Anda di halaman 1dari 33

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Oleh:
dr. Dewi Suspita Angreyeni
Dokter Internsip
 
 
Pendamping:
dr. Shinta Ayudhia, Sp.A
 

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG
PERIODE FEBRUARI 2022
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas
38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, terjadi pada anak berusia lebih dari 3 bulan dan tidak
ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang
paling sering dijumpai pada anak berusia sekitar 3 bulan sampai 5 tahun tanpa disertai infeksi intrakranial,
gangguan elektrolit, dan gangguan metabolik lainnya
Klasifikasi
A. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
· Kejang demam berlangsung singkat 
· Durasi kurang dari 15 menit
 · Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik
 · Umumnya akan berhenti sendiri
 · Tanpa gerakan fokal 
· Tidak berulang dalam 24 jam
B. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure), 20% di antara seluruh kejang demam.
· Kejang lama dengan durasi lebih dari 15 menit.
· Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
· Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Etiologi dan Faktor Risiko
 Etiologi
Etiologi kejang demam hingga kini belum diketahui.

 Faktor Risiko
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Usia kurang dari 12bulan
- Temperatur yang rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam
- Terdapat kelainan neurologis (meskipun minimal)
- Kejang awal yang unilateral
- Kejang berhenti lebih dari 30menit
- Kejang berulang karena penyakit yang sama.
Patogenesis
 Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ di dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na – K – ATPase yang terdapat pada permukaan sel (Mardjono, 2006).

 Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan
kebutuhan oksigen 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion K+ maupun
ion Na+ melalui membran tadi, sehingga mengakibatkannya lepas muatan listrik (Price, Sylvia, Anderson, 2006).

 Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang
disebabkan oleh infeksi di luar SSP, misalnya infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya (Price,
Sylvia, Anderson, 2006).
 Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan neurotransmiter dan terjadilah Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan
terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen otak (Muid, 2005).
 Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akibatnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, dan suhu tubuh yang makin meningkat disebabkan karena
meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di
atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kejang
demam yang berlangsung lama juga dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi
(Price, Sylvia, Anderson, 2006).
GEJALA KLINIS

Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang


klonik atau tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti
sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi
apapun sejenak, tetapi setelah beberapa menit atau detik
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti dengan hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang
berlangung beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral
yang lama dapat diikuti oleh heiparesis yang menetap. Bangkitan
kejang yang berlangsung lama lebih sering pada kejang demam
pertam.
Diagnosis
a. Anamnesis
• Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang 
• Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab demam di luar
infeksi susunan saraf pusat
• Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
• Singkirkan penyebab kejang yang lain

b. Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran
• Suhu tubuh: apakah terdapat demam
• Tanda ransang meningeal: Kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Kernig, Laseque
• Pemeriksaan nervus kranial
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial: UUB menonjol, papil edema
• Tanda infeksi diluar SSP: ISPA, OMA, ISK, dll
• Pemeriksaan neurologis: tonus, motorik, reflek fisiologis, reflek patologis

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.
Diagnosis Banding

Infeksi SSP dapat disingkirkan melalui pemeriksaan klinis dan


pemeriksaan cairan serebrospinal. Kejang demam yang
berlangsung lama kadang menimbulkan hemiparesis hingga sukar
dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Anak dengan
demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan
sianosis sehingga menyerupai kejang demam. Malaria juga
dijadikan salah satu diagnose banding
Tatalaksana
 Tatalaksana saat kejang
Apabila anak kejang, maka yang pertama dilakukan adalah tetap tenang dan tidak panik. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun terdapat
kemungkinan (yang sesungguhnya sangatkecil) lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut. Obat yang praktis dan dapat diberikan
oleh orangtua di rumah (prehospital) adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Apabila saat pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg
 Tatalaksana saat Demam
• Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15
mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari
• Antikonvulsan Intermieten 
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam.
Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
- Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
- Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
- Usia <6 bulan
- Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
- Bila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat 
• Antikonvulsan rumatan
Pemberian antikonvulsan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka pendek. Indikasi pengobatan rumat
Tatalaksana
 Tatalaksana saat Demam

• Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari
• Antikonvulsan Intermieten 
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat
demam.
Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
- Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
- Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
- Usia <6 bulan
- Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
- Bila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat 
• Antikonvulsan rumatan
Pemberian antikonvulsan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka pendek. Indikasi pengobatan
rumatan:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit 
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus,
hemiparesis.
Algoritma Penanganan Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak
Prognosis

 a. Kecacatan atau kelainan neurologis


 b. Kemungkinan berulangnya kejang demam
 c. Faktor risiko terjadinya epilepsi
 d. Kematian
KESIMPULAN

Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi atas kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan suatu kondisi yang
patut diperhatikan, dan tatalaksana yang tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan
mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang demam tidak menyebabkan penurunan IQ,
epilepsi, ataupun kematian. Kejang demam dapat berulang yang kadang
menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Diperlukan pemeriksaan sesuai
indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang tua penting karena merupakan
pilar pertama penanganan kejang demam sebelum dirujuk ke rumah sakit
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif
1. Kejang 1 jam SMRS, kejang 1 x, seluruh tubuh dengan durasi ≤5 menit.
2. Demam ≥ 3 hari yang lalu, demam tinggi tidak menggigil, hilang timbul.
3. Batuk sejak 2 hari yang lalu, bedahak dan tidak berdarah.
4. Diare sejak 1 hari yang lalu, berwarna kuning dan berlendir.
5. Sesak napas tidak ada.
6. Muntah 1 kali dan berlendir.
7. Mual tidak ada.
8. BAB encer dan BAK dalam batas normal.
9. Riwayat kejangsebelumnya tidak ada.
10. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak ada. Riwayat pasien batuk lama tidak ada. Riwayat berat
badan sulit naik tidak ada, Riwayat trauma tidak ada. Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
11. Riwayat pengobatan ada, berobat kebidan namun orang tua pasien tidak tahu nama obat.
Vital Sign
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : GCS : E4M6V5
Kooperatif : CM
Nadi/ irama : 110x/menit, reguler
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 39oC
Berat Badan : 9,7kg
Turgor kulit : baik
Kulit dan kuku : pucat (-), sianosis (-)
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) pupil isokor, tidak cekung
Hidung : napas cuping hidung (-)
Mulut : perioral sianosis (-)
Ubun-ubun : tidak cekung
Kelenjar getah bening
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : normochest simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
 
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama ireguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit, distensi -
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) N, Supel
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, udem (-), CRT < 2 dtk
Status neurologikus
1. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Pupil isokor, diameter 2mm/2mm , reflek cahaya +/+
Papil edem (tidak diperiksa)
Chusing sign (-)
3. Pemeriksaan nervus kranialis
12. Pemeriksaan laboratorium
Darah Rutin :
Hb : 11,6 gr/dl
Leukosit : 27.030/mm3
Trombosit : 407.000/mm3
Hematokrit : 34%
Hitung Jenis : 0/1/35/50/14
NLR : 0,7
LA : 13.515
Kimia Klinik
GDS : 122 g/dl
Rencana pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan rontgen thorax: cor dan pulmo dalam batas normal.
13. Assesment (Penalaran Klinis):
Telah dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 1 tahundatang ke IGD RS Padang Panjang tanggal 25 februari
2022 jam 04.30 wib dengan kejang 1 jam sebelum masuk rumah sakit.Kejang 1x, seluruh tubuh, kejang kurang lebih
5 menit.Demam ≥ 3 hari yang lalu, demam tinggi tidak menggigil, demam hilang timbul.Batuk sejak 2 hari yang lalu,
bedahak dan tidak berdarah. Diare sejak 1 hari yang lalu, berwarna kuning dan berlendir.Sesak napas tidak ada.
Muntah 1 kali berupa lendir, mual tidak ada. BAB anak encer dan BAK dalam batas normal.Riwayat kejang
sebelumnya tidak ada.Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak ada.Riwayat pasien batuk lama tidak
ada.Riwayat berat badan sulit naik tidak ada, Riwayat trauma tidak ada.Riwayat keluar cairan dari telinga tidak
ada. Riwayat pengobatan sebelumnya ada, berobat kebidan namun keluhan tidak berkurang, orang tua pasien tidak
tahu nama obat yang diberikan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedang, dengan kesadaran E4M6V5. Nadi 110 kali
permenit dengan irama regular, Suhu 39oC. Nafas 20x/mnt. Berat badan anak 9,7 kg. Pemeriksaan nervus tidak ada
kelainan, refleks meningen negatif, refleks patologis negatif, refleks fisiologis positif.Untuk pemeriksaan motorik
dan sensorik dalam batas normal.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan Kejang
Demam Sederhana.Pada pasien diberikan dumin 125mg supp 2, IVFD Kaen 1b 13 tpm (makro). Pasien dirawat di
bangsal anak dengan terapi IVFD Kaen 1B 13 tpm makro, parasetamol sirup 4x120mg, Diazepam 3x1,5 mg,
Bromheksin 3x2 mg, Chlorpheniramine 3x1 mg, Ampisilin 4x500 mg, Gentamicine 2x20 mg.
14. Plan Diagnosis :
Diagnosis Klinis : Kejang Demam Sederhana
Diagnosis Topik : ekstrakranial
Diagnosis Etiologi : ISPA
Diagnosis Sekunder : ISPA
Terapi:
Umum : Dumin 125 mg supp 2
IVFD Kaen 1B 13 tpm (makro)
Konsul Sp.A Advice
 IVFD Kaen 1B 13 tpm makro (iv)
 parasetamol sirup 4x120mg (po)
 Diazepam 3x1,5 mg (po)
 Bromheksin 3x2 mg (po)
 Chlorpheniramine 3x1 mg (po)
 Ampisilin 4x500 mg (iv)
 Gentamicine 2x20 mg (iv)
 Rawat di bangsal anak
Follow Up
Tanggal 26 februari 2022
S / Kejang (-), Demam (+), batuk (+), mencret (-)
O/KU : Sedang
Kes : composmentis
Nd : 128 x/menit
Nf : 20 x/menit
T : 37 ᵒc
Kulit : Teraba hangat
Kepala : Bentuk normal
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) tidak cekung
Thorax : Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : BU (+) Normal, Supel
Ektremitas : Akral hangat, CRT <2 dtk
A/ Kejang demam sederhana
P/ IVFD Kaen 1B 13 tpm makro (iv)
parasetamol sirup 4x120mg (po)
Diazepam 3x1,5 mg (po)
Bromheksin 3x2 mg (po)
Chlorpheniramine 3x1 mg (po)
Ampisilin 4x500 mg (iv)
Gentamicine 2x20 mg (iv)
THANK YOU

^____^

Anda mungkin juga menyukai