KEJANG DEMAM
DI RUANG MAWAR RS.PUSRI PALEMBANG
Oleh:
CI Akademik
Hidayati,S.Kep.,Ners.,M.kep
CI Klinik:
Rima Mutiara Darwita, S.Kep.,Ners
2023
A. DEFINISI
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Arif Mansjoer,
2000).
Menurut IDAI (dalam buku rekomendasi penatalaksanaan kejang demam,
2016) kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
B. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat mentebabkan kejang.
Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami
kejang demam. Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah
berumur 4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan dari ambang kejang
sesuai dengan bertambahnya umur. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2
tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.
C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya terlepasnya muatan listrik. Lepasnya
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin
meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi spontan bahkan kelainan anatomi di otak.
Hipertermi
KEJANG DEMAM
D. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
4) Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya mmenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
dengan diazepam oral atau rectal tiap 8 jam disamping antipiretik.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari & Erawati,
2016) yaitu :
1) Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada
neuron.
2) Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan.
3) Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4
bulan - 5 tahun.
4) Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5) Kemungkinan mengalami kematian.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EEG : Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat
lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
b. CT SCAN : Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis : infark, hematoma,
edema serebral, dan abses.
c. Pungsi Lumbal : Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan
meningitis.
d. Laboratorium : Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit )
mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
(Arif Mansyoer,2000)
G. PENGKAJIAN
a. Data subyektif :
Biodata/ Identitas : Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang
tuameliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,pekerjaan, alamat.
Riwayat Keperawatan : Riwayat keperawatan sekarang ditanyakan keluhan
utama saat ini. Riwayat keperawatan sebelumnya perlu ditanyakan penyakit yang
pernah diderita seperti demam, batuk/pilek, kejang, mimisan dan lainnya, riwayat
operasi, riwayat alergi dan riwayat imunisasi.
Riwayat penyakit keluarga : Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh anggota
keluarga.
Riwayat nutrisi : Tanyakan terkait nafsu makan, pola makan, minum
dan pantangan bila ada.
Riwayat tumbuh kembang : Tanyakan berat badan sebelum sakit, berat badan lahir
/ atopometri, tahap perkembangan sosial
Genogram : silisah keluarga pasien
b. Pemeriksaan fisik :
Sistem pernafasan : bentuk dada, pola napas, irama, bunyi napas, retraksi
otot bantu napas, adanya batuk.
Sistem kardiovaskuler : nyeri dada, irama jantung, pulsasi, bunyi jantung,
CRT, cyanosis, clubingfinger.
Sistem persyarafan : kesadaran, GCS, reflek hisap, menoleh,
menggenggam, babinsky, moro, patella, kejang, kaku kuduk, brudsky 1, nteri kepala,
pola istirahat, nervus cranialis.
Gentourinaria : bentuk, uretra, kebersihan, frekuensi berkemih, jumlah
urine. Sistem pencernaan : mulut mukosa, bibir, lidah, kebersihan, sakit
menelan,nyeri perut, eleminasi.
Sistem muskulusskeletal dan integumen : kemampuan ROM, kekuatan otot,adanya
fraktur, dislokasi, akral, turgor, kelembaban, oedema.
Sistem penginderaan : mata, konjungtiva anemis, reflek cahaya, mukosa
hidung, pendengaran, perasa, peraba.
Sistem endokrin : cek adanya pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar parotis.
Aspek psikososial : observasi ekspresi efek dan emosi, hubungan dengan
keluarga, dampak hospitalisasi.
Hasil penunjang : pemeriksaan lab darah, EEG, CT
Scan.Obat yang dikonsumsi : penggunaan obat anti kejang.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas :
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 3 x 24
Observasi
neurologis (kejang) jam pola napas membaik
di buktikan dengan penggunaan • Monitor pola napas (frekuensi,
dengan kriteriahasil :
otot bantu napas kedalaman,usaha napas)
1. Penggunaan otot bantu
• Monitor bunyi napas tambahan
napas menurun
(gurgling,mengi, wheezing, ronkhi
2. Frekuensi napas
kering)
membaik
Terapeutik
Terapeutik
• Sediakan lingkungan
yang dingin Longgarkan
atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi
permukaan tubuhBerikan
cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih
seringjika hiperhidrosis (keringat
berlebih) Lakukan pendinginan
eksternal
• Hindari pemberian antipiretik
atau asipirinBerikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
• Jauhkan benda-benda
berbahaya terutama benda tajam
Edukasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI.
Depkes. Jumlah kasus kejang demam pada balita [on line]. 2013. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php. Diakses 29 November 2021.
Fuadi F, Bahtera T, Wijayahadi N. Faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak.
Lee CY, Lee NM, Yi DY, Yun SW, Lim IS, Chae SA. Iron
deficiencyanemia: the possible risk factor of complex febrile
seizure and recurrenceof febrile seizure. Child Neurol.
2018;26(4):210–4
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : EGC.
MCance, Kathryn L & Sue E. Huether. 2019. Buku Ajar Patofisiologi,
Edisi IndonesiaKeenam, Volume 2. Indonesia : Elsevier.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta :
DPP PPNI.PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
: Definisi
dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.