PENDAHULUAN
1
2
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang juga sebagai Rumah Sakit rujukan kota
Banjarmasin, serta wilayah sekitarnya sekaligus sebagai Rumah Sakit Type C
mempunyai beberapa ruangan yang menjadi ruang percontohan dalam
menerapkan model keperawatan MAKP. Ruang Al Biruni merupakan salah satu
ruangan demgan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan Metode Tim Primeryang ada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) metode Tim Primer yang telah diterapkan di
Ruang Al-Biruni Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi dalam bidang managemen keperawatan tentang prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Metode Tim Primer.
Cara atau metode yang digunakan dalam usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Dengan cara kerja yang baik akan memperlancar dan
memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode kerja
5
6
yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu baik, kalau orang yang
diserahi tugas pelaksanaannya kurang mengerti atau tidak
berpengalaman maka hasilnya juga akan tetap kurang baik. Oleh
karena itu hasil penggunaan/penerapan suatu metode akan tergantung
pula pada orangnya.
Pentingnya perencanaan :
Unsur-unsur perencanaan
8
Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat
dihasilkan rencana yang baik, yaitu: melihat jauh ke depan, sederhana,
jelas, fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-
sumber untuk pelaksanaan.
Teknik perencanaan
a. PPBS, yaitu system perencaaan, pembuatan program, dan pembuatan
anggaran (planning, programming, and budgeting system)
b. NwP, yaitu perencanaan jaringan kerja (network planning)
c. Perencanaan tradisional berdasarkan jenis pengeluaran
d. Perencanaan hasil keria yang berorientasi pada sasaran/hasil yang
ingin dicapai
Prinsip Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer
memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil
keputusan dan dapat bertindak. Untuk mengatur secara efektif, prinsip-
prinsip organisasi berikut dapat digunakan oleh seorang manajer,
sebagai berikut:
a. Prinsip Spesialisasi
Implementasi
12
5) Pemindahan
Pemindahan terdiri dari promosi, mutasi dan demosi
a. Promosi, adalah memberikan tanggung jawab dan wewenang
yang lebih besar kepada pegawai, dengan kata lain promosi
adalah kenaikan pangkat/jabatan yang lebih tinggi, merupakan
salah satu usaha untuk memajukan/mengembangkan pegawai.
b. Mutasi, adalah memindahkan pegawai dari jabatan yang satu ke
jabatan yang lain dalam satu tingkatan secara horizontal.
c. Demosi, adalah suatu tindakan memberikan kekuasaan dan
tanggung jawab yang lebih kecil, dengan kata lain penurunan
pangkat/jabatan karena dinilai kurang cakap dan kurang
berprestasi pada jabatan tersebut.
7) Penilaian prestasi
Penilaian prestasi adalah salah satu hal yang penting dalan
pengorganisasian, namun dalam pelaksanaannya sangat sulit untuk
melihat hasil yang memadai.Penilaian prestasi dapat dibedakan
dalam 2 macam, yaitu formal dan informal.
Prinsip Actuating
a. Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah
pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan
utama penugasan adalah untuk mencapai keseimbangan antara
beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan
untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
b. Pengawasan Pengelolaan Dana
16
Implementasi
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah
untuk memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya
saja:
a. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
b. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka
sendiri,
c. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih
penting atau mendesak,
d. Tugas yang diberikan cukup relevan,
e. Hubungan harmonis antar rekan kerja.
Jelas sekali bahwa fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang
definisi sangat vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan
17
Implementasi
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang
manajer yang meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan
yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manejer.
Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk
mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai
dengan yang dikehendakinya.
tugasnya. Jika manajer tidak yakin dari tugasnya atau bawahan tidak
memiliki kekuatan atau tidak tahu bahwa dia memiliki kekuatan
untuk melaksanakan tugasnya, akan menjadi sulit untuk menentukan
siapa yang bertanggung jawab.
Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua
anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart &
Woods (1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
1) Oksigen
2) Cairan dan elektrolit
3) Eleminasi
4) Keamanan
31
Kepala Ruangan
Pasien/Konsumen
Kelebihan:
1) Manajemen klasi yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior/belum berpengalaman.
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-piash, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Presepsi [erawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja
b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan menjadi dua atau 3 tim/grup
yang terdiri atas perawat professional, teknikal, dan pembantu,
dalam kelompok kecil yang saling membantu.
1) Kelebihan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
34
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim scara
jelas.
(4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat,
36
c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
(4) menginformasikan hal-hal yang dianggap pentingdan
berhubugan dengan askep pasien
(5) melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6) membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
(7) meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
d) Pengawasan
(1) melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatn yang diberikan kepada
pasien.
(2) Melalui Supervisi
37
Kepala Ruangan
a. MAKP Primer
Meode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatn pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
PP I PP I
PA I PA I
PA 2 PA 2
Pasien PA I
PA 2
Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan koperehensif
2) Bersifat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan
Rumah Sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu, selain itu asuhan
keperawatan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.
b. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama ia dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan
39
Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
2) System evaluasi dari menejerial lebih mudah
Kekurangan
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuandasar yang sama.
Bagan 2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan MSAKP
Kasus
Kepala Ruangan
b. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur.Setiap
perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di satu ruangan.(Sitorus, 2006).
a) Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus,
2006) :
1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus
dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab
ketua tim adalah:
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui
konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
serta mendokumentasikannya
43
c) Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan
yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan
sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu
model kompetensi dan model pendidikan.Pada model kompetensi,
perawat terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan
tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai dengan
kemampuannya.Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan
pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang menjadi tnggung
jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar tenaga tersebut
diatur (Sitorus, 2006)
d) Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan
fungsi berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada
sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal.
ANA dalam Marquis dan Hutson (2000) mengatakan bahwa
manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan kesehatan
yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas
47
d. Hubungan profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa
anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan
adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang
terlibat, maka dari itu perlu kesepakatan tentang cara melakukan
hubungan kolaborasi tersebut.
BAB 3
TINJAUAN LAHAN
3.2 Input
78 ℎ𝑎𝑟𝑖
Loss day x 16 = 4 perawat
286
16+4
Koreksi 25% = x 25 = 6 perawat
100
78 ℎ𝑎𝑟𝑖
Loss day x 14 = 3,8 = 4 perawat
286
14+4
Koreksi 25% = x 25 = 4,5 = 5 perawat
100
Mahasiswa Praktek
Mahasiswa Program Profesi Ners Stase Manajamen Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin periode praktek 30 Desember 2019 s/d 25
Januari 2020.
Pasien
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian diruang Al-Biruni
pada bulan Oktober – Desember 2019, yaitu berjumlah orang dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 3.6 Daftar 10 penyakit terbanyak diruang Al-Biruni
No Penyakit Jumlah Presentasi
1. Kandungan/kebidanan 183 46,1 %
2. TB Paru 36 9%
3. Diabetes Melitus 30 7,5 %
4. Hipertensi 27 6,8 %
5. CHF/HF 25 6,4 %
6. Demam Tipoid 24 6,1 %
7. GEA 23 5,7 %
8. Dispepsia 20 5,1 %
9. CKD 16 4%
10. Anemia 13 3,3 %
Jumlah 397 100 %
34 Urinal 3 √
35 EKG 1 √
Tabel 3.9 Daftar alat non kesehatan di Ruang Al-Biruni Rumah Sakit
Islam Banjarmasin
Jumlah Keadaan Barang
Jenis Barang/ Barang
No Kurang Rusak K
Nama Barang Register Baik Baik Berat e
t
1 Lampu baca 1 1 0 0
rontgen
2 Kursi roda 2 2 0 0
3 Kipas Angin 4 3 0 0
4 Kursi Kayu 3 3 0 0
5 Kursi plastic 19 19 0 0
6 Kulkas kecil 1 1 0 0
7 Meja 2 2 0 0
berada di ruangan Al-Biruni sudah cukup baik tetapi ada beberapa barang
yang tidak bisa digunakan.
Denah Ruangan :
70
Keterangan:
Kamar 702,703,705 : Kelas I
Kamar 704 : Ruang Bangsal Kebidanan
Kamar 706,707,708,709 : Kelas II
Kamar 710 : Ruang Bangsal Perempuan
Kamar 711 : Ruang Bangsal Laki-laki
Kamar 712 dan 713 : Ruang Isolasi
Kamar 714,715,716,717 : Kelas I
71
6) Adminitrasi Penunjang
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 30 Desember 2019, diketahui
bahwa sarana dan prasarana di Daftar Alat Rumah Tangga Ruang Al
biruni sudah cukup baik. Fasilitas penunjang seperti kamar mandi/WC
kondisinya cukup baik namun tidak terdapat pegangan untuk pasien.
Setiap pagi ruangan dibersikan oleh petugas CS dan kondisi ruangan
cukup tenang. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, terdiri atas : 2
buku laporan harian, 1 buku tanda-tanda vital, 1 buku visit dokter, 1 buku
konsul, 1 buku injeksi dan obat oral, dan lain-lain.
4) Tindakan
Berdasarkan hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar
asuhan keperawatan pada bagian tindakan keperawatan didapatkan
sebesar 60 % dokumentasi keperawatan dinyatakan kurang baik.
5) Evaluasi
Berdasarkan hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar
asuhan keperawatan pada bagian diagnosa keperawatan didapatkan
sebesar 85 % dokumentasi keperawatan dinyatakan baik.
6) Dokumentasi
Berdasarkan hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar
asuhan keperawatan pada bagian dokumentasi keperawatan
didapatkan sebesar 86 % dokumentasi keperawatan dinyatakan baik.
media sosial. Rumah Sakit Islam Banjarmasin juga melakukan kerja sama
dengan Dokter Praktik, dimana pasien yang berobat di dokter praktik apabila
disarankan untuk rawat inap langsung di rujuk ke Rumah Sakit Islam
Banjarmasin. Ruangan Al biruni adalah ruangan yang memiliki ruangan dan
bed yang banyak terdapat ruangan kelas 1,2 dan 3 sehingga dapat
menampung pasien yang banyak dengan kasus penyakit yang banyak juga.
3.3 Proses
3.3.1 Fungsi Perencanaan
a) Visi, Misi & Tujuan Ruang Perawatan
1) Visi Ruangan Perawatan
Menjadikan ruang Al biruni sebagai ruangan perawat yang aman dan
nyaman berlandasan pada pemberian asuhan keperawatan yang
kholistik (Bio, Psioko, Sosio, Spiritual, dan Kultural).
2) Misi
a. Meningkatkan kebersihkan dan kerapiaan ruangan
b. Melindungi klien, pengujung dan tenaga medis dari resiko infeksi
nosokomial (INOS), serta mencegah terjadinya
penyakit/komplikasi lebih lanjut kepada pasien dan keluarga,
c. Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap
preinteraksi, terminasi, dan komunikasi serta meningkatkan
komunikasi teraputik.
d. Berubah memberikan kenyamanan dan kepuasan pelayanan kepada
pasein dan keluarga.
Hasil observasi ruangan Al Biruni sudah ada memiliki SOP dan SAK
dan sudah lengkap sesuai dengan yang ada dirumah sakit. Ruang Al
Biruni sudah memiliki SOP yang mengacu pada SOP Rumah Sakit
Islam berjumlah 195 buah dan SAK berjumlah 10 buah sesuai dengan
10 penyakit terbanyak. Persepsi perawat pelaksana tentang SOP dan
SAK sudah cukup baik.
PEKARYA
2) Pembagian Tugas
Uraian Tugas Kepala Ruang Pelayanan Rawat Inap
a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan
b. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
c. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf
78
Mendaftar
Direkam medik
Ke Ruangan
Rawat Jalan Rawat Inap
Pulang
b) Preconferen
Berdasarakan wawancara dengan kepala ruangan saat Preconference
sudah dilakukan, namun tidak maksimal
c) Postconferen
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan Postconferens hanya
kadang-kadang bisa dilakukan
d) Motivasi
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan motivasi kepada perawat
sudah dilakukan namun hanya secara lisan saja dan peningkatan motivasi
sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung
maupun tidak langsung. Misalnya, Di Ruang Al-Biruni Kepala Ruangan
memberikan motivasi kepada perawat pelaksana dan kedua ketua Tim
berharap apa yang diberikan kepada pasien menjadi amal ibadah untuk
kita dan mampu memberikan pelayanan keperawatan yang memuaskan
e) Pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala Ruang Al-Biruni dalam
melakukan pendelegasian dilakukan antara Kepala Ruangan kepada
katim, Katim kepada perawat pelaksana yang dianggap kompeten, dan
antara dokter kepada dokter lainnya. Pendelegasian antar dokter biasanya
menggunakan surat pendelegasian dokter visite.
84
f) Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan pelaksanaan supervisi di
ruang Al-Biruni dilakukan oleh kepala ruangan dan bisa juga dilakukan
oleh ketua tim. Teknik supervisi dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung kepala ruangan atau ketua tim melakukan
pengamatan langsung apa yang terjadi dilapangan (ruangan) dan secara
tidak langsung kepala ruangan atau ketua tim menerima laporan secara
lisan maupun tertulis apa yang terjadi diruangan. Kepala ruangan atau
ketua tim yang melakukan supervisi akan memberikan pengarahan,
bimbingan, memotivasi, mengobservasi dan mengevaluasi kegiatan
diruangan. Biasanya kepala ruangan akan berdiskusi dengan ketua tim
dan anggota tim dalam memecahkan masalah atau kekurangan yang
ditemukan selama supervisi. Pendokumentasian supervise tidak
dilakukan.
g) Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan ronde keperawatan tidak
dilaksanakan diruangan.
Data Penilaian resiko jatuh dilakukan pada saat pengkajian awal dengan
menggunakan metode pengkajian resiko jatuh yang telah ditetapkan oleh
Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Penilaian resiko jatuh pada pasien
dewasa menggunakan scoring morse dan anak menggunakan scoring
humpty dumpty. Berdasarkan hasil observasi di ruangan tidak adanya
pengkajian resiko jatuh anak dan dewasa pada ruangan.
Melalui observasi hasil pengamatan kami tidak ada pasien yang datang
keruang jaga perawat untuk komplain.
3.4 Output
3.4.1 Indikator pelayanan Efisiensi Ruangan
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
BOR = x 100%
𝐵𝑒𝑑 𝑥 𝑃𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
1886
BOR = 28 𝑥 92 x 100%
1886
BOR = 2576 x 100%
1886
ALOS = 612/3
1886
ALOS = 2014
612
BTO = 28
(28 𝑥 92)−1886
TOI = 612
2575−1886
TOI = 612
0
NDR = 612 x 1000
NDR = 0
16
GDR = 612 x 1000
GDR = 26
Jadi data yang didapat dari hasil pengkajian studi dokumentasi penerapan
standar asuhan keperawatan di ruang Al-Biruni Rumah Sakit Islam
Banjarmasin dapat kurang baik dengan pencapaian rata-rata 74,8 % karena
nilai standar pendokumentasiaan askep dinyatakan baik bila > 75 %.
92
Kadang-
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
kadang
Perencanaan
1 Dalam melaksanakan tugas, saya sesuaikan 7 orang 2 orang
dengan dengan visi dan misi Rumah Sakit 77,8% 22,2%
2 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan 5 orang 4 orang
saya berpedoman pada standart asuhan 55,6% 44,4 %
keperawatan (SAK)
3 Dalam melaksanakan prosedur 4 orang 5 orang
keperawatan saya berpedoman pada 44,4% 55,6%
standart operasional prosedur (SOP)
4 Dalam bekerja saya berdasarkan peraturan 6 orang 3 orang
yang ada di rumah sakit 66,7% 33,3%
5 Saya berusaha konsisten dalam bekerja 5 orang 3 orang 1 orang
dengan mengikuti standart kinerja di 55,6% 33,3% 11,1 %
rumah sakit
Pengorganisasian
1 Sistem pemberian asuhan keperawatan 3 orang 6 orang
yang digunakan diruangan ini dengan 33,3% 66,7 %
MPKP
2 Saya memahami struktur organisasi yang 4 orang 5 orang
ada di ruangan 44,4% 55,6%
3 Dalam bekerja saya melakukan tugas 5 orang 4 orang
sesuai dengan uraian tugas yang ditentukan 55,6% 44,4%
oleh ruangan
4 Jumlah tenaga keperawatan yang ada 5 orang 1 orang 2 orang 1 orang
diruangan telah sesuai dengan beban kerja 55,6% 11,1% 22,2% 11,1 %
5 Pengaturan shif yang ada dalam ruangan 4 orang 2 orang 3 orang
saya berdasarkan dari tingkat 44,4% 22,2% 33,3%
ketergantungan klien
Pengaturan Staf
1 Di ruangan ini dilaksanakan orientasi Staf 8 orang 1 orang
pada setiap perawat yang baru 88,9% 11,1%
Pengarahan
1 Didalam bekerja saya tenang karena setiap 5 orang 3 orang 1 orang
saat ada kegiatan supervise untuk 55,6% 33,3% 11,1%
menunjukan yang baik kepada kami
2 Saya tahu betul pekerjaan saya karena 5 orang 3 orang 1 orang
setiap dinas ada program operan antarship 55,6% 33,3% 11,1%
yang jelas
3 Saya tahu betul pekerjaan saya sebagai 6 orang 2 orang 1 orang
perawat pelaksana karena sebelum dinas 66,7% 22,2% 11,1 %
ada pre konferen dari kepala tim untuk
menjelaskan pekerjaan yang akan kita
lakukan
4 Saya mengetahui pekerjaan dengan baik 4 orang 4 orang 1 orang
karena setiap hari ada program post 44,4% 44,4% 11,1%
conferen dari kepala tim untuk
menjelaskan evaluasi pekerjaan kita
93
lakukan
5 Ruangan Melakukan kegiatan ronde 5 orang 3 orang 1 orang
keperawatan diruangan untuk 55,6 % 33,3 % 11,1 %
menyelesaikan kasus kompleks diruangan
Pengendalian
1 Tiap tiga bulan sekali diruangan saya 3 orang 4 orang 2 orang
dilakukan evaluasi terhadap kinerja 33,3% 44,4% 22,2%
perawat diruangan masing-masing yang
dilakukan oleh ketua tim dan perawat
pelaksana
2 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit 4 orang 5 orang
mutu dengan cara menghitung BOR 44,4% 55,6%
3 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit 4 orang 5 orang
mutu dengan cara menghitung ALOS 44,4% 55,6%
4 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit 4 orang 5 orang
mutu dengan cara menghitung TOI 44,4% 55,6 %
5 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit 4 orang 2 orang 3 orang
mutu dengan cara menghitung kejadian 44,4% 22,2% 33,3 %
infeksi nosokomial
6 Tiap bulan diruangan saya dilakukan 6 orang 2 orang 1 orang
audit mutu dengan cara menghitung 66,7 % 22,2% 11,1 %
kejadian jatuh
7 Di ruangan kami seluruh perawat 6 orang 3 orang
Identifikasi pasien 66,7% 33,3 %
8 Di ruangan kami telah dilaksanakan 6 orang 3orang
penggunaan komunikasi efektif 66,7% 33,3 %
menggunakan SBAR saat pelaporan via
telepon dan timbang terima
9 Di ruangan kami sudah dilakukan 6 orang 2 orang 1orang
pengelolaan obat high alert dengan baik. 66,7% 22,2% 11,1 %
10 Upaya memastikan Lokasi Pembedahan 5 orang 3 orang 1orang
pasien operasi Sign In, Sign Out Time Out 55,6% 33,3% 11,1%
telah dilakukan di ruangan kami
11 Pelaksanaan Hand Hygeine five moment 5 orang 3 orang 1orang
sudah dilakukan dengan baik 55,6% 33,3% 11,1%
Total 143 92 25 1
Presentasi 54,8 % 35,3 % 9,6 % 0,3 %
d. Instrumen Kepuasan
1) Kepuasan Pasien
Tabel 3.18 Instrumen Kepuasan Pasien
Jumlah
Jawaban
Peserta
No Pertanyaan Ya % Kad % Tid %
ang ak
2
1 Perawat selalu memberikan 21 100% 0 0 0 0 21
salam pada saat masuk kamar Orang
2 Perawat memperkenalkan diri 11 52,4 % 4 19 % 6 28,6 21
kepada anda % Orang
3 Dalam melayani pasien, perawat 21 100 % 0 0 0 0 21
bersikap sopan dan ramah Orang
4 Perawat menjelaskan peraturan 11 52,4 % 0 0 10 47,6 21Oran
94
Dari hasil survey persepsi pasien terhadap mutu kepuasan pasien, didapatkan
nilai 80,9 %, berarti dapat dikatakan baik atau puas dan 19,1 % mengatakan
tidak puas. Pertanyaan yang tidak puas berada pada point perawat tidak
memperkenalkan diri kepada pasien, perawat tidak menjelaskan peraturan
atau tata tertib rs, perawat tidak menjelaskan dimana tempat penting untuk
melancarkan perawatan, perawat tidak menjelaskan tujuan perawatan pasien,
perawat tidak mengkonfirmasi tentang perawat yang bertanggung jawab,
perawat tidak mencuci tangan sebelum menyentuh pasien.
3) Instrumen SOP
b. Perawat
1. Cuci tangan 1 1 1 1
2. Jelqqaskan kepada klien 1 1 1 1
prosedur yang akan dilakukan
3. Bawa alat-alat yang sudah 1 1 1 1
disiapkan ditroli kedekat pasien
4. Buka set infus yang masih steril 1 1 1 1
5. Atur letak klep pengatur cairan 1 1 1 1
5 – 10 cm dibawah penampung
cairan
6. Putar naikkan pengatur cairan 1 1 1 1
7. Buka penutup botol cairan dan
pertahankan agar tetap steril 0 1 1 0
8. Hubungkan set infus dengan
botol infus secara steril 0 1 1 0
9. Gantungkan botol cairan itu
pada standar infus 1 1 1 1
10. Tekan penampung sehigga
cairan masuk dan mengisi 1 1 1 1
penampung ¾ bagian
11. Buka klep pengatur dan isi
selang dengan cairan dan selang 1 1 1 1
menghadap keatas sehingga
udara didalamnya keluar
12. Matikan pengatur tetesan bila
cairan sudah memenuhi pipa 1 1 1 1
13. Perhatikan lagi apakah dalam
pipa ada udara, jika ada 1 1 1 1
keluarkan udara kepenampung
udara
14. Cantumkan identitas klien,
nomor kamar, jam, tanggal, 0 0 0 0
obat yang dimasukkan kedalam
botol dan nama ners yang
mengerjakannya
97
c. Pelaksanaan
1. Gantungkan botol yang sudah 1 1 1 1
siapkan setinggi 1 m
2. Pasang alas karet dibawah 0 0 0 0
pemasangan infus
3. Letakkan ujung pipa yang 0 0 0 0
tertutup jarum ditroli
4. Pilih jarum atau kateter yang 1 1 1 1
tepat dan benar. Buka
pembungkus 1 1 1 1
5. Gunting plester sepanjang ± 6 –
10 cm dengan lebar 0,5 cm dan
letakkan dotempat yang 1 1 1 1
terjangkau
6. Periksa vena klien yang cocok 1 1 1 1
untuk ditusuk 1 1 1 1
7. Cukur rambut bila perlu
8. Periksa bagian vena supervisial
yang cukup besar untuk 1 1 1 1
memudahkan penusukkan jarum
9. Ikatan “Torniquet” 10 – 15 cm
diatas daerah yang akan ditusuk, 0 1 1 1
periksa pulsasi distal
10. Anjurkan klien untuk membuka
dan menutup kepalan tangannya 1 1 1 1
beberapa kali
11. Pilihlah vena yang tampak dan 1 1 1 1
kuat pada waktu palpasi
12. Pakai sarung tangan (steril bila 1 1 1 1
diperlukan)
13. Bersihkan bagian itu dengan 1 1 1 1
antiseptic
14. Letakkan ibu jari pada vena
bagian distal dari luka tusukan,
tekan sampai vena dibawah kulit
menjadi tegang 1 1 1 1
15. Masukkan jarum pada sudut 30
° kurang lebih 0,5 sampai 1 cm
bagian distal dari vena yang
dituruk, sampai menembus
dinding depan vena 1 1 1 1
16. Perhatikan darah yang keluar
dari jarum kearah pipa plastik
pangkal jarum 1 1 1 1
17. Tarik sedikit saja jarum bagian
dalam/jarum besi, sehingga
bagian depan adalah jarum
plastik saja (jarum besi masih
berada dalam jarum plastik),
dorong jarum plastic menelusuri
vena sampai kepangkalnya 1 0 0 1
18. Sterilkan sekali lagi dengan
antiseptic/alkohol pada area
penusukan sebelum difiksasi
dengan plester steril 1 1 1 1
19. (hypapix/plesterin/hansaplast/tra
nsparan dressing) yang tersedia 1 1 1 1
20. Tarik jarum besi dari IV kateter
dan segera tekan (agar darah
tidak keluar) pada pangkal
jarum yang terpasang, buka
penutup ujung selang cairan
98
Keterangan :
0 : Tidak Dilakukan.
1 : Dilakukan
Pada tahap kerja, ‘Cantumkan identitas klien, nomor kamar, jam, tanggal, obat
yang dimasukkan kedalam botol dan nama ners yang mengerjakannya’
seluruh perawat yang diobservasi (4 orang) tidak melakukan tindakan sesuai
SOP.
Juga tahap pelaksanaan ‘Pasang alas karet dibawah pemasangan infus’ dan
‘Letakkan ujung pipa yang tertutup jarum ditroli’, juga tidak dilakukan oleh
99
seluruh perawat yang diobservasi (4 orang). Pada tahap ‘Anjurkan klien untuk
membuka dan menutup kepalan tangannya beberapa kali’ ada 1 orang perawat
yang tidak sesuai SOP. Dan pada tahap ‘Sterilkan sekali lagi dengan
antiseptic/alkohol pada area penusukan sebelum difiksasi dengan plester
steril’, terdapat 2 orang perawat yang tidak bekerja sesuai SOP..
Sub total 17 17 19 18
Total 68
Presentase 77,2 %
Sub total 10 11 9 8
Total 38
Presentase 86,4 %
Tabel 3.25 Hasil Observasi kepatuhan perawatan melaksanakan tindakan sesuai SOP
No Judul SOP Presentase
1. Pemasangan infuse 88,5 %
2. Pemberian obat 83 %
3. Penambahan obat ke botol cairan 77,2 %
4. Perawatan luka 86,4 %
5. Pengambilan darah 92,3 %
Total 85,48 %
104
dana untuk
sarana dan
prasarana
3 M3 (Metode)
Penerapan MAKP
Rumah Sakit Masih adanya Adanya UU No.19 Persaingan
memiliki visi, perawat yang tahun 2002 dengan rumah
misi dan mutu melakukan tindakan keperwatan pasal sakit swasta
sebagai acuan tidak sesuai SOP yang berhubungan yang semakin
melaksanakan dengan MAKP ketat
kegiatan Adanya Makin tinggi
pelayanan mahasiswa Ners kesadaran
Sudah ada model keperawatan masyarakat
MAKP dengan praktek akan hukum
metode Tim manajemen Makin tinggi
Primer keperawatan kesadaran
Mempunyai SOP masyarakat
dan SAK akan
Tindakan pentingnya
keperawatan kesehatan
Bebas pers
yang dapat
langsung
menyebarkan
informasi yang
cepat
Timbang Terima
Pelaksanaan Komunikasi SBAR Adanya pelatihan Adanya
timbang terima di dan komunikasi efektif tuntutan yang
dalam ruangan pendokumentasian di Rumah Sakit lebih tinggi
sudah dilakukan. saat timbang terima Adanya mahasiswa dari
Adanya laporan belum dilaksanakan S-1 keperawatan masyarakat
jaga setiap shift dengan maksimal. yang praktik untuk
Timbang terima manajemen mendapatkan
sudah merupakan keperawatan pelayanan
kegiatan rutin Kebijakan RS keperawatan
yang telah (bidang yang
dilaksanakan keperawatan) profesional
Adanya kemauan tentang timbang
perawat untuk terima
melakukan Adanya kesempatan
timbang terima untuk meningkatkan
kemampuan
kompetensi
Ronde
Keperawatan Pelaksanaan ronde Adanya pelatihan Adanya
Bidang keperawatan belum manajemen bangsal tuntutan yang
perawatan dan dilakukan Adanya kesempatan lebih tinggi
ruangan dari kepala ruangan dari
mendukung untuk mengadakan masyarakat
adanya ronde keperawatan untuk
kegiatan ronde pada perawat dan mendapatkan
perawatan mahasiswa praktik pelayanan
yang
106
profesional
Supervisi
Perawat mengerti Belum adanya Adanya teguran dari Tuntutan
tentang supervisi dokumentasi kepala ruangan bagi pasien sebagai
Supervisi sudah supervise perawat yang tidak konsumen
dilakukan di melaksanakan tugas untuk
ruangan Al dengan baik mendapatkan
Biruni, baik Hasil supervise pelayanan
secara maupun dapat dilakukan yang
tidak langsung sebagai pedoman professional
untuk daftar Terjadinya
penilaian prestasi mal praktek
pegawai
Adanya mahasiswa
Ners keperawatan
yang praktik
manajemen
keperawatan
Pengambilan darah
4 M-5 Mutu Tidak adanya terlihat pengkajian resiko jatuh pada ruangan
sehingga menyulitkan perawat dalam pengkajian resiko
jatuh.
4 (Disharge Planing)
Kurang Optimlanya pelaksanaan 5 4 4 3 3 720 III
discharge Planing
110
MAN MUTU
2. Kurang optimalnya 1. Mengumpulkan Pelaksanaan timbang 6-19 Januari Menyesuai Azmi Elenda, S.Kep
pelaksanaan timbang terima literature tentang proses terima dapat 2020 kan Melia Mayamsari, S.Kep
timbang terima dilaksanakan dengan kebutuhan
2. Menggunakan SPO timbang baik
terima ruangan Al-Biruni
3. Melakukan role play timbang
terima.
113
3. Kurang optimlanya 1. Membuat 10 leaflet yang akan Pelaksanaan discharge 6-19 Januari Menyesuai Muhammad Safi’i, S.Kep
pelaksanaan discharge dibagikan kepada pasien dan planning dapat 2020 kan Wijayanti Wulandari,
planing keluarga sesuai penyakit dilakukan dengan baik kebutuhan S.Kep
terbanyak diruangan. dari pasien masuk dan
pulang oleh
mahasiswa. Dan dapat
diterapkan pula oleh
perawat diruangan.
4. Kurang optimalnya sarana 1. Menyediakan sabun cuci Tersedianya nomor 6-19 Januari Menyesuai Dian Rivia, S.Kep
dan prasarana sabun cuci tangan dan hand srub diruang bed pasien 2020 kan Bugy Fajar Nusantara,
tangan dan handsrub dan pasien. memudahkan perawat kebutuhan S.Kep
lain-lain. 2. Menyediakan pengkajian untuk identifikasi
resiko jatuh di ruangan pasien.
3. Membuat struktur organisasi
yang terbaru
114
DAFTAR PUSTAKA
Arwani & Heru Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal keperawatan. Jakarta: EGC
Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From
Essentials to
Kozier, B. 2004. Fundamental Of Nursing Concept Process and Practice. 1st Volume
6 th Edition. New Jersey. Pearson/Prentice Hall.
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Potter P.A & Perry A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta:
EGC.Purnamasari