Nama Kelompok:
1. Ega Zinnia Palar (231000414901032)
2. Siti Nurshella Wulandari (231000414901037)
Ci Akademik
Ilit Puspita, S.Kep.,Ns.,M.kep
Ci Klinik
Devi Marlina Asri, S.Kep
BUKITINGGI
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I PENDAHULUAN DAN TUJUAN PENULISAN 3
a. Latar Belakang3
b. Tujuan Penulisan 4
c. Manfaat Penulisan 5
BAB IV PEMBAHASAN 52
a. Analisa Kesenjangan Teori 52
b. Rencana Tindak Lanjut54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Laporan Praktik Manajemen
Keperawatan Di Ruang Nusa Indah RS Pusri Palembang” Penulisan laporan
kasus ini dilakukan dalam rangka tugas Profesi Ners Prima Nusantara Bukit Tinggi
di Stase Manajemen Keperawatan. Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan maka dari itu penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien
danrasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang
sakitmaupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Hasibuan, 2019)
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan
kebutuhanmasyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatuyang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh
masyarakat. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam
prosesmewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi,
keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal,
kemampuanteknis, dan moral. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan
profesional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan
berdasarkan ilmu dankiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif
klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagaituntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau
etis (Nursalam, 2018).
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian
kegiatan praktik keperawatan langsung pada klien diberbagai tatanan
pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi
keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan (Hasibuan, 2019).
Dalam melaksanakan tugasnya perawat memberi asuhan keperawatan yang
4
terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan ada beberapa metode
salah satunya metode Tim. Metode Tim diterapkan dengan menggunakan
kerjasama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional,
dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
kelompok pasien.
Namun pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu
mendapatkan persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan.
Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum
ada pengalaman dalam memberikan pengakuan terhadap praktik
keperawatan; belum ada pemahaman tentang wujud dan batasan dari praktik
keperawatan sebagai praktik keperawatan profesional; dan jenis serta sifat
praktik keperawatan profesional yang harus dikembangkan (Nursalam, 2018).
Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar dapat
menjadikan kepuasan pasien yang tergantung pada kualitas pelayanan.
Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi
keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan
dikatakan baiuk oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang
diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi
pasien tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan,
juga termasuk lamanya waktu pelayanan) (Hasibuan, 2019).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama
kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk
berdasarkan lima prinsip service quality yaitu kecepatan, ketepatan,
keramahan dan kenyamanan pelayanan. Dan pelayanan tersebut harus
dikelola secara professional melalui manajemen keperawatan (Nursalam,
2011).
Maka dalam manajemen keperawatan inilah mahasiswa program
Porfesi Ners Universitas Prima Nusantara Bukit Tinggi diharapkan mampu
mengaplikasikan pengetahuan managerialnya dan mengelola ruangan dengan
pendekatan proses manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap Paviliun
Nusa Indah Rumah Sakit Pusri Palembang.
5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik Manajemen Keperawatan,
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori, dan prinsip
kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan dan pengelolaan asuhan keperawatan secara
professional pada unit pelayanan kesehatan nyata dalam upaya
meningkatan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan analisis terhadap kajian situasi
b. Mampu menyusun rencana strategis dan operasional terkait dengan
hasil kajian yang sudah dibuat.
c. Mampu melakukan fungsi pengorganisasian dalam implementasi
rencana strategis dan operasional pada unit pelayanan keperawatan di
lahan praktik
d. Mampu melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program serta upaya
tindak lanjut.
6
BAB II
LITERATUR
7
a. Kelebihan metode fungsional
Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari
tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a. Konsep metode tim
Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanaan proses perawatan
Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi
Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
8
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng
jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
Ada otonomi
Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
Bersifat kontinuitas dan komprehensif
Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),
adalah :
1) Minimal care
9
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria :
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulasi dengan pengawasan.
Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
Pengobatan minimal, status psikologis stabil
Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria :
Segalanya diberikan atau dibantu
Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
Pemakaian suction
Gelisah atau disorientasi
3. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap
dalam proses keperawatan, yaitu :
10
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan
mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
Pola koping sebelumnya dan sekarang
Fungsi status sebelumnya dan sekarang
Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
Resiko untuk masalah potensial
Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
11
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi
ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera.
Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi
tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Rencana tindakan keperawatan
12
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap
perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang. (potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
13
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. (potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan.
Sistem dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri,
namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi
Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi
kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh
14
karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi
menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada
pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi
kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi
dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital,
masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi.
a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
15
b. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang
tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving,
dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka
atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil
berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian
integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem
solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu :
1. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
2. Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
3. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
16
4. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
5. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan
sangat diperluakan oleh seorang perawat.
17
18
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan
Personalia
Persediaan
Riset
Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
Pasien Standar Organisasi : Penentuan Pemecahan Audit
Pegawai Kebijakan Uraian kebutuhan masalah Penampilan
Sumber- Budget jabatan / pegawai Pengambilan kerja
sumber pekerjaaan Penjadwalan keputusan Disiplin
Evaluasi Penugasan Mengatasi Hubungan kerja
pekerjaan Pengurangan konflik Komputer
Kerja Tim / absen Komunikasi sistem
kelompok Pengurangan dan sistem
pindah analisis
Pengembangan transaksional
pegawai
Sumber : Gillies, 1985
19
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan
Evaluasi
Pengkajian
Pengelolaan Kepegawaian
PROSES MANAJEMEN
20
D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Empat
elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas
manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi
utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua
anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal
direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan samar.
Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efektif.
Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam
kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang
tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka.
Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung
dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan
informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur
organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formal.
21
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat
dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak
opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada
semua pasien di bangsal).
Kepala Ruang
Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
22
Gambar 2.4 Skema Model Tim
Kepala Ruang
Pasien Pasien
3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
Primary Nurse
Pasien
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1
23
perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi konstribusi
pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad
tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000). Dari pengertian
diatas dapat diambil 3 point penting yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang baik
fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
24
kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan,
2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan
sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka
pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem
klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing
nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian
pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing
kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran kesehatan kepada
pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah
menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu
sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
25
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas
26
Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-tugas
non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan
misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk
dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil
yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang
mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan.
Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka manajer
perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal waktu
untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk / libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja menyangkut
jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja per –
hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
27
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari libur
per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus dijadwalkan
libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai jadwal
tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-masing
pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja.
Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
28
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai
kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya
bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan
dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau
kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada
bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan
pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi
lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab
masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
29
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika
ada kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya
dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf
Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa tujuan
tersebut tidak dapat dicapai
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-
sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang
diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung jawab
dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang
jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk
mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
30
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang
telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.
C. Lingkup Garapan
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup garapan
keperawatan medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada satu atau
beberapa sistem tubuh yang dialami oleh individu.
31
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara status
kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.
32
konsekuensi tindakan jika dilakukan dan tidak dilakukan, biaya menyangkut
tindakan, surat izin dari keluarga.
k. Konsul IPD dan anastesi
l. Persiapan mental
m. Premedikasi
2. Pengelolaan
a. Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum, tanda-
tanda vital, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan output cairan
dalam 24 jam pertama.
b. Pemenuhan KDM post operasi
c. Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)
d. Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada keluarga
dan klien.
e. Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f. Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik aseptik dan
antiseptik, pemberian profilaksis).
g. Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan meminimalkan
ketergantungan setelah operasi.
33
1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di masyarakat setelah
pulang dari rumah sakit.
2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta keluarga tentang
penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan perawatan sehari-hari, pemberian
nutrisi yang tepat, semua bertujuan untuk mempertahankan status kesehatan
klien setelah di rumah.
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun psikologis bila
terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995)
Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian
a. Perawat mengkaji keadaan umum klien
b. Perawat mengkaji keadaan luka klien
c. Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
d. Perawat mengkaji status sosial klien
e. Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
f. Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
g. Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
klien terutama perawatan luka di rumah.
2. Tahap perencanaan
a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien sesuai dengan
kondisi penyakit yang diderita klien, seperti pengertian penyakit, tanda dan
gejala, cara penanganan, obat-obatan, diet dan perawatan luka.
b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran
c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)
3. Tahap pelaksanaan
a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda dan gejala
penyakit dan penanganan penyakit.
b. Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan luka di
rumah.
c. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya infeksi serta
pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan perawatan diri.
d. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
4. Tahap evaluasi
a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
34
b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala penyakit.
c. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala terjadinya infeksi.
d. Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka di rumah.
G. Lingkungan Fisik
1. Bagunan
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di
ruang rawat inap bedah umum secara keseluruhan mempunyai : ruang
perawatan lengkap dengan tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang
perasat, ruang perawat/nurse station berada di tengah ruang perawatan, ruang
kepala ruangan, ruang tamu, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti
perawat, kamar mandi perawat, ruang konferensi, mushola, ruang
administrasi, ruang spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.
b. Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar operasi
dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
c. Posisi : dekat dengan nurse station.
d. Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar ruangan, sesuai
dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai dengan besar
ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat
dilalui brankar, bersih, letak terjangkau oleh pasien, kasur bersih, dapat
dirubah posisinya, terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu
delivery pasien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling, perlak, stik
laken, selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas kaki, handuk, sarung
buli-buli dan O2, sarung gorden.
b. Alat-alat perawatan luka : Kom besar, kom betadin, pinset anatomis, pinset
cirurgis, bengkok, gunting verban, gunting jaringan.
c. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop, termometer.
35
d. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel, penlight, midline.
e. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda
f. Emergency trollY
g. O2 dan manometer
h. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon, H2O2, Nacl,
cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kasa, plester, set
infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag dan obat-obatan.
i. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding, kursi,
lemari, lampu, alat makan, kompor, gayung, tempat sampah, kapstok
pakaian, rak handuk, keset, telephone, white board.
j. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku tulis, lem,
perporator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian, implementasi, resume
pasien pulang/dirujuk/meninggal, grafik suhu nadi, pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium dan radiologi).
36
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah tim.
b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e. Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian
diri yang positif sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja
termasuk didalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis.
(Anoraga, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Anoraga
(2006) :
a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan jenis kelamin.
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi
dan pendidikan.
c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan, atasan,
maupun antar karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya, sugesti dari teman
kerja, emosi dan situasi kerja.
d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dan kondisi
fisik karyawan termasuk didalamnya pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan
istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi
kesehatan karyawan, dan lain-lain.
e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan
karyawan yang meliputi sistem dan besaran gaji, jaminan sosial, macam-
macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam sebuah
organisasi :
a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering mangkir dan lebih
besar kemungkinan mengundurkan diri.
b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai kesehatan
yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.
c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas yang tinggi.
37
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruang Nusa Indah Periode
Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun 2023
Bulan
No Uraian Total
Mei Juni Juli
4 Pasien keluar
Mati 3 3 1 7
38
Gambar 3.1 BOR Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun
2023
65 61.95
60
55.72
Persen
55 53.33 51.8
50
45
Mei Juni Juli Total
Bulan
Gambar 3.2 LOS Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun
2023
6 4.9
5
4 3.5 3.6
3 2.6
Hari
2
1
0
Mei Juni Juli Total
Bulan
Gambar 3.3 TOI Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun
2023
39
3.3 3.1
3 2.7
2.1
2
Hari
1
0
Mei Juni Juli Total
Bulan
Gambar 3.4 BTO Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun
2023
6 5.3
5 4.6
4.1
4
3
Kali
2
1
0
Mei Juni Juli
Bulan
2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
40
No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen
1 Perawat 13 81,25
3 Administrasi 1 6,25
4 Inventarisasi 1 6,25
Jumlah 16 100
3 SLTA 3 18,75
Jumlah 16 100
Jumlah 13 100
41
Sumber : Data Sekunder
Jumlah 13 100
No Diklat Jumlah %
Jumlah 13 100
42
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Waktu perawatan langsung
No Kategori Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/hari Perawatan/hari Perawatan/hari
1 Minimal Care 4 2 8
2 Partial Care 11 3 33
3 Total Care 2 4 8
Jumlah 17 49
Kepala Ruangan
R. Dokter R. Isolasi
Ruang
R. 1A R. 1B R. 2A R. 2B
confrense
R. Tindakan
R. 3B
Nurse Station
R. Adm
R. 1C R. 1D & R. 3A
R.Kepala
R. Dapur R. Linen
Ruangan
44
Tempat sampah medis dan non medis terpisah.
Tabel 3.7 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Nusa Indah Tahun 2013
3 Perlak 11 Baik
5 Kasur 38 Baik
7 Bantal 38 Baik
Tabel 3.8 Daftar Inventaris Alat Medis Ruang Nusa Indah Tahun 2013
45
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Sterilisator 1 Baik
2 Suction 2 Baik
4 Torniquet 1 Baik
6 Manometer O2 5 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
21 Pispot 10 Baik
25 Brancar 1 Baik
26 Timbangan 1 Baik
46
28 Dorongan instumen 1 Baik
30 WWZ 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
33 Nebu 1 Baik
34 Korentang 2 Baik
Berdasarkan hasil observasi, belum tersedia daftar pasien yang dirawat di Ruang
Nusa Indah.
C. Methods
1. Visi dan Misi
a. Visi dan Misi RS PUSRI Palembang
Visi Menjadi Rumah Sakit Terpercaya dan Pilihan Utama di
Kabupaten Majalengka tahun 2023.
2. MPKP
a. Penerapan MPKP
Ruang Nusa Indah melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Dalam daftar dinas Ruang Nusa Indah terbagi menjadi 2 tim. Tim 1 terdiri
dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang, dan Tim 2 terdiri dari Katim 1
orang dan anggota tim 5 orang.
Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar 1A, 1B,
1C, 1D dan 3A. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab untuk kamar 2A, 2B,
3B dan Isolasi. Tersedia buku laporan pasien untuk 2 Tim yang diisi
lengkap tiap shift yang berisi keadaan umum, pemenuhan KDM, terafi
tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shift berikutnya. Juga
tersedia buku TPRS, buku therafi dan buku visite untuk 2 tim.
Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift, yaitu
shift pagi dari jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift sore dari jam 14.00 WIB -
21.00 WIB dan shift malam dari jam 21.00 WIB – 07.00 WIB.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode Tim belum optimal karena
kurangnya tenaga keperawatan.
b. Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 19 pasien, 84,21 % pasien menyatakan
bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan
pulang.
c. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan Nusa Indah
dalam MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :
48
Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di Ruang
Nusa Indah Tahun 2023
1 Perencanaan 59,37
2 Pengorganisasian 54,16
3 Pengarahan 61,53
4 Pengendalian 30
d. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 10
sampel status pasien, yaitu sebagai berikut :
1 Pengkajian 72
3 Perencanaan 77,14
4 Implementasi 30
5 Evaluasi 45
49
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, seluruh dokumentasi keperawatan pada
status pasien tidak lengkap.
Tabel 3.11 Distribusi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Nusa Indah Tahun 2023
1 Puas 9 56,25
Jumlah 16 100
1 SD 11 57,89
2 SLTP 2 10,53
3 SLTA 3 15,79
4 PT 3 15,79
Jumlah 19 100
50
Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, sebagian besar responden (57,89 %)
berpendidikan SD.
b. Karakteristik responden berdasarkan lama hari rawat
Jumlah 19 100
Tabel 3.14 Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang Nusa Indah Tahun 2023
1 Puas 10 52,63
Jumlah 19 100
D. Money
Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung diperoleh
melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur permintaan
barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.
E. Marketing
Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti BPJS, BPJS pbi,
kontraktor dan umum.
51
Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan dan Rumah
Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.
Adanya Visi dan Visi dan Misi Adanya kerja Meningkatnya sikap
Misi Rumah Sakit Ruangan tidak sama yang baik kritis masyarakat
untuk tersosialisasikan. antara institusi terhadap mutu
meningkatkan pendidikan pelayanan kesehatan
kualitas kesehatan dan atau keperawatan.
pelayanan. rumah sakit
dalam kegiatan
Tenaga pelaksana Jumlah praktek klinik
tenaga mahasiswa.
keperawatan di
keperawatan jika
Ruang Nusa
dibandingkan
Indah terdiri dari
dengan hasil
Adanya kebijakan
S1 keperawatan rumah sakit
perhitungan menurut
(15,38%) dan memberikan
rumus Gillies masih
Diploma III kesempatan bagi
kurang.
keperawatan perawat untuk
(84,62%). meningkatkan
pendidikan.
69,23% tenaga 92,31% tenaga
keperawatan di perawat tidak pernah
Ruang Nusa memperoleh
Indah memiliki pendidikan/pelatihan
pengalaman kerja tambahan.
> 5 tahun.
BOR (55,72%)
Ruangan bersih, masih di bawah
nyaman, ventilasi standar nasional (75-
cukup dengan 85%)
sarana dan
prasara cukup
memadai.
56,25% perawat
di Ruang Nusa
Kurang efektifnya
Indah merasa
peran kepala
puas dengan
52
kinerjanya ruangan dalam
fungsi pengendalian
(kontroling) (nilai
angket 30%).
52,63% pasien
merasa puas Pendokumentasian
dengan mutu asuhan keperawatan
pelayanan kurang efektif dan
keperawatan di efisien
Ruang Nusa
Indah.
Dilaksanakanya
MPKP dengan
metode Tim
1 Man
Keterangan :
Magnitud (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
53
Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
Nursing Consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil pengkajian dan analisa data masalah didapatkan hasil sebagai berikut:
54
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi primer manajemen untuk menentukan kelanjutan
kebutuhan yang harus dikerjakan.
a. Persiapan
1) Persiapan SDM di ruangan PDL dari segi jumlah didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tenaga DIII keperawatan 7 orang dan tenaga S1 keperawatan sebanyak 5
orang.
b. Pelaksanaan Proses
1) Visi dan Misi
Dari hasil penyebaran kuesioner di peroleh informasi bahwa visi dan misi
ruangan MPKP di ruang PDL semua perawat mengetahui visi dan misi rungan
kerjanya
55
2) Pre dan Post Conference
Dari hasil observasi di temukan bahwa telah di laksanakan pre conference dan
post conference namun belum maksimal dilaksanakan.
4) Ronde keperawatan
Dari hasil observasi ronde keperawatan sudah dilaksanakan di ruang PDL.
5) Supervisi keperawatan
2. Pengorganisasian (Organizing)
Dari hasil observasi di ruangan obgyn pembagian tugas kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim sudah optimal.
3. Koordinasi (Actuating)
Merupakan fungsi manajemen yang kegiatannya menggerakan orang-orang/staf
agar mau bekerja, menciptaklan suasana bekerja yang kondusif, bukan hanya karena
perintah tetapi harus dengan kesadaran sendiri atau termotivasi secara internal
dalam melakukan tugas.
4. Pengawasan (Controlling)
Evaluasi Kinerja Perawat Terhadap Penerapan Proses Keperawatan Metode Primay-
Team berdasarkan Persepsi Pasien PDL RS PUSRI Palembang.
N
Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ
o
56
Indah metode Tim Rohayati
Ade
Sudarso
no
5 Meningkatkan Visi dan Misi Kepala Diskusi & Print Mahasis Jajang
sosialisasi Visi tersosialisasik Ruangan Konsultas out wa Suteja
dan Misi an i
ruangan Dewi
Maret
Nurmay
2024
a
Rini
Abriyani
57
dll.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa di ruangan lakitan 1.3 didapat
hampir keseluruhan poin penilaian sudah sangat baik, yang mana dimulai dari
pelaksanaan tugas masing-masing peran, standar asuhan keperawatan, standar
operasional prosedur, dan prosedur keselamatan pasien. Akan tetapi ada 3 poin yaitu
yang masih dibutuhkan evaluasi, berdasarkan data yang didapatkan dari hasil
observasi didapatkan bahwa penilaian :
1. Terdapat masalah sebagian perawat yang tidak menjelaskan kepada keluarga
pasien terhadap cara dan manfaat mencuci tangan 6 langkah dengan persentase
60%.
2. Terdapat masalah pada kebersihan kotak sampah di depan kamar pasien.dengan
persentase 20%.
3. Terdapat masalah pada kerapian gudang dengan persentase 10%.
Setelah dianalisis dan dengan mempertimbangkan kemampuan kelompok,
maka kelompok memutuskan untuk mengatasi masalah di ruangan dengan membuat
Planing Of Action (POA) dan telah dilakukan implementasi. Implementasi ini
58
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27-28 Maret 2024 di ruangan nusa indah yang
dipimpin langsung oleh Mahasiswa profesi ners dengan arahan dan koordinasi kepala
ruangan serta ketua tim. Dari kordinasi dan implementasi yang telah diterapkan POA
terlaksana dengan baik dimana, kebiasaan perawat sebelum dan sesudah implementasi
mengalami perbedaan serta 3 masalah yang muncul sebagian dapat teratasi langsung
dan di perbaiki dengan kerja sama antara mahasiswa Profesi Ners Prima Nusantara
Bukit Tinggi dengan perawat di ruangan nusa indah mencakup Kepala Ruangan,
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus Ratna. 2010. Model Praktik keperawatan professional di Rumah Sakit. Jakarta :
EGC.
Sitorus Ratna. 2012. Model Praktik keperawatan professional di Rumah Sakit (Panduan
Implementasi). Jakarta
59