Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM PADA ANAK

BAB I
KONSEP MEDIS
1. Definisi
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu
badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang
demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi dapat disimpulkan, kejang demam
adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat
menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses ekstrakranium (Indrayati & Haryanti,
2019).
2. Etiologi
Penyebab kejang demam Menurut Maiti & Bidinger (2018) yaitu:
a. Faktor Genetika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50% anak
yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam.
b. Penyakit infeksi
1) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsillitis, otitis media.
2) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam berdarah)
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam tinggi, demam pada anak paling sering disebabkan oleh : ISPA, Otitis media,
Pneumonia, Gastroenteritis, ISK.
d. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari
30 mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat
badan lahir rendah atau hiperglikemia.
e. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera
kepala.
f. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat
g. Gangguan sirkulasi
h. Penyakit degenerative susunan saraf.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada pasien dengan kejang demam pada anak
menurut (Fitriana & Wanda, 2021) adalah sebagai berikut:
a. Demam tinggi >38°C
b. Bola mata naik ke atas
c. Gigi terkatup
d. Tubuh, termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang, disusul
gerakan kejut yang kuat
e. Gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol
f. Lidah dapat seketika tergigit
g. Lidah berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan
h. Saat periode kejang, terjadi kehilangan kesadaran

Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik
klonik bilateral, setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak,
tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (hemiperasis touch) atau
kelumpuhan sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari (Ardell dalam
Kharisma, 2021).
4. Prognosis
Sebagian besar anak dengan kejang demam mempunyai pertumbuhan dan perkembangan
yang normal. Prognosis jangka panjang kejang demam baik dan akan menghilang sendiri pada
saat usia 6 tahun. Sekitar 30–35% kejang demam akan berulang pada masa anak dini, 75%
akan berulang dalam kurun waktu 1 tahun setelah episode kejang demam pertama. Sekitar
90% berulang pada usia 2 tahun (Handryastuti, 2021).
5. Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neutransmitter” dan terjadi
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnya
ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Kejang
demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan
gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat. (Lestari, 2016).
Pathway

(Nurarif & Kusuma, 2015)

6. Komplikasi
Menurut Wulandari & Meira (2016), komplikasi pada kejang demam adalah sebagai
berikut:
a. Kelainan anatomis di otak
Kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih
banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan-5 tahun.
b. Epilepsi
Serangan kejang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsi spontan.
c. Kemungkinan mengalami kematian
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
e. Serangan kejang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsi spontan.
7. Pencegahan
Pencegahan kejang demam menurut Susanti (2018), adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan berulang
1) Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
2) Penkes tentang : Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter,
tersedianya alat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran
suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak (36-370 C)
b. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
1) Baringkan pasien pada tempat yang rata.
2) Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh.
3) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan nafas.
4) Lepaskan pakaian yang ketat.
5) Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

Adapun pencengahan pada anak yang mengalami demam agar tidak sampai mengalami
kejang demam menurut Nuryani, dkk (2020) sebagai berikut:
a. Jika anak demam berikan obat penurun panas sesuai dosis.
b. Awasi peningkatan suhu tubuh menggunakan termometer.
c. Anak diberi kompres untuk menurunkan suhu tubuh.
d. Jangan memakaikan anak baju atau selimut yang tebal, suhu tubuh tidak akan segera
turun.
8. Penatalaksanaan
Menurut Maiti & Bidinger (2018). Pengobatan medis saat terjadi kejang, yaitu :
a. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang, dengan dosis pemberian:
1) 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
2) 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg
0,5 – 0,7 mg/kgBB/kali
b. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg/menit untuk
menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang, Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
c. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan – lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan
pasang ventilator bila perlu setelah kejang berhenti. Bila kejang berhenti dan tidak
berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermetten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah
terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa:
1) Antipirentik Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangan efek samping berupa
hiperhidrosis.
2) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
3) Antikonvulsan
4) Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulang
5) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari. Bila kejang
berulang berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan
dosis asam valproat 15–40 mg/kgBB/hari dibagi 2–3 dosis, sedangkan fenobarbital
3–5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
d. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam menurut (Handryastuti, 2021) adalah:
1) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali adalah ABC
(Airway, Breathing, Circulation)
2) Setelah ABC aman, Baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah terjadinya
perpindahan posisi tubuh kearah danger
3) Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus kasa
4) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa menyebabkan bahaya
5) Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
6) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
7) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
8) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit dilepaskan.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Prayogi dalam Lestari, (2021) pengkajian kejang demam meliputi:
a. Anamanesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
agama, pendidikan, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, tempat
tinggal.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38°c, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien kejang demam sederhana biasanya
mengelami kejang 1 kali dengan durasi 15 detik dan mengalami penurunan
kesadaran.
b) Riwayat kesehatan sekarang, biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya
terasa panas, anaknya sudah mengalami kejang 1 kali atau berulang dan durasi
kejangnya berapa lama, tegantung jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan lalu, khusus anak usia 0-5 tahun dilakukan pengkajian
prenatalcare, natal dan postnatal. Untuk semua usia biasanya pada anak kejang
demam sederhana, anak pernah mengalami jatuh atau kecelakaan, sering
mengkonsumsi obat bebas dan biasanya perkermbangannya lebih lambat.
d) Riwayat kesehatan keluarga, biasanya orang tua anak atau salah satu dari orang
tuanya ada yang memiliki riwayat kejang demam sejak kecil.
e) Riwayat imunisasi, anak yang tidak lengkap melakukan imunisasi biasanya lebih
rentan terkena infeksi atau virus seperti virus influenza.

f) Riwayat perkembangan meliputi :


1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Gerakan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang
suatu benda, dan lain-lain.
3. Gerakan motorik kasar berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan
g) Riwayat social, untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan
emosionalnya perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya.
h) Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
2. Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan
tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis.
3. Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada
anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
i) Pola nutrisi, untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak.
1. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh anak.
2. Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak.
3. Bagaimana selera makan anak.
4. Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari.
j) Pola eliminasi
1. Buang air kecil (BAK) ditanyakan frekuensinya, warnanya, jumlahnya, secara
makroskopis bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah, serta apakah
disertai nyeri saat anak kencing.
2. Buang air besar (BAB) ditanyakan kapan waktu BAB, teratur
atau tidak, dan bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair
atau berlendir.
i) Pola aktivitas dan latihan, Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan
teman sebayanya. Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam. Aktivitas apa
yang disukai
j) Pola tidur/istirahat, berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa, bangun
tidur jam berapa, kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang.
b. Pemeriksaan fisik keadaan umum biasanya anak rewel dan selalu menangis, biasanya
kesadaran compos mentis.
1) Keadaan umum biasanya anak rewel dan menangis, kesadaran composmentis.
2) TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi untuk anak 20-30 kali /
menit, nadi pada anak usia 2 - 4 tahun 100 - 110 kali/menit.
3) BB (berat badan), biasanya pada anak kejang demam sederhana tidak
mengalami penurunan berat badan yang berarti.
4) Kepala, tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis dan
konjungtiva pucat.
6) Hidung, penciuman baik dan tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk hidung
simetris, mukosa hidung berwarna merah mudah.
7) Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat dan pecah
pecah, tongsil tidak hiperemis.
8) Leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
9) Thoraks (dada), inspeksi biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama.
Auskultasi, biasanya ditemukan suara nafas tambahan.
10) Jantung, biasanya mengalami penurunan dan peningkatan denyut jantung. Inspeksi,
cordis tidak terlihat. Palpasi, iktus cordis di ICS V teraba. Perkusi, batas kiri jantung:
ICS II kiri di line parastrenalis kiri (pinggang jantung), ICS V kiri agak ke mideal
linea midclavicularis kiri. Batasan bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals
III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercostal II kanan
linea parasternalis kanan. Auskultasi, bunyi jantung s1 s2 lup dup.
11) Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan.
12) Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak ada lecet
pada anus.
13) Ekstermitas atas dan bawah tonus otot mengalami kelemahan dan CRT
>2 detik, akral teraba dingin.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
menurut (SDKI, 2016) :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan suhu tubuh meningkat.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan jalan terganggu napas.
d. Risiko cedera dibuktikan dengan perubahan fingsi psikomotor.
e. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi.
f. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
oksigen darah ke otak.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI, 2018 :
a. Manajemen Hipertermi
Observasi:
1) Identifikasi penyebab hipertermi
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor keluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik:
6) Sediakan lingkungan yang dingin
7) Longgarkan atau lepaskan pakaian
8) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9) Berikan cairan oral
10) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
11) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
12) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
13) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
14) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

b. Manajemen kejang
Observasi
1) Monitor terjadinya kejang berulang
2) Monitor karakteristik kejang
3) Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
4) Baringkan pasien agar tidak terjatuh
5) Pertahankan kepatenan jalan nafas
6) Dampingi salaam periode kejang
7) Catat durasi kejang
Edukasi
8) Anjurkan keluarga menghindari memasukan apapun kedalam mulut pasien saat
periode kejang
9) Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk menahan
gerakan pasien.
Kolaborasi
10) Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, R., & D. Wanda. 2021. Perilaku Ibu dalam Penanganan Kejang Demam pada Anak.
Journal of Telenursing (JOTING). 3(2) : 491-498.

Handryastuti, S. 2021. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The
Indonesian Medical Association. 71(5) : 241-247.

Indrayati, N., & D. Haryanti. 2019. Peningkatan Kemampuan Orang Tua Dalam Penanganan
Pertama Kejang Demam Pada Anak. Jurnal Peduli Masyarakat. 1(1) : 7-12.

Kharisma, D. 2021. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Anak Dengan Riwayat Kejang
Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas Baru Ulu Tahun 2021. Karya Tulis Ilmiah.
Balikpapan : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Samarinda.

Lestari, T. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Lestari, S.I. 2021. Asuhan Keperawatan Anak Pada An. A Dengan Diagnosa Kejang Demam di
Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Karya Tulis Ilmiah.
Semarang : Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Maiti., & Bidinger. (2018). Journal of Chemical Information and Modeling. 53(9): 1689–1699

Nurarif, A.H., & H. Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan
Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

Nuryani., R. Nasriati., & M. Verawati. 2020. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Kejang
Demam Dengan Perilaku Penanganan Kejang Demam Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit.
Health Sciences Journal. 4(1) : 44-59.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Susanti, S. 2018. Asuhan Keperawatan Pada An. F Dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat
Inap Anak Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018. Karya Tulis
Ilmiah. Bukittinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Wulandari, D., & E. Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yokyakarta : Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai