membesar  Ya  Tidak
Nyeri tekan  Ya  Tidak
Gangguan:  normal  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Intake cairan oral : cc/hari
Lain-lain :

Masalah: 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (kurang/lebih)


2. Perubahan pola eliminasi urine

Nafsu makan:  baik  menurun Frekuensi: x/hari


 mual  muntah
Porsi makan:  Habis  Tidak Ket:
Diet saat ini :
Perubaan BB :  tidak  ya, kira – kira : kg/bulan/minggu
Minum : cc/hari Jenis:

Mulut dan Tenggorokan


Mulut :  Bersih  Kotor  Berbau
B5 – Bowel : Pencernaan

Mukosa :  Lembab  Kering  Stomatitis


Tenggorokan :  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:

Abdomen :  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik : x/mnt
Pembesaran hepar :  Ya  Tidak
Pembesaran linfa :  Ya  Tidak
Buang air besar : x/hari Teratur:  Ya  Tidak, terakhir tanggal :
 hemoroid  melena
Konsistensi Bau: Warna:
Lain-lain:

Masalah: 1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


2. Perubahan pola eliminasi alvi
3. Nyeri

221
Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas  Terbatas
Kekuatan otot:

Fraktur :  Ya  Tidak lokasi :


Dekubitus :  tida ada  ada lokasi : derajat :
Luka :  tida ada  ada lokasi : pus :  Ya  Tidak
Luka bakar :  ada  tidak
B6 - Muskuloskeletal/ Integumen

Kulit :  normal  luka  memar  kering  gatal-gatal  bersisik


Warna kulit :  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor:  Baik  Sedang  Jelek
Akral :  hangat  dingin
Odema:  Ada  Tidak ada Lokasi :
Luka  Ada  Tidak ada Lokasi :
Tanda infeksi luka  Ada  Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Pemakaian alat bantu :  traksi  gips Lokasi :

Lain-lain :

Masalah: 1. Intoleransi aktifitas


2. Nyeri akut
3. Resti infeksi/ resiko infeksi
4. Gangguan perfusi jaringan perifer

Pembesaran kelenjar Tyroid :  Ya  Tidak


Pembesaran kelenjar getah bening :  Ya  Tidak
Hiperglikemia  Ya  Tidak
Endokrin

Hipoglikemia  Ya  Tidak
Luka gangren  Ya, lokasi :  Tidak Pus:  Ya  Tidak
Masalah: 1. Nutrisi kurang/lebih kebutuhan tubuh

Mandi : Sikat gigi :


HigienePersonal

Keramas: Memotong kuku:


Ganti pakaian :

Masalah: 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL (personal hygiene)


Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya :  rendah diri  gelisah  marah/menangis  tenang
Psiko-sosio-spiritual

Orang yang paling dekat:


Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar:
Kegiatan ibadah:
Sebelum sakit :  sering/rutin  kadang-kadang  tidak pernah
Setelah sakit :  sering/rutin  kadang-kadang  tidak pernah
Lain-lain :
Masalah: 1. Kerusakan interaksi social

222
Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
Radiologi/USG, dll
Terapi:

Daftar Masalah Keperawatan


1.
2.
3.
4.

223
Blitar,....
Perawat Primer

(__________________)

224

Anda mungkin juga menyukai