Anda di halaman 1dari 7

Praktek Klinik : Keperawatan Anak

Pembimbing :Rahmawati Ramli, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA BAYI KEJANG DEMAM

Oleh :
JUMIATI WEU 142 2019 0026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020-2021
A. Pengertian
Kejang demam
adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhurektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demamsering juga disebut kejang demam tonik-
klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermiayang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Price, 1995).
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang
yang terjadi padakenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang
disebabkan oleh prosesekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya terjadi antaraumur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan
demam tetapi tidak pernah terbuktiadanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu (Arif Mansjoer, 2000)
B. Epidemiologi
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak
umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di
bawah 5 tahun pernah menderita kejangdemam. Kejang demam lebih
sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Haltersebut
disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih
cepatdibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).
Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun
disebutkan penyebabutama kejang demam ialah demam yag tinggi.
Menurut Arif Mansjoer. 2000) demamyang terjadi sering disebabkan
oleh :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2. Gangguan metabolic
3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis
media, bronchitis.
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
6. Idiopatik.
C. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari


membran sel neuron dandalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan
natrium melalui membran tersebutdengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnyasehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang
terjadisingkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan
gejalasisa.Tetapikejangyangberlangsunglama(lebihdari15menit)biasanyadi
sertaiapnea,meningkatnyakebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadihipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik,hipotensi arterial disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makinmeningkat yang
disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan
selanjutnyamenyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting
adalah gangguan peredarandarah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dantimbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerahmedial
lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi
sepontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

D. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam menurut Fukuyama dibedakan menjadi
dua yaitu kejangdemam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang
demam sederhana harusmemenuhi semua kreteria antara lain : keluarga
penderita tidak ada riwayat epilepsy,sebelumnya tidak ada riwayat cedera
otak oleh penyebab apapun, serangan kejang demamyang pertama terjadi
antara usia 6 bulan sampai 6 tahun, lamanya kejang berlangsungtidak lebih
dari 20 menit, kejang tidak bersifat fokal, tidak didapatkan gangguan
atauabnormalitas pasca kejang, sebelumnya juga tidak didapatkan
abnormalitas neurologisatau abnormal perkembangan, kejang tidak
berulang dalam waktu singkat. Bila kejangdemam tidak memenuhi kriteria
tersebut di atas maka digolongkan sebagai kejang deman jenis kompleks.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari
15menit, fokal atau multiple (lebih daripada 1 kali kejang perepisode
demam).
E. Manifestasi klinis
Adapun tanda gejala yang dapat ditemukan yaitu
a. Serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral 
b. Mata terbalik ke atas
c. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya
sentakan ataukekakuan fokal.
d. Umumnya kejang berlangsung kurang dari 6 menit, kurang dari 8%
berlangsunglebih dari 15 menit
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya
sentakan ataukekakuan fokal.
f. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd),
g. Suhu 38oc atau lebih.

F. Pemeriksaan diagnostic

1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan
difusi otak akibat lesi organik,melalui pengukuran EEG ini
dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT SCANUntuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark,
hematoma,edema serebral,dan abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan
yang ada di otak adan kanal tulang belakang ) untuk meneliti
kecurigan meningitis.
4. Labolatorium
Drah tepi,lengkap (Hb, Ht,Leukosit,Trombosit) menetahui
sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

G. Komplikasi

Menurut Arif Mansyoer,2000 kejang demam dapat mengakibatkan:


a. Kerusakan sel otak
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih
dari 15 menit dan bersifat unilateral
c. Kelumpuhan
Penatalaksanaan Medis
Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu
dikerjakan yaitu

a. Pengobatan Fase Akut


Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang
pasien dimiringkanuntuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjami.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah,suhu,
pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan
dengan kompresair dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikanintravena atau intrarektal. Dosis
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengankecepatan 1-2
mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti
sebelumdiazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar,
dan bila tidak timbul kejanglagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulitgunakan
diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak
berhenti dapatdiulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak
berhenti juga, berikan fenitoin dengandosis awal 10-20 mg/kgBB
secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah
pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl
fisiologis karenafenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi
vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan
fenobarbitaldiberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis
awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50mg dan umur 1 tahun ke atas
75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudiandiberikan
fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-
10mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya
dengan dosis 4-5mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan
belum membaik, obat diberikan secarasuntikan dan setelah
membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak
melebihi200mg/hari. Efek sampingnya adalah
hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila
kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis
4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk
menyingkirkankemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama.Walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasusyang dicurigai
sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau
kejangdemam berlangsung lama.
c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat
demam atau (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan
setiap hari. Untuk profilaksisintermiten diberian diazepam secara
oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagimenjadi 3 dosis
saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara
intrarektaltiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap
pasien menunjukkan suhu lebihdari 38,5 0 C. efek samping
diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.Profilaksis
terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam beratyang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak
dapat mencegah terjadinyaepilepsy dikemudian hari. Profilaksis
terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah
asamvalproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan
profilaksis selama 1-2tahun setelah kejang terakhir dan
dihentikan bertahap selama 1-2 bulanProfilaksis terus menerus
dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1atau 2)
yaitu:
- Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan
neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau
mikrosefal)
- Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti
kelainan neurologistsementara dan menetap.
- Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau
saudara kandung.
- Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12
bulan atau terjadikejang multiple dalam satu episode
demam.Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin
memberikan obat jangka panjangmaka berikan profilaksis
intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan
diazepamoral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.j. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.


Doenges, M.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Hasan, dkk. (1985). Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : FKUI.
Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2.
Jakarta : MediaAesculapius.
 Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Edisi ke-15. Jakarta :
EGC.
 Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : FKUI.
Price S.A. (1995). Patofisiologi. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC
Soetomenggolo, Taslims. (2000). Buku Ajar Neurologi Anak. Cetakan ke-
2 jakarta: Ikatan dokter anak indonesia.

Anda mungkin juga menyukai