Anda di halaman 1dari 97

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi pada
kegiatan supervise, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.
Sebagai perawat professional seseorang tidak hanya mengelola orang tetapi
sebuah proses secara keseluruhan yang kemungkinan orang dapat
meneyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta
meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju ke arah kesembuhan.
(Nursalam, 2015).

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang mengalami


perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan
kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat (Nursalam, 2014).

Menurut Kholid Rosyidi (2013), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses


dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain, manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi, digunakan agar sistem berjalan dengan baik sesuai
dengan visi dan misi yang ada. Manajemen keperawatan keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional (Gillies, 2005).

Manajemen keperawatan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan


nyata yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data
dengan pendekatan 5 M (Man, Money, Material, Method, Market), analisa
SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model
keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta pengendalian.

Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu ditunjang dengan adanya


manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan

1
2

proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan


secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan


sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkret dalam pelaksanaannya. Praktek keperawatan profesional yang
diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan
yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat
interaksi antar individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari
pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab
dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah,
berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal.

Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang juga sebagai Rumah Sakit rujukan kota
Banjarmasin, serta wilayah sekitarnya sekaligus sebagai Rumah Sakit Type C
mempunyai beberapa ruangan yang menjadi ruang percontohan dalam
menerapkan model keperawatan MAKP. Ruang Al Haitam merupakan salah
satu ruangan demgan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) dengan Metode Primer yang ada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka Mahasiswa Program Studi S1


Keperawatan Tahap Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
perlu melakukan praktik di rumah sakit dalam Stase Manajemen Keperawatan
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan keperawatan dan etika profesi
dalam melaksanakan manajemen keperawatan serta mencoba menerapkan
model keperawatan MAKP yang nantinya akan dilaksanakan role play yang
meliputi supervisi, ronde keperawatan, timbang terima, sentralisasi obat,
discharge planning, dan penerimaan pasien baru, serta dokumentasi dengan
melibatkan perawat ruangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
3

profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan


Profesional (MAKP) metode Primer yang telah diterapkan di Ruang Al-
Biruni Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan praktik manajemen, mahasiswa diharapkan dapat:
1.2.2.1 Mampu memahami dan menganalisis pelaksanaan 5 fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengaturan,
pengarahan dan pengawasan) di ruang perawatan
1.2.2.2 Mampu melakukan analisis situasi dalam lingkup ruang
keperawatan (bangsal)
1.2.2.3 Mampu mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah dalam
manajemen asuhan dan atau manajemen pelayanan
keperawatan
1.2.2.4 Mampu merencakan dan melakukan penyelesaian masalah
melalui invasi atau Problem Solving Better Health
1.2.2.5 Merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai
dengan kebutuhan ruang rawat
1.2.2.6 Melaporkan kasus kelolaan dengan metode komunikasi efektif
(SBAR/TBAK) dalam upaya keselamatan pasien
1.2.2.7 Berperan sebagai anggota Tim/PN (primer nurse)
1.2.2.8 Melaporkan kasus kelolaan dengan metode SBAR
1.2.2.9 Memimpin ronde keperawatan
1.2.2.10 Berperan sebagai kepala ruangan dengan menerapkan gaya
kepemimpinan yang efektif
1.2.2.11 Memimpin laporan shift/timbang terima
1.2.2.12 Mengelola konflik
1.2.2.13 Memimpin preconference dan post conference
1.2.2.14 Mampu berkoordinir dengan Tim perawat lain
1.2.2.15 Mampu berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain
1.2.2.16 Memberikan pengarahan
1.2.2.17 Melakukan suvervisi asuhan
1.2.2.18 Melakukan evaluasi kinerja
1.2.2.19 Melakukan perubahan sesuai dengan prioritas masalah di
ruangan
1.2.2.20 Mendesiminasikan hasil perubahan
4

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi dalam bidang managemen keperawatan tentang prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Metode Primer.

1.3.2 Manfaat Praktis


1.3.2.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dalam bidang manajemen keperawatan.
1.3.2.2 Bagi Instansi Akademik
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Metode
Primer
1.3.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai sarana dan informasi dalam meningkatkan mutu dan
kualitas keperawatan dan profesi ners.
1.3.2.4 Bagi Pasien dan Keluarga
1) Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang
memuaskan.
2) Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
tinggi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur Input (M1-M5)


2.1.1. Men (manusia, orang-orang, tenaga kerja)

Tenaga kerja ini meliputi baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif.
Dalam kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Titik pusat dari manajemen adalah manusia, sebab
manusia membuat tujuan dan dia pulalah yang melakukan proses
kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya itu. Tanpa
tenaga kerja tidak akan ada proses kerja. Hanya saja manajemen itu
sendiri tidak akan timbul apabila setiap orang bekerja untuk dirinya
sendiri saja tanpa mengadakan kerjasama dengan yang lain.
Manajemen timbul karena adanya orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.

2.1.2. Money ( uang )

Uang merupakan unsur yang penting untuk mencapai tujuan,


disamping faktor manusia yang menjadi unsur paling penting (the
most important tool) dan faktor-faktor lainnya. Dalam dunia modern
yang merupakan faktor yang penting sebagai alat tukar dan alat
pengukur nilai suatu usaha. Jadi uang diperlukan pada setiap kegiatan
manusia untuk mencapai tujuannya. Terlebih dalam pelaksanaan
manajemen ilmiah, harus ada perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap faktor uang karena segala sesuatu diperhitungkan secara
rasional yaitu memperhitungkan berapa jumlah tenaga yang harus
dibayar, berapa alar-alat yang dibutuhkan yang harus dibeli dan
berapa pula hasil yang dapat dicapai dari suatu investasi.

2.1.3. Methods ( metode atau cara )

Cara atau metode yang digunakan dalam usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Dengan cara kerja yang baik akan memperlancar dan
memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode kerja
yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu baik, kalau orang yang
diserahi tugas pelaksanaannya kurang mengerti atau tidak
berpengalaman maka hasilnya juga akan tetap kurang baik. Oleh

5
6

karena itu hasil penggunaan/penerapan suatu metode akan tergantung


pula pada orangnya.

2.1.4. Materials ( bahan atau perlengkapan )

Manusia tanpa material atau bahan-bahan tidak akan dapat mencapai


tujuan yang dikehendakinya, sehingga unsur material dalam
manajemen tidak dapat diabaikan. Dalam setiap organisasi, peranan
mesin-mesin sebagai alat pembantu kerja sangat diperlukan. Mesin
dapat meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan.
Hanya yang perlu diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung
pada manusia, bukan manusia yang tergantung atau bahkan diperbudak
oleh mesin. Mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang
menemukannya, sedangkan yang menemukan adalah manusia. Mesin
dibuat adalah untuk mempermudah atau membantu tercapainya tujuan
hidup manusia.

2.1.5. Market ( pasar )

Memasarkan  produk sudah barang tentu sangat penting, sebab bila


barang yang diproduksi tidak laku  maka proses barang akan berhenti.
Artinya,proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh karena itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan
faktor menentukan dalam perusahaan. Agar  pasar dapat dikuasai maka
kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan
daya( kemampuan) konsumen.

2.2. Fungsi Manajemen (POSAC)


2.2.1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah adalah suatu keputusan untuk masa yang akan nya,
apa, kapan, mana, berapa, kapan, dan apa yang akan atau harus dilakukan
sesuai tujuan tertentu.

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang perencanaan terlebih dahulu


mengenal perbedaan visi, misi, nilai dasar, dan tujuan. Misi, visi, nilai
dasar dan tujuan adalah titik awal dari perencanaan strategi. Keempat
hal ini mengatur konteks landasan dari suatu proses dan untuk
menjalankan sesuatu serta unit perencana yang tertanam dalam suatu
7

organisasi. Perbedaan misi menggambarkan tujuan dari suatu organisasi


sedangkan visi menggambarkan keinginan untuk masa depan, seringkali
digambarkan dengan jelas, menggugah, singkat oleh manajemer suatu
organisasi.

Nilai dasar menyatakan secara filosofis komitmen yang diprioritaskan


oleh manajer, sedangkan tujuan adalah keinginan masa depan dari suatu
organisasi yang di usahakan untuk di wujudkan. Empat karakteristik
tujuan :Tepat dan terukur. Tujuan yang terukur dapat memberikan
seorang manajer standar pembanding terhadap hasil yang telah
dilaksanakan. Menyebutkan issue yang penting. Untuk membangun
manajer harus memilih beberapa tujuan major untuk menaksir kinerja
organisasi. Menantang tetapi realis. Memberikan sebuah tantangan
tersendiri bagi semua karyawan, anggota organisasi untuk
mengiprovisasi kinerja dalam organisasi. jika tujuan tidak realis atau
terlalu mudah akan membuat putus asa dan bosan pada diri karyawan
atau anggota organisasi. Menetapkan dalam periode waktu tertentu yang
seharusnya dapat dicapai. Tenggat waktu dapat menyuntikkan rasa
urgensi dalam pencapaian tujuan dan bertindak sebagai motivator.
Namun, tidak semua tujuan memerlukan kendala waktu.

Pentingnya perencanaan :

a. menghilangkan atau mengurangi ketidakpastian di masa datang


b. memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat
c. membuat kegiatan yang lebih ekonomis
d. memungkinkan dilakukannya pengawasan

Unsur-unsur perencanaan

Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah:

a. meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan


masa depan (peluang dan tantangan)
b. menetapkan tujuan (establishing objectives), misalnya menyusun
acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas
c. menyusun jadwa pelaksanaan (scheduling), misalnya menetap
kan/memperhitungkan waktu dengan tepat
8

d. menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber


yang tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu
dengan tepat cara yang mengembangkan prosedur, misalnya
menentukan tata cara yang paling tepat
e. kebijakan (interpreting and establishing policy), misalnya
menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan kebijakan operasional

Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat
dihasilkan rencana yang baik, yaitu: melihat jauh ke depan, sederhana,
jelas, fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-
sumber untuk pelaksanaan.

Teknik perencanaan
a. PPBS, yaitu system perencaaan, pembuatan program, dan pembuatan
anggaran (planning, programming, and budgeting system)
b. NwP, yaitu perencanaan jaringan kerja (network planning)
c. Perencanaan tradisional berdasarkan jenis pengeluaran
d. Perencanaan hasil keria yang berorientasi pada sasaran/hasil yang
ingin dicapai

2.2.2 Pengertian Organizing


Organizing, atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan
proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan
dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat
dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

Definisi sederhana dari pengorganisasian ialah seluruh proses


pengelompokan orang, alat, tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
9

Pengorganisasian adalah penentuan pekerjaan yang harus dilakukan,


pengelompokan tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap karyawan,
penetapan berbagai departemen serta penentuan hubungan. Tujuan
pengorganisasian ini adalah untuk menetapkan peran serta struktur
dimana karyawan dapat mengetahui apa tugas dan tujuan mereka.

Prinsip Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer
memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil
keputusan dan dapat bertindak. Untuk mengatur secara efektif, prinsip-
prinsip organisasi berikut dapat digunakan oleh seorang manajer,
sebagai berikut:

a. Prinsip Spesialisasi

Menurut prinsip, pekerjaan seluruh perhatian harus dibagi di antara


bawahan atas dasar kualifikasi, kemampuan dan keterampilan. Ini
adalah melalui pembagian kerja dapat dicapai yang menghasilkan
organisasi yang efektif. Pembagian kerja adalah pemecahan tugas
kompleks menjadi komponen-komponennya sehingga setiap orang
bertanggung jawab untuk beberapa aktivitas terbatas bukannya tugas
secara keseluruhan.

Tidak semua orang secara fisik dan psikologi mampu melaksanakan


semua operasi yang menyusun kebanyakan tugas kompleks, bahkan
dengan anggapan seseorang dapat memperoleh semua keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tadi. Sebaliknya,
pembagian pekerjaan menciptakan tugas yang lebih sederhana yang
dapat dipelajari dan diselesaikan dengan relatif cepat.

Jadi hal ini memperkuat spesialisasi, ketika setiap orang menjadi


pakar dalam pekerjaan tertentu. Karena tindakan ini menciptakan
variasi pekerjaan, orang dapat memilih atau ditugaskan pada suatu
posisi yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
10

b. Prinsip Definisi Fungsional

Menurut prinsip ini, semua fungsi dalam kekhawatiran harus benar


dan jelas kepada manajer dan bawahan. Hal ini dapat dilakukan
dengan jelas mendefinisikan tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hubungan orang terhadap satu sama lain. Klarifikasi dalam
otoritas-tanggung jawab membantu dalam mencapai hubungan
koordinasi dan dengan demikian organisasi dapat berlangsung
efektif. Sebagai contoh, fungsi utama dari produksi, pemasaran dan
keuangan dan hubungan tanggung jawab wewenang dalam
departemen ini harus jelas didefinisikan untuk setiap orang agar
melekat dalam pemikiran karyawan. Klarifikasi dalam hubungan
otoritas- tangggung jawab membantu dalam organisasi yang efisien.

c. Prinsip Rentang Pengendalian atau Pengawasan

Menurut prinsip ini, rentang kendali adalah rentang pengawasan yang


menggambarkan jumlah karyawan yang dapat ditangani dan
dikontrol secara efektif oleh seorang manajer tunggal. Menurut
prinsip ini, seorang manajer harus dapat menangani jumlah karyawan
yang dibawahinya. Keputusan ini dapat diambil dengan memilih baik
rentang lebar atau sempit froma.

Ada dua jenis rentang kendali:


1)  Rentang kendali yang luas adalah salah satu di mana seorang
manajer dapat mengawasi dan mengendalikan secara efektif
sebuah kelompok besar orang pada satu waktu.
2)  Rentang kendali yang sempit rentang ini, pekerjaan dan
wewenang dibagi antara banyak bawahan dan manajer tidak
mengawasi dan mengendalikan kelompok yang sangat besar dari
orang di bawah dia. Manajer sesuai dengan rentang yang sempit
mengawasi sejumlah karyawan yang dipilih pada satu waktu.

d. Prinsip Rantai Skalar


Rantai skalar adalah rantai komando atau otoritas yang mengalir dari
atas ke bawah. Otoritas dan tanggung jawab harus berjalan dalam
garis yang tegas dan tidak terputus dari eksekutif tertinggi sampai
yang paling rendah. Sebuah rantai skalar memfasilitasi alur kerja di
11

sebuah organisasi yang membantu dalam pencapaian hasil yang


efektif. Sebagai otoritas mengalir dari atas ke bawah, hal itu akan
menjelaskan posisi kewenangan untuk manajer di semua tingkatan
dan yang memfasilitasi organisasi yang efektif.

e. Prinsip Kesatuan Perintah

Ini menyiratkan satu bawahan-satu hubungan yang superior. Setiap


bawahan bertanggung jawab kepada satu manajer. Hal ini membantu
dalam menghindari kesenjangan komunikasi dan kesimpangan
tanggung jawab. Jika atasan yang lebih tinggi ingin memberikan
perintah atau hal-hal lain kepada para bawahan yang berada beberapa
tangga di bawah dalam hierarki organisasi, seyogianya hal itu
dilakukan melalui atasan langsung orang yang bersangkutan. Paling
tidak dengan sepengetahuan atasan langsung tersebut.

Implementasi
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur
organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka
yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.
Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian
adalah mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada,
mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan
kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu. (Terry
1979).

Maksud dari hal tersebut adalah dapat dihasilkannya sinergisme, yang


berarti perlu adanya tindakan-tindakan untuk mengelompokkan semua
kemampuan yang sesuai menjadi satu tempat dan memanfaaatkan
kemampuan tersebut agar dapat berguna bagi organisasi tersebut. Akan
tetapi suatu pengorganisasian tidak hanya mengelompokkan sumber
daya manusia saja, akan tetapi juga dengan sumber daya lainnya agar
dapat efektif. Jadi pengorganisasian merupakan sebuah kasus yang dapat
menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya menggerakan seluruh
aktivitas dan potensi yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan
manajerial.
12

2.2.3 Definisi Staffing


Fungsi staffing dalam manajemen diartikan sebagai suatu proses
prosedur langkah demi langkah yang berkesinambungan untuk menjaga
agar organisasi selalu memperoleh orang-orang yang tepat dalam posisi
yang tepat pada waktu yang tepat.

Langkah-langkah tersebut antara lain : (1) Perencanaan sumber daya


manusia (SDM), (2) Pengadaan pegawai baru (rekrutmen melalui
seleksi), (3) Pemilihan dan penempatan, (4) Induksi dan Orientasi.

1) Perencanaan Sumber Daya Manusia


Langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia, yaitu :
a. Perencanaan untuk kebutuhan masa depan
b. Perencanaan untuk keseimbangan masa depan
c. Perencanaan untuk pengadaan dan seleksi atau pemberhentian
d. Perencanaan untuk pengembangan.

Untuk menyelesaikan langkah-langkah ini ada 2 faktor yang


pertimbangan, yaitu : Rencana strategi, tujuan dan sasaran serta taktik
untuk membuat organisasi menjadi realistik yang akan menentukan
kebutuhan personil dan organisasi. Perubahan-perubahan potensi pada
lingkungan luar, hal ini dapat berarti perubahan ketersediaan dana atau
tenaga kerja.

2) Pengadaan pegawai baru (rekrutmen)


Dimaksudkan untuk menampung calon yang cukup banyak untuk
diadakan seleksi untuk mendapatkan calon pegawai yang memenuhi
syarat-sayarat administrasi secara umum.
Seleksi dapat dilakukan dalam 2 macam, yaitu seleksi umum (untuk
kebutuhan tenaga yang bersifat umum) dan seleksi khusus (untuk
kebutuhan tenaga-tenaga spesialis/ahli dibidang tertentu).

3) Pemilihan dan Penempatan


Jika telah ditentukan kualifikasi untuk masing kedudukan pekerjaan
maka selanjutnya adalah diadakan pemilihan (seleksi) melalui
tahapan-tahapan seleksi mulai test tertulis, kesehatan, test psikologi,
13

wawancara dan surat-surat pernyataan mengenai kesanggupan kerja


dan lokasi penempatan kerja.

4) Induksi dan Orientasi


Induksi dan orientasi mamberi kepada pegawai baru tentang :
a. Informasi umum tentang pekerjaan sehari-hari
b. Tinjauan tentang sejarah, lingkungan kantor, visi dan misi
organisasi serta
c. pengembangan kemasa depan.
d. Informasi mengenai kebijakan-kebijakan organisasi, aturan kerja
dan hal-hal mengenai
e. gaji dan tunjangan.

5) Pemindahan
Pemindahan terdiri dari promosi, mutasi dan demosi
a. Promosi, adalah memberikan tanggung jawab dan wewenang
yang lebih besar kepada pegawai, dengan kata lain promosi
adalah kenaikan pangkat/jabatan yang lebih tinggi, merupakan
salah satu usaha untuk memajukan/mengembangkan pegawai.
b. Mutasi, adalah memindahkan pegawai dari jabatan yang satu ke
jabatan yang lain dalam satu tingkatan secara horizontal.
c. Demosi, adalah suatu tindakan memberikan kekuasaan dan
tanggung jawab yang lebih kecil, dengan kata lain penurunan
pangkat/jabatan karena dinilai kurang cakap dan kurang
berprestasi pada jabatan tersebut.

6) Latihan dan Pengembangan


Latihan dan pengembangan adalah suatu pendekatan sistematik
untuk memberikan kesempatan kepada pegawai untuk
mengembangkan diri memanfaatkan kekuatan dan kemampuan
untuk keperluan organisasi.

7) Penilaian prestasi
Penilaian prestasi adalah salah satu hal yang penting dalan
pengorganisasian, namun dalam pelaksanaannya sangat sulit untuk
14

melihat hasil yang memadai. Penilaian prestasi dapat dibedakan


dalam 2 macam, yaitu formal dan informal.

2.2.4 Definisi Actuating


Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan.
Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan
organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar
mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara
bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang baik.

Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana.


Dengan berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk
melaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai dengan peran,
tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari
peranan kemampuan leadership.

Leadership dan Actuating


Actuating jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan
pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan
berbeda dan sifatnya dinamis. Maka dari itu, fungsi actuating ternyata
jauh lebih rumit dari kelihatannya, karena harus melibatkan fungsi dari
leadership. Premis yang terkenal pernah diungkapkan oleh Doghlas
McGregor, bahwa seorang karyawan selalu diasumsikan negatif dan
positif.
Di dalam proses actuating ini, keberadaan leadership adalah sebagai
pendukung. Karena actuating sendiri memiliki tujuan sebagai
penggerak, yang nantinya akan bertujuan mengefektifkan dan
mengefisienkan kerja dalam organisasi.

Prinsip Actuating
a. Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah
pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan
utama penugasan adalah untuk mencapai keseimbangan antara
15

beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan


untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
b. Pengawasan Pengelolaan Dana
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh
organisasi penting dilakukan agar dana tidak disia-siakan.
c. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan
pengawasan, misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau
kerja anggota organisasi atau pekerja.
d. Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi
pelanggaran, kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam
organisasi.
e. Supervisi Audit.

Implementasi
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah
untuk memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya
saja:
a. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
b. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka
sendiri,
c. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih
penting atau mendesak,
d. Tugas yang diberikan cukup relevan,
e. Hubungan harmonis antar rekan kerja.

2.2.5 Definisi Controling

Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses


penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dengan standar.

Jelas sekali bahwa  fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang


definisi sangat vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan
16

dilakukan sesuai dengan ketentuan dari rencana. Melakukan tindakan


perbaikan, jika terdapat penyimpangan. Hal ini dilakukan untuk
pencapaian tujuan sesuai dengan rencana.

Jadi pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah


proses. Dengan pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua
unsur manajemen menjadi efektif dan efisien.

Proses dalam Controlling


Dalam controlling ada beberapa proses dan tahapan, yaitu pengawasan.
Proses pengawasan dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar
pengendalian.
b. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.

c. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan


menentukan      penyimpangan jika ada.
d. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar

pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.


e. Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis

atau tidak. Jika ternyata belum realistis maka perlu diperbaiki.

Implementasi
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang
manajer yang meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan
yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manejer.
Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk
mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai
dengan yang dikehendakinya.

Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan jarak jauh, artinya


dengan melalui laporan secara tertulis maupun lisan dari karyawan
tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil yang dicapai.Pengawasan
berdasarkan pengecualian, adalah pengawasan yang dikhususkan
untuk kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang
17

diharapkan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara kombinasi


langsung dan tidak langsung oleh manajer.

Pengawasan juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:


a. Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum

kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan


dalam pelaksanaannya. Pengawasan ini merupakan pengawasan
terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan namun
sifatnya prediktif.
b. Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah

terjadinya kesalahan dalam pelaksanaanya. Dengan maksud agar


tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai
dengan yang diinginkan.
c. Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan.
d. Pengawasan berkala, adalah  pengawasan yang dilakukan secara

berkala, misalnya perbulan, persmester, dll.


e. Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang
dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaannya
dilakukan dengan baik atau tidak.
f. Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian

yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat,


dan sesudah kegiatan dilakukan.

Ada beberapa dasar proses dalam pengawasan, diantaranya adalah


teknik pengendalian dan sistem yang pada dasarnya sama untuk kas,
prosedur kantor, moral, kualitas produk atau apa pun.
Bisa  diasumsikan bahwa baik rencana dan struktur organisasi yang
jelas, lengkap, dan terintegrasi akan tercipta jika manajer yakin akan
tugasnya. Jika manajer tidak yakin dari tugasnya atau bawahan tidak
memiliki kekuatan atau tidak tahu bahwa dia memiliki kekuatan
untuk melaksanakan tugasnya, akan menjadi sulit untuk menentukan
siapa yang bertanggung  jawab.
18

2.3 Model Asuhan Keperawatan


3.3.1 Model SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional
)
1) Pengertian 
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek
Keperawatan Profesional ) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat
asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi


keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode
keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada
beberapa alasan sebagai berikut :
a) Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan
keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga
memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
b) Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan
keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat primer
adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c) Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat
ditingkatkan terutama dengan profesi lain. Metode keperawatan
primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan
jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP
hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi
keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien.

Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan


kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan
perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan
kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.

Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua
19

anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung


jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.

Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart &
Woods (1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :

1) Nilai-nilai profesional sebagai inti model


Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga sejak klien/keluarga masuk ke suatu ruangr
rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan
martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama
klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan
dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas
untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan
termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung
jawab untuk membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai professional.
2) Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis
komunikasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam
satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang
renpra ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi
perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
4) Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih
mengetahui tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke
suatu ruang rawat sehingga mampu member informasi tentang
kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian
20

informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan


membantu dalam penetapan rencana tindakan medic.
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang professional. Kompensasi san
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari
asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan
prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP
dan PA dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan
derajat ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara
detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan
gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada
pendidikan ners spesialis.
Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien mulai dari
pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan
PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim
yang relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelol,
maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim
dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama
yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim
tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional
dengan tim kesehatan lainnya.

1. Peran Managerial dan Leadership


Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan
keperawatan, mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang
berada dalam tim, mendelegasikan sebagian tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan bersama-
sama dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan.

Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam


membuat renpra untuk klien yang menjadi tanggungjawabnya.
Adanya renpra merupakan tanggung jawab profesional seorang
PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan
21

yang sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat


sesegera mungkin pada saat klien masuk dan dievaluasi setiap
hari.

PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan


sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
PA. pembagian tanggung jawab terhadap klien yang menjadi
tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan
pasien dan kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.

Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan


kepemimpinan. PP bertugas mengarahkan dan
mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kelompok klien. PP berkewajiban untuk
membimbing PA agar mampu memberikan asuhan
keperawatan seuai dengan standar yang ada. Bimbingan
tersebut dapat dilaksanakan secara langsung, misalnya
mendampingi PA saat melaksanakan tindakan tertentu pada
klien atau secara tidak langsung pada saat melakukan
konferens. PP juga harus senantiasa memotivasi PA agar terus
meningkatkan keterampilannya,misalnya memberikan referensi
atau bahan bacaan yang diperlukan.

Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai


bagian dari peran kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya
juga memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik yang
mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang
bijaksana sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu
produktifitas PA dalam membantu memberikan asuhan
keperawatan. 

2. Komunikasi tim melalui renpra, konferensi, dan ronde


keperawatan
Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam
melakukan kerjasama profesional tim antara PP-PA.
22

Komunikasi tersebut dapat melalui ;renpra, konferensi, dan


ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.
Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi
sebagai:
a. Pedoman bagi PP-PA 
b. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan
berdasarkan ilmu pengetahuan

Kerjasama profesional PP-PA, selain berfungsi sebagai


penunjuk perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi
sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan renpra ini,
PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan
keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,
sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif
jika PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan
( renpra ). Hal ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya
dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan ( biasanya ketentuan
dalam menentukan akreditasi rumah sakit ). Renpra seharusnya
dibuat sesegera mungkin, paling lambat 1 kali 24 jam setelah
pasien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan media
komunikasi. Berdasarkan ketentuan tugas dan tanggung jawab
PP tidak sedang bertugas ( misalnya pada malam hari atau hari
libur ), PA yang sebelumnya telah didelegasikan dapat
melakukan pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa
keperawatan yang terkait dengan kebutuhan dasar pasien.
Selanjutnya segera setelah PP bertugas kembali maka
pengkajian dan renpra yang telah ada harus divalidasi dan
dilengkapi.

Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus


dimengerti oleh semua PA. Semua anggota tim harus memiliki
pemahaman yang sama tentang istilah-istilah keperawatan yang
digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP
menuliskan rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O
( Intake/Output = pemasukan / pengeluaran ) tiap 24 jam".

Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud


dengan monitor I/O, contoh lain dalam perencanaan PP
23

menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan keluarganya" ,


maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi
yang sama tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh
sebab itu PP harus menjelaskan kembali pada PA tentang apa
yang disusunnya tersebut. 

Pendelegasian tindakan keperawatan yang berdasarkan pada


renpra, PP terlebih dahulu harus memiliki kemampuan masing-
masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan pada PA adalah
tanggung jawab dan tanggung gugat seorang PP (Dunville dan
McCuock, 2004). Tindakan yang telah didelegasikan pada PA,
PP tetap berkewajiban untuk tetap memonitor dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh PA.

3. Komunikasi tim oleh konferensi


Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan
PA untuk membahas kondisi pasien dan rencana asuhan yang
dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya merupakan
kelanjutan dari serah terimashift. Hal-hal yang ingin
dibicarakan lebih rinci dan sensitif dibicarakan didekat pasien
dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan
efektif jika PP telah membuat renpra, dan membuat rencana apa
yang akan dibicarakan dalam konferensi. Konferensi ini lebih
bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang rencana
asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain
yang terkait.

4. Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus
dibedakan dengan ronde keperawatan yang dilakuan
dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan
dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses
yang diberikan. 
24

5. Kerjasama dengan tim lain


Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi,
fisioterapi, staf laboratorium dll. Peran PP dalam melakukan
kerjasama dengan tim lain tersebut adalah : 
a. Mengkolaborasikan. 
b. Mengkomunikasikan.
c. Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
d. PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai
baik segi tingkat pendidikan dalam pengalamannya.

PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi


pasien yang terkait dengan perawatannya. PP dapat
memberikan informasi yang akurat bagi tenaga kesehatan lain,
sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu
perkembangan pasien selama dalam perawatan, agar PP
melakukan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain
tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat untuk
mengkomunikasikan pada tim kesehatan yang lain, misalnya
melalui ronde antar profesional. 

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat


menyebabkan komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh
karena itu komunikasi antar tim kesehatan dapat juga terbina
melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi tersebut
dibuat oleh PP tetapi sebelumnya harus telah disepakati oleh
semua tim kesehatan bahwa dokumentasi yang ada juga
dimanfaatkan secara efektif sebagai alat komunikasi.

Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari


profesi lain, seorang PP harus memenuhi kepribadian yang baik
serta keterampilan berkomunikasi, misalnya memiliki sikap
mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah atau
menggurui atau bahkan menyalahkan orang lain dalam hal ini
tim kesehatan dari profesi lain, merupakan kemampuan yang
harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP
dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.
25

Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua


kegiatan yang terkait dengan pengobatan dan perawatan pasien,
misalnya dokter menjadwalkan pasien untuk di rontgen dada
dan di USGabdoment sekaligus pemeriksaan mata pada hari
yang sama, maka seorang PP harus mampu mengkoordinasikan
semua kegiatan tersebut agar tidak melelahkan dan
membingungkan bagi pasien dan keluarganya. Misalnya dalam
hal ini perawat dapat menjadwal ulang semua kegiatan tadi.

6. Tantangan yang dihadapi dalam dinamika tim PP-PA dan


tenaga kesehatan lainnya
Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah
atau tantangan yang dapat dialami dalam membina kerjasama
profesional dalam kelompok dan antar profesi. Tersebut
diantaranya adalah : 
a. PP tidak mampu ( tidak kompeten ) melakukan perannya,
misalnya tidak mampu membuat renpra, atau memberikan
pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai dengan
kemampuan PA tersebut.
b. PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA
tidak mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan
tugas yang telah didelegasikan oleh PP.
c. Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai
keberadaan profesi keperawatan.
d. Adanya friksi diantara sesama PA.

Tantangan seperti disebutkan diatas dapat di pandang sebagai


dinamika yang terjadi dalam kelompok. Menghadapi tantangan
tersebut seluruh pihak yang terkait dalam komunikasi perawat
pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care
Manajer) , kepala ruangan, dan secara langsung PP dan PA
sendiri harus melakukan evaluasi dan mencari alternatif
penyelesaiannya.

7. Peran dan Tanggung Jawab Perawat sesuai dengan Jabatannya


a. Peran Kepala Ruangan ( KARU)
26

1) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi KARU


melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang
dirawat.
2) Memimpin sharing pagi.
3) Memimpin operan.
4) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di
buat olek Katim dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pagi hari.
5) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi
dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter
(Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.
6) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai
dengan kebutuhan.
7) Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik
yang terjadi di area tanggung jawabnya.
8) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

b. Peran Ketua Tim ( KATIM )


1) Tugas Utama : Mengkoordinir pelaksanaan Askep
sekelompok pasien oleh Tim keperawatan di bawah
koordinasinya.
2) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien
oleh Tim keperawatan di bawah koordinasinya pada
saat Pre Croference
3) Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan
keperawatan yang tepat untuk pasiennya.
4) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
PP.
5) Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh
pasien di bawah koordinasinya pada saat Post
Conference.

c. Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)


1) Tugas Utama : menggantikan fungsi pengatur pada
saat shift sore/malam dan hari libur.
27

2) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam


3) Memastikan PP melaksanakna follow up pasien
tanggung jawabnya
4) Memastikan seluruh PA Melaksanakan Asuhan
Keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
PP
5) Mengatasi permasalahan yang terjadi di ruang
perawatan
6) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

d.  Perawat Pelaksana (PP) dan Perawat Asosiet (PA)


1) Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan
perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya,
merencakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow
Up) perkembangan pasien.
2) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
dilaksanakan oleh PA
3) Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana.

3.3.2 Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


3.3.2.1 Pengertian
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendeffinisikan empat
unsur, yakni: Standar, Proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan Sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip
nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai suatu pengambilan keputusan yang indevenden, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud. Dalam menetapkan suatu model, keempat
hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Nursalam, 2011).
28

3.3.2.2 Faktor-Faktor yang berhubungan dalam Perubahan MAKP


a. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2011) setiap upaya umtuk meningkatkan
pelayanan keperawatan selalu berbicara menganai kualitas.
Kualitas sangat diperlukan untuk:
1) Meningkatkan asuhan keperawtan kepadda pasien
/konsumen.
2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3) Mempertahankan eksistensi institusi
4) Meningkatkan kepuasan kerja
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

b. Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh
Depkes RI (1995) dalam Nursalam (2011) terdiri atas beberapa
standar :
1) Meningkatkan hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS).
3) Obsevasi keadaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan Nutrisi
5) Asuhan pada tindakan nonperatif dan administrative
6) Asuhan pada tindakan oprasi dan prosedur invassif
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus menerus dan
berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup


tindakaan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia dari Henderson),
meliputi:

1) Oksigen
2) Cairan dan elektrolit
3) Eleminasi
4) Keamanan
5) Keberhasilan dan kenyamanan fisik
29

2) Istirahat dan tidur


3) Aktivitas dan gerak
4) Spiritual
5) Emosional
6) Komunikasi
7) Mencegah dan mengatasi resiko psikologis
8) Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
9) Penyuluhan
10) Rehabilitasi

c. Model Praktik di Rumah Sakit


Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan
tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan dirumah
sakit dengan sikap dan kemampuannya . untuk itu, perlu
dikembangkan pengertian praktik perawatan rumah sakit dan
lingkup cakurannya sebagi bentuk praktik keperawatan
profesional, sperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi
keperawatan.

d. Praktik keperawatan rumah


Bentuk praktik keperawatan rumah diletakan pada pelaksanaan
pelayanan asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari
pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh peraawat
profesional dirumah sakit, atau melalui pengikutsertaan
perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok.

e. Praktik keperawatan berkelompok


Beberapa perawat professional membuka praktik keperawatan
selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan
keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan
dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah.

f. Praktik keperawatan individual


Pola pendekatan dan pelasanaan sama seperti yang diuraikan
untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat professional
30

senior dan berpengalaman secara sendiri/ perorangan membuka


praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi
asuhan keperawatan khusunya konsultsi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan (Nursalam. 2011).

3.3.2.3 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Profesional
Menurut nursalam (2011), metode system pemberian asuhan
keperawatan profesianal diantaranya:
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan
Keperawatan (MAKP)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat
5) Kepuasan dan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.

3.3.2.4 Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)


a. Fungsional (Bukan Model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia ke dua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu
dan dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya merawat
luka) kepada semua pasien dibangsal

Skema 2.1 Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

Kepala Ruangan

Perawat Perawat : Penyiapan Kebutuhan Dasar


pengobatab Merawat luka Instrumen

Pasien/Konsumen
31

Kelebihan
1) Manajemen klasi yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior/belum berpengalaman.

Kelemahan
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-piash, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Presepsi [erawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja

b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan menjadi dua atau 3 tim/grup
yang terdiri atas perawat professional, teknikal, dan pembantu,
dalam kelompok kecil yang saling membantu.

1) Kelebihan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
2) Kelemahan
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
3) Konsep metode tim
a) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
b) Pentingnya komunikasi yang efektif angar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan
4) Tanggung jawab anggota tim
32

a) Memberikan asuhan keperawatan pada psien dibawah


tanggung jawabnya
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan
5) Tanggung jawab ketua tim
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
6) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan
masing-masing
(2) Mengikuti serah terima psien pada sift sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien :
gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua
tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama
ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(6) Mengikutii visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan , mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi, kepada paien atau keluarga yang baru
masuk.
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri,
33

(9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan


dan menjaga terwujudnya visi dan misi keperawtan
dan rumah sakit.

b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim scara
jelas.
(4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat,
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak
berada ditempat kepada ketua tim.
(9) Memberi wewnang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
(10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
dan identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
(4) menginformasikan hal-hal yang dianggap pentingdan
berhubugan dengan askep pasien
(5) melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6) membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
(7) meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
34

d) Pengawasan
(1) melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatn yang diberikan kepada
pasien.
(2) Melalui Supervisi
(a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisa, dan memperbaiki/atau
mengawasi, kelemahan-kelemahan yang ada saait
itu juga
(b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim; membaca dan memeriksa rencana
keperawatn serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
(c) Evaluasi
(d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim.
Bagan 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan MAKP
Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

a. MAKP Primer
Meode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatn pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
35

Bagan 2.3 Sistem pemberian asuhan keperawatan Primer


Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP I PP I
PA I
PA I
PA 2
PA 2

PA I
Pasien PA 2

Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan koperehensif
2) Bersifat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan
Rumah Sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu, selain itu asuhan
keperawatan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang


memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asetif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertibangan,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

b. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama ia dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan
private dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti
kasus isolasi dan intensive care.
36

Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
2) System evaluasi dari menejerial lebih mudah
Kekurangan
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
Bagan 2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan MSAKP
Kasus
Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

c. Modifikasi MAKP Tim-Primer


Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari
kedua system. Penerapan system model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-
1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada bagian tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatn dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
3.3.3 Model MPKP
3.3.3.1 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
37

keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian


asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
3.3.3.2 Tujuan dari MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
3.3.3.3 Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan
a. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang
pertama kali digunakan. Sampai perang dunia II metode
tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan
yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus,
2006).

Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari


berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja
di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi
tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang
diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran, kemudian dikembangkan metode fungsional.
(Sitorus, 2006).

b. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap
38

perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan


kepada semua klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006).

Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap


perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas
yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala
ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam
menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit,
tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang
diterimanya. (Sitorus, 2006).

Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :


1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian
asuhan keperawatan terfragmentasi
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif,
kecuali mungkin kepala ruangan.
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas
terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali
klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang
ditanyakan.
5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.

Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa


perawat pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan
keefektifan metode tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan
profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim digunakan untuk
menjawab hal tersebut (Sitorus, 2006).

a) Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
39

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada


sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus,
2006) :
1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus
dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab
ketua tim adalah:
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui
konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
serta mendokumentasikannya
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra
terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui
berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang merupakan
pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim
akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk
itu kepala ruang diharapka telah :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode
tim keperawatan
e) Men jadi narasumber bagi ketua tim
40

f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui


riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992)


menunjukkan bahwa metode tim jika dilakukan dengan benar
adalah metode pemberian asuhan yang tepat untuk
meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya. (Sitorus, 2006).

Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan


belum optimal sehingga pakar menge mbangkan metode
keperawatan primer. (Sitorus, 2006).

b) Metode perawatan primer


Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan
yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat
tertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian,
dan koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.”
(Sitorus, 2006).

Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab


terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer
(primary nurse) disingkat dengan PP. (Sitorus, 2006).

Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas,


otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas,
komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. (Sitorus, 2006).

Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan


bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat
dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat akan melakukan
wawancara mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan
asuhan keperawatan. Perawat yang peling mengetahui keadaaan
klien. Jika PP tidak sedang bertugas, kelanjutan asuhan akan di
delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP
bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan
41

menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter,


dan staff keperawatan. (Sitorus, 2006).

Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk


memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai
kewengangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,
kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain lain.
Dengan diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat
yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode
keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan terhadap
klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989). (Sitorus,
2006).

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih


dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya
layanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan karena (Sitorus, 2006) :
1) Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan
2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
3) PP bertanggung jawab selama 24 jam
4) Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5) Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan
paralel.

Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan bagi PP


untuk pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan.
Hal ini dimungkinkan karena adanya otonomi dalam membuat
keputusan tentang asuhan keperawatan klien. Staf medis juga
merasakan kepuasannya dengan metode ini karena senantiasa
mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif (Sitorus, 2006).
42

Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar


mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah
sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak
tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu
tinggi (Sitorus, 2006).

Huber (1996) menjelaskan bahwa pada keperawatan primer dengan


asuhan berfoukus pada kebutuhan klien, terdapat otonomi perawat
dan kesinambungan asuhan yang tinggi. Hasil penelitian Gardner
(1991) dan Lee (1993) dalam Huber (1996) mengatakan bahwa
mutu asuhan keperawatan lebih tinggi dengan keperawatan primer
daripada dengan metode tim. Dalam menetapkan seseorang menjadi
PP perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, yaitu
perawat yang menunjukkan kemampuan asertif, perawat yang
mandiri, kemampuan menmgambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klini, akuntabel, bertanggung jawab serta
mampu berkolaborasi dengan baik dengan berbagai disiplin. Di
negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai PP
adalah seorang spesialis perawat klinis (clinical nurse specialist)
dengan kualifikasi master keperawatan. Menurut Ellis dan Hartley
(1995), Kozier et al (1997) seorang PP bertanggung jawab untuk
membuat keputusan yang terkait dengan asuhan keperawatan klien
oleh karena itu kualifikasi kemampuan PP minimal adalah sarjana
keperawatan/Ners. (Sitorus, 2006).

c) Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan
yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan
sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu
model kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi,
perawat terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan
tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai dengan
kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan
pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang menjadi tnggung
43

jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar tenaga tersebut


diatur (Sitorus, 2006)

d) Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan
fungsi berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada
sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal.
ANA dalam Marquis dan Hutson (2000) mengatakan bahwa
manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan kesehatan
yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas
hidup, dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus
adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta
masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode
manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu,
pendekatan berfokus pada klien, koordinasi asuhan dan pelayanan
antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber dan
kolaborasi (Sitorus, 2006).

3.3.4 Komponen dari MPKP


Berdasarkan MPKP ysng sudah dikembangkan diberbagai rumah sakit
Hoffart dan Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima
komponen, yakni:
a. Nilai-nilai profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti
dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien,
menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus
tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
b. Pendekatan manajemen
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi
kebutuhan dasar tersebut seorang perawat harus melakukan
pendekatan penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi
masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan
yang tepat untuk masalah klien.
44

c. Metode pemberian asuhan keperawatan


Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan, misalnya metode kasus, fungsional, tim, dan
keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik
keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang
menggunakan the breath of keperawatan primer.
d. Hubungan profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa
anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan
adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang
terlibat, maka dari itu perlu kesepakatan tentang cara melakukan
hubungan kolaborasi tersebut.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak
atas kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi
yang didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang
terlebih dahulu dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan
mengacu pada kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah
pelayanan profesional.

3.3.5 Karakteristik MPKP


a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien.
b. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat
MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan
keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer
(PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut
terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab
terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam
sistem pemberian asuhan keperawatan.
45

c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar


renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi,
penulisan renpra sangat menyita waktu karena fenomena
keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia (Potter &
Perry, 1997).
d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP
digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat
satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan
yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager
(CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan
asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners
spesialis pada masa yang akan datang.

3.3.6 Langkah-langkah dalam MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan, yaitu (Sitorus, 2006):
2) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa
keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari
institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan
kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator
departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta
tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2006).
3) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan
klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali
dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka
infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
4) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil
penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,
departemen,staf keperawtan, dan staf lain yang terlibat. Pada
46

presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat


implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
5) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan
tempat implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006):
 Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga
perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang
kerangka kerja MPKP
 Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari
ruang rawat lain.
6) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat
ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawtan
di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah klien
derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2006).
7) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer.
Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
 Kepala ruang rawat
 Clinical care manager
 Perawat primer
 Perawat asosiet
8) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi
waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih
banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan
klien. Adanya standar renpra menunjukan asuhan keperawtan
yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang
kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan
47

professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya


terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose
keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan
dan kolom keterangan. (Sitorus, 2006).
9) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain
yang diperlukan adalah (Sitorus, 2006) :
 Format pengkajian awal keperawatan
 Format implementasi tindakan keperawatan
 Format kardex
 Format catatan perkembangan
 Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan
dokter
 Format laporan pergantian shif
 Resume perawatan
10) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP
sama dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat.
Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus,
2006) :
 Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim
yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini
digunakan pertama kali sat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
 Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan
timnya serta dokter yang merawat klien.

11) Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah
berikut ini (Sitorus, 2006) :
 Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang
terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
48

 Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam


melakukan konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan
setiap hari. Konferensi dilakukan setelah melaukan operan
dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus,
2006).
 Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan ronde dengan porawat asosiet (PA)
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga
dilakukan setiap hari. Ronde ini penting selain untuk
supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk
memperoleh tambahan data tentang kondisi klien. (Sitorus,
2006).
 Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan
standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan
tindakan yang direncenakan mengacu pada standar
tersebut. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat
kontrak/orientasi dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan
kesepakatan antara perawat dan klien/keluarganya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan
agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien
dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian
orientasibagi klien dan keluarganya. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan
presentasi kasus dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan
kasus-kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP
dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya
secara mendalam. (Sitorus, 2006).
49

 Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM)


dalam membimbing PP dan PA
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan
implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara
berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan,
diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi
sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang
yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk
memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada
CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi
CCM tidak diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab
perawat kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan
dokumentasi secara tepat menjadi penting.

12) Tahap Evaluasi


Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen evsluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan
oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan
untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang
ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan
(Sitorus, 2006) :
a. Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga
untuk setiap klien pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang
dinilai berdasarkan dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per
ruang rawat)
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat

13) Tahap Lanjut


50

MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem)


pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP
memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang
MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah
ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).
a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada
tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan
pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai
SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan
tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula). (Sitorus,
2006).
b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II.
Pada MPKP tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan
teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners
sepeialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena
itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis. (Sitorus, 2006).
c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III.
Pada tingkat ini perawat denga kemampuan sebagai ners
spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian
keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.
(Sitorus, 2006).
51
BAB 3
TINJAUAN LAHAN

3.1 Profil/Gambaran Umum Rumah Sakit


3.1.1 Sejarah Singkat

Rumah Sakit Islam Banjarmasin merupakan salah satu rumah sakit


swasta Tipe C di Kalimantan Selatan.RS Islam Banjarmasin terletak di
Jl. Letjend. S. Parman No. 88 Banjarmasin (70115) Banjarmasin.

Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Musyawarah Wilayah Pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Selatan


ke 25 yang diadakan di Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang
berlangsunng pada tanggal 15 – 17 April 1968 merupakan tonggak
sejarah Rumah Sakit Islam Banjarmasin ditancapkan guna
mengembangkan amal usaha persyarikatan

Berdasarkan akta notaries Bachtiar tanggal 01 Maret 1972 No.1/1972


telah dibentuk pengurus yayasan RSIB yang tanggal 19 Agustus 1972
diketahui Bapak H. Abdullah dengan SK Menkes No.
673/P.Kes/0/1972 diperoleh ijin kepegawai RSIB, yang mana dalam
perjalanannya pengurus yayasan tersebut dibubarkan oleh PWM
periode 2000 – 2005.

RSIB awalnya merupakan sebuah Rumah Sakit Bersalin yang bernama


“Rumah Sakit Siti Khadijah”. Nama ini digunakan pada tanggal 14
Agustus 1974 sampai 14 Agustus 1979 dan pada tanggal 15 Agustus
1979 dirubah menjadi RSIB hingga sekarang yang mendapat ijin tetap
Menkes RI No. 0917/Yan-Men/RSKS/1988 yang berlaku selama 5
tahun dan selalu diperpanjang.

Berdirinya RSIB memerlukan waktu 3 tahun, pada tahun 1972 telah


diresmikan berdirinya RSIB yang dipimpin oleh Direktur.

3.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi, Dan Tujuan


3.1.2.1 Falsafah
Pelayanan kesehatan diselenggarakan berlandaskan etika,
proesionalisme, dan islami.

51
52

3.1.2.2 Motto
C : cepat dalam pelayanan
I : Islami dalam pengabdian
N : nyaman bagi pelanggan
T : tepat dalam tindakan
A : aman dan bermutu
3.1.2.3 Visi
Mewujudkan Rumah sakit islam banjarmasin sebagai rumah
sakit yang profesional bermutu dan menjadi pilihan serta
kebanggan masyarakat.
3.1.2.4 Misi
Rumah sakit islam banjarmasin didirikan untuk pelayanan
kesehatan, membantu pasien untuk memperoleh kesehatan dan
juga sebagai media dakwah islamiah.
3.1.2.5 Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa membedakan
suku, agama, ras, aliran, serta membentuk mental spritual yang
islami.

3.1.3 Kedudukan, Tugas Dan Fungsi


2.1.3.1 Direktur dibantu dengan dua orang Wakil Direktur yaitu Wakil
Direktur Administrasi Umum dan Keuangan dan Wakil Direktur
Medik.
Selama perjalanannya Rumah Sakit Islam Banjarmasin dalam
pengabdiannya jabatan Direktur beberapa kali mengalami
penggantian sebagai berikut :
1. dr. H. Abu Hanifah MPH Tahun 1974 - 1984
2. dr. H. Mochlan Aham DTMH Tahun 1984 - 1994
3. drg. H. Muhammad Asj’ari Tahun 1994 - 2001
4. dr. H. Abimanyu, Sp. PD, KGEH Tahun 2001 - 2003
5. dr. H. Hasan Zain, Sp. P Tahun 2004 - 2009
6. dr. H. Mohamad Isa, Sp. P Tahun 2009 - 2014
7. dr. Hj. Rafiqah Tahun 2014 - 2019
53

3.1.4 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


3.1.4.1 Rawat Jalan
Poliklinik terdiri dari Poli Umum dan Spesialis sebagai berikut:
1. Umum
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 14.00 - 21.00 wita
2. Gigi
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 17.00 – selesai
3. Gizi
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 17.00 – selesai
4. Kebidanan & Kandungan
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 16.00 – selesai
5. Anak
Pagi : 08.30 - 09.30 wita
Sore : 17.00 – selesai
6. Spesialis lainnya Sore : 17.00 - selesai
- Neurologi - Urologi - Bedah
- Paru - Orthopedi - Penyakit Dalam
- THT - Kulit & Kelamin

3.1.4.2 Rawat Inap


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Banjarmasin terdiri dari
beberapa klasifikasi/jenis yang disesuaikan dengan fasilitas
antara lain : Air Conditioner Split, TV 21, TV 14, Kulkas,
Kipas Angin, Tempat Tidur Penunggu Pasien, Kamar
Mandi/WC, Makan 3 kali Snack dan lain-lain.
Jumlah tempat tidur (TT) : 113 TT
Klasifikasi kamar pasien sebagai berikut :
1. Paviliun Super VIP : 2 TT
2. Ruang VIP A Al-Farabi : 9 TT
3. Paviliun VIP B : 3 TT
4. Ruang VIP B Al Farabi : 3 TT
5. Ruang Kelas IA Paviliun : 6 TT
54

6. Ruang Kelas IA Al-Farabi : 6 TT


7. AR-Razi VIP A : 2 TT
8. Ruang Kelas I A AR-Razi : 11 TT
9. Ruang Kelas II A AR-Razi : 2 TT
10. Ruang Kelas II B Ar-Razi : 6 TT
11. Al-Biruni Kelas I A : 3 TT
12. Al Biruni Kelas I B : 4 TT
13. Al-Biruni Kelas I : 1 TT
14. Al- Biruni Kelas II : 10 TT
15. Al-Biruni Kelas III A : 5 TT
16. Al-Biruni Keals III B : 4 TT
17. Al-Haitam IIC Anak : 6 TT
18. Al-Haitam IIIB Anak : 6 TT
19. ICU/ICCU : 8 TT
20. Kamar bayi : 15 TT

3.1.4.3 Jenis Pelayanan Spesialis yang Ada


1. Dokter Spesialis Bedah
2. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
3. Dokter Spesialis Anak
4. Dokter Spesialis Obgyn (Kebidanan dan Kandungan)
5. Dokter Spesialis Radiologi
6. Dokter Spesialis Anasthesi
7. Dokter Spesialis Patologi Klinik
8. Dokter Spesialis Jiwa
9. Dokter Spesialis Mata
10.Dokter Spesialis THT (Telinga, Hidung & Tenggorokan)
11.Dokter Spesialis Kulit & Kelamin
12.Dokter Spesialis Kardiologi
13.Dokter Spesialis Paru
14.Dokter Spesialis Saraf
15.Dokter Spesialis Bedah Saraf
16.Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
17.Dokter Spesialis Urologi
18.Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
19.Dokter Spesialis Patologi Anatomi
55

3.2 Input

3.2.1 Data Umum Ruangan


3.2.1.1 Karakteristik Unit
a. Visi Ruangan Perawatan Al Haitam
Unit yang dapat melaksanakan pelayanan prima ke
seluruh pasien yang ada, dan sebagai unit rawat yang
aman dan nyaman berlandaskan pada pemberian asuhan
keperawatan yang holistik.

b. Misi Ruangan Perawatan Al Haitam


a) Meningkatkan kebersihan dan kerapian ruangan
b) Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan
c) Mengutamakan kepentingan pasien berdasarkan
hanya.
d) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari
tahap pra interaksi, interaksi, terminasi dan
dokumentasi.

3.2.1.2 Sifat Kekaryaan Ruang


a. Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Al Haitam
tidak memfokuskan pada kasus penyakit, dikarenakan
ruang Al Haitam menangani seluruh jenis keluhan
penyakit secara umum.
b. Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang
keperawatan Al Haitam adalah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup
garapan ruang Al Haitam adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disisplin ilmu secara
aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala
aktivitas untuk mengatasi gangguan/hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas
hidup yang terjadi akibat masalah/gangguan fisiologis
pada satu atau berbagai sistem tubuh yang dialami pasien.
56

Secara umum lingkup garapan ruang rawat inap Al


Haitam meliputi penyakit dalam, bedah, gawat, anak.

c. Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat Al Haitam merupakan salah
satu bagian dari pelayanan umum bagi pasien anak dengan
berbagai macam penyakit seperti: GEA, Dyspepsia, Asma
Bronkhitis, DHF dan lain-lain. Sehingga memerlukan
penanganan yang baik dan benar. Agar kualitas hidup
pasien meningkat.

3.2.1.3 Model Layanan


Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Al-
Haitam Rumah Sakit Islam Banjarmasin (RSIB) adalah
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan
menggunakan Metode Primer.

3.2.1.4 Letak Ruang


Ruang Al Haitam merupakan ruang rawat inap yang berada di
sebelah Ruang Paviliun Ibnu Sina. Pelayanan rawat inap yang
diberikan mencakup seluruh jenis penyakit yang diderita oleh
anak, hal ini berkaiatan dengan kebijakan Manajemen Rumah
Sakit untuk menempatkan pasien rawat inap, tanpa
membedakan jenis kelamin.

Ruang Al Hatam ini digunakan mahasiswa Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin sebagai tempat pembelajaran
praktik manajemen keperawatan. Ruang ini dibatasi oleh:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan ruang paviliun Ibnu
Sina
b. Sebelah Utara berbatasan dengan lahan kosong
c. Sebelah Timur berbatasan dengan ruang administrasi
d. Sebelah Selatan berbatsan dengan balkon
57

3.2.1.5 Kapasitas Unit Ruang


Kapasitas tempat tidur di Ruang Al-Biruni terdiri atas 31
tempat tidur. Rincian tempat tidur di ruang Al- Biruni sbb:
a. Ruang kelas II : 7 tempat tidur
b. Ruang kelas III : 5 tempat tidur

3.2.2 Manusia (Man)


3.2.21 Tenaga
Tenaga keperawatan di Ruang Al Haitam (Anak) seluruhnya
berjumlah 15 orang, sudah termasuk kepala ruangan dan
ditambah 1 pekarya.
a) Berdasarkan jenis dan tingkat pendidikan
No Jenis Tenaga Tetap TKK Tamu Jumlah %
1 Medis 6 6 27,2
2 Keperawatan
a.    Perawat Profesional (Ners) 4 4 8 36,3
b.    Perawat Profesional (S.Kep) 2 2 9
c.   Perawat Mahir (DIII-SKM)
d.   Perawat Mahir (DIII) 5 5 23
e.  Perawat Kesehatan (SPK-SKM)
f.   Perawat Kesehatan (SPK)
g.    Bidan
h.    Perawat Gigi
3 Non Keperawatan 1 1 4,5
4 Non Medis
100
Total
%

b) Berdasarkan jenjang karir


No Jenis Tenaga Jumlah %
1 Pra Perawat Klinis 4 27
2 Perawat Klinis I 7 46
3 Perawat Klinis II 4 27
4 Perawat Klinis III - -
5 Perawat Klinis IV - -
Total 15 100

c) Berdasarkan pelatihan yang diikuti


Jumla
No Jenis Pelatihan %
h
1 In House Training 12 80
2 BTCLS 15 100%
58

d) Pasien
1. Klasifikasi pasien : anak usia 28 hari s/d 17 tahun.
2. Data pada bulan maret
a) Jumlah pasien : 128 orang (umum: kelas II : 31
orang, kelas III: 15 orang, BPJS: kelas II 60 orang,
kelas III 22 orang)
b) Jumlah pasien meninggal : tidak ada
c) Jumlah pasien pulang APS : kelas II 2 orang, kelas
III 1 orang (kena biaya)
d) Jumlah pasien lari : tidak ada
e) Jumlah pasien pindah RS : tidak ada
f) Jumlah penyakit terbanyak di bulan maret 2019
No. Nama penyakit Jumlah kasus
1. DHF 28
2. Demam Typoid 25
3. Bronkhopneum
24
onia
4. GEA 18
5. Obs. Febris 8
6. ISPA 5
7. Vomitus 3
8. KDS 3
9. Asma 2
Bronkhial
10 Viral Infektion 1
Sumber: Laporan bulan Maret 2019 ruang Al Haitam RS
Islam Banjarmasin

g) Angka kejadian berulang


Angka kejadian berulang di ruang Al Haitam terdpat
sebanyak 5 pasien sejak januari 2019 dengan kejadian
berulang yang termasuk dalam 10 penyakit terbanyak
pada bulan maret 2019.

h) Angka kejadian kesalahan dalam pemberian obat


Angka kejadian kesalahan dalam pemberian obat
pada bulan Maret 2019, angka kejadian kesalahan
dalam pemberian obat memiliki nilai 0% itu artinya
tidak pernah terjadi kesalahan dalam pemberian obat
kepada klien karena perawat selalu memperhatikan
prinsip benar obat.
59

i) Angka kejadian pasien jatuh


Angka kejadian Patient Safety di Ruang Al Haitam
sudah terdokumentasikan secara terperinci. Pada
bulan Maret 2019 pencatatan patient safety meliputi
kejadian dekubitus 0 orang (0%) serta kejadian pasien
jatuh tidak ada (0%).

j) Angka kejadian Infeksi


Berdasarkan Indikator Mutu PPI didaptkan data :
No. Indikator Pelaksanaan
Indikator
1 Insiden ISK 15 %
2 Insiden Plebitis 20 %
3 Insiden Infeksi Daerah 1,5 %
operasi
4 Angka kepatuhan petugas 85 %
melaksanakan hand
hygiene

Berdasarkan data HAIS tahun 2018 pada ruang ICU


didapatkan angka kejadian 19,87%, ruang Al Farabi
19,96%, ruang Al razi 21,38%, ruang Al Biruni
16,8%, ruang PAP Ibnu Sina 17,5% dan ruang Al
Haitam 0%.

Berdasarkan data IDO (Infeksi Daerah Operasi)


tahun 2018-2019 tidak terdapat angka kejadian
infeksi (0%). Data ISK (infeksi saluran kemih) tahun
2018-2019 tidak terdapat angka kejadian IDO
diseluruh ruangan (0%). Data IADP (infeksi aliran
darah primer) 2018-2019 tidak terdapat angka
kejadian di seluruh ruangan (0%).

e) Jumlah kebutuhan tenaga perawat


1. Jumlah kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
perhitungan bulan oktober-desember 2018.
a) DOUGLAS
Perawatan Minimal: 1-2 jam/ 24 jam
Jumlah bed : 19 orang
Pagi : 0,17 x 19 = 3,23
60

Siang : 0,14 x 19 = 2,66


Malam : 0,07 x 19 = 1,33

Dengan hasil keseluruhan dari jumlah perhitungan


Douglas didapatkan hasil : 7,22 dengan kesimpulan
sebanyak 7 orang jumlah kebutuhan tenaga perawat.

b) Depkes
BOR : 85 %
Jumlah TT : 19 buah
Jam kerja perawatan/hari : 5,7 jam ( rawat inap)
Kebutuhan tenaga perawat

( BOR X jumlah TT ) X rata−rata jam perawatan


jam kerja perawat /hari

(BOR x jumlah TT)


= (85% x 19)
= 16 TT
Tabel perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien
No Jenis /kategori Rata- Rata-rata Jumlah %
rata jam perawatan/hari
pasien perawatan/
/hari hari
1 Pasien - - - -
penyakit
dalam
2 Pasien bedah 2 4 8 0,6
3 Pasien gawat 7 10 70 2
4 Pasien anak 338 4,5 1521 97,4
5 Pasien - - - -
kebidanan
Jumlah 347 1599 100

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan


- 0,6% x 16 = 0,096 x 4 = 0,384
- 2% x 16 = 0,32 x 10 = 3,2
- 97,4% x 16 = 15,584 x 4,5 = 72
Total = 75,6 / 5,7
= 13 orang
 Faktor koreksi

Jumlah hari minggu 1tahun +cuti+hari besar


x kebutuhan perawat
Jumlah harikerja efektif

52+12+18
¿ x 13
365−82

82
¿ x 13=3,5= 4
283

 Tugas non keperawatan


= (13+3,5)x 25%
61

= 17 x 25% = 4
 Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
= 13+4+4 +1 (pp) + 1 (karu)
= 23 orang

c) Gillies

A X B XC
( C− D ) X E

Keterangan :
A. = Rata-rata jumlah prawatan/pasien/hari
B. = Rata-rata jumlah pasien/hari ( BOR X Jumlah tempat
tidur )
C. = Jumlah hari/ tahun
D. = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E. = Jumlah jam kerja masing- masing perawat

4 X (55 % x 19) X 365


=
( 365−73 ) X 5,7

4 X 16 X 365 23.360
= = =13 orang
295 X 5,7 1.681,5

No Rumus Kebutuhan Jumlah Tenaga Yang Belum Terpenuhi


keperawatan
1 Douglas 7 orang 15 orang +8 orang
2 Gillies 13 orang 15 orang +2 orang

4 Depkes 23 orang 15 orang - 8 orang

Dilihat dari tabel diatas bahwa kebutuhan tenaga perawat menurut


Douglas dan Gillies mengalami kelebihan tenaga keperawatan,
sedangkan menurut depkes mengalami kekurangan tenaga keperawatan.

Adapun perhitungan tenaga keperawatan yang digunakan di Ruang Al


Haitam RS Islam Banjarmasin adalah perhitungan menggunakan
Depkes. Jadi berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan
bahwa di ruang rawat inap Anak Ruang Al Haitam RS Islam
Banjarmasin mengalami kekurangan tenaga keperawatan 8 orang.
62

3.2.3 Sarana/prasana (Material)


3.2.3.1 Peralatan dan Fasilitas
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 13-14 April 2019,
didapatkan bahwa lingkungan Ruang Al Haitam (Anak) sudah
bisa dikategorikan sudah tampak bersih. Fasilitas yang
didapatkan diruang Al Haitam (Anak) adalah 1 botol handrub
didepan setiap ruangan, dan tidak disediakan disetiap tempat
tidur. Wastafel disediakan 1 diruang nurse station dan 1 didepan
ruang perawatan kelas III. Wastafel tidak disediakan peruangan
untuk keluarga pasien cuci tangan. Kendala lain yaitu tidak
adanya tisu lap tangan. Melanjutkan kebagian kamar, Total WC
dan kamar mandi yang tersedia masing-masing berjumlah 1 di
ruang perawatan kelas III dan 2 buah WC di ruang perawatan
kelas II. Pada saat observasi kedalam kamar mandi. Untuk air
mengalir dalam keadaan lancar dan namun kondisi kebersihan
yang masih kurang dan tidak terdapat pispot.

Hasil observasi tidak terdapat pemisahan tempat linen antara


linen infeksius dan non infeksius pada penutup linen. Hasil
observasi didapatkan bahwa pada bed klien disetiap dinding
kamar perawatan sudah terdapat nomor bed klien. Di lorong
ruang perawatan kelas III terlihat tabung oksigen tersusun rapi,
baik yang terisi atau tidak terisi. Alat-alat kesehatan seperti
tensimeter, stetoskop, dan Nebulizer tampak rapi setelah
digunakan.

Dari hasil observasi di ruang Al Haitam (Anak) penggunaan


oksigen tidak menggunakan oksigen sentral seperti ruangan lain.
Observasi ruang Al Haitam (Anak) memiliki 3 bak sampah non
infeksius yang masing-masing terletak di depan ruang perawatan
kelas II, kelas III dan nurse station dan 1 bak sampah infeksius
di depan ruang nurse station. Ruang Al Haitam (Anak) memiliki
2 buah safety box untuk tempat membuang jarum dan benda
tajam.
63

3.2.3.2 Denah Ruangan


Lokasi penerapan manajemen keperawatan dilakukan di ruang
Al Haitam (Anak) RS IslamBanjarmasin dijabarkan sebagai
berikut :
3.2.3.3 Sebelah Barat berbatasan dengan ruang paviliun Ibnu
Sina
3.2.3.4 Sebelah Utara berbatasan dengan lahan kosong
3.2.3.5 Sebelah Timur berbatasan dengan ruang administrasi
3.2.3.6 Sebelah Selatan berbatsan dengan balkon

Fasilitas Ruang Al Haitam (Anak)


 Ruang Kepala ruangan/administrasi: 1 kamar
 Ruang perawat jaga : 1 kamar
 Kamar perawatan kelas 2 : 7 kamar
 Kamar perawatan kelas 3 : 12 kamar
 Kamar tindakan : 1 kamar
s

T B

DENAH RUANG AL HAITAM


U

Kantor Perawat

Balkon wc Wc 2 2 2 2 3 4
wastafel administrasi
5 1 1 1 1
4 6 7 Tangga 601 602 603 604 6 5

3 2 1

W Wc wc
c
Kamar 605

3.2.3.3 Buku kelengkapan administrasi


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan staff
dikatakan terdapat buku kelengkapan administrasi yang terdapat
64

di ruang Al Haitam (Anak) RS Islam Banjarmasin meliputi arsip


pembayaran, buku sensus dan status pasien, buku penyerahan
status MR, buku penyerahan BPJS, buku harian dan visite
dokter, buku panduan SOP dan SAK, buku injeksi dan
pemeriksaan vital sign, dan buku pelayanan gizi pasien sudah
terlihat sangat bagus dan sudah digunakan. Dan juga blangko
rekam medis yang sudah tertata dengan rapi.

3.2.3.4 Daftar Inventaris Barang


Data inventaris ruang rawat inap tahun 2018 Ruang Al Haitam
(Anak) mengenai perlengkapan alat-alat kesehatan yang ada di
Ruang Al Haitam (Anak) seperti uraian dibawah ini :
3.2.3.5 Daftar Barang Alat Kesehatan dan Rumah Tangga di
Ruang Al Haitam (Anak) RS ISLAM Banjarmasin
No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes
2001
1 Tensimeter Air Raksa ABN Baik 1 buah 2/ruangan
2 Steteskop Anak ABN Baik 2 buah 2/ruangan
3 Suction Pump Dy. 1 A Baik 1 buah 1/ruangan
GEA
4 Basemed H 1 Oxygen Baik 10 buah 2/ruangan
Mask DWS
5 Kacamata Hitam Baik 5 buah
6 Gunting Lurus Baik 1 buah 2/ruangan
7 Gunting Angkat Benang Baik 1 buah 2/ruangan
8 Pinset Chirurgis 14 cm Baik 1 buah 2/ruangan
9 Pinset Anatomis Baik 1 buah 2/ruangan
10 Korentang 25 cm Baik 1 buah 2/ruangan
11 Nebulitzer C-28 omron Baik 1 buah 1/ruangan
12 Tong Spatel Stainles Baik 2 buah 2/ruangan
13 Nearberken Baik 1 buah 2/ruangan
14 Ambu Resusitator Anak Baik 1 buah 2/ruangan
15 Timbangan Badan Dewasa Baik 1 buah 1/ruangan
AMR
16 Lampu Baca Rontgen Baik 1 buah 1/ruangan
17 Ranjang Pasien Kecil Baik 5 buah 1:1-2 /ruangan
Morico
18 Ranjang Elektrik Baik 4 buah 1:1/ruangan
19 Ranjang Kecil Baik 3 buah 1:1 /ruangan
20 Kasur Busa + Kulit Baik 2 buah 1:1/ruangan
21 Kasur Kapul Anak + Kulit Baik 5 buah 2-3/ruangan
22 Kasur Busa Kecil + Kulit Baik 5 buah 2-3/ruangan
23 Bantal Kapuk Kecil + Kulit Baik 12 buah
24 Standar Infus Baik 14 buah 2-3/ruangan
25 Kipas Angin Maspion Baik 5 buah
26 Kipas Anging Dinding Baik 7 buah
Panasonic
27 Lemari Steinlis Baik 12 buah 1:1/ruangan
28 Jam Dinding Baik 4 buah
29 Kotal Al-Qur’an Baik 6 buah
30 Al-Qur’an Baik 5 buah
31 Kursi Busa Deco Panjang Baik 12 buah 1:2/ruangan
65

32 Kursi Kayu Panjang Baik 3 buah 2-3/ruangan


33 Kursi Besi Set Baik 2 buah 1-2 set/ruangan
34 Sapu Plastik Baik 4 buah
35 Rak Sepatu Plastik Baik 5 buah
36 Bak Sampah Baik 4 buah 4/ruangan
37 Keset Baik 6 buah
38 Rak Meja Kayu Baik 1 buah
39 Meja Kerja Baik 2 buah
40 Meja Sudut Kecil Baik 1 buah
41 Ranjang/Lemari Tindakan Baik 1 buah 1/ruangan
42 Kursi Plastik Baik 8 buah
43 Kursi Busa Panjang Baik 1 buah
44 Kulkas Kecil Baik 1 buah
45 Lemari Locker Baik 1 buah 1/ruangan
46 Kipas Angin Berdiri Baik 1 buah
Maspion
47 Kipas Angin Baling-baling Baik 1 buah
48 LCD Toshiba 24 Inci Baik 1 buah 1/ruangan
49 Tv Warna 14 Inci Polytron Baik 1 buah
50 Dispenser Maksimal Baik 1 buah
51 Keranjang Obat Baik 12 buah
52 Baki Obat Baik 2 buah 2/ruangan
53 Papan Tulis Putih Baik 1buah
54 Rak Status Pasien Baik 1 buah 1/ruangan
55 Papan Status Pasien Baik 12 buah
56 Jepitan Status Pasien Baik 12 buah
57 Telpon Panasonic Baik 1 buah
58 Ceret Listrik Stainlis Baik 1 buah
59 Termos Air Panas Baik 11 buah
60 Cermin Baik 1 buah
61 Ember Tutup Plastik Baik 1 buah
62 Lampu Emergency Baik 1 buah
63 Meja Steinlis Rak 3 Baik 1 buah
65 Bak Sampah 60 Liter Baik 1 buah 1:1
66 Kereta Cucian Kotor Baik 1 buah 2/ruangan
67 Thermometer Baik 2 buah 5/ruangan
Sumber: Buku inventaris barang Ruang Al Haitam (Anak) 2019

1.2.42 Daftar Linen


No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes 2001
1 Seprai Besar Baik 33 buah 1:5
2 Seprei Kecil Baik 53 buah 1:6-8
3 Sb Besar Baik 33 buah 1:6
4 Sb Kecil Baik 42 buah 1:6
5 Handuk Baik 6 buah 1:3
6 Perlak Baik 7 buah 1:5
7 Piama Baik 7 buah 1:5
8 Teko Baik 19 buah
Sumber : Buku daftar linen ruang Al Haitam (Anak) 2019

Dari hasil observasi jumlah peralatan medis seperti gunting, pinset,


korentang, nerberken kurang memenuhi jumlah standart dan linen
ada 86 buah sudah mencukupi dengan jumlah 19 bed di ruangan
Al Haitam (Anak) yang terdiri dari 7 bed berada di ruang
perawatan kelas II dan 12 bed diruang perawatan kelas III. SOP
pergantian linen diruang anak hanya akan diganti saat keluarga
66

pasien mengeluh kotor atau pada saat pasien baru masuk. Dan pada
SOP penyediaan/perhitungan linen pada bed dewasa didapatkan
Ratio 1 TT = 3 Parlinen, artinya diruang Al Haitam (Anak)
terdapat 19 bed dimana seharusnya memiliki 57 linen, artinya
diruangan tidak kekurangan linen.

3.2.3.6 Prosedur Tetap (SOP dan SAK)


SOP manajemen keperawatan
1. Bimbingan mahasiswa keperawatan
2. Penilaian bimbingan mahasiswa praktik
3. Rekrutmen dan seleksi tenaga keperawatan
4. Perawat pengganti
5. Penyusun jadwal dinas
6. Melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan
keperawatan.
7. Perjenjangan karier
8. Cuti dan ijin
9. Absensi
10. Mutasi dan rotasi
11. Persyaratan tenaga keperawatan di IGD
12. Persyaratan Tenaga keperawatan di ICU
13. Persyaratan tenaga keperawatan di instalasi bedah
14. Persyaratan tenaga keperawatan dip vk bersalin
15. Pengelolaan penyimpanan
16. Penedeglasian tugas dari kepala bidang keperawatan
superpisi.
17. Pertemuan berkala
18. Penggantian tugas perawat yang berhalang hadir
19. Prusedur superpisi
20. Prosedur orientasi tenaga baru
SPO SARANA DAN PRASARAN
21. Perencanaan peralatandan peremajaan
22. Prosedur penyedian alat kesehatan
23. Perbaikan peralatan jika tidak berfungsi
24. Pemeliharaan alat
25. Pemeliharaan deschchok/defibrillator.
67

26. Pemeliharan bed sid motoring


27. Pemeliharaan ventilator
28. Pemeliharaan nebulizer
29. Pemeliharaan infuse pump
30. Pemeliharaan syringe pump
31. Pemeliharaan tabung suction
32. Pemeliharaan alat EKG
33. Pemeliharaan mesin Anastesi
34. Pemeliharaan regulator dan tabung oksigen
35. Pemeliharaan pipa endotrakea.
36. Pemeliharaan tabung asap
37. Penggunaan alat-alat
38. Bantuan hidup dasar
39. Intubasi endotrakea
40. Ekstubasi
41. Pemasangan pipa oroparing
42. Pemakaian suction purtabel
43. Penyiapan tempat tidur kusus
44. Pemakaian dan pemeliharaan troly emergency
45. Pemakian monitor 5 parameter invivo
46. Pemakian bed side monitor
47. Prosedur umum pemakian pentilator
48. Penggunaan pentilator inter 5
49. Perekaman elektrokardiagram
50. Pemakaian syring pumpm B-Braun
51. Pemasanagn syring pump terumu
52. Pemasanagn infus pump B-Braun
53. Pemakaian infuse pump vulumed
54. Pemakian nebulizer
55. Defibrilasi
56. Pemakian regulator tabung oksigen
57. Pemakaian incubator
58. Pemakian infant warmer
59. Pemakian pototherapi
60. Pemakian dopler
61. Pemakian partu set
68

62. Pemakain curet set


63. Penggunaan elektro cutter
64. Penggunaan autoclave
65. Penggunaan syring pump umum
66. Pemakain infuse pump umum
67. Pemakaian dan pemeliharaan CTG
SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
68. Penatalaksanaan pasien syok dengan anapilaktik
69. Penanganan kedaruratan kebakaran di ruang perawatan
70. Kejadiaan luar biasa
71. Penerimaan pasien baru di rawat inap
72. Orientasi pasien baru di ruang rawat inaf
73. Persiapan klien pulang dari ruang rawat inaf
74. Proses asuhan keperawatan
75. Konsultasi klien dengan dokter
76. Ronde keperawatan
77. Timbang trima
78. Pelayanan administrasi dan pembayaran pasien rawat
jalan
79. Pemindahan pasien IGD ke ruang rawat inap dan antara
ruang perawatan
80. Memindahkan pasien dari triage atau poli klinik ke unit
rawat inap
81. Pemberian oksigen melalui kanula binasal
82. Pemberian oksigen melalui cateter nasal
83. Pemberian oksigen melalui sungkup rebriting parsial
dan kantong non briting
84. Pemberian oksigen melalui sungkup sederhana.
85. Pemberian okseigen melalui sungkup venture
86. Penitipan pasien ke kelas perawatan yang lebih tinggi
87. Pengisapan lendir mulut
88. Pengisapan lendir hidung
89. Resusitasi jantung paru (perawat)
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
,KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
90. Menyuapi klien
69

91. Insersi, pemasangan dari penahanan selang nasogastrik


92. Pemberian makanan melalui selang nasagastrik
93. Peningkatan makanan melalui selang NGT
94. Pemasangan infuse vena
95. Pemberian transfuse darah
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
96. Membantu klien BAB dan BAK di tempat tidur
97. Keteriasi urine wanita
98. Keteriasi urine pria
99. Pemasangan kondom kateter
100.Huknanh rendah/tinggi
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN
101. Kewaspadaan universal
102.Pemakaina sarung tangan stril
103.Melepas sarung tangan
104.Memakai masker
105.Perawatan klien isolasi
106.Membuat larutan klorin
107.Mengangkat dengan benar
108.Posisi powler dengan sandaran
109.Posisi terlentang dengan sokongan
110.Posisi tengkuran dengan sanggaan
111.Posisi miring (lateral) dengan sokongan
112.Posisi sim’s (semi tengkurap) dengan sokongan
113.Membantu klien bangun dari tidur
114.Membantu klien pada posisi duduk
115.Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DAN
KENYAMANAN FISIK
116. Memandikan atau menyeka pasien di tempat tidur
117.Memotong kuku
118. Mecuci rambut di atas tempat tidur
119.Menyisir rambut
120.Mengganti alat tenun dengan klien di atas tempat tidur
121.Pengkajian resiko dan pencegahan luka dekubitus
122.Managemen luka keperawatan
70

123.Fisoterapi dada
124.Memberikan kompres hangat
125.Memberikan kompres dingin
PEMENUHAN KEBUTUHAN GERAK DAN
KEGIATAN JASMANI
126. Latihan ROM aktif dan pasif
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPRITUAL
127. Perawatan klien yang akan meninggal
128. Perawatan jenazah dan pengeriman ke kamar jenazah
PEMENUHAN KEBUTUHAN KOMUNIKASI
129. Komunikasi teraputik
130.Orientasi pada klien baru
PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCEGAH DAN
MENGATASI REAKSI
131.Melakukan skin test
132.Menatalaksaan tertusuk jarum
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGGOBATAN DAN
MEMBANTU PROSES KEBUTUHAN
133. Mengukur tekanan darah dengan auskultasi
134.Menghitung pernafasan
135.Menghitung denyut nadi radial
136.Menghitung dneyut nadi avical
137.Mengukur tuhu tubuh secara oral
138.Mengukur secara rectal
139.Mengkur suhu tubuh secara axial
140.Mengukur suhu tubuh secara timpanik
141.Penatalksaan pasien dengan syok hivolemik
142.Prinsip pemberian obat
143.Memberikan obat oral
144. Memberikan obat pada mata
145.Memberikan obat tetes telinga
146.Memberikan obat tropical padakulit
147.Memberikan injeksi intramuscular dan subkutan
148.Memberikan injeksi intravena
149.Meberikan injeksi intrakutan
150.Memberikan injeksi dengan alat khusus atau ven
71

151.Memberikan obat suntuik/injksi dari mapul/vial


152.Mecampur 2 tipe insulin
153.Menambahkan obat ke botol cairan intravena
154.Pemberian obat IV Piggy back atau wadah bervolume
kecil
155.Pemberian obat dengan bolus intavena
156.Memasukan obat vaginal
157.Memasukan supositoriak rectal
158.Irigasi telinga
159.Irigasi mata
160.Uji toumuquet/rumple test
161.Melakukan tindakan WSD
162.Membantukan melakukan lumbal fungsi
163.Penerimaan dan penyerahan klien dengan kamar
operasi
164.Perawatan luka bersih dan kotor
165.Mengangkat jahitan
166.Perawatan kolostomi
167.Persiapan dan aplusing obat kemoterapi
168.Melaksanakan kemoterapi
169.Menggambil sampel darah
170.Pengukuran linggkaran perut
PEMENUHAN ISTRAHAN DAN TIDUR
171.Membantu klien istrhat dan tidur
BAYI
172.Memandikan bayi
173.Mengganti pakain bayi
174.Member minum bayi
175.Menyiapkan dan merawat bayi dengan fototerapi
176.Pemasangan badai infuse
177.Psioterafi dada
178.Perkusi darah
179.Postrural drenase
180.Latihan batuk efektip
181.Latihan pernafasan dalam
182.Penghisapan secret pada jalan nafas
72

183.Terapi oksigen dengan headbox O2.


184.Resusitasi jantung paru dan anak
185.Pengkuran intake dan output cairan
186.Oral hygien
187.Penimbangan berat badan
188.Drambuis
OK DAN ICU/ICCU
189.Menilai tingkat kesadaran menggunakan glasgow
Coma skale
190. Implemtasi keperawatan manyouz test
191. Penjadwalan kegiatan operasi
192. Program operasi elektif
193. Kriteria pasien masuk ICU.
194. Indikasi pasien keluar ICU
195. Penerimaan pasien baru di ruang ICU.

3.2.3.7 SAK (Standart Asuhan Keperawatan)


Panduan Asuhan Keperawatan yang dimiiki Rumah Sakit
Islam Banjarmasin 10 penyait terbanyak selama 1 tahun ini
adalah GEA, Typoid fever, Kelahiran SC, DHF, Kelahiran
Spontan, Pneumonia, Stroke, Gastristis, Heart Failure, dan
Dyspepsia.

3.2.3.8 Perlengkapan Promosi Kesehatan


Pada ruangan Al Haitam belum tersedianya format
discharge planning khusus 10 penyakit terbanyak , dan
tidak tersedia media untuk menyampaikan penkes 10
penyakit terbanyak seperti menggunakan leaflet.

3.2.4 Pembiayaan (Money)


Rumah Sakit Islam Banjarmasin merupakan rumah sakit swasta yang
sumber dananya berasal dari swadaya masyarakat atau pasien yang
berobat. Pengelolaan dana tidak dari APBN/APBD, dana yang didapat
sebagian besar dari pasien yang masuk dan berobat di Rumah Sakit
Islam Banjarmasin dan dari Yayasan Muhammadiyah. Dan sejak 04
Januari 2018 mulai di buka layanan untuk pasien BPJS sehingga perwat
sudah mendapatkan remunerasi atau “payment” sejak bulan April.
73

Proses mengajukan anggaran dan barang dengan cara KARU


mengajukan surat izin anggaran ke KABID Keperawatan kemudian
KABID Keperawatan mengeluarkanS surat untuk pemenuhan dana dan
diserahkan ke rumah tangga. Tetapi pada ruangan ini belum memiliki
anggaran khusus untuk kegiatan operasional (discharge planning)

3.2.5 Metode pemberian asuhan (Methode)


Metode pemberian asuhan yang digunakan di ruangan perawatan ini
model MAKP dengan metode primer. Menurut Gillies (1989) perawat
yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat kom-prehensif serta dapat dipertanggung jawab-kan, perawat
primer diruangan Al Haitam bertanggung jawab jam selama 24 jam
terhadap seluruh pasien yang ada diruangan. Perawat primer
bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi
dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan mem-buat
rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak
bertu-gas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain
(associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelaksana.

Dalam penerimaan pasien baru, perawat primer melakukan anamnesa


kembali terkait keluhan pasien, mengedukasi ruangan, peraturan,
memilih dokter sesuai keinginan pasien. Anamnesa dilakukan sesuai
dengan format pengkajian ruangan.

Pelaksanaan Discharge Planing di ruangan Al Haitam belum memiliki


form khusus untuk discharge planning pada 10 penyakit terbanyak dan
pelaksanaan discharge planning dilaksanakan dengan penkes tanpa
disertai bantuan media (leaflet).
74

3.2.6 Mutu /Pemasaran (Marketing)


Berdasarkan data yang di dapat dari Bagian Promosi Kesehatan dan
bagian pemasaran Rumah Sakit Islam Banjarmasin didapatkan bahwa
Yayasan Muhammadiyah sering mengadakan acara bakti sosial seperti
sunatan massal yang mana dari itu rumah sakit dapat melakukan
promosi untuk mengenalkan rumah sakit dan fasilitas yang tersedia.
Rumah Sakit Islam Banjarmasin juga telah melakukan kerja sama
dengan BPJS melalui promosi media sosial. Rumah Sakit Islam
Banjarmasin juga melakukan kerja sama dengan Dokter Praktik, dimana
pasien yang berobat di dokter praktik apabila disarankan untuk rawat
inap langsung di rujuk ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Prestasi yang
pernah diraih oleh ruangan ini antara lain adalah lomba kebersihan
tingkat rumah sakit dan keunggulan dari ruang perawatan ini adalah
khusus anak.

3.3 Proses
3.3.1 Fungsi Perencanaan (Planning)
3.3.1.1 Visi Ruangan Perawatan Al Haitam
Unit yang dapat melaksanakan pelayanan prima ke seluruh
pasien yang ada, dan sebagai unit rawat yang aman dan
nyaman berlandaskan pada pemberian asuhan keperawatan
yang holistik.
3.3.1.2 Misi Ruangan Perawatan Al Haitam
e) Meningkatkan kebersihan dan kerapian ruangan
f) Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian
asuhan keperawatan
g) Mengutamakan kepentingan pasien berdasarkan hanya.
h) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap
pra interaksi, interaksi, terminasi dan dokumentasi.

3.3.2 Fungsi Ruang perawatan Al Haitam


3.3.2.1 Visi misi ruangan perawatan Al Haitam
Wawancara: Bagaimana cara pembuatan visi misi tujuan dan
cara mensosialisasikan:
75

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 April 2019,


didapatkan hasil proses perumusan visi misinya dengan cara
mengkoordinasikan dan diputuskan secara bersama. Serta
untuk mensosialisasikanya yaitu dengan cara penjelasan
langsung ketika rapat. Pada saat observasi juga terdapat visi
misi ruangan di dinging nurse station.

3.3.2.2 SOP dan SAK


Berdasarkan wawancara terkait SOP yang ada yaitu mengikuti
SOP yang ada dirumah sakit, sedangkan SAK yang dimiliki
rumah sakit terbanyak yaitu 10 SAK. Penanggung jawab
menyusun dan merevisi SOP dan SAK ialah Komite
Keperawatan RS Islam Banjarmasin.

Hasil observasi ruangan Al Haitam sudah ada memiliki SOP


dan SAK dan sudah lenkap sesuai dengan yang ada dirumah
sakit. Kemudian hasil observasi langsung terhadap perawat
yang melakukan beberapa tindakan didapatkan pada
penerimaan pasien masuk rawat inap hal yang terkadang
terlewatkan oleh perawat pelaksana pada SOP adalah point 10
di SOP, yaitu tidak memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk menanyakan hal-hal yang tidak jelas. Pada pemasangan
infus vena hal yang terkadang terlewatkan oleh perawat
adalah point 12 di SOP, yaitu perawat tidak patuh
menggunakan sarung tangan. Pada pengambilan darah vena
hal yang sering terlupakan yaitu pada point 3 di SOP, yaitu
tidak meletakkan perlak kecil dibawah lengan/daerah yang
akan dilakukan punksi. Pada tindakan memberikan injeksi
intravena, rata-rata perawat patuh dan melakukan tindakan
sesuai SOP. Pada pemakaian nebulizer hal yang sering
terlewatkan yaitu pada point 8 di SOP, yaitu perawat tidak
patuh melakukan chest fisiotherapi.

Pada hasil Kuisioner didapatkan persepsi perawat pelaksana


tentang SOP dan SAK yang dimiliki ruangan: seluruh perawat
berpendapat bahwa SOP dan SAK yang dimiliki sudah sesuai
76

dengan standar rumah sakit dan mudah diakukan karena sudah


ada panduan terkait SOP dan SAK.
3.3.2.3 Standar Kinerja
Berdasarkan wawancara didapatkan standar kinerja yang
diterapkan diruangan sesuai dengan ketetapan yang telah
diserahkan kepada kepala ruangan dan dibuat sebagai standar
kinerja Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Seluruh perawat wajib
mematuhi dan mengikuti standar kinerja yang ada di ruangan.

3.3.3 Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


3.3.3.1 Struktur Organisasi
Ruang Al-Haitam dipimpin oleh Kepala Ruangan/Unit dan dibantu
oleh 1 perawat primer dan 13 orang Perawat Pelaksana, dan 1
orang Prakarya.

3.3.3.2 Uraian tugas


Berdasarkan wawancara di dapatkan:
a. Uraian Tugas Kepala Ruang Pelayanan Rawat Inap
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan
2. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
3. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf
77

4. Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan


5. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan
6. Mengatur dan mengendalikan situasi ruangan
7. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
8. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
9. Menginformasikan hal-hal baru yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
10. Memberikan motivasi kepada staf dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
11. Melakukan supervisi langsung di ruangan melalui
pengamatan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
12. Melakukan supervisi tidak langsung dengan cara mengecek,
membaca, dan memeriksa rencana keperawatan yang dibuat
selama proses keperawatan dilaksanakan
13. Memberikan saran dan membantu memecahkan masalah
yang terjadi di ruangan
14. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya
15. Melibatkan bawahan apabila ada kegiatan yang menyangkut
ruangan
16. Memberikan teguran kepada bawahan yang membuat
kesalahan
17. Mengevaluasi kerja ketua tim dan anggota tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan
18. Menetapkan upaya tindak lanjut di ruangan
19. Memberikan umpan balik kepada ketua tim dan anggota tim
20. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian kegitaan di
ruangan.
b. Uraian Tugas Perawat Primer
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktik bila
diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan mengkordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
78

5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.


6. Melakaukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan
lembaga social di masyarakat.
7. Membuat jadwal perjanjian klinik.
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
9. Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
10. Mengikuti timbang terima.
11. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
12. Melakukan sentralisasi obat.
13. Mendampingi visite.
14. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala
ruangan dan perawat asosiate.
15. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.

c. Uraian Tugas Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat


1. Mengadakan serah terima tugas bersama kepala ruangan dan
ketua tim
2. Menerima pembagian tugas dari ketua tim
3. Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan
4. Menerima pasien baru
5. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
6. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim
7. Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
8. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim yang lain
9. Melaksanakan asuhan keperawatan

3.3.3.3 Pengaturan daftar pasien


Dari data yang didapat dari salah satu karyawan Rumah Sakit
Islam Bajarmasin bahwa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
khususnya diruang Al-Haitam mengatakan bahwa di ruangan Al
Haitam mengikuti alur yang ditetapkan oleh Rumah Sakit, pasien
masuk baik itu pasien Gawat atau pasien rujukan dan Poliklinik
akan masuk melalui Ruang UGD dan dikaji di ruang UGD,
79

diruang tersebut pasien akan dikaji dan dilakukan pemeriksaan,


bagi pasien yang dirawat inap akan dianjurkan untuk mendaftar
diruang pendaftaran ruang rawat inap dan selanjutnya akan dirawat
diruang rawat inap, sedangkan bagi pasien yang bisa dirawat jalan
akan dirawat jalan dan diperbolehkan pulang.

Alur Pasien Mendaftar


Masuk direkam medik

POLI KLINIK IGD


Ke Ruangan

Rawat Jalan Rawat Inap

Pulang

Skema 3.1 Pengaturan Pendaftaran Pasien di Rumah Sakit Islam


Banjarmasin

3.3.4 Fungsi Pengaturan Staf (Staffing)


3.3.4.1 Orientasi Staf perawat yang baru
Wawancara: Perawat staf baru disini harus orientasi ruangan, dan
kami memiliki SOP yang digunakan untuk Orientasi staf perawat
yang baru.
Observasi: ada SOP Orientasi staf perawat baru
Pada hasil kuesioner, sebagian besar perawat menyampaikan
diberikan orientasi saat peerimaan perawat baru.

3.3.4.2 Pengaturan jadwal dinas


Wawancara: pengaturan jadwal dinas di Ruangan juga memiliki
SOP, dengan memaksimalkan perawatan yang efisien dan
memperhatikan hak libur sesuai kebutuhan.
Observasi: ada SOP penyusunan jadwal dinas.
Berdasarkan hasil kuisioner sebagian besar 86,6% perawat
menyampaikan pengaturan shiff dinas berdasarkan ketergantungan
80

pasien dan Pengaturan jadwal dinas di ruangan ini dilakukan


dengan musyawarah dan fleksibel
3.3.4.3 Perhitungan kebutuhan tenaga di ruangan
Wawancara: untuk perhitungan ketenagakerjaan kami mengikuti
UU Depkes tentang ketenagakerjaan.
Berdasarkan hasil kuesioner sebagian besar 79,9% perawat
menyampaikan perhitungan kebutuhan tenaga yang digunakan
oleh kepala ruangan ini sudah sesuai standar.

3.3.5 Fungsi Pengarahan (Actuating)


3.3.5.1 Timbang terima (Hand Over)
Wawancara: Timbang terima dilakukan setiap hari selama 3 shift
dan dipimpin oleh kepala ruangan atau perawat primer.
Observasi: Perawat melakukan timbang terima setiap pergantian
shift dinas. Timbang terima dilakukan di Ruang Keperawatan
kemudian dilanjutkan menuju bed pasien.

Berdasarkan langkah-langkah dalam timbang terima beberapa hal


yang dilakukan di ruangan antara lain :
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan siap melakukan timbang
terima
2) Shift yang menyerahkan telah menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan seperti menjelaskan kondisi atau keadaan pasien
namun secara singkat
3) Menjelaskan rencana tindakan yang telah dilakukan dan rencana
tindak lanjut kepada perawat shift selanjutnya
4) Perawat shift sebelumnya dan perawat shift selanjutnya bersama-
sama secara langsung melihat keadaan pasien

3.3.5.2 Pre dan Post conferen


Wawancara: Kegiatan pre dan post conference dilakukan setiap hari
setelah timbang terima, juga dipimpin oleh kepala unit saat pagi
atau perawat primer setiap berganti shift dinas.
Observasi: Pada saat mahasiswa melakukan observasi, kegiatan pre
dan post conference sudah dilakukan diruangan, setiap kali berakhir
kegiatan operan/serah terima, kegiatan merumuskan perencanaan
81

untuk kegiatan selanjutnya. Kemudian perawat diruangan


melakukan tindakan secara bersamaan apa saja tindakan tindak
lanjut yang disampai oleh shift sebelumnya dan didokumentasikan
di buku aplusan.

3.3.5.3 Motivasi
Wawancara: Motivasi di Rumah Sakit dilakukan oleh kepala bidang
terhadap perawat yang memiliki track record atau prestasi.

3.3.5.4 Pendelegasian
Wawancara: Ruang Al-Haitam dalam melakukan pendelegasian
dilakukan antara Kepala unit kepada perawat primer, perawat
primer kepada perawat pelaksana yang dianggap kompeten.
Observasi : ada SOP pendelegasian yang disusun untuk ruangan

3.3.5.5 Supervisi
Pelaksanaan supervisi di ruang Al-Haitam dilakukan oleh kepala
Unit dan bisa juga dilakukan oleh ketua perawat primer. Teknik
supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung kepala unit atau ketua perawat primer melakukan
pengamatan langsung apa yang terjadi dilapangan (ruangan) dan
secara tidak langsung kepala unit atau ketua perawat primer
menerima laporan secara lisan maupun tertulis apa yang terjadi
diruangan. Kepala unit atau ketua perawat primer yang melakukan
teknik supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung kepala unit atau ketua perawat primer melakukan
pengamatan langsung apa yang terjadi dilapangan (ruangan) dan
secara tidak langsung kepala unit atau ketua perawat primer
menerima laporan secara lisan maupun tertulis apa yang terjadi
diruangan. kepala unit atau ketua perawat primer yang melakukan
supervisi akan memberikan pengarahan, bimbingan, memotivasi,
mengobservasi dan mengevaluasi kegiatan diruangan. Biasanya
kepala unit akan berdiaskusi dengan ketua perawat primer dan
anggota tim dalam memecahkan masalah atau kekurangan yang
ditemukan selama supervisi.
82

3.3.5.6 Ronde Keperawatan


Di ruangan Al-Haitam belum bisa dilaksanakan karena keterbatasan
waktu untuk melakukan pertemuan untuk membahas masalah klien.

3.3.6 Fungsi Pengendalian (Controlling)


3.3.6.1 Indikator Mutu
Wawancara: Indikator mutu ruangan adalah Hand Hygine, Resiko
Jatuh, Identifikasi Pasien, dan Komunikasi Efekstif. Pelaksanaan
SKP dilakukan dengan edukasi dan jika terjadi kesalahan
identifikasi pasien maka dilaporkan kebagian pengendalian mutu
dan pada setiap bulannya.

Pencapaian SKP di ruangan perawatan Al Haitam, identifikasi


pasien 100%, resiko jatuh 100%, SBAR 100%, lokasi (SKP 4) +
75%, dan high alert + 75%.

Berdasarkan kuesioner pencapaian sasaran keselamatan pasien


yang dilakukan oleh perawat terhadap penggunaan komunikasi
efektif menggunakan SBAR saat pelaporan via telepon dan
timbang terima sebesar 100%, pengelolaan obat high alert dengan
baik sebesar 87%, Pelaksanaan Hand Hygeine five moment sudah
dilakukan dengan baik 100%.

3.3.6.2 Audit Dokumentasi Keperawatan


Wawancara: Audit dokumentasi Ruangan dilakukan namun tidak
rutin

3.3.6.3 Survei Kepuasan pasien


Kuisioner: berdasarkan hasil kuesioner hasil kepuasan pasien,
jumlah pasien puas adalah 81,53 %, sedangkan pasien yang tidak
puas ada 18,4 %

3.3.6.4 Rekapitulasi Komplain Pasien


83

Wawancara: di rumah sakit ada form saran dan masukan bagi


pasien dan itu yang biasa kami evaluasi bersama

3.4 Output
3.4.1 Efisiensi Ruang Rawat
Indikator pelayanan Efisiensi Ruangan
Perhitungan 3 bulan (Oktober-Desember 2018)
3.4.1.1 BOR
BOR = (jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat
tidur x Jumlah hari dalam satu periode) x 100%
1446
19 x 90 x 100 %
= 85 %
3.4.1.2 AVLOS
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
1446
229 = 6 hari

3.4.1.3 TOI
TOI = ((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari perawatan) /
Jumlah pasien keluar ( hidup + mati)
(19 x 92) - 90
229
=7

3.4.1.4 BTO
BTO= Jumlah pasien keluar (hidup + mati ) / Jumlah
tempat tidur
229
19 = 12

3.4.1.5 NDR
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati) x 1000 permil = 0
84

3.4.1.6 GDR
GDR = (Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati)) x 1000 permil = 0
3.4.2 Hasil Evaluasi penerapan SAK (Instrumen ABC)
3.4.2.1 Kuesioner fungsi-fungsi manajemen
Kadang-
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
kadang
Fungsi Perencanaan
1 Dalam melaksanakan tugas, saya 2 orang 13 orang
sesuaikan dengan dengan visi dan 13,3 % 86,7 %
misi Rumah Sakit
2 Dalam melaksanakan asuhan 4 orang 11 orang
keperawatan saya berpedoman pada 26,7 % 73,3 %
standart asuhan keperawatan (SAK)
3 Dalam melaksanakan prosedur 9 orang 6 orang
keperawatan saya berpedoman pada 60% 40%
standart operasional prosedur
(SOP)
4 Dalam bekerja saya berdasarkan 6 orang 9 orang
peraturan yang ada di rumah sakit 40% 60%
5 Saya berusaha konsisten dalam 7 orang 8 orang
bekerja dengan mengikuti standart 46,7% 53,3%
kinerja di rumah sakit

Pengorganisasian
1 Sistem pemberian asuhan 7 orang 8 orang
keperawatan yang digunakan di 46,7% 53,3%
ruangan ini dengan MPKP
2 Saya memahami struktur organisasi 9 orang 6 orang
yang ada di ruangan 60% 40%
3 Dalam bekerja saya melakukan 3 orang 12 orang
tugas sesuai dengan uraian tugas 20% 80%
yang ditentukan oleh ruangan
4 Jumlah tenaga keperawatan yang 4 orang 10 orang 1 orang
ada diruangan telah sesuai dengan 6,7% 66,7% 6,7%
beban kerja
5 Pengaturan shif yang ada dalam 8 orang 5 orang 2 orang
ruangan saya berdasarkan dari 53,3% 33,3% 13,3%
tingkat ketergantungan klien
Pengaturan Staf
1 Di ruangan ini dilaksanakan 3 orang 10 orang 2 orang
orientasi Staf pada setiap perawat 20% 66,7% 13,3%
yang baru

2 Pengaturan jadwal dinas di ruangan 3 orang 7 orang 4 orang 1 orang


ini dilakukan dengan musyawarah 20% 46,7% 2,7% 6,7%
dan fleksibel

3 Perhitungan kebutuhan tenaga yang 7 orang 5 orang 3 orang


digunakan oleh kepala ruangan ini 46,7% 33% 20%
sudah sesuai standar
85

Pengarahan
1 Didalam bekerja saya tenang karena 6 orang 6 orang 3 orang
setiap saat ada kegiatan supervisi 40% 40% 20%
untuk menunjukan yang baik
kepada kami
2 Saya tahu betul pekerjaan saya 9 orang 4 orang 2 orang
karena setiap dinas ada program 60% 26,7% 13,3%
operan antar ship yang jelas
3 Saya tahu betul pekerjaan saya 8 orang 7 orang
sebagai perawat pelaksana karena 53,3% 46,7%
sebelum dinas ada pre konferen dari
kepala tim untuk menjelaskan
pekerjaan yang akan kita lakukan
4 Saya mengetahui pekerjaan dengan 7 orang 6 orang 2 orang
baik karena setiap hari ada program 46,7% 40% 13,3%
post conferen dari kepala tim untuk
menjelaskan evaluasi pekerjaan kita
lakukan
5 Ruangan Melakukan kegiatan ronde 8 orang 4 orang 1 orang 2 orang
keperawatan diruangan untuk 57,3% 26,7% 6,7% 13,3%
menyelesaikan kasus kompleks
diruangan

Pengendalian
1 Tiap tiga bulan sekali diruangan 10 4 orang 1 orang
saya dilakukan evaluasi terhadap orang 26,7% 6,7%
kinerja perawat diruangan masing- 66,7%
masing yang dilakukan oleh ketua
tim dan perawat pelaksana
2 Tiap bulan diruangan saya 12 2 orang 1 orang
dilakukan audit mutu dengan cara orang 13,3% 6,7%
menghitung BOR 80%
3 Tiap bulan diruangan saya 13 1 orang 1 orang
dilakukan audit mutu dengan cara orang 6,7% 6,7%
menghitung ALOS 86,7%
4 Tiap bulan diruangan saya 13 1 orang 1 orang
dilakukan audit mutu dengan cara orang 6,7% 6,7%
menghitung TOI 86,7%
5 Tiap bulan diruangan saya 10 5 orang
dilakukan audit mutu dengan cara orang 3,3%
menghitung kejadian infeksi 66,7%
nosokomial
6 Tiap bulan diruangan saya 13 2 orang
dilakukan orang 13,3%
audit mutu dengan cara menghitung 86,7%
kejadian jatuh
7 Di ruangan kami seluruh perawat 15
Identifikasi pasien orang
100%
8 Di ruangan kami telah dilaksanakan 15
penggunaan komunikasi efektif orang
menggunakan SBAR saat pelaporan 100%
via telepon dan timbang terima
86

9 Di ruangan kami sudah dilakukan 13 2 orang


pengelolaan obat high alert dengan orang 13,3%
baik. 86,7%
10 Upaya memastikan Lokasi 14 1 orang
Pembedahan pasien operasi Sign In, orang 6,7%
Sign Out Time Out telah dilakukan 93,3%
di ruangan kami
11 Pelaksanaan Hand Hygeine five 15
moment sudah dilakukan dengan orang
baik 100%

Dari table diatas didapatkan hasil penerapan manajemen di ruang Al-Haitam


bahwa 10 perawat menyatakan sering dilakukan sesuai dengan manajemen
ruangan.

3.4.2.2 Instrumen A
No Item Buku Rekam Medik Presentas
. penilaian i
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Pengkajian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
2 Diagnosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
Keperawata
n
3 Perencanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
4 Implementa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
si
5 Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
Presentasi (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100%
% % % % % % % % % % % % %

Dari table diatas didalam buku rekam medis diruang Al-Haitam didapatkan pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi lengkap dengan
persentasi 100 %.

3.4.2.3 Intsrumen B
Kepuasan pasien

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 13 Orang -
(100%)
2 Aakah perawat melarang anda/pengunjung 7 Orang 6 Orang
merokok di ruangan (53,8%) ( 46,2%)
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana 13 Orang -
nafsu makan anda (100%)
4 Apakah perwat pernah menanyakan pantangan 6 Orang 7 Orang
87

dalam hal makanan kepada anda ( 46,2%) (53,8%)


5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan 13 Orang -
berapa jumlah makanan dan makanan yang anda (100%)
habiskan
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan - 13
sendiri apakah perawat membantu menyuapi Orang
(100%)
7 Pada saat and/keluarga anda dipasang infuse, 13 Orang -
apakah perawat selalu memeriksa cairan (100%)
infuse/tetesannya dan area sekita pemasangan
jarum infuse
8 Apabila anda/keluarga anda mengalammi 12 Orang 1 Orang
kesulitan buang air besar apakah perawat (92.3%) (7,7 %)
menganjurkan makan buah-buahan, sayuran,
minum yang cukup dan banyak bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga anda 12 Orang 1 Orang
buang air besar/buang air kecil, apakah perawat (92.3%) (7,7 %)
memasang sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela. Mempersilahkan pengunjung keluar
ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu 13 Orang -
dijaga kebersihannya dengan disapu/dipel setiap (100%)
hari
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak 12 Orang 1 Orang
licin, tidak berbau dan cukup terang (92.3%) (7,7 %)
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi 3 Orang 10
dalam keadaan istirahat total apakah dimandikan (23,1%) Orang
oleh perawat (76,9%)
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat 3 Orang 10
jika tidak mampu memgosok gigi, membersihkan (23,1%) Orang
mulut atau mengganti pakaian atau menyisir (76,9%)
rambut
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti 13 Orang -
setiap kotor (100%)
15 Apakah perawat memberikan penjelasan akibat 5 Orang 8 Orang
dari kurang bergerak, atau berbaring terlalu lama (38,5 %) (61,5%)
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah sakit, 11 Orang 2 Orang
apakah perawat memberikan penjelasan tetang (84,6%) (15,4%)
fasilitas yang tersedia dan cara penggunaanya.
Peraturan/tat tertib yang berlaku di rumah sakit
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan 13 Orang -
apakah perawat memanggil nama dengan benar (100%)
18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan 13 Orang -
apakah perawat mengawasi keadaan anda secara (100%)
teratur pada pagi sore maupun malam hari
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan 13 Orang -
apakah perawat memberi bantuan bila diperlukan. (100%)
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 13 Orang -
(100%)
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat 13 Orang -
yang bertanggung jawab setiap kali pergantian (100%)
dinas
22 Apakah perawat selalu member penjelasan 13 Orang -
88

sebelum melakukan tindakan (100%)


perawatan/pengobatan
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan 13 Orang -
dan memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga (100%)
anda
24 Dalam hal memberikan obat apakah perawat 13 Orang -
membantu menyiapkan/meminumkan obat (100%)
25 Selama anda/keluarga anda dirawat apakah 13 Orang -
diberikan penjelasan tentang (100%)
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan
setelah andakeluarga anda diperbolehkan pulang
Rata-Rata

NO Kepuasan pasien Persentasi (%)

1 Puas 81,84 %
2 Kurang Puas 18,4 %

Dari table diatas didapatkan bahwa sebagian besar pasien merasa puas
sebanyak 81,84 %, yang dapat dilihat dari peratanyaan nomor
1,3,5,7,10,14,17,18,19,20,21,22,23,24 dan 25 memilih jawaban Ya dengan
persentase 100 %.

Kepuasan Perawat

No Pertanyaan SP P CP TP STP
1 Jumlah gaji yang diterima 3 orang 10 orang 2 orang
dibandingkan pekerjaan yang (20%) (66,7%) ( 13,3%)
saudara lakukan
2 Sistem pengkajiaan yang dilakukan 5 orang 7 orang 3 orang
institusi tempat saudara bekerja (33,3) (46,7%) (20%)
3 Jumlah gaji yang diterima 6 6 orang ( 3 orang
dibandingkan pendidikan saudara orang 40%) (20%)
( 40%)
4 Pemberian insentif tambahan atas 6 6 orang ( 3 orang
suatu prestasi atau kerja ekstra orang 40%) (20%)
( 40%)
5 Tersedianya peralatan dan 3 11 1
perlengkapan yang mendukung orang orang orang
pekerjaan ( 20%)
(73,%) (6,7%)
6 Tersedianya fasilitas penunjang 2 7 6
seperti kamar mandi, kantin, parker orang orang orang
( 13,3%) (46,%) ( 40%)
7 Kondisi ruangan kerja terutama 1 7 7
berkaitan dengan ventilasi udara, orang orang orang
kebersihan dan kebisingan ( 6,7%) (46,7%) (46,7%)
8 Adanya jaminan atas kesehatan atau 10 5
keselamatan kerja orang orang
( 66,7%) (33,9%)
9 Perhatian institusi rumah sakit 4 11
terhadap saudara orang orang
( 26,7%) ( 73,3%)
89

10 Hubungan antara karyawan dalam 8 7


kelompok kerja orang orang
( 53,3%) (46,7%)
11 Kemampuan dalam bekerja sama 12 3
antar karyawan orang orang
( 80%) ( 20%)
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap 1 6 8
saudara orang orang orang
( 6,7%) ( 40%) ( 53,3%)
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan 1 9 5
latar belakang pendidikan saudara orang orang orang
( 6,7%) ( 60%) (33,3%)
14 Kemampuan dalam menggunakan 7 8
waktu bekerja dengan penugasan orang orang
yang diberikan (46,7%) (53,3%)
15 Kemampuan supervise/pengawas 5 10
dalam membuat keputusan orang orang
( 33,7%) ( 66,7%)
16 Perlakuan atasan selama bekerja di 1 8 6
sini orang orang orang
( 6,7%) (53,3%) (40%)
17 Kebebasan dalam melakukan suatu 7 8
metode sendiri dalam menyelesaikan orang orang
pekerjaan (46,7%) (53,3%)
18 Kesempatan untuk meningkatkan 5 10
kemampuan kerja melalui pelatihan orang orang
atau pendidikan tambahan (33,3%) (66,7%)
19 Kesempatan untuk mendapatkan 7 8
posisi lebih tinggi orang orang
(46,7%) (53,3%)
20 Kesempatan membuat suatu prestasi 4 11
dan mendapatkan kenaikan pangkat orang orang
(26,7%) (73,3%)

Tabel kepuasan perawat


NO Kepuasan perawat Frekuensi Persentasi (%)

1 Sangat Puas 0 0%
2 Puas 14 93,3 %
3 Cukup Puas 1 6,7 %
4 Tidak Puas 0 0%
5 Sangat Tidak Puas 0 100 %

Dari table diatas didapatkan bahwa perawat diruang Al-Haitam merasa


puas dengan 14 orang (93,3%), dan dapat dilihat dari jawaban yang
memilih puas terdapat pada pertanyaan nomor 1,3,4,8,10,11,13 dan 16.
Serta yang merasa cukup puas hanya 1 orang (6,7%).
90

3.4.2.4 Instrumen C Kepatuhan Sesuai SOP

No Judul SOP Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5


1 Penerimaan pasien 100 % 100 % 90 % 100 % 90 %
masuk rawat inap
2 Pemasangan infus 96 % 96 % 100 % 96 % 96 %
vena

3 Pengambilan Darah 92,3 % 92,3 % 92,3 % 92,3% 92,3 %

4 Memberikan injeksi 100% 100 % 100 % 100% 100 %


intra vena

5 Pemakaian nebulizer 88,8 % 100 % 88,8 % 88,8 % 88,8 %

Keteranga
Dari observasi yang di lakukan pada 5 perawat pelaksana saat melakukan
tindakan yang sesuai SOP tindakan yang sering dilakukan diruangan
didapatkan hasil:

1. Pada SOP pertama hal yang terkadang terlewatkan oleh perawat


pelaksana pada SOP adalah point 10, yaitu tidak memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang tidak
jelas.
2. Pada SOP kedua hal yang terkadang terlewatkan oleh perawat adalah
point 12, yaitu perawat tidak patuh menggunakan sarung tangan.
3. Pada SOP ketiga hal yang sering terlupakan yaitu pada point 3, yaitu
tidak meletakkan perlak kecil dibawah lengan/daerah yang akan
dilakukan punksi.
4. Pada SOP keempat yaitu memberikan injeksi intravena, rata-rata
perawat patuh dan melakukan tindakan sesuai SOP
5. Pada SOP pemakaian nebulizer, hal yang sering terlewatkan yaitu
pada point 8, yaitu perawat tidak patuh melakukan chest fisiotherapi.
91

3.5. Identifikasi Masalah


KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
1. Hasil wawancara dengan 1. Dari pengkajian yang didapat 1. membangun kembali kesadaran 1. Pasien pada anak
kepala unit ruang Al Haitam, perawat Primer dipimpin oleh dengan menyampaikan hak dan mempunyai resiko tinggi
jumlah tenaga perawat ners 8 perawat mahir (DIII). kewajiban pasien. untuk kejadian jatuh.
orang, sarjana keperawatan 2 2. Saat pengkajian di ruang Al 2. membangun kembali kesadaran 2. Adanya hak dan
dan diploma III keperawatan 5 Haitam tidak terdapatnya tentang edukasi cuci tangan 6 kewajiban pasien yang
orang. ruangan isolasi langkah kepada pasien. harus dipenuhi.
2. Saat dilakukan pengkajian 3. Ketika pengkajian tidak ada 3. membangun kembali kesadaran 3. Pentingnya edukasi
tersedianya poster untuk etika tanda lantai licin/basah saat dengan menempel tanda resiko tentang cuci tangan 6
batuk dilakukan pengepelan lantai jatuh jika terdapat resio jatuh langkah karena dapat
3. Saat pengkajian nampak 4. Saat pengkajian dari 10 pasien, sedang/tinggi. mengurangi pencegahan
tersedianya poster untuk hak terdapat 6 pasien yang dirawat 4. Digunakannya RS tersebut sebagai infeksi.
dan kewajiban pasien. inap mengatakan belum lahan praktik bagi mahasiswa 4. Pentingnya memakai
4. Saat pengkajian nampak mengetahui hak dan kewajiban kesehatan/ keperawatan baik D3 sarung tangan untuk
tersedianya leaflet untuk pasien. dan S1 yang merupakan mencegah penularan
edukasi terkait hand hygine 5. Dari pengkajian 10 pasien, kesempatan untuk menyerap ilmu penyakit dari cairan tubuh
5. Saat pengkajian nampak terdapat 5 pasien yang dirawat pengetahuan. saat memasang infus.
tersedianya poster terkait inap mengatakan belum 5. Mengusulkan kembali untuk 5. Ada tuntutan tinggi dari
tumbuh kembang anak mengetahui cara cuci tangan 6 penyusunan discharge planning masyarakat untuk
6. Saat dilakukan observasi kepala langkah. dan bantuan media untuk pelayanan yang lebih
ruangan sudah cukup optimal 6. Saat wawancara dengan kepala melakukan pendidikan kesehatan professional.
dalam melaksanakan timbang unit dan perawat diruangan 10 penyakit terbanyak 6. Makin tingginya
terima. mengatakan tidak ada format 6. Adanya kesempatan untuk kesadaran masyarakat
7. Saat pengkajian kepala unit dischrad planning dan juga meningkatkan kemampuan kerja akan pentingnya
mengatakan adanya perawat belum tersedianya format melalui pelatihan dan kesehatan, kebijakan
yang mengikuti pelatihan In discharge planning khusus 10 meningkatkan pendidikan pemerintah tentang
House Training penyakit terbanyak 7. Adanya kesempatan bagi perawat kesehatan
8. Hasil observasi yang dilakukan 7. Saat wawancara kepala unit untuk memakai sarung tangan saat 7. Adanya peningkatan

91
92

semua perawat mengetahui dan perawat diruangan juga memasang infus standar masyarakat yang
prinsip-prinsip tentang teknik mengatakan tidak tersedianya harus dipenuhi
penyampaian timbang terima media untuk menyampaikan
dihadapan pasien penkes 10 penyakit terbanyak
9. Saat pengkajian di ruang Al seperti menggunakan leaflet
Haitam ada do’a bersama bagi 8. Saat pengkajian dengan
pasien dan perawat yang perawat di ruangan mengatakan
dibimbing oleh Bimroh Rumah tidak ada motivasi bagi perawat
Sakit serta ceramah singkat yang memiliki track record
yang bisa disimak oleh pasien 9. Saat pengkajian tidak terlihat
di ruangan. matriks list APD untuk
10. Saat observasi di ruangan ada tindakan yang terpasang di
buku khusus untuk pelaporan ruangan Al Haitam
11. Hasil data yang didapat diruang 10. Saat pengkajian juga tidak ada
Al Haitam tidak ditemukan ruangan khusus terapi bermain
kejadian jatuh untuk mengurangi kecemasan
12. Saat wawancara dengan kepala anak terhadap hospitalisasi
unit bahwa ruangan Al Haitam Rumah Sakit.
yang mendapatkan prestasi 11. Saat dilakukan observasi dari 5
lomba kebersihan tingkat perawat yang diobservasi
rumah sakit tindakan pemasangan infus, ada
13. Saat pengkajian di ruang Al 4 orang yang terlewat untuk
Haitam memiliki buku SOP pemakaian sarung tangan
yang tersedia di ruangan 12. Hasil data yang di dapatkan
dari ruang Al Haitam Ada 5
orang (7 kejadian) pasien
berulang dari terhitung sejak
Januari 2019.

13. Saat wawancara kepala unit


dan perawat ruangan
mengatakan tidak adanya
93

perawat yang mengikuti


pelatihan keperawatan anak
14. Saat wawancara dengan kepala
unit mengatakan bahwa belum
adanya anggaran khusus untuk
kegiatan operasional
(Discharge Planning)

Analisa Masalah

No Data Masalah Faktor Penyebab


1 - Hasil data yang di dapatkan dari ruang Al Haitam Ada 5 orang Kejadian pasien berulang, Kurang optimal discharge
(7 kejadian) pasien berulang dari terhitung sejak Januari 2019 kurang perawatan dirumah planning dan kurangnya media
yang termasuk dalam 1 penyakit terbanyak pada bulan maret edukasi 10 penyakit terbanyak
2019.. di ruangan.
- Saat wawancara dengan kepala unit diruangan mengatakan tidak
ada format dischrad planning dan juga belum tersedianya format
discharge planning khusus 10 penyakit terbanyak
- Saat wawancara kepala unit juga mengatakan tidak tersedianya
media untuk menyampaikan penkes 10 penyakit terbanyak
seperti menggunakan leaflet
- Saat wawancara dengan kepala unit mengatakan bahwa belum
adanya anggaran khusus untuk kegiatan operasional (Discharge
Planning)

2 - Saat dilakukan observasi dari 5 perawat yang diobservasi Resiko tertular penyakit melalui Kurangnya kepatuhan perawat
tindakan pemasangan infus, ada 4 orang yang terlewat untuk tertusuk jarum dan cairan darah dalam memakai sarung tangan
pemakaian sarung tangan
- Saat pengkajian tidak terlihat matriks list APD untuk tindakan
yang terpasang di ruangan
95

Daftar Masalah:

1. Kejadian pasien berulang, kurang perawatan dirumah yang disebabkan


Kurang optimal discharge planning dan kurangnya media edukasi
penyakit terbanyak di ruangan.
2. Resiko tertular penyakit melalui tertusuk jarum dan cairan darah yang
disebabkan Kurangnya kepatuhan perawat dalam memakai sarung
tangan

3.6. Prioritas Masalah


Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Magnitude(Mg),yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,
b. Severity(Sv),yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
c. Manageability(Mn),yaitu kemampuan menyelesaikan masalah-masalah,
d. NursingConcern(Nc),yaitu focus pada keperawatan
e. Affordabilility(Af),yaitu ketersedian sumber daya.
f. Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria
sebagai berikut:
5= sangat penting,
4 = penting,
3 = cukup penting,
2 = kurang penting,
1 = sangat kurang penting.
Skor akhir dengan cara : M x S x Mn x Nc xAf
Tabel Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Di Ruang Perawatan
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Kejadian pasien berulang,
kurang perawatan dirumah yang
disebabkan Kurang optimal
discharge planning dan 5 5 5 5 5 3125 1
kurangnya media edukasi
penyakit terbanyak di ruangan.
2 Resiko tertular penyakit melalui
tertusuk jarum dan cairan darah
yang disebabkan Kurangnya 5 5 5 5 4 2500 2
kepatuhan perawat dalam
memakai sarung tangan

Keterangan: berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit memang


dihasilkan nilai yang sama, namun yang lebih diprioritaskan adalah
tentang Discharge Planning, karena masalah tentang kepatuhan perawat
dalam menggunakan SOP sudah ada rencana Program dari Ruangan,
namun untuk Discharge Planning belum terencanakan.

95
96

3.7. Analisis Fish Bone

Terdapat 5 pasien dengan kejadian


berulang terhitung sejak Januari 2019
Diruangan belum tersedianya format
yang termasuk dalam 1 penyakit
discharge planning khusus 10 penyakit
terbanyak pada bulan maret 2019.
terbanyak
Tidak tersedianya media untuk
menyampaikan penkes 10 penyakit
terbanyak seperti menggunakan leaflet.
Kejadian pasien berulang, kurang perawatan dirumah yang disebabkan Kurang optimal discharge planning dan kurangnya media edukasi 10 pen

M5 M4 M3 M2 M1

Discharge planning belum


Belum adanya anggaran optimal dilaksanakan sejak
khusus untuk kegiatan awal pasien baru masuk.
operasional (discharge Pelaksanaan discharge
planning) planning dilaksanakan
dengan penkes tanpa
disertai bantuan media
(leaflet)
97

3.8. POA

Strategi Penyelesaian Masalah


Dengan adanya berbagai macam masalah yang muncul dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka kelompok membuat perencanaan untuk pemecahan
masalah sesuai dengan prioritas masalah sebagai berikut :
Tabel. 3.2 Planning Of Action (POA)
INDIKATOR BIAYA
No MASALAH TUJUAN KEGIATAN WAKTU PENANGGUNG JAWAB
KEBERHASILAN
1 Kejadian pasien Untuk mencegah 1. Mengajukan format Dilakukannya Role play ±350.000 Penanggung jawab discharge planning :
berulang, kurang kejadian pasien discharge planning agar pengajuan format dilaksanakan 1. Hj. Sarimah
berulang bisa diterapkan oleh discharge planning pada tanggal 19 2. Rini Yanti
perawatan ruangan. oleh mahasiswa stase – 30 April 2019 3. Dwi Nurwahidin
dirumah yang 2. Membuat poster 10 manajemen. Dan dapat 4. Emmyliana
disebabkan penyakit terbanyak agar diterapakan oleh 5. Maimunah
Kurang optimal pasien bisa mendapat perawat terhadap 6. Akhmad Zarjani
discharge planning informasi terkait pengkajian risiko 7. Muhammad Kosim Albanjary
penyakit yang sering pasien berulang., dan 8. Rizki Anisa Fitri
dan kurangnya terjadi pada anak terpasangnya poster 1 9. Dinda Puteri Febiola
media edukasi penyakit tervanyak 10. Lutia Normawati
penyakit terbanyak 11. Rezki Mulia Aspihani Putri
di ruangan.
2 Resiko tertular Meningkatkan 1. Menempel matriks list Adanya matriks list Role play Rp.50.000 Penanggung jawab Kepatuhan perawat
penyakit melalui kepatuhan perawat APD yang perlu APD yang terpasang di dilaksanakan memakai sarung tangan :
untuk memakai digunakan saat ruangan yang dapat pada tanggal 19 1. Hj. Sarimah
tertusuk jarum dan sarung tangan saat tindakan. terlihat dan teringat – 30 April 2019 2. Rini Yanti
cairan darah yang melakukan tindakan bagi perawat 3. Dwi Nurwahidin
disebabkan yang diperlukan 4. Emmyliana
Kurangnya memakai sarung 5. Maimunah
kepatuhan perawat tangan 6. Akhmad Zarjani
7. Muhammad Kosim Albanjary
dalam memakai 8. Rizki Anisa Fitri
sarung tangan 9. Dinda Puteri Febiola
10. Lutia Normawati
11. Rezki Mulia Aspihani Putri

Anda mungkin juga menyukai