ABSTRAK
Toilet training merupakan aspek penting dalam perkembangan anak pada masa usia
toddler dan dibutuhkan perhatian orang tua dalam berkemih dan defekasi. Toilet training
perlu dilakukan selama anak berada dalam periode optimal untuk menghindari efek jangka
panjang seperti inkontinesia dan infeksi saluran kemih (ISK). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang toilet training pada
anak usia 1-3. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 1-3
tahun di Posyandu Dahlia B yang berjumlah 59 orang ibu dengan menggunakan teknik
total sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang toilet training hampir setengahnya (49,2%)
berpengetahuan baik dan sebagian besar dari responden (57,6%) bersikap negatif.
Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap
ibu tentang toillet training pada anak usia 1-3 tahun (nilai p value = 0,013 < 0,05). Saran
bagi puskesmas untuk merencanakan dan mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya
toilet training pada anak.
Abstract
Toilet training is an important aspect of children development during the toddler age for
controling urination and defecation. Toilet training is one of development tasks in preschooler
whom needed to be given to the children for avoid problem in urinating such as incontinence
urine infection in urinary tract.This study aims to determine the relationship between
knowledge andmotherattitudeabout toilet training in children aged 1-3. Design of this reseach
is quantitative descriptif cross sectional approach. ThePopulation is all mothers of children
aged 1-3 years in Posyandu Dahlia B totaling 59 mothers using total sampling tehnique. Data
collected using a questionnare. The survey results the level of knowledge of mothers about
toilet training almost half (49,2%) good knowledgeable and most of the respondents(57,6%)
being negative. Based on the chi square test results is (p value= 0,013<0,05) that any corelation
between knowledge with attitude mothers about toilet training in children aged 1-3 years.
Advice for health centers to planning and action health promotion about importance toilet
training for childrens.
45
46 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
sampai berakhirnya masa remaja, hal ini yang terkadang dicapai kira-kira setelah anak berjalan,
membedakan anak dengan dewasa karena anak mungkin antara usia 18 dan 24 bulan (Keen,
bukanlah dewasa kecil. Anak akan menunjukkan (2007), Wald, (2009) dalam jurnal Musfiroh,
ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang 2014).
sesuai dengan usianya (Rusmil, 2006 dalam jurnal
Toilet training merupakan aspek penting
Lestari, 2013). Pertumbuhan pada anak berbeda
dalam perkembangan anak pada masa usia
setiap tahap perkembangannya, pertumbuhan
toddler dan dibutuhkan perhatian dari orang
anak pada masa toddler (1-3 tahun) relatif lebih
tua dalam berkemih dan defekasi. Melatih anak
lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi
untuk BAK dan BAB bukan pekerjaan sederhana,
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.
namun orang tua harus tetap termotivasi untuk
Pada anak usia toddler akan melewati tahap anal
merangsang anaknya agar terbiasa BAK atau BAB
yaitu ketertarikan selama tahun kedua kehidupan
sesuai waktu dan tempatnya (Mufattahah, 2008
berpusat pada bagian anal saat otot-otot sfingter
dalam jurnal Subagyo 2010). Mengenali keinginan
berkembang dan anak-anak mampu menahan
untuk buang air kecil dan defekasi sangat penting
atau mengeluarkan feses sesuai keinginan (Wong,
untuk menentukan kesiapan mental anak. Anak
2008).
harus dimotivasi untuk menahan dorongan untuk
Pada usia toddler keberhasilan menguasai menyenangkan dirinya sendiri agar toilet training
tugas-tugas perkembangan membutuhkan dasar dapat berhasil (Hockenberry dan Wilson, 2007
yang kuat dan selama masa pertumbuhan dan dalam jurnal Lestari, 2013). Dalam melakukan
perkembangan anak memerlukan bimbingan latihan buang air kecil dan besar pada anak
dari orang lain (Whaley & Wong, 2007). Tugas membutuhkan persiapan secara fisik, psikologis
perkembangan anak di usia toddler dihadapkan maupun secara intelektual, melalui persiapan
pada penguasaan beberapa tugas penting tersebut diharapkan anak mampu mengontrol
khususnya meliputi deferensiasi diri dari orang lain buang air besar atau kecil secara sendiri (Hidayat,
terutama ibunya, toleransi terhadap perpisahan 2008). Keberhasilan toilet training tidak hanya
dengan orang tua, kemampuan untuk menunda dari kemampuan fisik, psikologis dan emosi anak
pencapaian kepuasan, pengontrolan fungsi tubuh, itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku
penguasaan perilaku yang dapat diterima sacara orang tua atau ibu untuk mengajarkan toilet
sosial, komunikasi memiliki makna verbal, dan training secara baik dan benar, sehingga anak
kemampuan berinteraksi dengan orang lain dapat melakukan dengan baik dan benar hingga
dengan cara yang tidak terlalu egosentris (Wong, besar kelak (Warner, (2007), Barone, (2009)
2008). dalam jurnal Musfiroh, 2014).
Salah satu tugas mayor masa toddler Dampak yang paling umum dalam
adalah toilet training (Keen, (2007), Wald, (2009) kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan
dalam jurnal Musfiroh 2014). Toilet training pada atau aturan yang ketat dari orang tua kepada
anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak anaknya yang dapat mengganggu kepribadian
agar mampu mengontrol dalam melakukan buang anak atau cenderung bersifat retentif dimana
air kecil atau buang air besar. Toilet training secara anak cenderung bersikap keras kepala bahkan
umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang kikir. Hal ini dapat dilakukan orang tua apabila
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada sering memarahi anak pada saat buang air besar
anak, kontrol volunter sfringter anal dan uretra atau kecil, atau melarang anak BAK dan BAB
saat berpergian. Bila orang tua santai dalam seperti pipis dan buang air besar di toilet butuh
memberikan aturan dalam toilet training maka latihan juga kesiapan dari anak perlu diperhatikan
anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif orang tua sebaiknya tidak menunda terlalu lama
dimana anak lebih lega, cenderung ceroboh, suka mengajarkan anak toilet training. Banyak dari
membuat gara-gara, emosional dan seenaknya orang tua membiasakan anak-anak terlalu lama
dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, menggunakan popok sekali pakai merupakan
2008). hal yang tidak baik karena menjadi salah satu
penghambat toilet training yang akibatnya anak
Kegagalan dalam mengontrol proses
akan terbiasa buang air di celana (Prabowowati,
berkemih dapat mengakibatkan mengompol pada
2013).
anak, keadaan demikian apabila berlangsung
lama dan panjang akan mengganggu tugas Hasil penelitian Puji Lestari (2013),
perkembangan anak (Horn, 2006; Kroeger, 2010 tentang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
dalam jurnal Musfiroh, 2014). Selain itu dampak Ibu Dengan Praktik Ibu Dalam Penggunaan
jangka panjang dari tidak dilakukannya toilet Diapers Pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun)
training adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Anak- Di Kelurahan Putat Purwodadi. Populasi dalam
anak yang belum pernah dilatih dengan benar penelitian ini adalah 123 dan sampel sebanyak
tentang toilet training dapat mengakibatkan 94 responden dengan teknik Simple Random
enuresis, ISK, disfungsi berkemih, sembelit, Sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa
encopresis dan penolakan untuk pergi ke toilet terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
lebih sering (Mota 2008 dalam jurnal Andriyani, ibu tentang toilet training dengan praktik ibu
2014). dalam penggunaan diapers pada anak usia toddler
(1-3 tahun). Disarankan agar ibu dapat menambah
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita
pengetahuan tentang toilet training pada anaknya
mencapai 30% dan dari 250 juta jiwa penduduk
untuk mengatasi mengompol sehingga dapat
Indonesia, dan menurut Survey Kesehatan Rumah
mengurangi praktik ibu dalam penggunaan
Tangga (SKRT) nasional tahun 2005 diperkirakan
diapers.
jumlah balita yang susah mengontrol buang air
besar dan buang air kecil (mengompol) di usia Salah satu kota yang ada di Jawa Barat
toddler sampai usia pra sekolah mencapai 75 yaitu Kota Cimahi yang memiliki 13 Puskesmas.
juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak Data dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi di
hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang cara Puskesmas Cibeber didapatkan data anak usia 1-
melatih buang air kecil dan buang air besar, 4 tahun yang mengalami Infeksi Saluran Kemih
pemakaian popok (pampers) sekali pakai dan (sistitis) sebanyak 6 orang dari bulan Januari –
hadirnya saudara baru (Riblat cit., Pusparini, Desember 2014. Salah satu posyandu di wilayah
(2010) dalam jurnal Lestari, 2013). Pada anak kerja Puskesmas Cibeber yang memiliki anak usia
usia dini, anak sering sulit buang air di toilet 1-3 tahun dengan jumlah anak terbanyak diantara
karena terbiasa mengompol, bila orang tua tidak posyandu lainnya yang berjumlah 59 anak adalah
tanggap dan menganggap hal itu biasa bukan tidak posyandu Dahlia B. Posyandu Dahlia B terletak
mungkin kebiasaan mengompol berlangsung di RW IV Kelurahan Cibeber Kecamatan Cimahi
hingga anak anak besar sehingga mengajarkan Tengah Kota Cimahi.
anak keterampilan untuk menjaga kebersihan diri
Tabel 1. Jumlah Anak Usia 1-3 Tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Kota Cimahi Bulan
Maret, April, Mei 2015
Bulan
No RW Posyandu
Maret April Mei
1 I Melati A 28 30 30
2 I Melati B 36 36 36
3 II Karya Budi Asih A 49 43 47
4 II Karya Budi Asih B 16 12 14
5 III Kamboja A 51 51 51
6 III Kamboja B 42 44 42
7 IV Dahlia A 58 58 57
8 IV Dahlia B 68 60 59
9 V Anggrek A 35 34 37
10 V Anggrek B 24 28 21
11 VI Cempaka A 25 27 25
12 VI Cempaka B 33 27 30
13 VII Mawar A 38 28 31
14 VII Mawar B 30 34 30
15 VIII Rose A 45 43 47
16 VIII Rose B 31 31 30
17 IX Fajar Melati Purnama 35 27 27
18 X Lestari 28 23 24
19 XI Lestari 2 8 8 10
20 XII Teratai 26 26 26
21 XIII Flamboyan 25 25 27
22 XIV Anyelir 35 37 41
sectional. Variabel dalam penelitian ini adalah dalam Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak Cibeber.
usia 1-3 tahun. Populasi dalam penelitian ini
Hasil uji validitas didapatkan bahwa dari
adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 1-
45 soal terdiri dari 25 soal tentang pengetahuan
3 tahun di Posyandu Dahlia B Wilayah Kerja
dan 20 soal tentang sikap. Dari 25 soal tentang
Puskesmas Cibeber dengan jumlah 59 orang ibu
pengetahuan terdapat 22 soal yang valid dengan
dengan teknik pengambilan sampel adalah total
nilai r tabel > 0,444, dan 3 soal yang tidak valid
sampling.
dengan nilai r tabel < 0,444 yaitu soal nomor 2 (-
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 0,132), 12 (0,074), 22 (0,187). Adapun 3 soal
kuesioner yang telah disediakan pilihan jawaban yang tidak valid dibuang dengan alasan nilai r
sehingga responden memilih jawaban yang tabel jauh dari nilai minimum yaitu 0,444 dan bila
menurut responden paling benar yang telah dilihat dari indikator soal, soal yang tidak valid
tersedia di lembar kuesioner yang telah dibuat tersebut sudah terwakili oleh soal lain. Dari 20 soal
oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan tentang sikap terdapat 17 soal yang valid dengan
yang ada. Data yang dikumpulkan merupakan data nilai r tabel > 0,444, dan 3 soal yang tidak valid
primer yaitu data yang diperoleh langsung dari dengan niali r tabel < 0,444 yaitu soal nomor 4
responden di Posyandu Dahlia B Wilayah Kerja (0,067), 6 (0,277), 9 (0,144). Dari 3 soal yang tidak
Puskesmas Cibeber. Pengumpulan data dilakukan valid tersebut, 3 soal tersebut dibuang dengan
selama 5 hari mulai 24 - 28 Juli 2015. alasan nilai r tabel jauh dari nilai minimum yaitu
0,444 dan bila dilihat dari indikator soal, soal yang
Variabel pengetahuan diukur dengan
tidak valid tersebut sudah terwakili oleh soal lain.
menggunakan kuesioner dalam bentuk
Uji reliabilitas instrumen Nilai Cronbach’s Alpha
pertanyaan yang berjumlah 22 soal, responden
dalam penelitian ini terdapat 2 nilai Cronbach’s
hanya menjawab pertanyaan yang disediakan
Alpha diantaranya nilai Cronbach’s Alpha
dengan memilih salah satu jawaban yang
pengetahuan 0,899 dan nilai Cronbach’s Alpha
dianggap paling benar. Jawaban benar diberi nilai
sikap 0,874 yang berarti pertanyaan realiable.
1, jawaban salah diberi nilai 0. Sedangkan variabel
sikap menggunakan kuesioner dalam bentuk HASIL PENELITIAN
pernyataan tertutup yang berjumlah 17 soal,
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada salah
dibawah ini:
satu pilihan jawaban yang dianggap benar oleh
responden, dengan bobot pernyataan dibedakan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat
menjadi pernyataan positif dan pernyataan Pengetahuan Responden tentang Toilet Training
negatif. di Posyandu Dahlia B Wilayah Kerja Puskesmas
Cibeber Kelurahan Cibeber Kota Cimahi Tahun
Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan
2015
di Posyandu Dahlia A Wilayah Kerja Puskesmas
Cibeber Kelurahan Cibeber Kota Cimahi yang
Kategori Frekuensi Persentase %
memiliki karakteristik yang sama yakni tempat Baik 29 49,2
yang berdekatan, berada di satu RW yang sama, Cukup 27 45,8
Kurang 3 5,1
merupakan penduduk asli, dan jumlah anak Total 59 100
usia 1-3 tahun terbanyak kedua dengan tempat
penelitian yaitu Posyandu Dahlia B juga termasuk
Tabel 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Responden tentang Toilet Training di Posyandu Dahlia
B Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Kelurahan Cibeber Kota Cimahi Tahun 2015
tinggi untuk menampung air seni dan feses jurnal Lestari, 2013). Dalam melakukan
(Diena(2009) dalam jurnal indanah, 2014). latihan buang air kecil dan besar pada
Orangtua membiasakan anak memakai anak membutuhkan persiapan secara fisik,
diapers karena hanya melihat dari sudut psikologis maupun secara intelektual,
pandang kepraktisan dan kenyamanan melalui persiapan tersebut diharapkan
saja. Padahal menggunakan diapers yang anak mampu mengontrol buang air besar
terlalu sering dapat menimbulkan iritasi atau kecil secara sendiri (Hidayat, 2008).
kulit dan anak tidak terbiasa ke toilet Keberhasilan toilet training tidak hanya
untuk buang air (Listyanti (2012) dalam dari kemampuan fisik, psikologis danemosi
jurnal Indanah, 2014). anak itu sendiri tetapi juga dipengaruhi
oleh perilaku orang tua atau ibu untuk
Anak yang terbiasa memakai diapers
mengajarkan toilet training secara baik
dari bayi hingga agak besar atau usia balita,
dan benar, sehingga anak dapat melaku-
akan mengalami beberapa perbedaan
kan dengan baik dan benar hingga besar
dari anak – anak yang lain, seperti anak
kelak (Warner, (2007), Barone, (2009)
kesulitan untuk mengontrol keinginan
dalam jurnal Musfiroh, 2014).
untuk buang air kecil atau buang air besar,
anak tidak memberitahu orang tuanya Selainitu,pengetahuantidakterlepas
ketika buang air kecil atau buang air besar, dari pendidikan. Pendidikan secara umum
anak malas ke kamar mandi, bahkan adalah segala upaya yang direncanakan
sikap anak cenderung ceroboh maupun untuk mempengaruhi orang lain baik
keras kepala (Hidayat, 2005). Pemakaian individu, kelompok, atau masyarakat,
diapers yang terlalu lama serta sering sehingga mereka melakukan apa yang
mampu menghambat keberhasilan dalam diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dalam
toilet training. hal ini peran orang tua terutama ibu untuk
mengajarkan anak dalam melakukan toilet
Toilet training merupakan aspek
training cukup besar seperti membiasakan
penting dalam perkembangan anak pada
anak untuk buang air di toilet, mengurangi
masa usia toddler dan dibutuhkan per-
penggunaan diapers sehingga harus
hatian dari orang tua dalam berkemih
konsisten dalam melakukan toilet training
dan defekasi. Melatih anak untuk BAK dan
pada anak. Ibu dengan pengetahuan luas
BAB bukan pekerjaan sederhana, namun
tentang toilet training dan ditunjang
orang tua harus tetap termotivasi untuk
dengan pendidikan yang tinggi, maka
merangsang anaknya agar terbiasa BAK
dalam memilih dan menentukan anak
atau BAB sesuai waktu dan tempatnya
untuk menerapkan toilet training kepada
(Mufattahah, 2008, dalam jurnal Subagyo
anaknya semakin baik. Namun, pendidikan
2010). Mengenali keinginan untuk buang
seorang ibu tidak menjadi suatu patokan
air kecil dan defekasi sangat penting
terhadap pengetahuan seorang ibu karena
untuk menentukan kesiapan mental anak.
di Posyandu Dahlia B Wilayah Kerja
Anak harus dimotivasi untuk menahan
Puskesmas Cibeber Kelurahan Cibeber
dorongan untuk menyenangkan dirinya
Kota Cimahi ini rata-rata pendidikan
sendiri agar toilet training dapat berhasil
orang tua siswa berpendidikan SMA
(Hockenberry dan Wilson, 2007 dalam
dan jarang sekali orang tua siswa yang
ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun. article/view/135, [Diakses 22 Januari
2015]
DAFTAR PUSTAKA
Mardiana. 2013.Pengetahuan Ibu Tentang Toilet
Andriyani, Septian dkk. Analisis Faktor-Faktor
Training Dengan Penerapan Toilet Training
Yang Berhubungan Toilet Training Pada
Pada Anak Usia 1-3 Tahun.
Anak Prasekolah. ISSN: 2338-5324. 2(3).
Jurnal Keperawatan Padjajaran Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Azwar, Saefuddin. 2009. Sikap Manusia : Teori
dan Pengukuannya. Yogyakarta: Pustaka Mujahidatul, Musfiroh, dkk. 2014. Penyuluhan
Pelajar Terhadap Sikap Ibu Dalam Memberikan
Toilet Training Pada Anak. KEMAS. 9(2).
Bondika. (2011). Faktor yang Berhubungan
157-166 Tersedia dari:URL:http://
dengan Pemilihan Makanan Jajanan
journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
pada Anak Sekolah Dasar [serial online].
kemas/article/viewFile/2844/2900,
Tersedia dari : URL: http://www.eprints.
[Diakses 16 Juni 2015].
undip.ac.id [Diakses 05 November 2014]
Natalia Susi. 2006. Selain itu dampak dari tidak
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian
dilakukannya toilet training adalah Infeksi
Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Saluran Kemih (ISK) ¶ 8[serial online].
Jakarta: Salemba Medika
Tersedia dari: URL: http://eprints.undip.
. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak. ac.id/18739/1/SUSI_NATALIA.pdf,
Jakarta : Salemba Medika [Diakses 18 Februari 2015]
Indanah, dkk. 2014. Pemakaian Diapers Dan Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Prinsip-prinsip
Efek Terhadap Kemampuan Toilet Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Training Pada Anak Usia Toddler. : Rineka Cipta
JIKK 5(3). 61-68. Tersedia dari :
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
URL:ht t p%3A%2F%2Fejou rna l .
Jakarta : Rineka Cipta
stikesmuhkudus.ac.id%2Findex.php%2
Fkarakter%2Farticle%2Fdownload%2F Nurasalam. 2009. Konsep dan penerapan
172%2F115&ei=M9WVY6kC8bkuQTpj metodologi penelitian ilmu keperawatan.
b2IAw&usg=AFQjCNHaVk_wcasYpxARc Jakarta : Salemba Medika
1Hpjczog3KCTw&bvm=bv.99261572,d.
Subagyo, dkk. 2010. Hubungan Antara Motivasi
c2E[Diakses 03 Agustus 2015]
Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan
Lestari, Puji. 2013. Hubungan Antara Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak
Pengetahuan Ibu Dengan Praktik Ibu Prasekolah. ISSN. 1(2). 136-140 Tersedia
Dalam Penggunaan Diapers Pada Anak dari: URL: http://suaraforikes.webs.com/
Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Kelurahan volume1%20nomor2.pdf, [Diakses 18
Putat Purwodadi. Jurnal Ilmu Keperawatan Februari 2015]
dan Kebidanan. 1(3). Tersedia dari: URL:
Supartini, yupi. 2004 (cetakan 2012). Konsep
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e -
dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
journal/index.php/ilmukeperawatan/
Wandasari. 2010. Kerangka Teori Dan Hipotesis Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
[serial online]. Tersedia dari : URL: http:// Yogyakarta : Nuha Medika
www.journal.unair.ac.id[Diakses 22
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan
November 2014]
Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC
Wawan dan Dewi. 2010. Teori & Pengukuran