Anda di halaman 1dari 93

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan laporan lokmin manajemen
keperawatan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan lokmin keperawatan
manajemen ini berisikan pembahasan tentang manajemen keperawatan di ruangan
ambun suri lantai 1, memberikan banyak informasi kepada pembaca dan bisa
menambah pengetahuan pembaca.

Ucapan terima kasih mahasiswa sampaikan kepada Dosen Pembimbing Mata Ajar
Manajemen Keperawatan, Ibu Ns. Dia Resti DND, M. Kep, Ibu Ns. Endra Amalia,
M. Kep, Ibu Ns. Supiyah, SKp. M. Kes dan Ibu Ns. Reni Susanti, S. Kp, M. Kep, Sp.
KMB sebagai pembimbing klinik, dan teman- teman yang mengambil profesi di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dan kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung sampai laporan ini selesai tepat pada waktunya.

Mahasiswa menyadari laporan ini tidak luput dari kekurangan – kekurangan yang
membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut, Oleh karena itu mahasiswa
mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan ini. Semoga laporan ini memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, 01 April 2018

(Mahasiswa)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas
pelayanan di Rumah Sakit, 40% - 60% pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan
keperawatan (Gillies, 2004). Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian
dari sistim pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf,
saran dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 2009).

Pelayan keperawatan yang professional merupakan praktek keperawatan yang


dilandasi oleh nilai – nilai professional yaitu mempunyai otonomi dalam
pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, pengambilan
keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan
dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang mendorong perubahan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan asuhan keperawatan
yang profesional diperlukan sebuah pendekatan manajemen yang memungkinkan
diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung penerapan keperawatan
yang profesional di Rumah Sakit (Bimo, 2008). Mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas maka pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah
mendapat perhatian secara menyeluruh. Kualitas pelayanan keperawatan dalam
tatanan pelayanan di Rumah Sakit dipengaruhi banyak faktor. Faktor – faktor
tersebut haruslah dapat dikelola secara efektif dan efesien dengan menggunakan
proses manajemen, khusus manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap
– tahap yaitu pengkajian (kajian situsional), perencanaan (strategis dan
operasional), implementasi dan evaluasi.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Didalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organosasi
(Nursalam, 2007: 49). Manajemen keperawatn dapat di defenisikan sebagai suatu
proses dari perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan (Huber, 2000, Kelly & Heidental, 2004). Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau traspormasi dari
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasi, pengaruh
ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan
(Kemenkes, 2001).

Manajemen keperawatan Indonesia dimasa depan perlu mendapat prioritas


untama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan dalam
berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung,
saling mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, manajemen
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan keperawatan yang nyata,
yaitu dirumah sakit dan komunitas masyarakat sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya. RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
sebagai tempat tujuan pelayanan kesehatan yang “ Berkualitas dan Terjangkau”
dikawasan regional sumatera bagian barat untuk mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi rumah sakit tidak terlepas dari
proses manajemen yang merupakan suatu pendekatan dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan organisasi. Didalam organisasi keperawatan,
pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan. RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi mempunyai 11 ruangan rawatan, dan 21 rawat
jalan. Ruang rawat inap bedah Ambun Suri Lantai 1 terdapat 9 ruangan: 8
ruangan bangsal dan 1 ruangan HCU dengan kapasitas 43 tempat tidur, terdapat
tiang infus 45 buah.

Dalam kegiatan praktek profesi manajemen keperawatan diruang rawat inap


bedah Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi diharapkan
mahasiswa mampu menganalisa masalah yang ada diruang Ruang rawat inap
bedah Ambun Suri Lantai 1 berdasarkan data yang didapatkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan. Mahasiswa juga mencarikan alternatif
penyelesaian permasalahan keperawatan yang sedang dihadapi dan mahasiswa
diharapkan dapat mengaplikasikan secara nyata pengetahuan yang diperoleh
selama kuliah dan dapat memperluas wawasan selama proses praktek profesi
manajemen keperawatan .

1.2 Tujuan Praktek Manajemen


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mengelola dan mengaplikasikan fungsi manajemen
dipelayanan keperawatan profesional tingkat dasar dengan
menerapkan sistem manajemen keperawatan secara bertanggung
jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang profesional.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada Ruang rawat inap
bedah Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang ada diruang rawat
inap bedah Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi
c. Merencanakan intervensi dari masalah yang telah ditetapkan dari
hasil pengkajian.
d. Melakukan implementasi di ruang rawat inap bedah Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
Diharapkan pasien puas dengan informasi yang diberikan, dan juga
diharapkan pasien puas dengan tindakan yang telah diberikan
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang
mencakup timbang terima, Ronde keperawatan, supervisi
keperawatan , discharge planning dan dokumentasi keperawatan
1.3.3 Bagi Perawat
Diharapkan tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal serta
terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain dan perawat dengan pasien serta
keluarga dan meningkatkan profesionallisme keperawatan.
1.3.4 Untuk Mahasiswa
Tercapainya pengalaman dalam pengelolan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP MANAJEMEN


2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalani suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan secara profesional (Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber – sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan ( Huber, 2000 )
Kelly dan Heidental ( 2004 ) menyatakan manajemen keperawatan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Swanburg ( 2000 ) menyatakan bahwa menajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses
dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.

2.1.2 Prinsip Manajemen Keperawatan


Swanburg ( 2000 ) menyatakan bahwa prinsip – prinsip manajemen
keperawatan sebagai berikut :
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuat keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer
perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan
sosial
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin dan bidang study
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian

2.1.3 Fungsi manajemen keperawatan


Fungsi manajemen keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat
didalamnya untuk menyikapi posisi masing – masing sehingga diperlukan
fungsi – fungsi yang jelas mengenai manajemen ( Suarli dan Bahtiar, 2009 ).
Fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,
pengawasan ( Marquis dan Huston, 2010 ). Fungsi manajemen menurut G. R.
Terry adalah planning, organizing, actuating dan controlling. Sedangkan
menurut S.P Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning, organizing,
motivating dan controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009 )
Secara umum peran dan fungsi manajeme keperawatan terdiri dari palnning,
organizing, staffing, directing dan controlling.
a. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan,
prosedur dan peraturan – peraturan dalam pelayanan keperawatan,
kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek, jangka panjang
serta menentukan jumlah baiaya dan mengatur adanya perubahan
berencana

b. Organizing
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menentukan struktur
organisasi, menemtukan model penugasan keperawatan sesuai dengan
keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktifitas – aktifitas
untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi yang
telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan dan
otoritas yang sesuai.

c. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya
adalah rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan
mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.

d. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.

e. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban
keyangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta
pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.

2.2 SISTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka kerja
yang mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan
system model asuhan keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan
keperawatan pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan
keperawatan profesional.
Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:
1. Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit
2. Dapat diterapkannya prosedur keperawatan
3. Efesisensi dan efektif penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan

Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional


1. Model fungsional
Model fungsional bedasarkan orientasi tugas dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat pengelolaan
dalam Asuhan Kperawatan sebagai pilihan utama.
Penaggung jawab Model fungsional adalah perawat yang bertugas pada
tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat, dan
lain-lain.
Kelebihan dari metode fungsional yaitu:
a. Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
b. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
c.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
pasien di serahkan kepada perawat yunior dan atau yang belum
berpengalaman.
Kekurangan dari metode fungsional yaitu:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses
keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
2. Model Kasus
Model Kasus berdasrkan pendekatan holistik dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat bertanggung jawab terhadap Asuhan observasi pada pasien
tertentu dan ratio Pasien : Perawat adalah 1:1.
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani semua
kebutuhannya pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya
ditetapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat
private untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Penanggung
jawab pada Model Kasus adalah Manajer Keperawatan.
Kelebihan dari metode kasus yaitu:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kelemahan dari metode kasus yaitu:
a.
Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

3. Model Tim
Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam – tujuh
perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap
sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu. Penanggung jawab dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim.
Kelebihan dari metode ini adalah:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di
atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan dari metode ini adalah:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.

4. Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi
Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek Asuhan
Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk mengkoordinir
Asuhan Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1: 4 / 1:5
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap Asuhan Keperawanan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
Model primer mendorong praktek kemandirian perawat dan terdapat kejelasan
antara si pembuat rencana Asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan koordinasi Asuhan
Keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab pada model primer
ini adalah Perawat primer.

Kelebihan dan sistem model primer adalah:


a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
c. Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit misalnya
pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu.
Kelemahan dan sistem model primer adalah:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kemampuan self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinik dan mampu
bekolaborasi dengan berbagai disiplin.

5. Model Modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode
ini sama dengan model keperawatan tim karena baik perawat profesional
maupun non profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan
keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping
itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena
dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien
sejak masuk dalam perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu
follow up care.
Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab
yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional
juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional.
Apabila perawat profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini
tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat
profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk
bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.
2.3
FUNGSI MANAJERIAL PADA METODA TIM
2.3.1
Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung jawab
dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan serta
tata laksana personalia pada suatu ruangan atau bangsal Rumah Sakit.
Tanggung jawab Kepala Rungan:
a. Perencanaan
1) Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan masing-masing
2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan
5) Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis, yang dilakukan. Program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien
6) Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan
 Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
Asuhan Keperawatan
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
7) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
8)
Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
9) Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan rumah sakit

b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali Kepala Ruangan dan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 Perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada ditempat
kepada ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Indentifikasi masalah dan cara penanganan

c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik
3)
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan Askep Pasien
5)
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai Asuhan Keperawatan
yang diberikan kepada pasien
2) Melalui supervisi
 Pengawasan langsung melalui infeksi, mengamati sendiri
atau melaui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki /
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
 Pengawasan tidak langsung atau mengecek daftar hadir,
jadwal ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan)
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksana tugas
3) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang sudah disusun bersama ketua tim
4) Audit Keperawatan

2. Ketua Tim
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang di
lakukan oleh Tim di bawah tanggung jawabnya (Nursalam 2003)
Tanggung Jawab ketua Tim:
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan pendapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan komference

3. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah merupakan seorang tenaga keperawatan yang diberi
wewenang untuk melaksanakan pelayanan/ Asuhan keperawatan di ruang
rawat
Tanggung jawab perawat pelaksana
Dalam melaksanakan tugasanya perawat pelaksan diruang rawat bertanggung
jawab kepada kepala ruangan / kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai
berikut:
a. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan
keperawatan/kegiatan lainnya yang dilakukan
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan atau kegiatan lain yang dilakukan.
Wewenang Perawat Pelaksana
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat mempunyai
wewenang sebagai berikut
a. Meminta informasi dan petunjuk kepada Ka tim mengenai Asuhan
keperawatan
b. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/ keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batasan dan kewenangan
Uraian tugas perawat pelaksana
a. Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan
b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
c. Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap
d. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa sesuai
batas kewenangan
e. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya
f. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan
dan batas kemampuanya antara lain :
1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan
2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya
g. Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
h. Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan sesuai batas
kemampuannya
i. Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan hasil observasi sesuai batas kemampuannya
j. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus
dan upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan
k. Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan
keperawatan

2.4
PEDOMAN PENGHITUNGAN KETENAGAAN RUANGAN RAWAT
INAP
Perencanaan tenaga keperawatan adalah langkah – langkah merencanakan tenaga
sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan yang jelas
untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan
pelayanan keperawatan sesuai standar keperawatan ( Junaiti 1995 ).

Langkah – langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut dructe dan gillies,


1994 adalah
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang
diberikan
2. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan pelayanan keperawatan
3. Menentukan jumlah masing – masing kategori perawat yang
dibutuhkan
4. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada
5. Melakukan seleksi calon yang ada
6. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya
7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan ( sesuai uraian tugas )

2.4.1 Analisa kebutuhan tenaga


Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan
untuk meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja
dari personal yang bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu dinegara
– negara maju, analisa kebutuhan tenaga harus dilakukan secara cermat agar
tidak berulang – ulang menghitungnya. Ada beberapa situasi yang perlu
dipertimbangkan :
1. Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada
penambahan tempat tidur, hal ini akan berdampak pada rasio tenaga
perawat.
2. Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang
berdampak pada peningkatan BOR, akhirnya perlu tenaga.
3. Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang
terlambat, pekerjaan terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan kurang
perhatian, tidak ada rewart, kerja yang ketat dan beban kerja yang banyak,
serta tenaga kurang, maka perlu analisa penambahan tenaga.
4. Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang
diterima, perlu analisa penyebabnya apa saja.
Agar dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif maka dalam
menyusun perencanaan tenaga perlu diketahui faktor berikut :
a. Faktor Pasien
1) Tingkat ketergantungan pasien
2) Rata – rata lama tindakan keperawatan
3) Jumlah rata – rata pasien dirawat / dan lama hari rawatan
4) Sosial budaya
5) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan

b. Faktor keperawatan
1) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja
2) Etika
3) Motivasi kerja
4) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja

c. Faktor lingkungan
1) Disain ruangan : baraks, boxes, kamar
2) Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau
berjauhan
3) Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan – bahannya apakah
terbatas atau tidak
d. Faktor organisasi
1) Metode penugasan apa yang dipakai ?
2) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?
3) Sistem pelayanan penunjang
4) Kemampuan Rumah Sakit

2.4.2 Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat di RS


1. Cara rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai patokan, metode ini
sesuai SK Menkes RI No. 262 tahun 1979 tentang ketenagaan di RS, mudah
digunakan dan sangat sederhana, hal ini dipakai bila kemampuan dan sumber
daya perencanaan personal terbatas, namun tidak dapat mengetahui
produktifitas SDM tersebut.
Caranya :

No Tipe RS TM/tt TPP/tt TNTP/tt TNm/tt


1 A&B 1 / ( 4 -7 ) (3-4)/2 1/3 1/1
2 C 1/9 1/1 1/5 3/4
3 D 1 / 15 1/2 1/6 2/3
khusus Disesuiakan

Ket : TM = tenaga medis


Tt = tempat tidur
TPP = tenaga perawat perawatan
TNTP = tenaga perawat non perawatan
TNm = tenaga non medis
Contoh perhitungan :
Misalkan RS tipe C dengan 100tt, maka dibutuhkan tenaga dokter sebanyak
11 ( 100/9 ) orang, tenaga perawat sebanyak 100 ( 1/1 x 100 ) orang, tenaga
non perawatan 20 ( 1/5 x 100 ) orang dan tenaga non medis 75 ( ¾ x
100 )orang

2. Cara Gillies ( 1994 )


Sebelum melakukan penghitungan tenaga harus ada keyakinan dari pengelola
perawatan bahwa untuk ruang rawat tertentu perbandingan tenaga profesional
( perawat ahli ) dan non profesional ( perawat terampil ) yang dibutuhkan
adalah :
a. Untuk ruang rawat intensif = 1 : 1
b. Kebidanan, bedah, anak, jiwa = 2 : 1
Jika menghitung tenaga berdasarkan teori ini langkah pertama adalah
mengkategorikan pasien menurut kebutuhan asuhan yang diberikan oleh
perawat yaitu :
a. Minimal care
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, perawat hanya menyediakan alat – alat seperti perangkat
mandi dll
b. Partial care
Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam
tindakan dan pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka, kateter,
pasien pasca operasi dalam tahap penyembuhan, sedangkan aktifitas
mandi, makan, eliminasi, memakai baju dll dapat dilakukan sendiri tanpa
bantuan
c. Total care
Yaitu pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri
dan memerlukan observasi secara ketat, aktifitas seperti makan, eliminasi
dll dilakukan ditempat tidur dengan memakai tindakan atau alat khusus
misal kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan perhatian secara teratur tapi
tidak terus menerus. Perhatian yang diperlukan adalah terhadap pola
kesadaran pasien dan kemampuan pasien untuk mengikuti petunjuk

d. Keperawatan intensif
Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus misal
pada pasien cardiogenic shock yang memakai respirator, monitor jantung,
monitor haemodinamik, adanya tanda – tanda shock, aspiksia, coma dll
Setelah pasien dikategorikan, maka dihitung waktu yang dipakai untuk
perawatan lansung dan tidak lansung seperti :
a. Perawatan lansung
Rata – rata waktu yang dibutuhkan adalah 4 – 5 jam per pasien per
hari, dengan rincian sbb :
 Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam
 Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam
 Perawatan total 1 - 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam
 Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam
b. Perawatan tidak lansung
Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana
keperawatan, konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan
membuat catatan kesehatan, rata – rata waktu yang dipakai menurut
gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut wolf young dalam gillies
adalah 60 menit.
c. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Rata – rata waktu yang dipakai adalah 15 menit / pasien, kegiatannya
antara lain penyuluhan terhadap aktifitas sehari – hari pasien, obat –
obatan, kelanjutan perawatan pasien.
Setelah itu dihitung dengan rumus sbb :
Jml jam kep yg rata - rata jml hr/th jml jam kep
dibutuhkan pat/hr x pat / hr x = yg dibutuhkn/th
hr / th – libur jam kerja jml jam kep
masing2 pwt yg diberikan
pwt / th
Contoh perhitungan
Dari hasil observasi selama 6 bulan disebuah RS yang mempunyai 20 tt, rata
pasien dirawat ( BOR ) 15 org, kriteria pasien yang dirawat, mandiri 5 orang,
sebagian 5 orang dan total 5 orang. Tingkat pendidikan SPK dan D3, hari
kerja efektif 6 hari per minggi. Berdasarkan situasi diatas maka perhitungan
tenaga perata diruangan tersebut adalah :
 Tentukan jam perawatan yang dibutuhkan klien per hari
Keperawatan lansung
- Perawatan mandiri = 5 org x 2 jam = 10 jam
- Perawatan sebagian = 5 org x 3 jam = 15 jam
- Perawatan total = 5 org x 6 jam = 30 jam
Keperawatan tidak lansung = 15 org x 1 jam = 15 jam
Pendidikan kesehatan = 15 org x ¼ jam = 3,75 jam
Total = 73,75 jam
 Tentukan total jam yang dibutuhkan oleh masing – masing pasien
73,75 jam : 15 pasien = 4,9 jam
 Tentukan jumlah kebutuhan perawat
4,9 jam x 15 org x 365 hr = 26827,5 jam / th = 16,17 org
(365 hr – 128 hr) x 7 jam 1659 jam / th
Untuk hari libur di Indonesia lebih kurang 76 hari ( 52 hr minggu, 12
hr cuti, 12 hr nasional ), perhitungan juga hari cuti hamil 3 bulan dan
cuti lainnya.
( 16 org + 20% = 16 org + 3 org = 19 orang )
 Tentukan jumlah minimal tenaga perawat
Rata – rata pasien/ hr x rata – rata jam / hr = 15 org x 4,9 jam
Jumlah jam kerja/ hr 7 jam
= 10,5 atau 11 org
3. Cara Douglas ( 1984 )
Perhitungan tenaga berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien
terhadap keperawatan, klasifikasi itu dibagi 3 tingkat yaitu :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam / hr, criteria
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan, minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda vital dilakukan tiap sift dinas
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6) Tindakan pengobatan biasanya simpel
b. Perawatan intermediate waktunya 3 – 4 jam / hr, kriteria
1) Kebersihan diri, makan dan minum dibantu
2) Observasi tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Kateter/ intake dan output dicatat
5) Terpasang infus, drain, persiapan pengobatan atau memerlukan
prosedur
c. Perawatan maksimal atau total waktunya 5 – 6 jam / hr, kriteria :
1) Segalanya diberikan / dibantu
2) Posisi yang diatur, observasi tanda vita tiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
4) Memakai suction
5) Gelisah / disorientasi
Dalam penelitiannya Douglas ( 1984 ) jumlah perawat tergantung dari
tingkat ketergantungan pasien pada tiap sift dinas pagi, sore, malam,
pedomannya adalah tabel berikut
Jml Klasifikasi pasien
pat Minimal Partial Total
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 1,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst

Contoh penghitungan
Diruangan Anggrek RSU PMI dirawat 20 pasien dengan kategori : 5 pasien
perawatan minimal, 10 pasien perawatan parsial, dan 5 pasien perawatan total.
Maka perawat yang diperlukan adalah sbb :

 Shift pagi
5 pat x 0,17 = 0,85
10 pat x 0,27 = 2,7
5 pat x 0,36 = 1,80
Total tenaga pagi = 5,35 org
 Shift sore
5 pat x 0,14 = 0,70
10 pat x 0,15 = 1,5
5 pat x 0,30 = 1,5
Total tenaga pagi = 3,70 org
 Shift malam
5 pat x 0,10 = 0,50
10 pat x 0,07 = 0,70
5 pat x 0,20 = 1,0
Total tenaga pagi = 2,20 org
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 orang
dibulatkan menjadi 12 orang.
Untuk mengukur jumlah kebutuhan ini harus dilakukan monitor kategori jenis
pasien selama 2 minggu, selama – lamanya biasanya 3 – 6 bulan.
2.5
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
2.5.1 Pengertian
Dokumentasi adalah bahan komunikasi tertulis untuk mendukung informasi
atau kejadian (Flosbach, 91). Jadi dokumentasi asuhan keperawatan adalah
dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit klien, gejala-gejala,
diagnosis, penatalaksanaan serta evaluasinya. Catatan tersebut harus dibuat
lengkap, mudah dan cepat diakses secara sistematis sehingga dapat
memberikan suatu informasi yang akurat.
Dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi tertulis yang efektif
antar profesi dalam satu tim pelayanan kesehatan dan pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Disamping itu dokumentasi keperawatan
bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien sebagai indikator kualitas
pemberian pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggunggugatan
pelaksanaan asuhan keperawatan serta sebagai sarana pendidikan bagi para
mahasiswa.

2.5.2 Tujuan Dokumentasi


Secara umum tujuan sistem dokumentasi (Doenges, 1995) adalah
a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
b. Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
c. Mernfasilitasi komunikasi antar disiplin mengenai konsistensi tujuan dan
kemajuan pengobatan
d. Teknik evaluasi
e. Syarat akreditasi

2.5.3 Tujuan Pencatatan Pelayanan


a. Sebagai bahan pendidikan
b. Sumber data dalam membuat rencana keperawatan
c. Alat komunikasi diantara anggota tim
d. Sumber data untuk penelitian
e. Dokumen legal
f. Audit Keperawatan
g.
Sumber imformasi statistic

2.5.4
Hal-hal yang penting yang diperhatikan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan
Dalam penulisan dokumentasi keperawatan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: Isi, informasi yang ditulis harus lengkap, akurat, jelas,
mengandung fakta (obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau singkatan
yang tidak umum. Benar, dimana informasi mengenai klien dan tindakan yang
diberikan haruslah faktual. Catatan harus berisi deskripsi, informasi yang
objektif dari apa-apa yang perawat lihat, dengar, rasa dan cium
(Begerson,1988)

2.6 TIMBANG TERIMA / OPERAN DINAS


Adalah suatu cara dalam menyampaikan atau menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien, bertujuan :
1.
Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum
2.
Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
3.
Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

2.6.1 Prosedur timbang terima


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
a. kedua kelompok dalam keadaan siap
b. kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada seluruh
penanggung jawab :

a.
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan
b.
Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medik
2) Masalah keperawatan yang masih mungkin muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi kolaborasi
5)
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
f. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan lebih lengkap
dan rinci
h. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat
i. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
j. Perawat bertanggungjawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-
sama secara langsung melihat keadaan klien.

2.7
CONFRENCE KEPERAWATAN
2.7.1 Defenisi
Konfren adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan
konsultasi, yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Pre konfren adalah diskusi tentang aspek kinis
sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post konfren adalah
diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien.
Yang terlibat dalam konfren adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim. Pre konfren dilakukan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
konfren dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan. Waktu efektif
yang diperlukan 10 atau 15 menit. Topic yang dibicarakan harus dibatasi,
umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan, tindakan rencana dan data-
data yang perlu ditambahkan (Jean, et. Al, 1973).

2.7.2 Tujuan
Secara umum tujuan konfren adalah untuk menganalisa masalah- masalah
secara kitis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah, mendapatkan
gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk
menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKechie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frrustasi bagi pemberi asuhan
(T. M. Marelli, et. Al, 1997).

Tujuan Pre Konfren adalah :


a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan Post Konfren adalah : Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

2.7.3 Pedoman Pelaksanaan


Pedoman pelaksanaan konfren
a. Sebelum dimulai tujuan konfren harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa
mendominasi dan member umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topic yang penting secara periodic
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat
yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan konfren ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan

2.8
KEWASPADAAN UNIVERSAL
2.8.1 Pengertian
Kewaspadaan Universal atau “Universal Precaution” adalah salah satu dari
dua sistem yang direkomendasikan oleh Central Desease Control (CDC)
ketika merebaknya kasus AIDS di tahun 1980-an. Kewaspadaan universal erat
kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh tim kesehatan ketika menangani
hal yang berkaitan dengan darah dan beberapa cairan tubuh yang terinfeksi,
dimana demi keselamatan tim kesehatan perlu dilakukan perlindungan dari
mereka yang mempunyai HIV positif, Hepatitis B, Hepatitis C atau penyakit
menular lainnya sesuai dengan proses penularannya (Yayasan Spritia, 2006).
2.8.2 Penerapan Kewaspadaan Universal
Penerapan dapat diartikan sebagai suatu praktek atau implementasi dari
kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan melalui proses yang
diketahui atu didapatkan seseorang dari lingkungannya (Sofiah, 206).
Terkait prinsip penerapan kewaspadaan universal, sangat dipengaruhi oleh
perilaku petugas kesehatan d dalam memberikan pelayanan kesehatan
sehingga perlu dilakukan penekanan untuk perubahan perilaku dalam paya
pencegahn dan penularan penyakit, yakni meliputi pengetahuan, sikap,
maupun tindakan.

2.8.3 Prinsip Kewaspadaan Universal


Kewaspadaan universal erat kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh tim
kesehatan ketika menangani hal yang berkaitan dengan darah dan beberapa
cairan tubuh yang terinfeksi, diman demi keselamatan tim kesehatan perlu
dilakukan perlindungan dari mereka yang mempunyai HIV positif, Hepatitis
B, Hepatitis C atau penyakit menular lainnya sesuai dengan proses
penularannya.
Sementara pada pasien sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui
peralatan yang terkontaminasi atu menerima darh atu produk darah yang
mengandung virus.

2.8.4 Komponen-komponen Pelaksanaan Kewaspadaan Universal


Prinsip utama kewaspadaan universal bagi pelayanan kesehatan adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam lima kegiatan,
yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Cuci tangan adalah proses membuang debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memaki sabun dan air. Sedangkan dalm
kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme
penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalkan
kontaminasi silang. Cuci tangan tidak hanya mengurangi penyebaran
infeksi dari petugas kesehatan tetapi juga dari pengunjung rumah sakit
(Linda Tiejen, 2004).
Ada 2 teknik cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,
yaitu :
1) Cuci tangan dasar atau rutin
Teknik cuci tangan dasar atau rutin yang selalu diterapkan yakni
menurut Standar Operasional Prosedur (SOP).
2) Cuci tangan bedah (surgical handscrub)
Menurut Nancy, dalam mengendalikan infeksi di kamAr bedah ada
lima D yang mesti diterapkan yaitu, Design, Discpline, Devices,
Defense Mechanism, dan Drugs (Tiejen, 2004)
a. Pemakaian alat pelindung :
Sarung tangan, topi, pelindung wajah (masker dan kacamata), gaun
pelindung dan sepatu guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius lainnya.
b.
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai guna mencegah transmisi infeksi.
Proses pengelolaan alat kesehatan dilakukan melalui empat tahap kegiatan
yaitu :
1) dekontaminasi
2) pencucian alat
3) desinfeksi dan sterilisasi
4) penyimpanan alat kesehatan
c. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukan
1)
Untuk pengelolaan jarum suntik yang telah dipakai harus dibuang
langsung ke dalam tabung yang tertutup, anti bocor ebelum dibawa ke
tempat insenerator, tanpa menyentuh atu meanipulasi bagian tajamnya
seperti dibengkokkan, dipatahkan, atau ditutup kembali. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali (recapping), gunakanlah cara penutupan
jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk. Sediakan
penempatan wadah tahan tusukan yang telah diberi tanda dengan jelas
dan ditempatkan sedekat mungkin, dimana benda tersebut ditemukan
(WHO, 2005).
2)
Pemakaian alat tajam yang telah digunakan untuk sekali pakai
langsung dibuang ke dalam kontainer khusus yang tidak mudah
tembus sebelum dibawa ke insenerator (Ramdhan, 2008)
d. Pengelolaan limbah, sanitasi ruangan dan penanganan terhadap
kecelakaan kerja (Yayasan Spiritia, 2006).
1) Limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan secara umum
dibedakan atas :
 limbah medis
 limbah berbahaya
 limbah rumah tangga
2) Sanitasi ruangan rumah sakit
Sanitasi ruangan adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan sekitar tempat bekerja untuk
mengurangi jumlah bakteri yang ada (Handoko, 2007). Fungsi sanitasi
di rumah sakit adalah melakukan pengendalian terhadap kontaminasi
di rumah sakit, melaksanakan pengolahan limbah secara baik dan
benar, mengawasi serta membantu menciptakan keadaan lingkungan
yang nyaman, bersih, dan selalu menegakkan peraturan perundangan
di bidang sanitasi dan lingkungan
3) Penanganan terhadap kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak
diharapkan atau tidak dilatarbelakangi oleh unsur kesengajaan dan
direncanakan (Astono, 2007). Pajanan darah atau cairan tubuh dapat
terjadi secar parenteral melalui tusukan,luka, percikan darah atau
cairan tubuh pada mukosa mata, hidung atau mulut dan percikan pad
kulit yang tidak utuh, kejadian seperti ini harus dicegah dan
keselamatan petugas harus diutamakan.
Proses yang semestinya dilakukan apabila kecelakaan kerja telah
terjadi yaitu :
 Kejadian harus didokumentasikan dan dilaporkan pada
atasan, kepada panitia keselamatan dan kesehatan kerja, dan
panitia infeksi nosokomial secepatnya
 pemberian imunisasi apabila tersedia, diberikan kepad semua
staff yang beresiko mendapat perlukan karena benda tajam.
Setelah terjadi kecelakaan dan harus diberi konseling (WHO,
2005).

2.9 Ketersediaan Fasilitas, Sarana, dan Prasarana dalam Kewaspadaan


Universal
Sarana atau fasilitas adalah alat yang digunakan untuk mencapa keberhasilan
dalm bekerja (Sofiyah, 2006). Sebelum petugas kesehatan dapat mematuhi
dan menjalankan prosedur kewaspadaan universal, institusi pelayanan
kesehatan atau rumah sakit harus memastikan bahwa semua pedoman dan
kebijak mereka cocok diterapkan di lokasi pelayanan, dan sarana atau fasilitas
yang dimiliki untuk kewaspadaan universal serta ketersediaan alatnya telah
mencukupi. Pada prinsipnya ketersediaan fasilitas dan sarana sangat berguna
untuk memudahkan petugas kesehatan dalam mematuhi praktek pengendalian
infeksi, kebijakan serta standar operasional prosedur di dalm melaksanakan
kewaspadaan universal. Untuk pencapaian ini, mak diperlukan :
a. Pengadaan SDM yang terlatih dalam pengembangan
pengetahuan
b.
Sarana kesehatan yang diperlukan seperti pengadaan sarana
cuci tangan, air mengalir, sarung tangan disposable, serta alat pelindung
diri lainnya, jarum suntik sekali pakai, wadah benda tajam, tempat
peralatan steril dan bersih, alat-alat untuk proses disenfeksi dan sterilisasi,
bahn-ahn atau larutan untuk pencucui, alat pengelolaan limbah yang
memerlukan konstrusi khusus, seperti insenerator atau pilihan lain dari
insenerator, sarana sterilisasi, peningkatan sistem ventilasi, peralatan
laboratorium, obat anti retroviral, dan termasuk alat-alat untuk memantau
serta mengawasi proses ulang yang harus dilakukan, semua ini harus
tersedia dengan cukup walau berada dalm lingkungan dengan sumber daya
yanterbatas (WHO, 2005).
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL

3.1 Pengkajian
3.1.1 Sejarah
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi awalnya merupakan Rumah Sakit
Militer Belanda yang didirikan pada tahun 1908. Pada waktu penjajahan
Jepang, rumah sakit ini diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai RS
Militer Jepang. Sejak perang kemerdekaan RI sampai tahun 1952 dijadikan
sebagai RS Tentara. Pada tanggal 08 September 1952 Rumah sakit ini
diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja Sumatera
tengah, yang kemudian menjadi milik Pemerintah Daerah Sumatera Barat.
Tahun 1979, ditetapkan sebagai RSU Bukittinggi kelas C dengan kapasitas
250 tempat tidur. Berdasarkan SK Menkes RI, tanggal 13 Oktober 1981 RSU
Bukittinggi resmi berganti nama menjadi RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi. Surat keputusannya langsung diberikan oleh Mentri Kesehatan RI
saat itu, yaitu bapak Dr. Suwarjono Suryaningrat. Nama tersebut di pakai
karena bapak Prof. Dr. Achmad Mochtar adalah seorang dokter yang berasal
dari Bonjol Sumatera Barat dan berjasa ditingkat nasional, yang telah di
anugerahi tanda jasa, antara lain : Satya Lencana Kebaktian Sosial tahun
1968, dan tanda kehormatan Bintang Jasa Klas III.

Berdasarkan Keputusan Bersama Mentri Dalam Negeri No 23 tahun 1983,


Mentri Kesehatan No 273/Menkes/SKB/VII/1983 dan Mentri Keuangan
335a/KMK-03/1983 ditetapkan RS Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai
Rumah Sakit Pendidikan. Dimasa pelita IV dan V RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi berubah secara bertahap, bangunan lama peninggalan
Belanda diubah menjadi bangunan baru dengan bantuan dana APBN, OPRS
dan Dana Pemda Tingkat I Sumatera Barat. Sejak 30 November 1987 RSAM
Bukittinggi resmi menjadi Rumah Sakit Klas B dengan 320 tempat tidur
berdasarkan Kepmenkes RI No 41/Menkes/SK/I/1987. Selanjutnya dengan
Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/2688/SJ tanggal 9 September
1997 dan Perda No. 7 tahun 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi ditetapkan bahwa RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi sebagai RS Klas B Pendidikan. Berdasarkan Perda
Provinsi Daerah Tingkat I Sematera Barat Nomor 4 tahun 1997 dutetapkan
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Unit Swadana Daerah.
Dampak dari gempa 2006 dan 2009 menyebabkan banyak ruangan yang
mengalami retak – retak. Disamping itu adanya pengalihan fungsi beberapa
ruangan rawat dan untuk menyesuaikan dengan standar maka terjadi
pengurangan jumlah tempat tidur dari 320 menjadi 299 tempat tidur.

Dalam rangka menyikapi PP Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan


Badan Pelayanan Umum, serta Permendagri Nomor 61 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor
440-509-2009 tentang Penetapan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
untuk melaksanakan PPK BLUD secara penuh.

3.1.2 Letak Geografis


RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi terletak dipusat Kota Bukittinggi
yang berudara sejuk dengan ketinggian sekitar 780-950 Meter diatas
permukaan laut. Luas Area Kota Bukittinggi 0,06% dari wilayah Provinsi
Sumatera Barat. Batas wilayah Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang
Kamang, Kabupaten Agam
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Nagari Banuhampu, Kecamatan
Banuhampu Sungai Puar, Kabupaten Agam
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Ngarai Sianok, Guguak dan Kota
Gadang, Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Tanjuang Alam, Ampang
Gadang, Kecamatan Angkat Candung Kabupaten Agam

3.1.3 Visi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi


“Terwujudnya RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Rumah Sakit
Rujukan terdepan, berdaya saing dan bermartabat tahun 2021”

3.1.4 Misi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi


1. meningkatkan pelayanan rujukan yang bermutu dan paripurna bagi
seluruh lapisan masyarakat.
2. meningkatkan kemandirian rumah sakit dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan, administrasi dan manajemen.

3.1.5 Motto RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi


“ Mengutamakan Pelayanan Yang Ramah, Cepat, Tepat, Dan Siap Berkinerja
Terbaik “

3.1.6 Budaya RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi


“TERBAIK”
T = Tulus, tepat janji
E = Empati
R = Responsibilitas
B = Bijak
A = Adil
I = Integritas
K = Kebersamaan, Kompak

3.2 Kajian Situasi Di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 Di RSUD Dr Achmad


Mochtar Bukittinggi
Ruangan Ambun Suri lantai 1 adalah salah satu ruangan rawat inap yang ada di
rsud dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Ruangan Ambun Suri adalah ruang rawat
inap untuk pasien dengan kasus bedah (peri operatif dan post operatif) yang
terdiri dari ruangan kelas 1, kelas 2, kelas 3 HCU , dan ruangan isolasi dengan
kapasitas 40 tempat tidur.
3.3 Perencanaan
Karakteristik Unit
a. Visi Ruangan
Visi : Terwujudnya RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Rumah
Sakit Rujukan terdepan, berdaya saing dan bermartabat tahun 2021.
b. Misi Ruangan
1. meningkatkan pelayanan rujukan yang bermutu dan paripurna bagi
seluruh lapisan masyarakat.
2. meningkatkan kemandirian rumah sakit dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan, administrasi dan manajemen.

3.4 Ruangan rawatan


3.4.1 Kapasitas unit ruangan

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi mempunyai beberapa ruangan rawat


inap, salah satunya adalah ruangan Ambun Suri lantai 1. Ruangan Ambun
Suri lantai 1 terdiri dari 9 unit ruangan, 8 ruangan bangsal dan 1 ruangan
HCU diantaranya ruang rawatan yang terdiri dari 10 kamar, 1 ruang perawat,
1 kamar dokter, 1 ruang dokter, 1 ruang administrasi, 1 ruang laken, 1 ruang
perasat, 1 ruang diskusi, 1 ruang pantry.
Tabel 3.1
Jumlah kapasitas tempat tidurb yang ada diruang Ambun Suri lantai 1 RSUD
Dr Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018
Ruangan Jumlah tempat tidur
1.1 2
1.2 2
1.3 2
Luka bakar 3
HCU 6
ingkat3.1 6
3.2 6
3.3 6
3.4 6
Isolasi 1
Jumlah 40
Ruang Ambun Suri lantai 1 memiliki 9 unit ruang rawatan, dimana setiap ruang kelas
1 terdapat 2 tempat tidur, ruang luka bakar 3 tempat tidur, ruang HCU 6 tempat tidur,
setiap ruang kelas 3 terdapat 6 tempat tidur, dan ruang isolasi 1 tempat tidur, sehingga
jumlah tempat tidur adalah 40. Semua ruangan dalam keadaan baik sehingga semua
ruangan dapat digunakan.

3.4.2 Analisa terhadap klien


1. Karakteristik
Klien yang dirawat diruang Ambun Suri lantai 1 adalah klien dengan
kasus bedah (peri operatif dan post operatif). Seperti diruangan HCU
untuk klien yang harus dikontrol intensif seperti: klien dengan cidera
kepala, klien dengan fraktur, klien dengan post op apendiktomi dll. Dan
klien yang dirawat di kelas bangsal seperti : hemoroid, peritonitis, ellues
obstruksi, hernia, cholelitiasis, dll.

2. Tingkat ketergantungan
Berdasarkan hasil observasi tingkat ketergantungan kklien di Ambun Suri
Lantai 1 dari tanggal 26-29 Maret 2018
a.
Total care : 29 orang
b.
Partial care : 69 orang
c.
Minimal care : 18 orang

3.4.2 Analisa Situasi

1. Staffing atau Sumber Daya Manusia


a. Sumber Daya dan Kekuatan Kerja

Tabel 3.2
Tenaga Perawat diruangan Ambun Suri lantai 1 RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018
No Nama JK Pendidikan Status pegawai
1 Ns. Dodi Zartini, S. Kep P S. kep + Ners PNS
2 Syafnidar, A.Md. Kep P D III Keperawatan PNS
3 Danthy D, A. Md. Kep P D III Keperawatan PNS
4 Ns. Firmaneni, S. Kep P S. kep + Ners PNS
5 Yenni Susilawati, A. Md. P D III Keperawatan PNS
Kep
6 Ermaneli, A.Md. Kep P D III Keperawatan PNS
7 Ns. Trisna Setiani Marta, S. P S. kep + Ners PNS
Kep
8 Ns. Yomi Chandra , S. Kep L S. kep + Ners PNS
9 Yuhelmi, AMK P D III Keperawatan PNS
10 Andra Hayu, A. Md, Kep L D III Keperawatan PNS
11 Asneti , A. Md, Kep P D III Keperawatan PNS
12 Refli Junaidi, A. Md, Kep L D III Keperawatan PNS
13 Diana Nofita, A. Md, Kep P D III Keperawatan PNS
14 Yoktrisia Welzy, S. Kep L S1 Keperawatan Kontrak
15 Ns. Retmi Rahayu, S. Kep P S. kep + Ners Kontrak
16 Raudatul Hasanah, A. Md, P D III Keperawatan PNS
Kep
17 Widya Putri P, A. Md, Kep P D III Keperawatan Kontrak
18 Ayda Yanna Silmi, A. Md, P D III Keperawatan Kontrak
Kep
19 Ns. Aulia Arief, S. Kep L S. kep + Ners Kontrak
20 Ns. Ridha Adri , S. Kep P S. kep + Ners Kontrak
21 Wendri , A. Md, Kep L D III Keperawatan Kontrak
22 Rika , A. Md, Kep P D III Keperawatan Kontrak
23 Ns. Lies Diana Dewi , S. P S. kep + Ners Kontrak
Kep
24 Maiyunizar P PNS

b. Pembagian Kerja
Hasil analisis situasi melalui wawancara dari tanggal 26 maret – 28 maret
2018, diruangan Ambun Suri Lantai I disepakati oleh Ns.Dodi Zartini,
S.Kep dan 23 orang tenaga perawat. Jadwal pembagian shift terbagi dalam
3 shift yaitu shift pagi dari jam 07.30 – 14.00 WIB, shift sore dari jam
13.30 – 20.00 WIB, shift malam dari jam 19.30 – 08.00 WIB

2. Peralatan
Tabel 3.3
inventaris alat keperawatan di ruang ambun suri lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

No Nama Alat Jumlah spesifikasi Ket


Layak Tidak
layak
1 Brangkar 2 paramont
2 Streler 1 paramont
3 Tromol kecil 1 Stainlis
4 Tromol besar 1 Stainlis
5 Wash kom besar 3 Stainlis
6 Kom kecil 3 Stainlis
7 Tensi meter 2
8 Blood warmer 1
9 Thermometer 2 Kaca
10 Stetoskop 2
11 Torniquet 2
12 Set TV 16 Stainlis
13 Pinset serugi 10 Stainlis
14 Pinset anatomi 20 Stainlis
15 Gunting jaringan 9 Stainlis
16 Gunting perban 2 Stainlis
17 Glukocek 1
18 Senter 1
19 Timbangan 1
20 Komputer+CPU 1
21 Korentang 1 Stainlis
22 Infusion pump 2
23 Kom mandi 3 Stainlis
24 Bed set 6
25 Monitor 4
26 Urinal 2
27 Gelas ukur 2 Kaca
28 Suction 2
29 Oksigen 6
30 Pispot 1 Stainlis
31 Oksigen emergensi 2
32 Manset tension Uk. L 4
33 Manset tension Uk. M 3
34 Manset tension child 1
35 Ambu bag 3
36 Pemanas air 3 Stainlis
37 Kursi roda 3
38 Sterilitator 1 Serently
40 Bengkok 5 Stainlis

3.5 Analisa Hasil Situasi


1. Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 27 maret 2018 yang dilakukan terhadap
kepala ruangan Ambunsuri lantai 1, visi dan misi tidak ada khusus ruangan
karena mengikuti visi dan misi rumah sakit. Berdasarkan hasil observasi dari
tanggal 27-31 maret 2018 dapat dilihat bahwa kinerja dari kepala ruangan
sesuai dengan standar operasional rumah sakit dan standar asuhan
keperawatan

2. Pengorganisasian
Berdasarkan batasan dan wewenang tanggung jawab semua karyawan cukup
jelas secara tertulis dan sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Begitu
juga berdasarkn wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan, metode
yang digunakan untuk penugasan yang ada diruangan ini adalah metode
modular. Tujuan dari metode tersebut adalah agar pasien terkelola dengan
baik dan terciptanya pelayanan yang prima.Kemudian dilihat dari
pendelegasian tugas,berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang
pendelegrasian tugas, jika kepala ruangan meningalkan tugas dalam urusan
kedinasan diluar rumah sakit maka tugas kepala ruangan dilimpahkan pada
perawat pelaksana dengan mengunakan surat pelimpahan tugas yang
dikeluarkan oleh direktur utama melalui bidang pelayanan keperawatan
RSAM bukittinggi. Sedangkan jika kepala ruangan meninggalkan ruangan
dalam waktu yang singkat (di dalam rumah sakit ), kepala ruangan melakukan
pendelagasian tugas kepada perawat pelaksana secara lisan saja.

Berdasarkan batasan dan wewenang tanggung jawab semua karyawan


dirumah sakit ini cukup jelas secara tertulis dan sesuai standar asuhan
keperawatan. Sistem timbang terima yang digunakan diruangan ambunsuri
lantai I yaitu metode SBAR, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27
maret 2018 yang telah kami lakukan metode ini sudah berjalan cukup baik.
Masalah: blm optimalnya pendelegasian

3. Pengarahan
Berdasarkan wawancara tanggal 26 maret 2018 yang dilakukan kepada kepala
ruangan, kepala ruangan mengarahkan semua anggota perawat untuk
mengelola pasien dengan cara metode modular yakni membagi perawat
pelaksana yang diruangan bangsal dan HCU. Kepala ruangan mengatakan
manajemen konflik diruangan sudah ada dan sudah terarah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara perawat pelaksana bangsal dan


perawat pelaksana HCU di ruang ambunsuri lantai I yang telah dilakukan dari
tanggal 27-31 maret 2018 mengenai pelaksaan post conference, perawat
pelaksana mengatakan pelaksanaan post conference belum dilaksanakan
secara optimal dibuktikan dengan hasil wawancara dan observasi lapangan.
Dari hasil wawancara kepada perawat pelaksana ruangan di dapatkan hasil
bahwa pada saat post confrence karu melakukan evaluasi kembali dengan cara
mengevaluasi perawat pelaksana secara personal tanpa mengumpulkan
perawat pelakana secara personal tanpa mengumpulkan perawat pelaksana
melalui forum diskusi. Dari hasil observasi sejak tanggal 27-31 maret 2018
didapatkan bahwa belum adanya pelaksanaan post confrence secara formal
yang dihadiri oleh karu dan perawat pelaksana.
Masalah: blm optimal pre dan post

4. Pengendalian
Berdasaran hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal
27-31 maret 2018 kepala ruangan menyatakan bahwa pengendalian kerja
selalu dilakukan dan diawasi langsung oleh kepala ruangan, serta melakukan
diskusi bersama untuk memecahkan masalah diruangan, dan melakukan
survey kepuasan pasien dan keluarga terhadap dokter dan perawat diruang
rawat inap ambunsuri lantai I.
3.6 Karakteristik Responden
I. Pengkajian
Data umum :
a. Perawat
1) Karakteristik pendidikan

Diagram 3.1

Distribusi frekuensi pendidikan perawat diruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD


Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Berdasarkan diagram 3.1 dapat dilihat bahwa dari 23 perawat didalam ruangan hanya
19 responden yang mengisi kuesioner, hasil yang didapatkan yaitu berpendidikan D3
keperawatan terdapat sebanyak lebih dari separoh yaitu 13 responden (68,4%), yang
berpendidikan S1 keperawatan terdapat sebanyak sebagian kecil yaitu 1 responden
(5,3%), dan yang berpendidikan profesi ners terdapat sebanyak kurang dari separoh
yaitu 5 responden (26,3%)

2) Karakteristik pelatihan yang pernah diikuti

Diagram 3.2

Distrtibusi frekuensi pelatihan yang pernah diikuti perawat diruangan Ambun


Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Berdasarkan diagram 3.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 perawat didalam ruangan
hanya 19 responden yang mengisi kuesioner, hasil sudah mengikuti pelatihan: 3,84
pelatihan perinatogi, lebih dari separoh 50%mengikuti pelatihan BTCLS, sebagian
kecil 15,4% mengikuti pelatihan perawatan luka, 3, 84% mengikuti pelatihan
manajemen keperawatan, 15,4% mengikuti pelatihan PPGD, DAN 3,84% mengikuti
pelatihan BHD.

3) Karakteristik lama kerja


Tabel 3.5
Distrtibusi frekuensi lama kerja perawat diruangan Ambun Suri Lantai 1
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Lama kerja 1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 Total


Total 7 4 3 3 1 19
Persentase 36,9% 21% 15,8% 15,8% 10,5% 100%

Analisa tabel :
Berdasarkan tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 19 responden lama kerja 1 – 5
tahun terdapat sebanyak kurang dari separoh yaitu 7 responden (36,9%), yang lama
kerja 6 – 10 tahun terdapat sabanyak sebagian kecil yaitu 4 responden (21%), lama
kerja 11 – 15 tahun terdapat sebanyak sebagian kecil yaitu 3 responden (15,8%), lama
kerja 16 – 20 % terdapat sebanyak sebagian kecil yaitu 3 responden (15,8%) dan lama
kerja 21 – 25 tahun terdapat sebanyak sebagian kecil yaitu 1 responden (10,5%).

4) Karakteristik Umur

Diagram 3.3
Distrtibusi frekuensi umur perawat diruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi

Berdasarkan diagram 3.3 dapat diatas dapat dilihat bahwa dari 23 perawat didalam
ruangan hanya 19 responden yang mengisi kuesioner, didapatkan hasil yang
berumur 21 – 30 tahun terdapat sebanyak kurang dari separoh yaitu 7 responden
(36,8%), yang berumur 31 – 40 tahun terdapat sebanyak kurang dari separoh yaitu 9
responden (47,4%) dan yang berumur 41 – 50 tahun terdapat sebanyak sebgaian kecil
yaitu 3 responden (15,8%)
II. Hasil data
1. Metode modular
a. Perawat
1) Kuesioner metode modular

Diagram 3.4
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikaan
pengarahan dalam penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.4 diatas dari 100%(19) responden didapatkan bahwa yang
menjawab kepala ruangan selalu memberikan pengarahan kepada anggotanya dalam
memberikan asuhan keperawatan sebanyak 74%(14) responden, 21% (4) menjawab
kepala ruangan sering memberikan pengarahan kepada anggotanya dalam
memberikan asuhan keperawatan, dan 5% (1) responden menjawab kepala ruangan
kadang – kadang memberikan pengarahan kepada anggotanya dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Diagram 3.5
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan membagi 2 -3
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap 8 – 12 klien dalam
penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagramdiatas 3.5 diatas didapatkan bahwa dari 100%(19) responden


yang menjawab kepala ruangan selalu membagi 2-3 perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan terhadap 8 – 12 pasien sebanyak 74%(14) responden, 16%(4)
responden yang menjawab kepala ruangan sering membagi 2- 3 perawat untuk
memberikan askep terhadap 8-12 pasien, dan 10 % (2) responden kepala ruangan
tidak pernah membagi 2-3 perawat untuk memberikan askep terhadap 8-12 pasien.
Diagram 3.6
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memfasilitasi
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien dalam penerapan metode
modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.6 diatas didapatkan dari 100%(19) responden yang menjawab
selalu kepala ruangan menfasilitasi pelaksanaan pemberian askep pasien sebanyak
58%(11) responden, 37%(7) responden yang menjawab sering kepala ruangan
menfasilitasi pelaksanaan pemberian askep pasien, dan 5%(1) responden yang
menjawab kadang – kadang kepala ruangan memfasilitasi pelaksanaan pemberian
askep pasien.
diagram 3.7
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikan
motivasi kepada staf perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai
1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.7 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab kepala ruangan selalu memberikan motivasi kepada staf perawat dalam
memberikan askep sebanyak 69%(13) responden, 26% (5) responden yang menjawab
kepala ruangan sering memberikan motivasi kepada staff perawat dalam memberikan
askep, dan 5% (1) responden yang menjawab kepala ruangan memberikan motivasi
kepada staff perawat dalam memberikan askep.
Diagram 3.58
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan melatih perawat
untuk bekerja sama dalam pemberian asuhan dalam memberikan asuhan
keperawatan penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.8 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu kepala ruangan melatih perawat untuk bekerja sama dalam
pemberian askep sebanyak 58%(11) responden, 37%(7) responden yang menjawab
kepala ruangan sering melatih perawat untuk bekerja sama dalam pemberian askep,
dan 5%(1) responden yang menjawab kepala ruangan kadang – kadang kepala
ruangan melatih perawat untuk bekerja sama dalam pemberian askep.
Diagram 3.9
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan Memimpin,
mendukung, menginstruksikan PP untuk melaksanakan tindakan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.9 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu kepala ruangan memimpin, mendukung dan menginstruksikan
perawat pelaksana untuk melaksanakan tindakan sebanyak 69% (13) responden,
26%(5) responden menjawab sering kepala ruangan memimpin, mendukung dan
menginstruksikan perawat pelaksana untuk melaksanakan tindakan dan 5% (1)
responden yang menjawab kadang – kadang 26% kepala ruangan memimpin,
mendukung dan menginstruksikan perawat pelaksana untuk melaksanakan tindakan .
Diagram 3.10
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikaan
asuhan keperawatan secara komprehensif dalam penerapan metode
modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.10 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu kepala ruangan memberikaan asuhan keperawatan secara
komprehensif sebanyak 63 % (12 responden, 26%(5) responden menjawab sering
kepala ruangan memberikaan asuhan keperawatan secara komprehensif dan 11 % (2)
responden yang menjawab kadang – kadang Kepala ruangan memberikaan asuhan
keperawatan secara komprehensif
Diagram 3.11
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikaan
bimbingan dan instruksi kepada perawat sejawat kerjanya dalam
penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.11 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu kepala ruangan memberikaan bimbingan dan instruksi kepada
perawat sejawat kerjanya sebanyak 42 % (8 responden, 53%(10) responden
menjawab sering kepala ruangan memberikaan bimbingan dan instruksi kepada
perawat sejawat kerjanya dan 55%(1) responden menjawab kadang – kadang kepala
ruangan memberikaan bimbingan dan instruksi kepada perawat sejawat kerjanya.
Diagram 3.12
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikaan
asuhan keperawatan sesuai tingkat ketergantungan pasien dalam
penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.12 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu kepala ruangan memberikaan asuhan keperawatan sesuai tingkat
ketergantungan pasien sebanyak 69 % (13) responden, 26% (5) responden menjawab
sering kepala ruangan memberikaan asuhan keperawatan sesuai tingkat
ketergantungan pasien dan 5% (1) responden menjawab kadang – kadang kepala
ruangan memberikaan asuhan keperawatan sesuai tingkat ketergantungan pasien.

Diagram 3.13
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan berperan sebagai
fasilitator dalam memberikan asuhan keperawatan dalam penerapan
metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.13 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu Kepala ruangan berperan sebagai fasilitator dalam memberikan
asuhan keperawatan sebanyak 53 % (10) responden, 37% (7) responden menjawab
sering kepala ruangan berperan sebagai fasilitator dalam memberikan asuhan
keperawatan, dan 10 % (2) responden menjawab kadang – kadang kepala ruangan
berperan sebagai fasilitator dalam memberikan asuhan keperawatan.

diagram 3.14
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan membuat jadwal
dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam penerapan metode modular di Ruangan
Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.14 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu Kepala ruangan membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan
kecocokan anggota dalam memberikan asuhan keperawatan sebanyak 47% (9)
responden, 37%(7) responden menjawab sering kepala ruangan membuat jadwal
dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam memberikan asuhan, dan
16 % (3) responden menjawab kadang – kadang Kepala ruangan membuat jadwal
dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam memberikan asuhan
keperawatan

Diagram 3.15
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan mendelegasikan tugasnya
ketika tidak masuk dinas kepada perawat professional yang dipercaya
dalam penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai
1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan diagram 3.15 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu Kepala ruangan mendelegasikan tugasnya ketika tidak masuk dinas
kepada perawat professional yang dipercaya sebanyak 58 %(11) responden, 37% (7)
responden menjawab sering kepala ruangan mendelegasikan tugasnya ketika tidak
masuk dinas kepada perawat professional yang dipercaya. Dan 5% (1) responden
menjawab kadang – kadang kepala ruangan mendelegasikan tugasnya ketika tidak
masuk dinas kepada perawat professional yang dipercaya.

diagram 3.16
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan membimbing dan melatih
anggota dalam memberikan asuhan keperawatan dalam penerapan
metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Berdasarkan hasil diagram 3.16 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab selalu Kepala ruangan membimbing dan melatih anggota dalam
memberikan asuhan keperawatan sebanyak 53(10) responden, 42%(8) responden
menjawab sering kepala ruangan membimbing dan melatih anggota dalam
memberikan asuhan keperawatan. Dan 5%(1) responden kadang – kadang Kepala
ruangan membimbing dan melatih anggota dalam memberikan asuhan keperawatan.

Tabel 3.6
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan membagi 2 -3
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap 8 – 12 klien
dalam penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai
1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Ya Tidak Total


membagi 2 -3 15 4 19
perawat untuk
memberikan
asuhan
keperawatan
terhadap 8 – 12
klien
Total 15 4 19
Persentase 79% 21% 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.6 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab iya mengenai kepala ruangan membagi 2-3 perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan terhadap 8-12 klien dalam penerapan metode modular sebanyak
15 (79%) responden, 4 (21%) responden menjawab tidak.

Tabel 3.7
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memfalitasi
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien dalam penerapan
metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Ya Tidak Total


memfalitasi 18 1 19
pelaksanaan
pemberian
asuhan
keperawatan
Total 18 1 19
Persentase 95% 5% 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.7 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab iya mengenai kepala ruangan memfasilitasi pelaksanaan pemberian
asuahan keperawatan pasien dalam metode modular sebanyak 18(95%)responden, 1
(5%) responden menjawab tidak.

Tabel 3.8
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikan
motivasi kepada staf perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai
1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Ya Tidak Total


memberikan 19 0 19
motivasi
kepada staf
perawat dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
Total 19 0 19
Persentase 100% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.8 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab mengenai kepala ruangan memberikan motivasi kepada staf perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam penerapan metode modular sebanyak
19(100%)responden.

Tabel 3.9
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan memberikaan
bimbingan dan instruksi kepada perawat sejawat kerjanya dalam
penerapan metode modular di Ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Ya Tidak Total


memberikaan 19 0 19
bimbingan dan
instruksi
kepada
perawat
sejawat
kerjanya
Total 19 0 19
Persentase 100% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.9 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab mengenai kepala ruangan memberikan bimbingan dan instruksi kepada
perawat sejawat kerjanya dalam penerapan metode sebanyak 19(100%).

Tabel 3.10
Distribusi frekuensi pertanyaan mengenai Kepala ruangan berperan sebagai
fasilitator dalam memberikan asuhan keperawatan dalam penerapan
metode modular di Ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Ya Tidak Total


berperan 18 1 19
sebagai
fasilitator
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
Total 18 1 19
Persentase 95% 5% 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.10 diatas didapatkan dari 100% (19) responden yang
menjawab pertanyaan mengenai kepala ruangan berperan sebagai fasilitator dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam penerapan metode modular yang menjawab
ya sebanyak 18(95%)responden, 1(5%) responden yang menjawab tidak.

b. Kepala ruangan
1) Kuesioner metode modular

Tabel 3.11
Distribusi frekuensi evaluasi penerapan metode modular diruangan Ambun
Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018
Pertanyaan Selalu Sering Kadang - Tidak Total
kadang pernah
1 √ 1
2 √ 1
3 √ 1
4 √ 1
5 √ 1
6 √ 1
7 √ 1
8 √ 1
9 √ 1
10 √ 1
11 √ 1
12 √ 1
Total 6 5 0 1 12
Persentase 50% 41,66% 0 8,3% 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.11 diatas didapatkan dari 100% (12) pertanyaan
kepada kepala ruangan tentang evaluasi penerapan metode modular yang menjawab
selalu sebanyak 6 (50%), 5(41,66%) menjawab sering, 1(8,3%) menjawab tidak
pernah.
2) Wawancara metode modular
Tabel 3.12
Distribusi frekuensi evaluasi kepala ruangan dalam menerapkan metode modular diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Pernyataan Ya Tidak Total


1 √ 1
2 √ 1
3 √ 1
4 √ 1
5 √ 1
Total 4 1 5
Persentase 80% 20% 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.12 diatas didapatkan dari 100% (5) pernyataan
wawancara metode modular tentang evaluasi penerapan metode modular yang
menjawab ya sebanyak 4 (80%) pernyataan, 1(20%) pernyataan yang menjawab
tidak.

b) Observasi metode modular


Tabel 3.13
Distribusi frekuensi evaluasi kepala ruangan dalam menerapkan metode modular diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Pernyataan Ya Tidak Total


1 √ 1
2 √ 1
3 √ 1
4 √ 1
5 √ 1
Total 4 1 5
Persentase 80% 20% 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.13 diatas didapatkan dari 100% (5) pernyataan
tentang observasi metode modular tentang evaluasi kepala ruangan dalam penerapan
metode modular yang menjawab ya sebanyak 4 (80%) pernyataan, 1(20%)
pernyataan yang menjawab tidak.
2. Supervisi
a. Perawat
1) kuesioner
Tabel 3.14
Distribusi frekuensi pertanyaan supervisi yang dilakukan kepala ruangan
bersifat membimbing diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Supervisi yang Selalu Sering Kadang – Tidak Total


dilakukan kepala kadang pernah
ruangan bersifat 11 5 0 19
membimbing
Total 11 5 3 0 19
Persentase 58% 26% 16% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.14 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang supervisi yang dilakukan kepala ruangan bersifat membimbing sebanyak
11(58%) responden, 5(26%) responden yang menjawab sering, 3(16%) responden
yang menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.15
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberikan bimbingan
tentang pelaksanaan asuhan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


memberikan kadang pernah
bimbingan tentang 11 6 2 0 19
pelaksanaan asuhan
asuhan keperawatan
sesuai dengan
prosedur
Total 11 6 2 0 19
Persentase 58% 32% 10% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.15 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan bimbingan tentang pelaksanaan asuhan asuhan
keperawatan sesuai dengan prosedur di ruangan yang menjawab selalu
11(58%)responden, 6(32%) responden menjawab sering, 2(10%) responden
menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.16
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberikan arahan untuk
bekerjasama dalam pemberian asuhan keperawatan Ambun Suri
Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018
Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total
memberikan arahan kadang pernah
untuk bekerjasama 11 5 3 0 19
dalam pemberian
asuhan keperawatan
Total 11 5 3 0 19
Persentase 58% 26% 16% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.16 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan arahan untuk bekerjasama dalam pemberian
asuhan keperawatan yaitu 11(58%) responden yang menjawab selalu, 5(26%)
responden menjawab sering, 3(16%) responden menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.17
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberi contoh yang mudah
dimengerti oleh perawat tentang cara mendokumentasikan proses
keperawatan diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


memberi contoh kadang pernah
yang mudah 12 7 0 0 19
dimengerti oleh
perawat tentang cara
mendokumentasikan
proses
keperawatan
Total 12 7 0 0 100%
Persentase 63% 37% 0 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.17 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan contoh yang mudah dimengerti oleh perawat
tentang cara mendokumentasikan proses keperawatan yang menjawab selalu 12(63%)
responden, 7(37%) responden menjawab sering.

Tabel 3.18
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberikan motivasi kepada
anda untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan diruangan
Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


memberikan kadang pernah
motivasi kepada 9 9 1 0 19
anda untuk
meningkatkan
kualitas asuhan
keperawatan
Total 9 9 1 0 19
Persentase 47% 47% 6% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.18 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan motivasi kepada anda untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan 9(47%) responden yang menjawab selalu, 9(47%)
responden yang menjawab sering, 1(6%) responden yang menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.18
Distribusi frekuensi pertanyaan Waktu kepala ruangan memberikan arahan,
apakah sudah sesuai dengan tujuan pelatihan bersifat perbaikan
diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Waktu kepala Selalu Sering Kadang – Tidak Total


ruangan kadang pernah
memberikan arahan, 11 7 1 0 19
apakah sudah sesuai
dengan tujuan
pelatihan bersifat
perbaikan
Total 11 7 1 0 19
Persentase 58% 37% 5% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.18 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan arahan, apakah sudah sesuai dengan tujuan
pelatihan bersifat perbaikan 11(58%) responden yang menjawab selalu, 7(37%)
responden menjawab sering, 1(5%) responden menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.19
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan mengarahkan untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar diruangan
Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018
Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total
mengarahkan untuk kadang pernah
melakukan asuhan 11 7 1 0 19
keperawatan sesuai
dengan standar
Total 11 7 1 0 19
Persentase 58% 37% 5% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.19 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan mengarahkan untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan standar yang menjawab selalu 11(58%) responden, 7(37%) responden
menjawab sering, 1(5%) responden menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.20
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberikan arahan saat
supervise sesuai dengan kebijakan rumah sakit terhadap area tugas
perawat diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


memberikan arahan kadang pernah
saat supervise sesuai 10 9 0 0 19
dengan kebijakan
rumah sakit terhadap
area tugas perawat
Total 10 9 0 0 19
Persentase 53% 47% 0 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.20 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan arahan saat supervise sesuai dengan kebijakan
rumah sakit terhadap area tugas perawat 10(53%) responden yang menjawab selalu,
9(47%) responden yang menjawab sering.

Tabel 3.21
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan dalam memberikan arahan
bersifat membangun untuk perawat diruangan Ambun Suri Lantai I
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018
Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total
dalam memberikan kadang pernah
arahan bersifat 10 9 0 0 19
membangun untuk
perawat
Total 10 9 0 0 19
Persentase 53% 47% 0 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.21 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan dalam memberikan arahan bersifat membangun untuk
perawat 10(53%) responden menjawab selalu, 9(47%) responden menjawab sering.

Tabel 3.22
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberikan saran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada perawat diruangan
Ambun Suri Lantai I RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018

Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


memberikan saran kadang pernah
dalam melaksanakan 12 6 1 0 19
asuhan keperawatan
kepada perawat
Total 12 6 1 0 19
Persentase 63% 32% 5% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.22 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan saran dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kepada perawat 12(63%) responden menjawab selalu, 6(32%) responden menjawab
sering, 1(5%) responden menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.23
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan memberikan penilaian yang
objektif atas hasil kerja perawat dalam mendokumentasikan proses
keperawatan diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018
Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total
memberikan kadang pernah
penilaian yang 13 5 1 0 19
objektif atas hasil
kerja perawat dalam
mendokumentasikan
proses keperawatan
Total 13 5 1 0 19
Persentase 69% 26% 5% 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.23 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan memberikan penilaian yang objektif atas hasil kerja perawat
dalam mendokumentasikan proses keperawatan 13(69%) responden menjawab selalu,
5(26%) responden menjawab sering, 1(5%) responden menjawab kadang-kadang.

Tabel 3.24
Distribusi frekuensi pertanyaan Kepala ruangan terlibat aktif dalam kegiatan
asuhan keperawatan diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tashun 2018

Kepala ruangan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


terlibat aktif dalam kadang pernah
kegiatan asuhan 16 3 0 0 19
keperawatan
Total 16 3 0 0 19
Persentase 84% 16% 0 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.24 diatas didapatkan dari 100% (19) responden
tentang kepala ruangan terlibat aktif dalam kegiatan asuhan keperawatan 16(84%)
responden menjawab selalu, 3(16% ) responden menjawab sering.

b. Kepala ruangan
1) Kuesioner

Tabel 3.25
Distribusi frekuensi kepala ruangan dalam penerapan supervisi keperawatan diruangan Ambun Suri Lantai I RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018

Pertanyaan Selalu Sering Kadang – Tidak Total


kadang pernah
1 √ 1
2 √ 1
3 √ 1
4 √ 1
5 √ 1
6 √ 1
7 √ 1
8 √ 1
9 √ 1
10 √ 1
11 √ 1
12 √ 1
Total 5 7 0 0 12
Persentase 41,66% 58,333% 0 0 100%

Analisa tabel:
Berdasarkan hasil analisa table 3.25 diatas didapatkan dari 100% (12) pertanyaan
tentang kepala ruangan dalam penerapan supervisi keperawatan 5 (41,66%)
pertanyaan dijawab selalu, 7(58,333%) pertanyaan dijawab sering.
3. Timbang terima
a) Observasi

Tabel 3.25
Distribusi frekuensi timbang terima diruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Timbang Ya Tidak Total


terima 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 27
2 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
Total 2 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
Persentas 7,4% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 0 3,70% 0 0 0 0 0 0 0 11,11% 100%
e
Analisa tabel
Berdasarkan hasil analisa tabel didapatkan dari hasil observasi dari 100% responden didapatkan bahwa 14,81 % tidak melakukan
timbang terima dengan sebagian kecil yaitu sebanyak 3,70% didalam ruangan tidak mengadakan timbang terima atau overan
tepat pada saat pergantian shift, dan didapatkan sebagian kecil yaitu 11,11 % tidak bersalaman setelah selesai timbang terima,
4.
Pre dan post comference (27 Maret 2018 – 29 Maret 2018)
a) Pre conference (observasi)
Tabel 3.26
Distribusi Observasi Mengenai Pre Comference Diruangan Ambun Suri Lantai
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Pre Ya Tidak Total


Comference 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 15
3 1 3 1 2 0 2 0 2 1
Total 3 1 3 1 2 0 2 0 2 1
Persentase 20% 6,7% 20% 6,7% 13,3% 0 13,3% 0 13,3% 6,7% 100%
Analisa tabel :
Berdasarkan hasil analisa tabel diatas dari hasil observasi dari 100 % didapatkan bahwa 33,3% diruangan ambun suri lantai 1
tidak melakukan pre comference dengan sebagian kecil yaitu sebanyak 13,3 % kepala ruangan tidak menanyakan rencana harian
perawat masing – masing perawat dan didapatkan sebagian kecil yaitu 6,7 % kepala ruanagan tidak mengucapkan selamat
bekerja.
b)
Post comference (observasi)
Tabel 3.27
Distribusi Observasi Mengenai post Comference Diruangan Ambun Suri Lantai
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Post Ya Tidak Total


Comference 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 15
3 2 3 3 3 0 1 0 0 0
Total 3 2 3 3 3 0 1 0 0 0
Persentase 20% 13,3% 20% 20% 20% 0 6,7 0 0 0 100%
Analisa tabel :
Berdasarkan hasil analisa tabel diatas dengan observasi dari 100% terdapat 6,7% tidak melakukan post comfrenca dengan
sebagian kecil yaitu sebanyak 6,7% kepala ruangan tidak menanyakan hasil asuhan keperawatan masing - masing klien.
Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

5. Aspek aspek manajemen (kepala ruangan)


a. Perencanaan

Tabel 3.28
Distribusi Frekuensi Kepala Ruangan dalam menerapkan aspek – aspek
manajemen (perencanaan ) Sumber Daya Manusia Diruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Sumber Ya Tidak Tota


daya 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 l
manusia
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6
Total 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6
Persenta 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 0 0 0 0 0 0 100
se % % % % % % %
Analisa tabel:
Berdasarkan analisa tabel diatas didapatkan 100% kepala ruangan aspek – aspek
manajemen (perencanaan ) Sumber Daya Manusia ruangan.

Diagram 3.17
Distribusi Frekuensi Kepala Ruangan dalam menerapkan aspek – aspek
manajemen (perencanaan ) Sumber Daya Manusia Di Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Tabel 3.29

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 1


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Distribusi Frekuensi kepala ruangan dalam menerapkan aspek – aspek


manajemen (perencanaan ) fasilitas Diruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD
Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Fasilitas Ya Tidak Total


1 2 3 4 1 4 2 3
Total 1 1 1 1 0 0 4 0 0
Persentase 25% 25% 25% 25% 0 0 100% 0 0
Analisa tabel :
Berdasarkan analisa tabel diatas didapatkan 100% kepala ruangan dalam aspek –
aspek manajemen (perencanaan ) Sumber Daya Manusia didalam ruangan

Tabel 3.30
Distribusi Frekuensi kepala ruangan dalam menerapkan aspek – aspek
manajemen (perencanaan ) klien Diruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD
Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Klien Ya Tidak Total


1 2 3 1 2 3
Total 1 1 1 0 3 0 0
Persentase 33,3% 33,3% 33,3% 0
100% 0 0
Analisa tabel :
Berdasarkan analisa tabel diatas didapatkan 100% kepala ruangan dalam
menerapkan aspek – aspek manajemen (perencanaan ) klien di ruangan

b. Pengorganisasian
Tabel 3.31
Distribusi Frekuensi kepala ruangan dalam menerapkan aspek – aspek
manajemen (pengorganisasian) Didalam ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018

Pengorganisasia Ya Tidak Total


n 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5
Total 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5
Persentase 20 0 20 20 0 0 20 0 0 20 100
% % % % % %

Analisa tabel:
Berdasarkan analisa tabel diatas didapatkan bahwa lebih dari separoh 60% kepala
ruangan menjalankan pengorganisasian didalam ruangan dalam menjalankan
tugasnya, dan 40% kurang dari separoh : 20% tidak melakukan penugasan
dengan dengan tim dan 20% tidak dilaksanakan rentang kendali didalam ruangan

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 2


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Diagram 3.18
Distribusi Frekuensi kepala ruangan dalam menerapkan aspek – aspek
manajemen (pengorganisasian) Didalam ruangan Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018

c. Pengarahan
Tabel 3.32

Distribusi Frekuensi Pengarahan kepala ruangan dalam menerapkan aspek


– aspek manajemen (Pengarahan) Didalam Di Ambun Suri Lantai 1
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Pengarahan Ya Tidak Total


1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
Total 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6
Persentase 16,6% 16,6% 16,6% 16,6% 16,6% 16,6% 0 0 0 0 0 100%
Analisa tabel:
Berdasarkan analisa tabel didapatkan 100% kepala ruangan melakukan
pengarahan didalam ruangan.

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 3


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Tabel 3.34

Distribusi Frekuensi Pengarahan kepala ruangan dalam menerapkan aspek


– aspek manajemen (Pengarahan) Didalam Di Ambun Suri Lantai 1
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

d. Pengawasan
Tabel 3.35

Distribusi Frekuensi Pengawasan kepala ruangan dalam menerapkan aspek


– aspek manajemen (Pengawasan ) Didalam Di Ambun Suri Lantai 1
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Pengawasan Ya Tidak Total


1 2 1 2
Total 1 1 2 0 0
Persentase 50% 50% 100% 0 0
Analisa tabel :
Berdasarkan analisa tabel didapatkan 100 % kepala ruangan melakukan
pengawasan didalam ruangan.

Diagram 3.19

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 4


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Distribusi Frekuensi Pengawasan kepala ruangan dalam menerapkan aspek


– aspek manajemen (Pengawasan ) Didalam Di Ambun Suri Lantai 1
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 5


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 1


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 1


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

ANALISA SWOT
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
(Strenght ) ( Weekneess ) ( Opportunity ) ( Trechment )
 Berdasarkan hasil kuesioner perawat  5% kepala ruangan kadang –  Adanya mahasiswa  tidak terlaksana
pelaksana menyatakan 74% kepala kadang memberikan pengarahan praktek manajemen fungsi manajemen
ruangan memberikan pengarahan kepada anggotanya dalam yang akan membantu dalam pelaksanaan
kepada anggotanya dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan menerapkan metode asuhan keperawatan
asuhan keperawatan modular dalam
 Berdasarkan hasil kuesioner perawat  10 % perawat mengatakan tidak memberikan asuhan
pelaksana menyatakan 74% kepala pernah kepala ruangan membagi 2 Diruangan Ambun
ruangan selalu membagi 2 – 3 perawat – 3 perawat untuk memberikan Suri Lantai I
untuk memberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan terhadap 8 –
terhadap 8 – 12 pasien 12 pasien
 Berdasarkan hasil kuesioner perawat  5 % mengatakan kadang – kadang
pelaksana menyatakan 69 % kepala kepala ruangan memberikan
ruangan selalu memberikan motivasi motivasi kepada staf perawat
kepada staf perawat dalam memberikan dalam memberikan asuhan
asuhan keperawatan keperawatan
 Berdasarkan hasil kuesioner perawat  26 % perawat mengatakan kepala

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 74


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

pelaksana menyatakan 69 % kepala ruangan memimpin, mendukung


ruangan memimpin, mendukung dan dan meinstrruksikan perawat
meinstrruksikan perawat pelaksana untuk pelaksana untuk melaksanakan
melaksanakan tindakan tindakan
 Berdasarkan hasil wawancara perawat  4% perawat mengataka kepala
menyatakan 79% kepala ruangan ya ruangan tidak membagi 2 – 3
membagi 2 – 3 perawat untuk perawat untuk memberikan asuhan
memberikan asuhan keperawatan keperawatan terhadap 8 – 12 pasien
terhadap 8 – 12 pasien (wawancara)
 Berdasarkan hasil wawancara perawat
menyatakan 100% kepala ruangan
memberikan motivasi kepada staf
perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan
 Berdasarkan hasil wawancara perawat
menyatakan 100% kepala ruangan
memberikan bimbingan bimbingan dan
instruksi kepada perawat sejawat
kerjanya

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 75


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

 Berdasarkan hasil kuesioner perawat  16% perawat menyatakan kadang –  Adanya mahasiswa  Tingginya harapan
pelaksana menyatakan 63% kepala kadang memberikan arahan untuk praktek manajemen pasien dan keluarga
ruangan memberi contoh yang mudah bekerja sama dalam pemberian yang akan membantu kepada perawat untuk
dimergerti oleh perawat tentang cara asuhan keperawatan melaksanakan memberikan
mendokumentasikan proses  5% perawat menyatakan kadang – supervise pelayanan yang
keperawatan kadang memberikan saran dalam keperawatan maksimal terhadap
 Berdasarkan hasil kuisoner 41,66% memberikan asuhan keperawatan Diruangan Ambun kebutuhan pasien
kepala ruangan menyatakan sudah Suri Lantai I
menerapkan supervisi keperwatan di
ruangan
 Berdasarkan hasil obervasi didapatkan  Dari hasil obervasi didapatkan  Adanya mahasiswa  Tingginya tuntutan
66,7% Diruangan Ambun Suri Lantai I 33,3% tidak melakukan pre dan praktek manajemen masyarakat akan
sudah melakukan pre dan post post conference yang akan membantu pelayanan rumah sakit
conference melaksanakan pre dan yang prima
post conference
Diruangan Ambun
Suri Lantai I

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 76


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

ANALISA DATA

No Data Masalah
1. Kuesioner :
1. Pada hasil kuesioner yang disebarkan pada Belum optimalnya
19 orang perawat metode modular
2.
5 %kepala ruangan kadang – kadang keperawatan diruangan
memberikan pengarahan kepada anggotanya Ambun Suri Lantai I
dalam memberikan asuhan keperawatan
 10 % perawat mengatakan tidak pernah
kepala ruangan membagi 2 – 3 perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap 8 – 12 pasien
 5 % kadang – kadang kepala ruangan
memfasilitasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan
 26 % kepala ruangan kadang – kadang
memimpin, mendukung dan meinstrruksikan
perawat pelaksana untuk melaksanakan
tindakan
 11 % kepala ruangan kadang – kadang
memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif
 10% kepala ruangan kadang – kadang
berperan sebagai fasilitator dalam
memberikan asuhan keperawatan
 16 % kepala ruangan kadang – kadang
membuat jadwal dinas dengan
memepertimbangkan kecocokkan anggota
dalam memberikan asuhan keperawatan

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 74


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Wawancara :
Pada hasil wawancara yang dilakukan kepada
perawat dari tanggal 27 - 29 maret 2018
mengatakan :
 Kepala ruangan tidak pernah tidak pernah
kepala ruangan membagi 2 – 3 perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap 8 – 12 pasien
 kepala ruangan tidak memfasilitasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan

observasi :
Pada hasil observasi yang dilakukan kepada
perawat dari tanggal 27 - 29 maret 2018
mengatakan :
 20 % kepala ruangan tidak menerapkan
metode modular didalam ruangan Ambun
Suri Lantai I
2. Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Belum optimalnya
kelompok tanggal 27 maret – 29 maret timbang terima dalam
didapatkan data bahwa : memberikan asuhan
 Berdasarkan hasil analisa tabel didapatkan keperawatan diruangan
dari hasil observasi dari 100% responden ambun suri lantai 1
didapatkan bahwa 14,81 % tidak melakukan Rsam Bukittinggi
timbang terima dengan sebagian kecil yaitu
sebanyak 3,70% didalam ruangan tidak
mengadakan timbang terima atau overan
tepat pada saat pergantian shift, dan
didapatkan sebagian kecil yaitu 11,11 %
tidak bersalaman setelah selesai timbang
terima,

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 75


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

3. Observasi :
Pre conference
Berdasarkan hasil observasi oleh kelompok pada Belum optimalnya
tanggal 27 maret – 29 maret 2018 ditemukan pelaksanaan pre dan post
data bahwa : conference di ruangan
 13,3% kepala ruangan tidak menanyakan ambun suri lantai 1 rsam
rencana harian perawat masing – masing bukittinggi
perawat
 6,7 % kepala ruangan tidak mengucapkan
selamat bekerja
Post conference
 6,7 % kepala ruangan tidak menanyakan
hasil asuhan keperawatan masing – masing
klien

4. Kuesioner
Berdasarkan hasil kuesioner yang Belum optimalnya
disebarkan kepada 29 pasien didapatkan : pelayanan kesehatan di
 4 % pasien memilih kadang – kadang ambun suri lantai 1
dengan Perawat mampu menangani masalah RSAM bukittinggi
perawatan pasien dengan tepat dan
professional
 4% pasien kurang puas dengan Perawat
mampu menangani masalah perawatan
pasien dengan tepat dan professional.
 6 % perawat kadang – kadang
melaksanakan perawatan dan pengobatan
tepat waktu,
 4% pasien kurang puas dengan Perawat
melaksanakan perawatan dan pengobatan
tepat waktu.

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 76


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

 6 % perawat kadang – kadang mudah


dihubungi ketika anda membutuhkan,
 4% pasien kurang puas dengan Perawat
mudah dihubungi ketika anda membutuhkan
 4 % kadang – kadang perawat segera
menangani pasien saat sampai diruang rawat
inap
 6 % perawat kadang – kadang menerangkan
tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan tindakan yang dilakukan,
 4% pasien kurang puas dengan perawat
yang menerangkan tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan tindakan yang
dilakukan.
 4 % perawat kadang – menjawab dengan
baik setiap pertanyaan yang pasien lakukan,
 7% pasien kurang puas dengan Perawat
menjawab dengan baik setiap pertanyaan
yang pasien lakukan.
 6 % perawat tidak pernah membantu
menyiapkan dan meminumkan obat
 7% pasien kurang puas dengan Perawat
membantu menyiapkan dan meminumkan
obat.
 7 % perawat kadang – kadang dengan penuh
kesabaran
 7% pasien kurang puas Perawat dengan
penuh kesabaran.
Wawancara:
 30,3% dari 29 responden pada saat di
wawancarai dengan pasien tidak puas
dengan mutu pelayanan yang diberikan

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 77


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

didalam ruangan
Observasi
 Sebagian kecil pasien mengeluh dengan
mutu pelayanan didalam ruangan

Urutan Diagnosa Keperawatan Manajemen Keperawatan :


1. Belum optimalnya metode modular dalam memberikan asuhan
keperawatan diruangan ambun suri lantai 1 Rsam Bukittinggi
2.
Belum optimalnya kegiatan timbang terima dalam metode manajemen
asuhan keperawatan di ruangan ambun suri lantai 1 RSAM bukittinggi
3. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference di ruangan ambun
suri lantai 1 Rsam Bukittinggi
4.
Belum optimalnya pelayanan kesehatan di ambun suri lantai 1 RSAM
bukittinggi

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 78


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 70


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Diruangan Ambun Suri Lantai I


RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

No. Masalah A B C D E F G H I J K L M N

1. Belum optimalnya kegiatan timbang terima 4 3 5 1 5 5 3 5 5 5 5 4 50 1


dalam metode manajemen asuhan
keperawatan di ruangan ambun suri lantai 1
RSAM bukittinggi

2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 45 2


conference di ruangan ambun suri lantai 1
rsam bukittinggi

3. Belum optimalnya metode modular dalam 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 39 3


memberikan asuhan keperawatan diruangan
ambun suri lantai 1 Rsam Bukittinggi

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 81


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis Padang 2018

Keterangan :
A = Resiko terjadi I = Dana
B = Resiko parah J = Fasilitas kesehatan
C = Potensial untuk pelatihan K = Sumber daya
D = Minat perawat L = Sesuai dengan peran
E = Mungkin diatasi perawat
F = Sesuai program M = Skor Total
G = Tempat N = Urutan Prioritas
H = Waktu
Keterangan bobot :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi

Ambun Suri Lantai 1 RSAM Bukittinggi 82

Anda mungkin juga menyukai